Sejarah Nusantara
Pra-sejarah
Kerajaan Hindu-Buddha
Kerajaan Islam
Era Portugis
Era VOC
Era Belanda
Era 1945-1949
Era 1950-1959
Era Reformasi
[Sunting]
Prasejarah
Artikel utama: Indonesia: Era prasejarah.
Secara geologi, wilayah Indonesia modern muncul kira-kira sekitar masa
Pleistocene ketika masih terhubung dengan Asia Daratan. Pemukim pertama
wilayah tersebut yang diketahui adalah manusia Jawa pada masa sekitar 500.000
tahun lalu. Kepulauan Indonesia seperti yang ada saat ini terbentuk pada saat
melelehnya es setelah berakhirnya Zaman Es.
Islam terus mengokoh menjadi institusi politik yang mengemban Islam. Misalnya,
sebuah kesultanan Islam bernama Kesultanan Peureulak didirikan pada 1
Muharram 225H atau 12 November tahun 839M. Contoh lain adalah Kerajaan
Ternate. Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun 1440. Rajanya
seorang Muslim bernama Bayang Ullah.
Kesultanan Islam kemudian semikin menyebarkan ajaran-ajarannya ke penduduk
dan melalui pembauran, menggantikan Hindu sebagai kepercayaan utama pada
akhir abad ke-16 di Jawa dan Sumatra. Hanya Bali yang tetap mempertahankan
mayoritas Hindu. Di kepulauan-kepulauan di timur, rohaniawan-rohaniawan Kristen
dan Islam diketahui sudah aktif pada abad ke-16 dan 17, dan saat ini ada mayoritas
yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan tersebut.
Era kolonial
k
[sunting
g] Kolonisasi Po
ortugis
Artikel utama: Ind
donesia: Erra Portugiss
[sunting
g] Kolon
nisasi VO
OC
Artikel utama: Ind
donesia: Erra VOC
Mulai taahun 16022 Belanda secara
s perllahan-lahan menjadi penguasa wilayah ya ang
kini ada
alah Indonesia, dengan meman nfaatkan pe erpecahan di antara kerajaan-
k
kerajaaan kecil yan
ng telah me enggantika an Majapah hit. Satu-sa
atunya yang tidak
terpenggaruh adalah Timor Portugis,
P yaang tetap dikuasai
d Po
ortugal hing
gga 1975
ketika berintegras
b si menjadi provinsi Indonesia be ernama Tim mor Timur. Belanda
menguasai Indon nesia selamma hampir 3503 tahun, kecuali un ntuk suatu masa pend dek
di mana sebagian n kecil dari Indonesia dikuasai Britania
B settelah Peran
ng Jawa
Britania
a-Belanda dan masa penjajahan n Jepang pada
p masa a Perang Dunia II.
Sewakttu menjajah Indonesia, Belanda a mengemb bangkan Hindia-Bela
H nda menja
adi
salah satu
s kekuas saan kolonnial terkaya
a di dunia. 350
3 tahun penjajahan n Belanda bagi
sebagia an orang adalah
a mito
os belaka karena
k wila
ayah Aceh baru ditaklukkan
kemudian setelah h Belanda mendekati
m kebangkruutannya.
Logo VO
OC
Pada abad
a ke-17 dan 18 Hindia-Belan
nda tidak dikuasai seccara langsu
ung oleh
pemerintah Belan
nda namunn oleh perusahaan daagang bernama Perussahaan Hin ndia
Timur Belanda (bahasa Belanda: Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC).
VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di
wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya berada di
Batavia, yang kini bernama Jakarta.
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan
rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman
kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah,
dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para
penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus menjual
biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau
mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau
tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di
perkebunan pala.
VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur
dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.
[sunting] Kolonisasi pemerintah Belanda
Artikel utama: Indonesia: Era Belanda
Setelah VOC jatuh bangkrut pada akhir abad ke-18 dan setelah kekuasaan Britania
yang pendek di bawah Thomas Stamford Raffles, pemerintah Belanda mengambil
alih kepemilikan VOC pada tahun 1816. Sebuah pemberontakan di Jawa berhasil
ditumpas dalam Perang Diponegoro pada tahun 1825-1830. Setelah tahun 1830
sistem tanam paksa yang dikenal sebagai cultuurstelsel dalam bahasa Belanda
mulai diterapkan. Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam hasil-hasil
perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu, seperti teh, kopi
dll. Hasil tanaman itu kemudian diekspor ke mancanegara. Sistem ini membawa
kekayaan yang besar kepada para pelaksananya - baik yang Belanda maupun
yang Indonesia. Sistem tanam paksa ini adalah monopoli pemerintah dan
dihapuskan pada masa yang lebih bebas setelah 1870.
Pada 1901 pihak Belanda mengadopsi apa yang mereka sebut Kebijakan Beretika
(bahasa Belanda: Ethische Politiek), yang termasuk investasi yang lebih besar
dalam pendidikan bagi orang-orang pribumi, dan sedikit perubahan politik. Di
bawah gubernur-jendral J.B. van Heutsz pemerintah Hindia-Belanda
memperpanjang kekuasaan kolonial secara langsung di sepanjang Hindia-Belanda,
dan dengan itu mendirikan fondasi bagi negara Indonesia saat ini.
[sunting] Gerakan nasionalisme
Pada 1905 gerakan nasionalis yang pertama, [Serikat Dagang Islam] dibentuk dan
kemudian diikuti pada tahun 1908 oleh gerakan nasionalis berikutnya, [Budi
Utomo]. Belanda merespon hal tersebut setelah Perang Dunia I dengan langkah-
langkah penindasan. Para pemimpin nasionalis berasal dari kelompok kecil yang
terdiri dari profesional muda dan pelajar, yang beberapa di antaranya telah dididik
di Belanda. Banyak dari mereka yang dipenjara karena kegiatan politis, termasuk
Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno.
[sunting] Perang Dunia II
Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Nazi Jerman. Hindia-
Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk
Jepang ke AS dan Britania. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk
mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang
memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang
sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi
terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan
Jepang pada Maret 1942.
[sunting] Pendudukan Jepang
Artikel utama: Indonesia: Era Jepang
Pada Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk mengadakan
kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan
jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan
para Kyai didekorasi oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari
penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang
hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap
penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks,
penahanan sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya. Orang
Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam
penguasaan Jepang.
Pada Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada pertemuan pertamanya di bulan Mei,
Soepomo membicarakan integrasi nasional dan melawan individualisme
perorangan; sementara itu Muhammad Yamin mengusulkan bahwa negara baru
tersebu
ut juga sek
kaligus men
ngklaim Sa
arawak, Sabah, Malayya, Portugis Timur, da
an
seluruh
h wilayah Hindia-Bela
H anda sebelu
um perang
g.
Pada 9 Agustus 1945
1 Soeka
arno, Hatta
a dan Radjiman Widjo
odiningrat diterbangk
d kan
ke Viettnam untuk
k bertemu Marsekal
M T
Terauchi. M
Mereka dika
abarkan baahwa pasukkan
Jepangg sedang menuju
m keh
hancuran teetapi Jepan
ng menging
ginkan kemmerdekaan
Indonesia pada 24
2 Agustus.
[sunting
g] Era kemerde
k ekaan
[sunting
g] Prokla
amasi kemerde
k ekaan
Artikel utama: Pro
oklamasi Kemerdeka
K an Indonessia
Mendengar kabarr bahwa Je epang tidakk lagi mempunyai kekkuatan untu uk membua at
keputusan sepertti itu pada 16
1 Agustuss, Soekarno o membaccakan "Prokklamasi" pa ada
hari berikutnya. Kabar
K meng genai prokllamasi men
nyebar me elalui radio dan seleba
aran
sementtara pasuk kan militer Indonesia
I p
pada masa
a perang, Pasukan
P Pe
embela Tanah
Air (PE
ETA), para pemuda, dand lainnya a langsung berangkatt memperta ahankan
kediamman Soekarrno.
Pada 29
2 Agustus 1945 kelo ompok terseebut melanntik Soekarrno sebaga ai Presidenn dan
Moham mmad Hatta a sebagai Wakil
W Presiden dengaan menggu unakan kon nstitusi yan
ng
diranca
ang beberaapa hari sebelumnya. Kemudian n dibentuk Komite Na asional
Indonesia Pusat (KNIP)
( seb
bagai parlemen seme entara hingg ga pemilu dapat
dilaksa
anakan. Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan n baru padda 31 Agustus
dan meenghendak ki Republik Indonesia yang terdiiri dari 8 prrovinsi: Sum
matra,
Kalimantan (termasuk wilayyah Sabah, Sarawak dand Brunei), Jawa Ba arat, Jawa
Tengah h, Jawa Tim
mur, Sulaw
wesi, Malukku (termasu
uk Maluku Utara) dan n Sunda Ke ecil.
Peran
ng keme
erdekaan
Artikel utama: Ind
donesia: Erra 1945-19
949
Teks Proklamasi
Dari 1945 hingga 1949, persatuan kelautan Australia yang bersimpati dengan
usaha kemerdekaan, melarang segala pelayaran Belanda sepanjang konflik ini
agar Belanda tidak mempunyai dukungan logistik maupun suplai yang diperlukan
untuk membentuk kembali kekuasaan kolonial.
Usaha Belanda untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan yang kuat. Setelah
kembali ke Jawa, pasukan Belanda segera merebut kembali ibukota kolonial
Batavia, akibatnya para nasionalis menjadikan Yogyakarta sebagai ibukota mereka.
Pada 27 Desember 1949 (lihat artikel tentang 27 Desember 1949), setelah 4 tahun
peperangan dan negosiasi, Ratu Juliana dari Belanda memindahkan kedaulatan
kepada pemerintah Federal Indonesia. Pada 1950, Indonesia menjadi anggota ke-
60 PBB.
Lihat pula The National Revolution, 1945-50 untuk keterangan lebih lanjut (dalam
bahasa Inggris).
[sunting] Demokrasi parlementer
Tidak lama setelah itu, Indonesia mengadopsi undang-undang baru yang terdiri dari
sistem parlemen di mana dewan eksekutifnya dipilih oleh dan bertanggung jawab
kepada parlemen atau MPR. MPR terbagi kepada partai-partai politik sebelum dan
sesudah pemilu pertama pada tahun 1955, sehingga koalisi pemerintah yang stabil
susah dicapai.
Peran Islam di Indonesia menjadi hal yang rumit. Soekarno lebih memilih negara
sekuler yang berdasarkan Pancasila sementara beberapa kelompok Muslim lebih
menginginkan negara Islam atau undang-undang yang berisi sebuah bagian yang
menyaratkan umat Islam takluk kepada hukum Islam.
[sunting] Demokrasi Terpimpin
Artikel utama: Indonesia: Era Demokrasi Terpimpin
Pemberontakan yang gagal di Sumatera, Sulawesi, Jawa Barat dan pulau-pulau
lainnya yang dimulai sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk mengembangkan
konstitusi baru, melemahkan sistem parlemen Indonesia. Akibatnya pada 1959
ketika Presiden Soekarno secara unilateral membangkitkan kembali konstitusi 1945
yang bersifat sementara, yang memberikan kekuatan presidensil yang besar, dia
tidak menemui banyak hambatan.
Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam rezim yang otoriter di
bawah label "Demokrasi Terpimpin". Dia juga menggeser kebijakan luar negeri
Indonesia menuju non-blok, kebijakan yang didukung para pemimpin penting
negara-negara bekas jajahan yang menolak aliansi resmi dengan Blok Barat
maupun Blok Uni Soviet. Para pemimpin tersebut berkumpul di Bandung, Jawa
Barat pada tahun 1955 dalam KTT Asia-Afrika untuk mendirikan fondasi yang kelak
menjadi Gerakan Non-Blok.
Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, Soekarno bergerak lebih dekat kepada
negara-negara komunis Asia dan kepada Partai Komunis Indonesia (PKI) di dalam
negeri. Meski PKI merupakan partai komunis terbesar di dunia di luar Uni Soviet
dan China, dukungan massanya tak pernah menunjukkan penurutan ideologis
kepada partai komunis seperti di negara-negara lainnya.
[sunting] Konfrontasi Indonesia-Malaysia
Artikel utama: Konfrontasi Indonesia-Malaysia
Soekarno menentang pembentukan Federasi Malaysia dan menyebut bahwa hal
tersebut adalah sebuah "rencana neo-kolonial" untuk mempermudah rencana
komersial Inggris di wilayah tersebut. Selain itu dengan pembentukan Federasi
Malaysia, hal ini dianggap akan memperluas pengaruh imperialisme negara-negara
Barat di kawasan Asia dan memberikan celah kepada negara Inggris dan Australia
untuk mempengaruhi perpolitikan regional Asia. Menanggapi keputusan PBB untuk
mengakui kedaulatan Malaysia dan menjadikan Malaysia anggota tidak tetab
Dewan Keamanan PBB, presiden Soekarno mengumumkan pengunduran diri
negara Indonesia dari keanggotaan PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan
mendirikan Konferensi Kekuatan Baru (CONEFO) sebagai tandingan PBB dan
GANEFO sebagai tandingan Olimpiade. Pada tahun itu juga konfrontasi ini
kemudian mengakibatkan pertempuran antara pasukan Indonesia dan Malaysia
(yang dibantu oleh Inggris).
[sunting] Nasib Irian Barat
Artikel utama: Konflik Papua Barat
Pada saat kemerdekaan, pemerintah Belanda mempertahankan kekuasaan
terhadap belahan barat pulau Nugini (Irian), dan mengizinkan langkah-langkah
menuju pemerintahan-sendiri dan pendeklarasian kemerdekaan pada 1 Desember
1961.
Negosiasi dengan Belanda mengenai penggabungan wilayah tersebut dengan
Indonesia gagal, dan pasukan penerjun payung Indonesia mendarat di Irian pada
18 Desember sebelum kemudian terjadi pertempuran antara pasukan Indonesia
dan Belanda pada 1961 dan 1962. Pada 1962 Amerika Serikat menekan Belanda
agar setuju melakukan perbincangan rahasia dengan Indonesia yang
menghasilkan Perjanjian New York pada Agustus 1962, dan Indonesia mengambil
alih kekuasaan terhadapa Irian Jaya pada 1 Mei 1963.
[sunting] Gerakan 30 September
Artikel utama: Gerakan 30 September
Hingga 1965, PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk
Soekarno untuk memperkuat dukungan untuk rezimnya dan, dengan persetujuan
dari Soekarno, memulai kampanye untuk membentuk "Angkatan Kelima" dengan
mempersenjatai pendukungnya. Para petinggi militer menentang hal ini.
Pada 30 September 1965, enam jendral senior dan beberapa orang lainnya
dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana yang
loyal kepada PKI. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen
Soeharto, menumpas kudeta tersebut dan berbalik melawan PKI. Soeharto lalu
menggunakan situasi ini untuk mengambil alih kekuasaan. Lebih dari puluhan ribu
orang-orang yang dituduh komunis kemudian dibunuh. Jumlah korban jiwa pada
1966 mencapai setidaknya 500.000; yang paling parah terjadi di Jawa dan Bali.
Pada pertengaha
p an 1997, Ind donesia disserang krissis keuanga an dan eko onomi Asia a
(untuk lebih jelas lihat: Krisiss finansial Asia), dise
ertai kemarrau terburuk dalam 50 0
tahun terakhir
t dann harga minyak, gas dan komod ditas ekspo or lainnya yang
y semaakin
jatuh. Rupiah
R jatu
uh, inflasi meningkat
m t
tajam, dan perpindah han modal dipercepat
d t.
Para de emonstran, yang awa alnya dipim mpin para mahasiswa
m , meminta pengunduran
diri Soe
eharto. Di tengah
t gejo olak kemarrahan masssa yang meluas,
m sertta ribuan
mahasiswa yang mendudukki gedung DPR/MPR, D Soeharto mengundu urkan diri pada
p
21 Mei 1998, tiga a bulan sete elah MPR melantikny
m ya untuk ma asa bakti ketujuh.
k
Soeharrto kemudia an memilih h sang Wakkil Presiden n, B. J. Habibie, untuk menjadi
presideen ketiga In
ndonesia.
[sunting] Era reformasi
Artikel utama: Indonesia: Era Reformasi
[sunting] Pemerintahan Habibie
Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya
adalah kembali mendaptkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan
komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga
membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan
berpendapat dan kegiatan organisasi.
[sunting] Pemerintahan Wahid
Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada 7 Juni 1999. PDI Perjuangan
pimpinan putri Soekarno, Megawati Sukarnoputri keluar menjadi pemenang pada
pemilu parlemen dengan mendapatkan 34% dari seluruh suara; Golkar (partai
Soeharto - sebelumnya selalu menjadi pemenang pemilu-pemilu sebelumnya)
memperoleh 22%; Partai Persatuan Pembangunan pimpinan Hamzah Haz 12%;
Partai Kebangkitan Bangsa pimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) 10%. Pada
Oktober 1999, MPR melantik Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati
sebagai wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Wahid membentuk kabinet
pertamanya, Kabinet Persatuan Nasional pada awal November 1999 dan
melakukan reshuffle kabinetnya pada Agustus 2000.
Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan
perkembangan ekonomi di bawah situasi yang menantang. Di samping
ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut, pemerintahannya juga menghadapi
konflik antar etnis dan antar agama, terutama di Aceh, Maluku, dan Papua. Di
Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak mempunyai
tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur pro-
Indonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar.
MPR yang semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden
Wahid, menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.
[sunting] Pemerintahan Megawati
Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Wahid
memberikan laporan pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari 2001, ribuan
demonstran menyerbu MPR dan meminta Presiden agar mengundurkan diri
dengan alasan keterlibatannya dalam skandal korupsi. Di bawah tekanan dari MPR
untuk memperbaiki manajemen dan koordinasi di dalam pemerintahannya, dia
mengedarkan keputusan presiden yang memberikan kekuasaan negara sehari-hari
kepada wakil presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan presiden tak
lama kemudian.
[sunting] Pemerintahan Yudhoyono
Pada 2004, pemilu satu hari terbesar di dunia diadakan dan Susilo Bambang
Yudhoyono tampil sebagai presiden baru Indonesia. Pemerintah baru ini pada awal
masa kerjanya telah menerima berbagai cobaan dan tantangan besar, seperti
gempa bumi besar di Aceh dan Nias pada Desember 2004 yang meluluh lantakkan
sebagian dari Aceh serta gempa bumi lain pada awal 2005 yang mengguncang
Sumatra.
Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara
pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan mengakhiri
konflik berkepanjangan selama 30 tahun di wilayah Aceh.
[sunting] Referensi
1.Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, 2005, Rajawali Press,
hal. 8-9; Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah, 1998, cet. IV, Mizan,
hal. 92-93; A. Hasymi, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia:
Kumpulan prasaran pada seminar di Aceh, 1993, cet. 3, al-Ma'arif, hal. 7; Hadi
Arifin, Malikussaleh: Mutiara dari Pasai, 2005, PT. Madani Press, hal. Xvi;
Ensiklopedia Tematis Dunia Islam Asia Tenggara, Kedatangan dan Penyebaran
Islam oleh Dr. Uka Tjandrasasmita, 2002, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, hal 9-
27. Dalam beberapa literatur lain disebutkan bahwa Islam masuk ke Indonesia
abad ke 9. Ada juga yang menyebutkan abad ke 13. Namun, sebenarnya Islam
masuk ke Indonesia abad 7M, lalu berkembang menjadi institusi politik sejak abad
9M, dan pada abad 13M kekuatan politik Islam menjadi amat kuat.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Nusantara
2 Nama Indonesia
3 Politik
4 Pranala luar
[sunting] Nusantara
Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang
dikenal sebagai Dr. Setiabudi (cucu dari adik Multatuli), memperkenalkan suatu
nama untuk tanah air kita yang tidak mengandung unsur kata "India". Nama itu tiada
lain adalah Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya.
Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang
ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dan
diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.
Pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian
nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit, Nusantara digunakan untuk
menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta artinya
luar, seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Sumpah Palapa dari
Gajah Mada tertulis "Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa" (Jika telah
kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat).
Oleh Dr. Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu
diberi pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara,
maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu "nusa di antara dua benua dan
dua samudra", sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern.
Istilah nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya
sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda.
Sampai hari ini istilah nusantara tetap dipakai untuk menyebutkan wilayah tanah air
dari Sabang sampai Merauke.
[sunting] Politik
Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam
etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan
tanah air kita, sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna politis, yaitu
identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Akibatnya pemerintah
Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.
Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels
Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan
mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama
Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau
Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi
Indonesia Merdeka.
Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya,:
"Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische
staat) mustahil disebut "Hindia Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab dapat
menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia
menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan
mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap
orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan
kemampuannya."
Di tanah air Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924.
Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis
Indonesia (PKI). Pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan
Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang
mula-mula menggunakan nama "Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan
sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi
Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan sebutan Sumpah
Pemuda.
Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen
Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo
Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Hindia Belanda agar nama
"Indonesia" diresmikan sebagai pengganti nama "Nederlandsch-Indie". Tetapi
Belanda menolak mosi ini.
Dengan jatuhnya tanah air ke tangan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah
nama "Hindia Belanda". Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945, lahirlah Republik
Indonesia.
PADA zaman purba, kepulauan tanah air kita disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa
Tionghoa kawasan kepulauan kita dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan
kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang
diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana
karya pujangga Valmiki yang termasyhur itu menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama
yang diculik Ravana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang
terletak di Kepulauan Dwipantara.
Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk
kemenyan adalah benzoe, berasal dari bahasa Arab luban jawi (kemenyan Jawa), sebab para
pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya
tumbuh di Sumatra. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil "Jawa" oleh orang
Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. "Samathrah, Sholibis, Sundah, kulluh Jawi
(Sumatra, Sulawesi, Sunda, semuanya Jawa)" kata seorang pedagang di Pasar Seng, Mekah.
Lalu tibalah zaman kedatangan orang Eropa ke Asia. Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali
datang itu beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Cina. Bagi
mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Cina semuanya adalah "Hindia".
Semenanjung Asia Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai
"Hindia Belakang". Sedangkan tanah air kita memperoleh nama "Kepulauan Hindia" (Indische
Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel Indien) atau "Hindia Timur" (Oost Indie, East Indies,
Indes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (Maleische
Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel Malais).
Ketika tanah air kita terjajah oleh bangsa Belanda, nama resmi yang digunakan adalah
Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945
memakai istilah To-Indo (Hindia Timur). Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal
dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan
kepulauan tanah air kita, yaitu Insulinde, yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (bahasa Latin
insula berarti pulau). Tetapi rupanya nama Insulinde ini kurang populer. Bagi orang Bandung,
Insulinde mungkin cuma dikenal sebagai nama toko buku yang pernah ada di Jalan Otista.
Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang kita kenal
sebagai Dr. Setiabudi (beliau adalah cucu dari adik Multatuli), memopulerkan suatu nama untuk
tanah air kita yang tidak mengandung unsur kata "India". Nama itu tiada lain adalah Nusantara,
suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi mengambil nama itu dari
Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu
diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun
1920.
Namun perlu dicatat bahwa pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan
pengertian, nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit Nusantara digunakan untuk
menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta artinya luar, seberang)
sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Kita tentu pernah mendengar Sumpah Palapa dari
Gajah Mada, "Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa" (Jika telah kalah pulau-pulau
seberang, barulah saya menikmati istirahat). Oleh Dr. Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit
yang berkonotasi jahiliyah itu diberi pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata
Melayu asli antara, maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu "nusa di antara dua benua
dan dua samudra", sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern. Istilah
nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari
nama Hindia Belanda.
Sampai hari ini istilah nusantara tetap kita pakai untuk menyebutkan wilayah tanah air kita dari
Sabang sampai Merauke. Tetapi nama resmi bangsa dan negara kita adalah Indonesia. Kini akan
kita telusuri dari mana gerangan nama yang sukar bagi lidah Melayu ini muncul.
Nama Indonesia
Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian
Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-
1869), orang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada
tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865),
menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.
Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading
Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya itu
Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan
Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan
sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia
atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu
tertulis: ... the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become
respectively Indunesians or Malayunesians.
Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia
(Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia
bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa). Lagi pula, kata Earl,
bukankah bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini? Dalam tulisannya itu Earl memang
menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.
Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel
The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya
nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah "Indian Archipelago" terlalu panjang dan
membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya
dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.
Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam
tulisan Logan: Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of
Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter
synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago. Ketika mengusulkan nama
"Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi
nama bangsa dan negara yang jumlah penduduknya peringkat keempat terbesar di muka bumi!
Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan
ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang
etnologi dan geografi. Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama
Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen
Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah
air kita tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah "Indonesia" di
kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu
ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van
Nederlandsch-Indie tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-
tulisan Logan.
Putra ibu pertiwi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat
(Ki Hajar Dewantara). Ketika di buang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah
biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.
Makna politis
Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan
geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air kita, sehingga
nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang
memperjuangkan kemerdekaan! Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada
terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.
Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool
(Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri
Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging) berubah nama menjadi
Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra,
berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya, "Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de
toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut "Hindia Belanda". Juga tidak "Hindia"
saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia
menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan
suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier) akan
berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya."
Sementara itu, di tanah air Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924.
Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia
(PKI). Lalu pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal
Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula
menggunakan nama "Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah air,
bangsa dan bahasa kita pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928,
yang kini kita sebut Sumpah Pemuda.
Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; DPR zaman Belanda),
Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo,
mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama "Indonesia" diresmikan sebagai
pengganti nama "Nederlandsch-Indie". Tetapi Belanda keras kepala sehingga mosi ini ditolak
mentah-mentah.
Maka kehendak Allah pun berlaku. Dengan jatuhnya tanah air kita ke tangan Jepang pada
tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama "Hindia Belanda" untuk selama-lamanya. Lalu pada
tanggal 17 Agustus 1945, atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa, lahirlah Republik
Indonesia.
Dirgahayu Indonesiaku!***
Di masa penjajahan India-Belanda ini muncul nama Indonesia. Pertama kali digunakan oleh dua orang
Inggris, yaitu George Samuel Windsor Earl, seorang pengacara kelahiran London, yang bersama James
Richardson Logan, seorang pengacara kelahiran Scotlandia, menulis artikel sebanyak 96 halaman di
Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia No. 4, tahun 1850 dengan judul "The Ethnology of the
Indian Archipelago: Embracing Enquiries into the Continental Relations of the Indo-Pacific Islanders."
Mereka menamakan penduduk India-Belanda bagian barat yang berasal Proto-Malaya (Melayu tua) dan
Deutero-Malaya (Melayu muda), sebagai Indunesians (Indu, bahasa Latin, artinya: India; Nesia, asal
katanya adalah nesos, bahasa Yunani, artinya: kepulauan). Sedangkan penduduk di wilayah India-
Belanda bagian timur masuk ke dalam kategori Melanesians (Mela = hitam. Melanesia = kepulauan
orang-orang hitam). Oleh karena itu, Earl sendiri kemudian cenderung menggunakan istilah Melayu-
nesians, untuk menamakan penduduk India-Belanda bagian barat. Kemudian Logan merubah Indunesia
menjadi Indonesia (Indos dan Nesos, keduanya berasal dari bahasa Yunani) dalam tulisan-tulisannya di
Journal tersebut.
Adalah Adolf Bastian, seorang dokter dan sekaligus etnolog Jerman, yang mempopulerkan nama
Indonesia ketika menerbitkan laporan perjalanan dan penelitiannya di Berlin, yang diterbitkan dalam
karya 5 jilid (1864 – 1894) dengan judul “Indonesien, oder die Inseln des malaysischen Archipels”
(bahasa Jerman, artinya: “Indonesia, atau Pulau-Pulau dari Kepulauan Malaya”). Jilid I berjudul Maluku,
jilid II Timor dan Pulau-Pulau Sekitarnya, jilid III Sumatera dan Daerah Sekitarnya, jilid IV Kalimantan dan
Sulawesi, jilid V Jawa dan Penutup.
Sejak dahulu hingga sekarang, para ilmuwan Eropa lebih senang menggunakan istilah/kata bahasa Latin
atau Yunani untuk penamaan hal-hal yang sehubungan dengan ilmiah, demikian juga untuk menamakan
ras penduduk di wilayah Malaya dan India Belanda bagian barat.
Eduard Douwes Dekker, dalam bukunya “Max Havelaar” menyebut India-Belanda dengan nama
Insulinde, variasi bahasa Belanda untuk Kepulauan India. Ketika Indische Partij (Partai India) yang
didirikan oleh keponakannya dilarang oleh Pemerintah India Belanda tahun 1913, para anggotanya
mendirikan Partai Insulinde.
Baik Indunesian, Indonesien atau Insulinde semua artinya adalah Kepulauan India, untuk menunjukkan
identitas pribumi yang hidup di bagian barat wilayah India- Belanda, sedangkan yang hidup di wilayah
timur –Flores, Timor, Maluku dan Papua-sebenarnya adalah orang-orang Melanesia (Kepulauan orang-
orang hitam).
Yang termasuk pertama menggunakan kata Indonesia pada awal tahun 20-an adalah Perhimpunan
Indonesia di Belanda, Sam Ratu Langie dan Partai Komunis Indonesia.
Jadi kata Indonesia yang sampai sekarang digunakan oleh Republik Indonesia artinya tak lain adalah:
Kepulauan India.
Selain Indonesia, yang menggunakan nama yang “diciptakan” oleh orang-orang Inggris dan kemudian
dipopulerkan oleh orang Jerman, juga Phillipina (Filipina), yang masih tetap menggunakan nama
peninggalan penjajahan. Ketika orang-orang Spanyol menguasai wilayah tersebut, sebagai persembahan
kepada raja Spanyol, Phillip, jajahan itu diberi nama Philippina.
Banyak negara setelah merdeka mengganti nama yang “diciptakan” atau diberikan oleh penjajahnya,
seperti Ceylon menjadi Sri Lanka, Burma menjadi Myanmar, Indo-Cina menjadi Vietnam, Rhodesia
menjadi Zimbabwe, Gold Coast menjadi Ghana, South-West Afrika menjadi Namibia, dll.
Jadi seandainya bangsa ini sepakat untuk meninggalkan nama yang diciptakan oleh orang Eropa, maka
Indonesia bukanlah negara pertama yang mengganti nama peninggalan masa penjajahan.
Dapat menjadi bahan pertimbangan, untuk kembali menggunakan nama yang telah lebih dari 1000 tahun
digunakan oleh nenek moyang kita, yaitu NUSANTARA.
Soekarno
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Soekarno
Masa jabatan
17 Agustus 1945 – 12 Maret 1967
Pengganti Soeharto
Ir. Soekarno1 (6 Juni 1901 - 21 Juni 1970) adalah Presiden Indonesia pertama yang
menjabat pada periode 1945 - 1966. Ia memainkan peranan penting untuk
memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah penggali
Pancasila. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan
Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945.
Ia menerbitkan Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial itu,
yang konon, antara lain isinya adalah menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk
mengamankan dan menjaga kewibawaannya. Tetapi Supersemar tersebut
disalahgunakan oleh Letnan Jenderal Soeharto untuk merongrong kewibawaannya
dengan jalan menuduhnya ikut mendalangi Gerakan 30 September. Tuduhan itu
menyebabkan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara yang anggotanya telah
diganti dengan orang yang pro Soeharto, mengalihkan kepresidenan kepada
Soeharto.
Daftar isi
[sembunyikan]
5 Masa kemerdekaan
7 Istri Soekarno
8 Lain-lain
9 Sumber
10 Lihat pula
11 Pranala luar
[sunting
g] Masa Perang
g Revo
olusi
Ruang ta
amu rumah persembun
nyian Bung Karno di Re
engasdengkklok
.
Soekarn
no bersama a tokoh-tokkoh nasional mulai mempersiap pkan diri meenjelang
Proklam
masi kemerrdekaan Re epublik Indonesia. Se
etelah sidan
ng Badan Penyelidik
P
Usaha Persiapan
P Kemerdekaan Indone esia BPUPPKI,Panitia Kecil yangg terdiri darri
delapan orang (resmi), Panitia Kecil yang terdiri dari sembilan orang/Panitia
Sembilan (yang menghasilkan Piagam Jakarta) dan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia PPKI, Soekarno-Hatta mendirikan Negara Indonesia
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa
Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945; Soekarno dan Mohammad Hatta
dibujuk oleh para pemuda untuk menyingkir ke asrama pasukan Pembela Tanah Air
Peta Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang membujuk antara lain Soekarni,
Wikana, Singgih serta Chairul Saleh. Para pemuda menuntut agar Soekarno dan
Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, karena di
Indonesia terjadi kevakuman kekuasaan. Ini disebabkan karena Jepang sudah
menyerah dan pasukan Sekutu belum tiba. Namun Soekarno, Hatta dan para tokoh
menolak dengan alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang.
Alasan lain yang berkembang adalah Soekarno menetapkan moment tepat untuk
kemerdekaan Republik Indonesia yakni dipilihnya tanggal 17 Agustus 1945 saat itu
bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan, bulan suci kaum muslim yang diyakini
merupakan tanggal turunnya wahyu pertama kaum muslimin kepada Nabi
Muhammad SAW yakni Al Qur-an. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan
Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden
Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi presiden
dan wakil presiden dikukuhkan oleh KNIP.Pada tanggal 19 September 1945
kewibawaan Soekarno dapat menyelesaikan tanpa pertumpahan darah peristiwa
Lapangan Ikada dimana 200.000 rakyat Jakarta akan bentrok dengan pasukan
Jepang yang masih bersenjata lengkap.
Pada saat kedatangan Sekutu (AFNEI) yang dipimpin oleh Letjen. Sir Phillip
Christison, Christison akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto
setelah mengadakan pertemuan dengan Presiden Soekarno. Presiden Soekarno
juga berusaha menyelesaikan krisis di Surabaya. Namun akibat provokasi yang
dilancarkan pasukan NICA (Belanda) yang membonceng Sekutu. (dibawah Inggris)
meledaklah Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan gugurnya Brigadir
Jendral A.W.S Mallaby.
Karena banyak provokasi di Jakarta pada waktu itu, Presiden Soekarno akhirnya
memindahkan Ibukota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta. Diikuti wakil
presiden dan pejabat tinggi negara lainnya.
Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD 1945 adalah kedudukan Presiden
selaku kepala pemerintahan dan kepala negara (presidensiil/single executive).
Selama revolusi kemerdekaan,sistem pemerintahan berubah menjadi semi-
presidensiil/double executive. Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara dan Sutan
Syahrir sebagai Perdana Menteri/Kepala Pemerintahan. Hal itu terjadi karena
adanya maklumat wakil presiden No X, dan maklumat pemerintah bulan November
1945 tentang partai politik. Hal ini ditempuh agar Republik Indonesia dianggap
negara yang lebih demokratis.
Meski sistem pemerintahan berubah, pada saat revolusi kemerdekaan, kedudukan
Presiden Soekarno tetap paling penting, terutama dalam menghadapi Peristiwa
Madiun 1948 serta saat Agresi Militer Belanda II yang menyebabkan Presiden
Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan sejumlah pejabat tinggi negara
ditahan Belanda. Meskipun sudah ada Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
(PDRI) dengan ketua Sjafruddin Prawiranegara, tetapi pada kenyataannya dunia
internasional dan situasi dalam negeri tetap mengakui bahwa Soekarno-Hatta
adalah pemimpin Indonesia yang sesungguhnya, hanya kebijakannya yang dapat
menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda.
1. Oetari
2. Inggit Garnasih
3. Fatmawati
4. Hartini
5. Ratna Sari Dewi (nama asli: Naoko Nemoto)
6. Haryati
7. Yurike Sanger
8. Kartini Manoppo
9. Heldy Djafar
Beberapa di antaranya kemudian dinikahinya.
[sunting] Lain-lain
Presiden Indonesia masa jabatan 2001-2004, Megawati Soekarnoputri, adalah putri
sulungnya.
[sunting] Sumber
(id) Dr. Syafiq A. Mughnie,M.A.,PhD. Hassan Bandung, Pemikir Islam Radikal.
PT. Bina Ilmu, 1994, pp 110-111.
(en) Leslie H. Palmier. Sukarno, the Nationalist. Pacific Affairs, vol. 30, No, 2
(Jun. 1957), pp 101-119.
(en) Bob Hering, 2001, Soekarno, architect of a nation, 1901-1970, KIT
Publishers Amsterdam, ISBN 90-6832-510-8, KITLV Leiden, ISBN 90-6718-178-
1
(nl) Lambert J. Giebels, 1999, Soekarno. Nederlandsch onderdaan. Biografie
1901-1950. Deel I, uitgeverij Bert Bakker Amsterdam, ISBN 90-351-2114-7
(nl) Lambert J. Giebels, 2001, Soekarno. President, 1950-1970, Deel II,
uitgeverij Bert Bakker Amsterdam, ISBN 90-351-2294-1 geb., ISBN 90-351-
2325-5 pbk.
(nl) Lambert J. Giebels, 2005, De stille genocide: de fatale gebeurtenissen
rond de val van de Indonesische president Soekarno, ISBN 90-351-2871-0
Cindy Adamas, 1965, "Sukarno, an autobiography as told to Cindy Adams, The
Bobs Merryl Company Inc, New York
[sunting] Lihat pula
De-Soekarnoisasi
Daftar Presiden Indonesia
De-Soekarnoisasi
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
De-Soekarnoisasi adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah Orde Baru
di bawah Jenderal Soeharto untuk memperkecil peranan dan kehadiran
Soekarno dalam sejarah dan dari ingatan bangsa Indonesia.
Langkah-langkah tersebut dilakukan antara lain dengan jalan mengganti
nama Soekarno yang diberikan pada berbagai tempat atau bangunan di
Indonesia. Misalnya, Stadion Gelora Bung Karno diubah menjadi Stadion
Utama Sena
U ayan, kota Soekarno opura (sebelumnya bernama
b Hoollandia)
diubah nam manya menjjadi Jayapu ura, dan Puuncak Soe ekarno diuubah namanya
m
menjadi Punncak Jaya.. Selain itu, pada saat Soekarno o meningga al,
keinginanny ya untuk dikebumikan n di Istana Batu Tulis,, Bogor tida
ak dipenuhhi
o
oleh pemeriintah. Seba aliknya, So
oekarno dikkebumikan di Blitar, te empat tingggal
kedua orang g tua beserta kakaknya, Ibu Wa ardojo.
U
Upaya-upay ya lain yang lebih fundamental dilakukan
d d
dengan me emperkecil
p
peranan So
oekarno dalam mence etuskan Pa ancasila serta tanggal kelahiran
p
pemikiran yang
y kemud dian dijadikkan ideologgi nasional pada 1 Juni 1945.
N
Nugroho Nootosusantoo, yang merrupakan se ejarahwan resmi Orde e Baru dann
yang sanga at dekat denngan milite
er, mengaju ukan penda apat bahwa a tokoh uta
ama
yang mence etuskan Paancasila buukanlah Bung Karno, melainkan Mr.
M
Mohammad d Yamin, pa ada tangga al 29 Mei 1945. Pendapat resmii inilah yang
selalu dipeg
gang selam ma masa Orde
O Baru, dan
d dicoba a ditanamka an lewat
p
program P-4
4.
[ssunting] Pranala
P luar
Dafttar Pre
esiden
n Indo
onesia
Dari Wikkipedia Indo
onesia, ensikklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Berikut adalah dafftar Presiden Indone esia yang mulai
m memerintah settelah
Proklam
masi Kemerrdekaan Re epublik Ind
donesia pad
da tahun 1945 sampa ai sekarang
g.
Nama Awal Jab
batan Habis Jabattan Pa
artai
1 Ir. Soekkarno 17 Agustu
us 1945 27 Desembe
er 1949 PN
NI
– Mr. Asssaat 27 Desem
mber 1949 17 Agustus 1950
1 Ir. Soekkarno 17 Agustu
us 1950 12 Maret 1967 PN
NI
2 Jen. (P
Purn.) Soehartto 12 Maret 1967 21 Mei 1998
8 Go
olkar
3 Prof. Dr. Dipl. Ing. B.
B J. Habibie 21 Mei 19
998 20 Oktober 1999 Go
olkar
4 Abdurra
ahman Wahid
d 20 Oktober 1999 23 Juli 2001 PK
KB
5 Megaw
wati Soekarnoputri 23 Juli 20
001 20 Oktober 2004
2 PD
DI Perjuangan
n
6 Susilo Bambang
B Yudhoyono 20 Oktober 2004 (2009) Pa
artai Demokra
at
Bendera
a Presiden Republik
R Ind
donesia
Catatan
n:
Pressiden Republik In
ndonessia
Dari Wikkipedia Indo
onesia, ensikklopedia bebas
berbahasa Indonesiia. Artikel ini ba
agian dari seri
Sistem Keta
S atanegaraaan
Republik Indonesia
a
U
Undang Undan
ng Dasar 1945
Ma
ajelis Permusya
awaratan Raky
yat
Dewan Perwa
akilan Rakyat
Dewan Perwa
akilan Daerah
Presiiden
Presiden Republik Indonesia adalah kepala
Kementerian Negara
negara sekaligus kepala pemerintahan Republik
Sekretariat Negara
Indonesia.
Sekretariat Kabinet
Menurut Perubahan Ketiga UUD 1945 Pasal 6A, Lembaga Pemerintah Non Departemen
6 Lihat pula
pemerintahan Indonesia.
Sri Sultan
2 1973 1978
Hamengkubuwono IX
Partai Persatuan
9 Dr. H. Hamzah Haz 2001 2004
Pembangunan
Assaat
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Mr. Assaat (18 September 1904–16 Juni 1976) adalah tokoh pejuang Indonesia,
pemangku jabatan Presiden Republik Indonesia pada masa pemerintahan Republik
Indonesia di Yogyakarta yang merupakan bagian dari Republik Indonesia Serikat
(RIS).
Mr. Assaat dilahirkan di Kubang Putih Banuhampu adalah orang sumando Sungai
Pua, menikah dengan Roesiah, wanita Sungai Pua di Rumah Gadang Kapalo Koto,
yang telah meninggalkan beliau pada 12 Juni 1949, dengan dua orang putera dan
seorang puteri.
Sekitar tahun 1946-1949, di Jalan Malioboro, Yogyakarta, sering terlihat seorang
berbadan kurus semampai berpakaian sederhana sesuai dengan irama revolusi.
Terkadang ia berjalan kaki, kalau tidak bersepeda menelusuri Malioboro menuju ke
kantor KNIP tempatnya bertugas. Orang ini tidak lain adalah Mr. Assaat, yang selalu
menunjukkan sikap sederhana berwajah cerah di balik kulitnya yang kehitam-
hitaman. Walaupun usianya saat itu baru 40 tahun, terlihat rambutnya mulai
memutih. Kepalanya tidak pernah lepas dari peci beludru hitam.
Mungkin generasi muda sekarang kurang atau sedikit sekali mengenal perjuangan
Mr. Assaat sebagai salah seorang patriot demokrat yang tidak kecil andilnya bagi
menegakkan serta mempertahankan Republik Indonesia. Assaat adalah seorang
yang setia memikul tanggung jawab, baik selama revolusi berlangsung hingga pada
tahap akhir penyelesaian revolusi. Pada masa-masa kritis itu, Assaat tetap
memperlihatkan dedikasi yang luar biasa.
Ia tetap berdiri pada posnya di KNIP, tanpa mengenal pamrih dan patah semangat.
Sejak ia terpilih menjadi ketua KNIP, jabatan ini tidak pernah terlepas dari
tangannya. Sampai kepadanya diserahkan tugas sebagai Penjabat Presiden RI di
kota perjuangan di Yogyakarta.
Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan, Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan
Badan Pekerjanya selama revolusi sedang berkobar telah dua kali mengadakah
hijrah. Pertama di Jakarta, dengan tempat bersidang di bekas Gedung Komedi (kini
Gedung Kesenian) di Pasar Baru dan di gedung Palang Merah Indonesia di Jl.
Kramat Raya. Karena perjuangan bertambah hangat, demi kelanjutan Revolusi
Indonesia, sekitar tahun 1945 KNIP dipindahkan ke Yogyakarta.
Kemudian pada tahun itu juga KNIP dan Badan Pekerja, pindah ke Purwokerto,
Jawa Tengah. Ketika situasi Purwokerto dianggap kurang aman untuk kedua kalinya
KNIP hijrah ke Yogyakarta. Pada saat inilah Mr. Assaat sebagai anggota
sekretariatnya. Tidak lama berselang dia ditunjuk menjadi ketua KNIP beserta
Badan Pekerjanya.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Diasingkan
3 Praktek Advokat
4 Menentang Komunis
5 Upacara Kebesaran
6 Pranala luar
[sunting] Diasingkan
Api revolusi mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945 terus menggelora.
Belanda dengan kekuatan militernya melancarkan apa yang mereka namakan
Agresi Militer II. Mr. Assaat ditangkap Belanda bersama Bung Karno dan Bung
Hatta serta pemimpin Republik lainnya, kemudian di asingkan di Manumbing di
Pulau Bangka.
Rambutnya bertambah putih, karena uban makin melebat sejak diasingkan di
Manumbing dan Mr. Assaat mulai memelihara jenggot. Assaat bukan ahli pidato, dia
tidak suka banyak bicara, tetapi segala pekerjaan bagi kepentingan perjuangan
semua dapat diselesaikannya dengan baik, semua rahasia negara dipegang teguh,
itulah sebabnya dia disenangi dan disegani oleh kawan dan lawan politiknya.
Ketika menjadi Penjabat Presiden, pers memberitakan tentang pribadinya, antara
lain beliau tidak mau dipanggil Paduka Yang Mulia, cukup dengan panggilan
Saudara Acting Presiden. Panggilan demikian memang agak canggung di zaman
itu. Akhirnya Assaat bilang, panggil saja saya "Bung Presiden". Di sinilah letak
kesederhanaan Assaat sebagai seorang pemimpin.
Hal itu tergambar pula dengan ketaatannya melaksanakan perintah agama, yang
tak pernah meninggalkan shalat lima waktu. Dan dia termasuk seorang pemimpin
yang sangat menghargai waktu, sama halnya dengan Bung Hatta.
[sunting
g] Upaca
ara Keb
besaran
n
Ketika berada
b di hutan-hutan
h n Sumateraa Barat dann Sumatera a Utara, Mr. Assaat
sudah merasa
m dirinya sering terserang sakit. Akhirnya dia ditangkap, dalam
d
keadaann fisik lema ah dan mejjalani "hidu
up" di dalam
m penjara "Demokrassi Terpimpiin"
selama 4 tahun da ari tahun 19
962-1966. Ia baru keluar dari ta
ahanan di Jakarta,
J
setelah munculnya a Orde Barru.
Pada ta
anggal 16 Juni
J 1976, Mr.
M Assaatt meningga al dirumahn
nya yang sederhana di
d
Warungg Jati Jakarrta Selatan. Mr. Assaa
at gelar Daatuk Mudo diantar ole
eh teman-
teman seperjuang
s annya, sahhabat, hand
dai tolan dan semua keluarganyya, dia
dihorma
ati oleh neg
gara denga an kebesarran militer.
[sunting
g] Prana
ala luar
Soeharto
Dari Wikkipedia Indo
onesia, ensikklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Arrtikel ini tid
dak memiliki referen nsi sumbe er sehingg
ga isinya tiidak bisa
div
verifikasi.
Ba
antulah mem mperbaiki artikel
a ini de
engan mena ambahkan referensi ya
ang layak.
Artikel yang tidakk dapat dive
erifikasikan dapat dihaapus sewakktu-waktu oleh
o Pengurrus
Soeharto
Jenderal Besar Purnawirawan Soeharto, (ER, EYD: Suharto), atau juga dikenal
sebagai Haji Muhammad Soeharto (lahir di Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta, 8
Juni 1921) adalah Presiden Indonesia yang kedua, menggantikan Soekarno.
Ia mulai menjabat sejak keluarnya Supersemar yang dinilai kontroversial pada
tanggal 12 Maret 1967 sebagai Pejabat Sementara Presiden dan dipilih sebagai
Presiden pada tanggal 21 Maret 1967 oleh MPRS.
Soeharto dipilih kembali oleh suara MPR pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993,
dan 1998. Pada tahun 1998, masa jabatannya berakhir setelah mengundurkan diri
pada tanggal 21 Mei tahun tersebut, menyusul terjadinya Kerusuhan Mei 1998 dan
pendudukan gedung DPR/MPR RI oleh ribuan mahasiswa. Ia merupakan orang
Indonesia terlama dalam jabatannya sebagai presiden.
Soeharto menikah dengan Suhartini "Tien" dan dikaruniai 6 anak, yaitu Sigit
Harjojudanto, Siti Hardijanti Rukmana (Tutut), Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati
Hariyadi (Titiek), Hutomo Mandala Putra (Tommy), dan Siti Hutami Endang
Adiningsih (Mamiek). Nama panggilan beliau adalah "Pak Harto".
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Latar belakang
2 Naik ke kekuasaan
3 Meredam oposisi
8 Peninggalan
9 Lihat pula
10 Referensi
11 Pranala luar
pemerintahan Indonesia.
Soeharto
o dengan William
W Cohe
en
Korupsi menjadi beban beratt pada 198 80-an. Padaa 5 Mei 1980 sebuah h kelompokk
yang keemudian leb bih dikenall dengan naama Petisi 50 menun ntut kebebaasan politikk
yang lebbih besar. Kelompok ini terdiri dari
d anggota militer, politisi, akad
demik, dan n
mahasisswa. Media a Indonesiaa menekan n beritanya dan peme erintah meccekal
penanda atanganny ya. Setelah pada 1984 4 kelompokk ini menud
duh bahwa a Soeharto
mencipttakan nega ara satu pa
artai, beberrapa pemimmpinnya dippenjarakan n.
Catatan
n hak asasi manusia Soeharto
S ju
uga semakkin memburruk dari tah
hun ke tahuun.
Pada 19993 Komisii HAM PBBB membuatt resolusi yang
y mengungkapkan n keprihatin
nan
yang meendalam te
erhadap peelanggaran hak-hak asasi
a manu
usia di Indoonesia dan di
Timor Timur.
T Presiden AS Biill Clinton mendukung
m gnya.
Pada 19996 Soeha arto berusaha menyingkirkan Meegawati So oekarnoputtri dari
kepemimmpinan Partai Demokkrasi Indonnesia (PDI), salah satu dari tiga partai resm
mi.
Di bulan
n Juni, pendukung Me egawati me
enduduki markas
m bessar partai te
ersebut.
Setelah pasukan keamanan
k menahan mereka, keerusuhan pecah
p di Ja
akarta pada
a
tanggal 27 Juli 199
96 (peristiw
wa Sabtu Kelabu)
K yan
ng dikenal sebagai "P
Peristiwa
Kudatulli" (Kerusuh
han Dua Tu ujuh Juli).
[sunting
g] Soeha
arto turrun takh
hta
Pada 21 Mei 1998, setelah tekaanan politik besar dan beberapa demonstrasi
d , para
penduku ung revolusi mendapatkkan hadiahnnya: Soeharrto mengum
mumkan pen ngunduran
dirinya di
d televisi.
[sunting
g] Kasus
s dugaa
an koru
upsi
Artikel utama:
u Kas
sus dugaan
n korupsi Soeharto
S
Soehartto memiliki dan menggetuai tujuh
h buah yaya
asan, yaitu
u Yayasan Dana
Sejahtera Mandiri,, Yayasan Supersemar, Yayasa an Dharma Bhakti Sosial
(Dharmais), Yayasan Dana Abadi Karya Bhakti (Dakab), Yayasan Amal Bhakti
Muslim Pancasila, Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan, Yayasan Trikora.
Pada 1995, Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 90 Tahun 1995.
Keppres ini menghimbau para pengusaha untuk menyumbang 2 persen dari
keuntungannya untuk Yayasan Dana Mandiri.
Hasil penyidikan kasus tujuh yayasan Soeharto menghasilkan berkas setebal 2.000-
an halaman. Berkas ini berisi hasil pemeriksaan 134 saksi fakta dan 9 saksi ahli,
berikut ratusan dokumen otentik hasil penyitaan dua tim yang pernah dibentuk
Kejaksaan Agung, sejak tahun 1999.
Menurut Transparency International, Soeharto menggelapkan uang dengan jumlah
terbanyak dibandingkan pemimpin dunia lain dalam sejarah dengan perkiraan 15–
35 miliar dolar A.S. selama 32 tahun masa pemerintahannya.[1]
Pada 12 Mei 2006, bertepatan dengan peringatan sewindu Tragedi Trisakti, Jaksa
Agung Abdul Rahman Saleh mengeluarkan pernyataan bahwa pihaknya telah
mengeluarkan Surat Keputusan Penghentian Penuntutan (SKPP) perkara mantan
Presiden Soeharto, yang isinya menghentikan penuntutan dugaan korupsi mantan
Presiden Soeharto pada tujuh yayasan yang dipimpinnya dengan alasan kondisi
fisik dan mental terdakwa yang tidak layak diajukan ke persidangan. SKPP itu
dikeluarkan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan pada 11 Mei 2006, namun SKPP ini
lalu dinyatakan tidak sah oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 12 Juni
2006.
[sunting] Peninggalan
Sebagai presiden Indonesia selama lebih dari 30 tahun, Soeharto telah banyak
mempengaruhi sejarah Indonesia. Dengan pengambil alihan kekuasaan dari
Soekarno, Soeharto dengan dukungan dari Amerika Serikat memberantas paham
komunisme dan melarang pembentukan partai komunis. Penjajahan Timor Timur
juga dilakukan karena kekhawatirannya bahwa Fretilin (Frente Revolucinaria De
Timor Leste Independente /partai yang berhaluan sosialis-komunis) akan berkuasa
di sana bila dibiarkan merdeka. Hal ini menelan ratusan ribu korban jiwa sipil.
Untuk mengendalikan jumlah penduduk Indonesia, Soeharto memulai kampanye
Keluarga Berencana yang menganjurkan pasangan untuk memiliki 2 anak. Hal ini
dilakukan untuk menghindari ledakan penduduk yang dapat mengakibatkan
berbagai masalah, mulai dari kelaparan, penyakit sampai kerusakan lingkungan
hidup. Dalam bidang pendidikan Soeharto mempelopori proyek Wajib Belajar yang
bertujuan meningkatkan rata-rata taraf tamatan sekolah anak Indonesia. Pada
awalnya, proyek ini membebaskan murid pendidikan dasar dari uang sekolah
(Sumbangan Pembiayaan Pendidikan) sehingga anak-anak dari keluarga miskin
juga dapat bersekolah. Hal ini kemudian dikembangkan menjadi Wajib Belajar 9
tahun.
HM Soeharto (1)
Namun, akhirnya ia harus meletakkan jabatan secara tragis, bukan semata-mata karena desakan
demonstrasi mahasiswa (1998), melainkan lebih akibat pengkhianatan para pembantu dekatnya
yang sebelumnya ABS dan ambisius tanpa fatsoen politik.
Saat ia baru meletakkan jabatan, ada rumor yang berkembang. Seandainya Pak Harto mendengar
hati nurani isteri yang dicintainya, Ibu Tien Soeharto, yang konon, sudah menyarankannya
berhenti sepuluh tahun sebelumnya, pasti kepemimpinnya tidak berakhir dengan berbagai
hujatan yang memojokkannya seolah-olah ia tak pernah berbuat baik untuk bangsa dan
negaranya.
Ia memang seperti kehilangan ‘inspirasi’ dan ‘teman sehati’ setelah Ibu Tien Soeharto meninggal
dunia(Minggu 28 April 1996). Pak Harto bukan pria satu-satunya yang merasakan hal seperti ini.
Banyak pria (pemimpin) yang justru ‘kuat’ didukung keberadaan isterinya. Salah satu contoh,
Bill Clinton mungkin sudah akan jatuh sebelum waktunya jika tak ditopang isterinya Hillary
Clinton.
Pak Harto tidak segera mencari pengganti isterinya. Kesepiannya seperti teratasi atas dorongan
pengabdian kepada bangsa dan negaranya. Ia menghabiskan waktunya dalam mengemban tugas
beratnya sebagai presiden. Apalagi beberapa pembantunya memberinya laporan dan harapan
yang mendorongnya untuk tetap bertahan sebagai presiden. Bahkan, bersama pembantunya
(menterinya) BJ Habibie, ia bisa berjam-jam berbicara. Tak jarang para staf harus menyediakan
mie instan jika menunggui pertemuan mereka itu.
Rakyat bangsa ini tentu masih ingat. Seusai Pemilu 1997 dan sebelum Sidang Umum MPR,
Maret 1998, para pembantunya, di antaranya Harmoko, selaku Ketua Umum DPP Golkar,
menyatakan akan tetap mencalonkan Soeharto sebagai presiden 1998-2003. Tapi, justeru pada
HUT Golkar ke-33, Oktober 1997 itu, HM Soeharto mengembalikan pernyataan itu untuk dicek
ulang: Apakah rakyat sungguh-sungguh masih menginginkannya menjadi presiden?
Setelah berselang beberapa bulan, tepatnya tanggal 20 Januari 1998, tiga pimpinan Keluarga
Besar Golkar atau yang lazim disebut Tiga Jalur Golkar, yakni jalur Golkar/Beringin (Harmoko),
jalur ABRI (Feisal Tanjung) dan jalur birokrasi (Yogie SM), datang ke Bina Graha
menyampaikan hasil pengecekan ulang keinginan rakyat dalam pencalonan HM Soeharto
sebagai Presiden RI.
Saat itu mereka melaporkan bahwa “ternyata rakyat memang hanya mempunyai satu calon
Presiden RI untuk periode 1998-2003 yaitu HM Soeharto,” kata Harmoko mengumumkan
kepada pers usai melapor kepada Pak Harto. "Mayoritas rakyat Indonesia memang tetap
menghendaki Bapak Haji Muhammad Soeharto untuk dicalonkan sebagai Presiden RI masa bakti
1998-2003," tutur Harmoko yang didampingi M Yogie SM dan Jenderal TNI Feisal Tanjung
ketika itu.
Menurut Harmoko, Jenderal TNI (Purn) H Muhammad Soeharto, setelah menerima hasil
pengecekan itu, menyatakan bersedia dicalonkan kembali sebagai Presiden RI masa bhakti 1998-
2003. Selain mengumumkan kesediaan Pak Harto dipilih kembali sebagai Presiden RI, menurut
Harmoko, Keluarga Besar Golkar juga membuat kriteria untuk calon Wakil Presiden, antara lain
memahami ilmu pengetahuan dan industri. Pernyataan ini mengarah kepada BJ Habibie.
Dari hasil pengecekan yang dilakukan oleh keluarga besar Golkar itu, masih menurut Harmoko,
Soeharto menghargai kepercayaan sebagian besar rakyat Indonesia tersebut walaupun harus ada
pengorbanan bagi kepentingan keluarga. Tetapi untuk kepentingan bangsa dan negara, Haji
Muhammad Soeharto tidak mungkin menghindar dari tanggung jawab sebagai patriot dan
pejuang bangsa.
"Dengan adanya kepercayaan rakyat ini tidak membuat Bapak Haji Muhammad Soeharto
bersikap 'tinggi glanggang colong playu.' Itu istilah Pak Harto yang artinya tidak meninggalkan
tanggung jawab dan mengelak dari kepercayaan rakyat tersebut demi kepentingan negara dan
bangsa," tegas Harmoko.
Tapi, ternyata itulah awal sebuah tragedi pengkhianatan digulirkan. HM Soeharto memang
terpilih kembali menjadi Presiden periode 1998-2003 pada Sidang Umum MPR, 1-11 Maret
1998. Didampingi BJ Habibie sebagai wakil presiden.
Namun, komponen mahasiswa dan berbagai kelompok masyarakat terus melancarkan
demonstrasi meminta Presiden Soeharto dan Wapres BJ Habibie turun serta Golkar dibubarkan.
Saat itu, Pak Harto masih terlihat yakin bahwa demonstrasi itu akan surut dalam waktu yang
tidak terlalu lama lagi. Maka pada awal Mei 1998, ia berangkat ke Kairo, Mesir, untuk
menghadiri KTT Nonblok. Saat berangkat, di bandara Halim Perdanakusuma, ia dilepas Wakil
Presiden BJ Habibie, Fangab Feisal Tanjung, juga Ketua Harian ICMI Tirto Sudiro dan sejumlah
menteri lainnya yang sebagian diantaranya kemudian mengkhianatinya.
Sementara, sepeninggal Soeharto, dalam beberapa hari kemudian, suasana Jakarta semakin
mencekam. Selain akibat demonstrasi mahasiswa makin marak, juga tersiar isu terjadi sesuatu
misteri dalam tubuh ABRI. Misteri itu diwarnai arah pengelompokan dalam tubuh militer itu.
Selain banyak aktivis pro demikrasi ‘hilang’ entah kemana, juga diisukan ribuan anggota militer
‘menghilang’ dari kesatuannya memembawa persenjataan lengkap dan amunisi cadangan.
“Apa yang sesungguhnya sedang terjadi di Indonesia, adalah suatu tanda tanya besar yang harus
segera dicari jawabannya. Apakah suatu power game sedang dimainkan di Indonesia? Siapa
yang bermain dengan kelompok bersenjata, serta bagaimana peta kekuatan gerakan sipil? Adalah
sesuatu yang harus kita analisa bersama,” tulis sebuah majalah ketika itu. Beberapa pertanyaan
yang sampai hari ini tetap misterius.
Suasana makin mencekam, pada 12 Mei 1998, akibat terjadinya penembakan mahasiswa di
kampus Universitas Trisakti, yang kemudian dikenal sebagai Tragedi Trisakti. Empat orang
mahasiswa gugur. Mahasiswa makin ‘marah’. Hampir di seluruh kampus terjadi demonstrasi.
Bahkan sebagian mulai keluar dari kampusnya. Bersamaan dengan itu, terjadi pembakaran mobil
di sekitar parkir dekat Universitas Trisakti.
Bahkan, 13 Mei 1998, mahasiswa seperti dipancing untuk keluar dari kampusnya. Situasi di
Universitas Katolik Atmajaya Jakarta justeru mengundang tanda tanya. Ada sekelompok
demonstran yang melempari mahasiswa dalam kampus itu karena mereka tidak keluar dari
kampusnya. Para mahasiswa tetap berada dalam kampus dalam suasana berkabung.
Besoknya, 14 Mei 1998, terjadilah malapetaka di Jakarta. Warga keturunan Cina menjadi
sasaran. Pertokoan dan pusat-pusat perbelanjaan dibakar. Saat itu, Jakarta seperti tak punya
petugas keamanan. Sementara para petinggi ABRI berada di Malang. Di lapangan sangat terasa
ada provokator yang menggerakkan. Di beberapa tempat, ada teriakan: “Mahasiswa datang…
mahasiawa datang!”
Dalam kondisi chaos itu, rupanya mahasiswa sangat jeli. Tampaknya, mereka menghindari
dijadikan kambinghitam. Karena hari itu, dan besoknya, tidak ada demonstrasi mahasiswa yang
keluar dari kampusnya. Bahkan ada beberapa mahasiswa yang sebelumnya tidak biasa ikut
demonstrasi, memilih tidak pulang dari kampus daripada terjebak di jalan yang penuh
kerumunan.
Situasi ini memaksa HM Soeharto pulang lebih cepat dari jadual dari Mesir. Sebelum pulang,
beredar isu bahwa ia akan dihadang oleh mahasiswa. Tapi Soeharto tetap pulang, tanpa terjadi
penghadangan seperti diperkirakan sebelumnya. Sebelum pulang, di hadapan warga Indonesia di
Mesir, ia menyatakan bersedia mundur jika rakyat menghendakinya. Saat itu, ia menegaskan
tidak akan menggunakan kekuatan bersenjata melawan mahasiswa dan kehendak rakyat.
Ia juga menerima rombongan rektor Universitas Indonesia. Mereka ini datang untuk meminta
Presiden Soeharto berhenti dengan hormat. HM Soeharto mempersilahkan mereka
menyampaikan aspirasi itu melalui MPR. Demonstrasi mahasiswa pun akhirnya terpusat ke
gedung MPR/DPR. Mereka menduduki gedung legislatif itu.
Harmoko, yang menjabat Ketua MPR dan pimpinan MPR lainnya menampung desakan
mahasiswa yang meminta Pak Harto turun. Di hadapan para mahasiswa itu, Harmoko
menyatakan bahwa pimpinan MPR setuju dengan desakan mahasiswa untuk meminta Pak Harto
mundur. Harmoko seperti tak terpengaruh atas pernyataannya saat meminta kesediaan Pak Harto
untuk dicalonkan kembali menjadi presiden jauh hari sebelum SU MPR.
Pernyataan Harmoko ini kemudian dijelaskan (dibantah) Pangab Jenderal Wiranto sebagai bukan
pernyataan institusi tapi lebih merupakan pernyataan pribadi.
HM Soeharto tentu dengan cermat terus mengikuti perkembangan itu. Sampai sore tanggal 20
Mei 1998, tampaknya ia masih yakin akan bisa mengatasi keadaan secara damai dengan
membentuk Komite Reformasi dan merombak kabinet menjadi Kabinet Reformasi. Tapi
keinginan baik Pak Harto ini disambut dingin berbagai kalangan bahkan tragisnya ditolak
sebagian pembantunya (menteri) yang dibesarkannya.
Rupanya inilah detik-detik terakhir ia menjabat presiden. Hari itu, Rabu 20 Mei 1998 sekitar
pukul 19:30, Pak Harto menerima Mantan Wakil Presiden Sudharmono di kediaman Jalan
Cendana 8 Jakarta. Saat itu, menurut Sudharmono, Presiden Soeharto menyatakan tetap akan
melaksanakan tugas-tugas kepresidenan dan segera akan mengumumkan pembentukan Komite
Reformasi serta mengadakan perubahan susunan Kabinet Pembangunan VII.
Sekitar setengah jam berikutnya, pukul 20.00, Wakil Presiden B.J. Habibie menghadap Pak
Harto. Lalu sekitar pukul 20:30, Saadillah Mursyid diminta menemui Presiden Soeharto yang
sedang bersama Wakil Presiden B.J. Habibie di ruang tamu kediaman Jalan Cendana 8 itu. Di
hadapan Wakil Presiden BJ Habibie, Presiden Soeharto meminta Saadillah Mursyid, Menteri
Sekretaris Negara, mempersiapkan naskah final: Keputusan Presiden tentang Komite Reformasi
dan Keputusan Presiden tentang Pembentukan Kabinet Reformasi.
Saat itu, Presiden Soeharto menyatakan akan mengumumkan dan melaksanakan pelantikannya
besok hari, Kamis 21 Mei 1998. Untuk keperluan itu Presiden Soeharto juga minta agar ruang
upacara atau yang lazim disebut ruang kredensial di Istana Merdeka dipersiapkan.
Kemudian Wakil Presiden B.J Habibie pulang. Sementara itu, sebanyak empat belas orang
menteri membuat pernyataan tidak bersedia ikut serta dalam Kabinet Reformasi yang
direncanakan Pak Harto. Mereka itu adalah para menteri yang sebelumnya dibesarkan Pak Harto.
Lalu, sekitar pukul 21:00, setelah BJ Habibie pulang itu, Saadillah Mursyid mohon untuk bisa
melanjutkan bertemu dengan Pak Harto. Dalam kesempatan itu, Saadillah Mursyid melaporkan
bahwa sejumlah orang-orang yang direncanakan untuk menjadi anggota Komite Reformasi telah
menyatakan menolak. Saadillah juga melaporkan adanya informasi bahwa empat belas orang
menteri yang direncanakan akan duduk dalam Kabinet Reformasi menyatakan tidak bersedia ikut
serta dalam Kabinet. Setelah itu, Saadillah pulang.
Tapi sekitar pukul 21:40, Saadillah Mursyid diminta menemui Presiden Soeharto lagi. Saadillah
bergegas menuju ruangan di tempat biasanya Presiden menerima tamu, termasuk menerima para
menteri. Saadillah terkejut karena Presiden tidak ada di ruangan itu. Ketika ditanyakan, barulah
ajudan memberitahukan bahwa Presiden Soeharto menunggu di ruang kerja pada bagian
kediaman pribadi.
Sekitar pukul 22:15 hari Rabu 20 Mei 1998 itu, HM Soeharto mempersilakan Saadillah duduk di
sebelahnya. Kursi hanya ada satu, di situ HM Soeharto duduk. Lalu Saadillah dipersilahkan
menggeser puff, sebuah tempat duduk empat persegi, agar bisa lebih dekat.
Lalu, kepada Saadillah sebagai Menteri Sekretaris Negara, diminta untuk mempersiapkan empat
hal. Pertama, konsep ‘Pernyataan Berhenti dari jabatan Presiden RI’; Kedua, memberitahu
pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat bahwa permintaan pimpinan DPR untuk bertemu dan
melakukan konsultasi dengan Presiden akan dilaksanakan hari Kamis, 21 Mei 1998 pukul 09:00
di ruang Jepara Istana Merdeka; Ketiga, memberitahu Wakil Presiden BJ Habibie agar hadir di
Istana Merdeka hari Kamis tanggal 21 Mei 1998 pukul 09:00 dan agar siap untuk mengucapkan
Sumpah Jabatan Presiden di hadapan Ketua Mahkamah Agung; Keempat, memohon kehadiran
Ketua Mahkamah Agung di Istana Merdeka hari Kamis 21 Mei 1998 pukul 09:00.
Saadillah pun segera memberitahu Pimpinan DPR, Wakil Presiden dan Ketua Mahkamah Agung
melalui telepon. Malam sudah larut menjelang tengah malam. Lalu, bersama-sama staf, Saadillah
segera mulai melakukan penyusunan naskah Pernyataan Berhenti Presiden. Setelah mendapatkan
pokok-pokok dan arahan, Bambang Kesowo, waktu itu Wakil Sekretaris Kabinet, dan Soenarto
Soedharmo, ketika itu Asisten Khusus Menteri Sekretaris Negara mulai menyusun konsep awal.
Sementara Yusril Ihza Mahendra, ketika itu Pembantu Asisten (Banas) Menteri Sekretaris
Negara, memberikan masukan-masukan terutama dari segi hukum tata negara.
Konsep disusun secara bersama-sama, sebagaimana layaknya suatu pekerjaan staf. Bukan hasil
kerja orang perorangan. Setelah konsep diteliti dan dikoreksi beberapa kali, pada pukul 03:00
menjelang subuh tanggal 21 Mei 1998 naskah Pernyataan telah siap untuk diajukan kepada
Presiden.
Naskah diajukan melalui prosedur yang sudah baku pada Sekretariat Negara. Konsep yang sudah
diketik rapi diserahkan kepada Ajudan. Ajudan menaruh naskah itu di meja kerja Presiden.
Pagi harinya, Kamis, 21 Mei 1998 sekitar pukul 10:00 pagi di ruang upacara Istana Merdeka,
yang lazim ketika itu disebut ruang kredensial, Presiden Soeharto menyampaikan pidato
Pernyataan Berhenti Sebagai Presiden Republik Indonesia.
Dalam pidatonya itu Presiden Soeharto antara lain menyatakan: “Saya telah menyatakan rencana
pembentukan Komite Reformasi dan mengubah susunan Kabinet Pembangunan VII. Namun
demikian kenyataan hingga hari ini menunjukkan Komite Reformasi tersebut tidak dapat
terwujud, karena tidak adanya tanggapan yang memadai terhadap rencana pembentukan Komite
tersebut. Dalam keinginan untuk melaksanakan reformasi dengan cara yang sebaik-baiknya tadi,
saya menilai bahwa dengan tidak dapat diwujudkannya Komite Reformasi maka perubahan
susunan Kabinet Pembangunan VII menjadi tidak diperlukan lagi.”
“Dengan memperhatikan keadaan di atas, saya berpendapat sangat sulit bagi saya untuk dapat
menjalankan tugas pemerintahan negara dan pembangunan dengan baik. Oleh karena itu, dengan
memperhatikan ketentuan Pasal 8 UUD 1945 dan setelah dengan sungguh-sungguh
memperhatikan pandangan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat dan pimpinan Fraksi-Fraksi
yang ada di dalamnya, saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai
Presiden Republik Indonesia, terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini, pada hari ini, Kamis
21 Mei 1998.“
Selepas itu, dengan ditemani puteri sulungnya, Siti Hardiyanti Rukmana (Mbak Tutut) dan
Saadillah Mursyid, Pak Harto melambaikan tangan meninggalkan Istana Merdeka pulang ke
kediaman di Jalan Cendana 8. Ketika sampai di kediaman, sebelum duduk di ruang keluarga, Pak
Harto mengangkat kedua belah tangan sambil mengucap: “Allahu Akbar. Lepas sudah beban
yang terpikul di pundakku selama berpuluh-puluh tahun.“ Kemudian, putera-puteri dan keluarga
menyalaminya.
Setelah itu, Pak Harto pun menjadi bulan-bulanan caci-maki dan hujatan. Bukan hanya dari
orang-orang yang sebelumnya tidak sejalan dengan Pak Harto, melainkan lebih lagi dari para
menteri dan tokoh-tokoh Golkar yang selama ini tak sungkan-sungkan melakukan berbagai cara
untuk bisa mendekat. Bahkan BJ Habibie yang mengaku dibesarkan HM Soeharto juga tampak
tanpa fatsoen politik mengambil sikap bahwa dalam politik tidak ada persahabatan yang kekal,
hanya kepentinganlah yang abadi.
Mereka tidak segan-segan memosisikan Pak Harto dan keluarga Cendana ibarat keranjang
sampah. Tempat pembuangan semua yang kotor. Bahwa semua kekotoran pada era Orde Baru
ditimpakan ke pundak Pak Harto dan keluarganya. Sepertinya, HM Soeharto dan keluarganya
sebagai satu-satunya yang melakukan korupsi pada era itu.
HM Soeharto pun ‘diasingkan’ dari Golkar yang dibesarkannya. Elit-elit Golkar malah yang
duluan teriak agar Soeharto ditahan karena kejahatan-kejahatan yang dituduhkan kepadanya
selama memerintah. Golkar yang sebelumnya lebih didonimasi pengaruh ABRI tampak bergeser
lebih didominasi elit-elit ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia).
Suatu tragedi tendensius konstitusi, yang kental diwarnai subjektivitas politik pun terjadi. Pada
Sidang Istimewa MPR 13 November 1998 – MPR yang masih didominasi kekuatan Golkar hasil
Pemilu 1997 – menetapkan Ketetapan MPR No.XI/MPR/1998. Pasal 4 ketetapan MPR itu
berbunyi: “Upaya pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme harus dilakukan secara tegas
terhadap siapapun juga, baik pejabat negara, mantan pejabat negara, keluarga, dan kroninya
maupun pihak swasta/ konglomerat termasuk mantan Presiden Soeharto dengan tetap
memperhatikan prinsip praduga tidak bersalah dan hak-hak asasi manusia.”
Penyebutan nama orang secara eksplisit – mantan Presiden Soeharto – dalam pasal ini tampak
tendensius, absurd dan sangat diwarnai sifat subjektivitas politik serta di luar kelaziman sistem
ketatanegaraan Indonesia. Bukankah sebaiknya format suatu Tap MPR merupakan garis-garis
umum dari suatu kebijakan negara? Jadinya, pasal ini seperti hendak diposisikan hanya berlaku
kepada mantan Presiden Soeharto, tetapi tidak berlaku bagi mantan presiden yang lainnya.
Tampaknya, itulah puncak pengkhianatan beberapa mantan menteri dan elit Golkar yang
dibesarkannya. Kendati Pak Harto tidak pernah mengatakan secara eksplisit bahwa mereka ini
mengkhianatinya. Tapi sikapnya yang sampai hari ini belum bersedia menerima kunjungan BJ
Habibie dan beberapa mantan menteri dan elit Golkar lainnya bisa dipahami berbagai pihak
sebagai indikasi ke arah itu.
Pak Harto pun menunjukkan ketabahan dan keteguhannya. Ia pun akhirnya sempat diadili
dengan tuduhan korupsi, penyalahgunaan dana yayasan-yayasan yang didirikannya. Ia
menyatakan bersedia mempertanggungjawabkan dana yayasan itu. Tapi, ia pun jatuh sakit yang
menyebabkan proses peradilannya dihentikan.
Tapi tidak semua mantan menterinya tega mengkhianat, tidak mempunyai moral politik. Ada
beberapa yang justeru makin dekat dengannya secara pribadi setelah bukan lagi berkuasa. Satu di
antaranya adalah Saadillah Mursyid, mantan Menteri Sekretaris Negara. Saadillah menyatakan:
“Mudah-mudahan saya terhindar dari orang-orang yang semasa Pak Harto memegang jabatan
Presiden, selalu mendekat-dekat, menjilat dan mencari muka. Pada waktu Pak Harto tidak lagi
menjadi Presiden orang-orang itu pula yang bersuara lantang menghujat, mencaci, melempar
segala kesalahan kepada Pak Harto. Kelompok orang-orang seperti itu memperoleh kutukan
Allah dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk, jahanam (Al Qur‘an, Surah Ar Ra’ad ayat
25).” ► ti/crs, dari beragai sumber.
Bersambung:
= Kejuangan Pemimpin Pejuang [Bngs Tnp Pahlawan] (2)
= Konspirasi Asing dan Krisis Moneter (3)
= Golkar, ABRI dan ICMI (4)
= Jakarta-Jakarta, oh Indonesia (5)
= Tanggung Jawab Sang Pemimpin (6)
= Anak Petani Miskin dari Kemusuk (7)
= Prajurit Pejuang (8)
= Penumpasan G-30-S/PKI (9)
= NKRI dan Propinsi Timor Timur (10)
= Repelita dan Trilogi Pembangunan (11)
= Swasembada Pangan (12)
= Mercusuar Industri dan Teknologi (13)
= Seminar AD, CSIS dan Cides (14)
= Yayasan dan Kepedulian Sosial (15)
= Indonesia Masa Depan (16)
Masa jabatan
21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999
Pendahulu Soeharto
Agama Muslim
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Karir di Indonesia
2 Publikasi
4 Lihat pula
[sunting] Publikasi
Proceedings of the International Symposium on
Aeronautical Science and Technology of Indonesia /
B. J. Habibie; B. Laschka [Editors]. Indonesian
Aeronautical and Astronautical Institute; Deutsche
Gesellschaft für Luft- und Raumfahrt 1986
Eine Berechnungsmethode zum Voraussagen des
Fortschritts von Rissen unter beliebigen Belastungen
und Vergleiche mit entsprechenden
Versuchsergebnissen, Presentasi pada Simposium
DGLR di Baden-Baden,11-13 Oktober 1971
Beitrag zur Temperaturbeanspruchung der
orthotropen Kragscheibe, Disertasi di RWTH Aachen,
1965
Sophisticated technologies : taking root in developing
countries, International journal of technology
management : IJTM. - Geneva-Aeroport : Inderscience
Enterprises Ltd, 1990
Einführung in die finite Elementen Methode,Teil 1,
Hamburger Flugzeugbau GmbH, 1968
Entwicklung eines Verfahrens zur Bestimmung des
Rißfortschritts in Schalenstrukturen, Hamburger
Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm
GmbH, 1970
Entwicklung eines Berechnungsverfahrens zur
Bestimmung der Rißfortschrittsgeschwindigkeit an
Schalenstrukturen aus A1-Legierungen und Titanium,
Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-
Bölkow-Blohm GmbH, 1969
Detik-detik Yang Menentukan - Jalan Panjang
Indonesia Menuju Demokrasi, 2006 (memoir
mengenai peristiwa tahun 1998)
...selengkapnya
[sunting] Publikasi tentang B.J. Habibie
Hosen, Nadirsyah, Indonesian political laws in Habibie
Era : Between political struggle and law reform,
,Nordic journal of international law, ISSN 0029-151X,
Bd. 72 (2003), 4, hal. 483-518
Rice, Robert Charles, Indonesian approaches to
technology policy during the Soeharto era : Habibie,
Sumitro and others, Indonesian economic
development (1990), hal. 53-66
...selengkapnya
[sunting
g] Lihat pula
Wikiquo
ote memilik
ki koleksi ku
utipan yang
g berkaitan
n dengan:
Baharuuddin Jusuuf Habibie
Abdurrahm
man Wahid
W
Dari Wikkipedia Indo
onesia, ensikklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Ab
bdurrahma
an Wahid
(Gus Dur)
D
Presiden Indonesia ke-4
Masa jabatan
20 Oktober 1999 – 23 Juli 2001
Agama Muslim
Daftar isi
[sembunyikan]
3 Pendidikan
4 Penghargaan
5 Lihat pula
6 Pranala luar
[sunting] Pendidikan
SD di Jombang lalu pindah ke Jakarta
SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama)
Gowongan Yogyakarta
Sambil belajar di SMEP, Gus Dur juga mondok di
pondok pesantren Krapyak Yogyakarta
Setamat SMEP, Gu us Dur pind
dah mondo
ok di pesantren
Tegalrejo
o Magelang
g Jawa Tenngah
Setelah 2 tahun di Tegalrejo,
T Gus Dur piindah ke
Pesantren Tambak Beras Jom mbang
Pada usiaa 22 tahun
n, Gus Dur berangkat haji dan
melanjutkkan pendid
dikan di Universitas Al-Azhar
A Me
esir.
Tahun 19 966 Gus Duur pindah ke
k Universiitas Bagdaad
Irak, massuk di Depa
artment of Religion, sampai
s tahu
un
1970
[sunting
g] Pengh
hargaan
Pada 11 1 Agustus 2006,
2 Gadis Arivia da
an Gus Dur mendapa atkan Tasrif Award-AJJI
sebagaii Pejuang Kebebasan
K n Pers 20066. Penghargaan ini diberikan oleh Aliansi
Jurnaliss Independe
en (AJI). Gus
G Dur dan Gadis din nilai memiliki semang
gat, visi, da
an
komitme en dalam memperjua
m angkan kebbebasan beerekpresi, persamaan
p n hak,
semang gat keberag
gaman, dan n demokra
asi di Indonesia.
Gus Dur dan Gadiis dipilih ole
eh dewan juri
j yang te erdiri dari budayawan
b n Butet
Kertarad
djasa, pem
mimpin reda aksi The Ja
akarta Postt Endy Bayyuni, dan Ketua
K Komisi
Nasionaal Perempu
uan Chandra Kirana. Mereka be erhasil men nyisihkan 23
2 kandidatt
lain.
Dida
ahului oleh: Preside
en Republik Indonesia
I Digantikkan oleh:
B. J.
J Habibie 1998 - 1999
9 Megawati Sooekarnoputri
[sunting
g] Lihat pula
Daftar Prresiden Ind
donesia
[sunting
g] Prana
ala luar
Wikiquo
ote memilik
ki koleksi ku
utipan yang
g berkaitan
n dengan:
Abdurra
rahman Wa ahid
(id) Abd
durrahman
n Wahid di TokohIndo
onesia.com
m
(id) Gus Dur dan Gadis Arivvia Raih Ta
asrif Award-AJI
2006
Pre
esiden Repub
blik Indonesia
a
Kategorri: Presiden
n Indonesia
a | Politikuss Indonesia
a | Tokoh Nahdlatul
N U
Ulama |
Kelahira
an 1940 | Orang
O hidup
Berkkas:Megawa
ati.jpg
g
Dari Wikkipedia Indo
onesia, ensikklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Riwayat berrkas
Klik pada tanggal/waktu untuk melihat berkas ini pada saat tersebut.
Tanggal/Waktu Pengguna Dimensi Besar berkas Komentar
(saat 03:54, 3 Indon 145×212 6 KB {{Information |Description=Megawati
ini) November 2006 Sukarnoputri, the 8th vice president of
Indonesia. |Source=Secretary of Vice
President of Republic of Indonesia.
[http://www.setwapres.go.id/profil-
megawati.htm] |Date= |Author=Govt. of
Indon
Pranala
Halaman-halaman berikut memiliki pranala ke berkas ini:
Megawati Soekarnoputri
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Megawati Soekarnoputri
Masa jabatan
23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004
Agama Muslim
1 Kehidupan awal
2 Karir Politik
3 Perjalanan karir
4 Perjalanan pendidikan
5 Lihat pula
6 Pranala luar
pemerintahan Indonesia.
Tahun 1986 ia mulai masuk ke dunia politik, sebagai wakil ketua PDI Cabang
Jakarta Pusat.Karir politiknya terbilang melesat. Mega hanya butuh waktu satu
tahun menjadi anggota DPR RI.
1993
Dalam Kongres Luar Biasa PDI yang diselenggarakan di Surabaya 1993, Megawati
terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PDI.
1996
Namun, pemerintah tidak puas dengan terpilihnya Mega sebagai Ketua Umum PDI.
Mega pun didongkel dalam Kongres PDI di Medan pada tahun 1996, yang memilih
Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI.
Mega tidak menerima pendongkelan dirinya dan tidak mengakui Kongres Medan. Ia
masih merasa sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Kantor dan perlengkapannya
pun dikuasai oleh pihak Mega. Pihak Mega tidak mau surut satu langkah pun.
Mereka tetap berusaha mempertahankan kantor DPP PDI. Namun, Soerjadi yang
didukung pemerintah memberi ancaman akan merebut secara paksa kantor DPP
PDI yang terletak di Jalan Diponegoro.
Ancaman Soerjadi kemudian menjadi kenyataan. Tanggal 27 Juli 1996 kelompok
Soerjadi benar-benar merebut kantor DPP PDI dari pendukung Mega. Aksi
penyerangan yang menyebabkan puluhan pendukung Mega meninggal itu,
berbuntut pada kerusuhan massal di Jakarta yang dikenal dengan nama Peristiwa
27 Juli. Kerusuhan itu pula yang membuat Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik
(PRD) Budiman Sudjatmiko mendekam di penjara.
Peristiwa penyerangan kantor DPP PDI tidak menyurutkan langkah Mega. Malah, ia
makin mantap mengibarkan perlawanan. Ia memilih jalur hukum, walaupun
kemudian kandas di pengadilan. Mega tetap tidak berhenti. Tak pelak, PDI pun
terbalah dua: PDI di bawah Soerjadi dan PDI pimpinan Mega. Pemerintah mengakui
Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Namun, massa PDI lebih berpihak
pada Mega.
1997
Keberpihakan massa PDI kepada Mega makin terlihat pada pemilu 1997. Perolehan
suara PDI di bawah Soerjadi merosot tajam. Sebagian massa Mega berpihak ke
Partai Persatuan Pembangunan, yang kemudian melahirkan istilah "Mega Bintang".
Mega sendiri memilih golput saat itu.
1999
Pemilu 1999, PDI Mega yang berubah nama menjadi PDI Perjuangan berhasil
memenangkan pemilu. Meski bukan menang telak, tetapi ia berhasil meraih lebih
dari tiga puluh persen suara. Massa pendukungnya, memaksa supaya Mega
menjadi presiden. Mereka mengancam, kalau Mega tidak jadi presiden akan terjadi
revolusi.
Namun alur yang berkembang dalam Sidang Umum 1999 mengatakan lain: memilih
KH Abdurrahman Wahid sebagai Presiden. Ia kalah tipis dalam voting pemilihan
Presiden: 373 banding 313 suara.
2001
Namun, waktu juga yang berpihak kepada Megawati Sukarnoputri. Ia tidak harus
menunggu lima tahun untuk menggantikan posisi Presiden Abdurrahman Wahid,
setelah Sidang Umum 1999 menggagalkannya menjadi Presiden. Sidang Istimewa
MPR, Senin (23/7/2001), telah menaikkan statusnya menjadi Presiden, setelah
Presiden Abdurrahman Wahid dicabut mandatnya oleh MPR RI.
2004
Masa peemerintaha an Megawa ati ditandaii dengan se
emakin meenguatnya konsolidassi
demokraasi di Indonesia, dalaam masa pemerintaha annyalah, pemilihan
p u
umum
presiden
n secara laangsung dilaksanakan n dan secaara umum dianggap
d m
merupakann
salah sa
atu keberha asilan prosses demokratisasi di Indonesia.
I Ia mengalami kekala
ahan
(40% - 60%)
6 dalam
m pemilihan umum prresiden 2004 tersebu ut dan harus
menyeraahkan tong ggak kepre esidenan ke epada Sussilo Bamban ng Yudhoyyono mantaan
Menteri Koordinato or pada ma asa pemerrintahannya a.
[suntin
ng] Perja
alanan karir
1. Anggo
ota Gerakan Mahasiswa Nasion
nal Indonsia
a (Bandung
g), (1965)
2. Anggo
ota DPR-RI, (1993)
3. Anggo
ota Fraksi DPI
D Komisii IV
4. Ketua DPC PDI Jakarta Pu
usat, Anggo
ota FPDI DPR-RI,
D (19
987-1997)
5. Ketua Umum PD
DI versi
6. Munaas Kemangg (1993-sekkarang) PD
DI yang dipimpinnya berganti
b na
ama menjadi
PDI Perjuangan
P n pada 19999-sekarangg
7. Wakill Presiden RI, (Oktober 1999-23
3 Juli 2001)
8. Presiden RI ke-5, (23 Juli 2001-2004
4)
[suntiing] Perjalanan pendid
dikan
1. SD Perguruan Cikini
C Jakarta, (1954--1959)
2. SLTP
P Perguruan Cikini Ja
akarta, (196
60-1962)
3. SLTA
A Perguruan Cikini Ja
akarta, (196
63-1965)
4. Fakulltas Pertan
nian UNPAD Bandung
g (1965-19
967), (tidak selesai)
5. Fakulltas Psikolo
ogi Universsitas Indonesia (1970
0-1972), (tid
dak selesai)
[suntiing] Liha
at pula
Dafta
ar Presiden Indonesia
a
Dafta
ar Wakil Pre
esiden Indo
onesia
Presiden Wanita
a
[suntiing] Pran
nala lua
ar
Wikiquote memiliki koleksi kutipan yang berkaitan dengan:
Megawati
Presiden Digantikan
Didahului
Republik oleh:
oleh:
Indonesia Susilo
Abdurrahman
2001 - Bambang
Wahid
2004 Yudhoyono
Wakil
Presiden Digantikan
Didahului
Republik oleh:
oleh:
Indonesia Hamzah
BJ Habibie
1999 - Haz
2001
Masa jabatan
20 Oktober 2004 – Sekarang
1 Latar Be
elakang dan Keluarga
1.1 Pendidikan
P
2 Karier Militer
M
3 Karier Politik
4 Ringkasan Karir
5 Penugassan
6 Pengharrgaan
7 Masa Ke
epresidenan
8 Layanan
n SMS Preside
en
9 Lihat pula
10 Pranala
a luar
[sunting
g] Latar Belaka
ang dan
n Keluarga
Keluarga
a Yudhoyon
no
Ia lahir di
d Pacitan, Jawa Timur pada 9 September
S r 1949 darii anak pasa
angan Rad den
Soekotjo o dan Siti Habibah.
H S
Seperti ayahnya, ia pu un berkecim
mpung di dunia
d
kemiliteran. Selainn tinggal di kediaman keluarga di d Bogor (Jawa Barat), SBY juga a
tinggal di
d Istana Merdeka,
M Ja
akarta. Sussilo Bamba ang Yudhoyyono menikkah dengan n
Kristiani Herawati yang adala ah anak peerempuan ketiga
k Jend deral (Purn
nawirawan))
Sarwo Edhi
E Wibow wo (alm). Komandan
K militer Jenderal Sarwwo Edhi Wibowo turutt
membantu menum mpas PKI (P Partai Kom
munis Indon nesia) padaa tahun 1965. Dari
pernikah han merek ka lahir dua
a anak lelakki, yaitu Ag
gus Harimuurti Yudhoyyono (lahir
1979) dan Edhie Baskoro
B Yu
udhoyono (lahir
( 1982).
Agus addalah lulusaan SMA Ta aruna Nusa antara tahu un 1997 da
an Akadem mi Militer
Indonessia tahun 2000. Seperti ayahnya a, ia juga mendapatka
m an penghargaan Adhi
Mekayaasa dan seo orang prajuurit dengann pangkat Letnan
L Sattu TNI Angkatan Dara at
yang be
ertugas di sebuah
s battalion infantri di Bandung, Jawa Barat. Agu us menikah hi
Anissa Larasati
L Poohan, seorang aktris yang juga anak dari mantan
m waakil preside
en
Bank Indonesia. Sejak
S pertengahan 20 005, Agus menjalani
m p
pendidikan untuk gela
ar
master-nya di Stra
ategic Studdies at Instiitute of Deffense and Strategic
S S
Studies,
Singapuura. Anak yang
y bungssu, Edhie Baskoro
B lulus dengan
n gelar ganda dalam
Financia
al Commerrce dan Ele ectrical Com mmerce ta ahun 2005 dari
d Curtin Universityy of
Technollogy di Perrth, Australia Barat.
[sunting
g] Pendid
dikan
Presiden
n Susilo Bam
mbang Yudhoyono
Akad
demi Angka
atan Berse
enjata RI (A
Akabri) tahu
un 1973
Ame
erican Lang
guage Course, Lackla
and, Texas AS, 1976
Airbo
one and Ra
anger Course, Fort Benning
B , AS, 1976
Infan
ntry Officerr Advanced
d Course, Fort
F Bennin
ng, AS, 198
82-1983
On the job train
ning di 82-n
nd Airbone
e Division, Fort
F Bragg, AS, 1983
3
Jung
gle Warfare
e School, Panama,
P 19
983
Kurssus Senjata
a Antitank di
d Belgia da
an Jerman
n, 1984
Kurssus Komando Batalyo
on, 1985
Seko
olah Komando Angka
atan Darat, 1988-1989
9
Com
mmand and General Staff
S Colleg
ge, Fort Lea
avenwort, Kansas,
K AS
S
Mastter of Art (M
MA) dari Managemen
M nt Webster Universityy, Missouri, AS
Dokttor dalam bidang
b Eko
onomi Perta
anian dari Institut Perrtanian Bog
gor (IPB),
tahun 2004.
[sunting] Karier Militer
Tahun 1973, ia lulus dari Akademi Militer Indonesia (Akabri: Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia dengan penghargaan Adhi Makayasa sebagai murid lulusan
terbaik dan Tri Sakti Wiratama yang merupakan prestasi tertinggi gabungan mental,
fisik, dan intelek. Periode 1974-1976, ia memulai karier di Dan Tonpan Yonif Linud
330 Kostrad. Pada tahun 1976, ia belajar di Airborne School dan US Army Rangers,
American Language Course (Lackland-Texas), Airbone and Ranger Course (Fort
Benning) Amerika Serikat.
Kariernya berlanjut pada periode 1976-1977 di Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad, Dan
Tn Mo 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977), Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I
Kostrad (1977-1978, Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981, Paban Muda
Sops SUAD (1981-1982. Periode 1982-1984, ia belajar di Infantry Officer Advanced
Course (Fort Benning) Amerika Serikat.
Tahun 1983, ia belajar pada On the job training in 82-nd Airbone Division (Fort
Bragg) Amerika Serikat, Jungle Warfare School (Panama, Kursus Senjata Antitank
di Belgia dan Jerman pada tahun 1984, Kursus Komando Batalyon (1985) dan
meniti karier di Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985), Dan Yonif 744
Dam IX/Udayana (1986-1988), dan Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988).
Periode 1998-1989, ia Sekolah Komando Angkatan Darat dan belajar di US
Command and General Staff College pada tahun 1991. Periode (1989-1993), ia
bekerja sebagai Dosen Seskoad Korspri Pangab, Dan Brigif Linud 17 Kujang 1
Kostrad (1993-1994, Asops Kodam Jaya (1994-1995) dan Danrem 072/Pamungkas
Kodam IV/Diponegoro (1995) serta Chief Military Observer United Nation Peace
Forces (UNPF) di Bosnia-Herzegovina (1995-1996). Pada tahun 1997, ia diangkat
sebagai Kepala Angkatan Bersenjata dan Staf Urusan Sosial dan Politik. Ia pensiun
dari kemiliteran pada 1 April 2001 oleh karena pengangkatannya sebagai menteri.
Lulusan Command and General Staff College (Fort Leavenwort) Kansas Amerika
Serikat dan Master of Art (MA) dari Management Webster University Missouri ini
juga meniti karier di Kasdam Jaya (1996), dan Pangdam II/Sriwijaya sekaligus Ketua
Bakorstanasda. Karier militernya terhenti sebagai Kepala Staf Teritorial (Kaster
ABRI) dengan pangkat Letnan Jenderal.
[sunting] Penghargaan
Tri Sakti Wiratama (Prestasi Tertinggi Gabungan Mental Fisik, dan Intelek), 1973
Adhi Makayasa (lulusan terbaik Akabri 1973)
Satya Lencana Seroja, 1976
Honor Graduate IOAC, USA, 1983
Satya Lencana Dwija Sista, 1985
Lulusan terbaik Seskoad Susreg XXVI, 1989
Dosen Terbaik Seskoad, 1989
Satya Lencana Santi Dharma, 1996
Satya Lencana United Nations Peacekeeping Force (UNPF), 1996
Satya Lencana United Nations Transitional Authority in Eastern Slavonia,
Baranja, and Western Sirmium (UNTAES), 1996
Binta
ang Kartika
a Eka Pakssi Nararya, 1998
Binta
ang Yudha Dharma Nararya,
N 19
998
Wing
g Penerban
ng TNI-AU, 1998
Wing
g Kapal Se
elam TNI-A
AL, 1998
Binta
ang Kartika
a Eka Pakssi Pratama,, 1999
Binta
ang Yudha Dharma Pratama,
P 19
999
Binta
ang Dharm
ma, 1999
Binta
ang Maha Putera Uta
ama, 1999
Toko
oh Berbaha
asa Lisan Terbaik,
T 20
003
Binta
ang Asia (S
Star of Asia
a), 2005, oleh Busine
essWeek
Binta
ang Kehorm
matan Darjjah Keraba
at Laila Uta
ama, 2006, oleh Sulta
an Brunei
Dokttor Honoris
s Causa, 20
006, oleh Universitas
U s Keio
Susilo Bambang
B Yudhoyono
Y o juga perna
ah dicalonkan untuk menjadi pe
enerima
penghargaan Nobel perdama aian 2006 bersama dengan
d Gerakan Acehh Merdeka
a dan
Martti Ahtisaari
A ata
as inisiatif mereka
m untuk perdam
maian di Acceh.
[sunting
g] Masa Kepressidenan
n
Yudhoyo
ono di Gedu
ung MPR/DP
PR (Parlemen) Senaya
an, Jakarta
MPR pe eriode 1999 9-2004 mengamande emen Unda ang-Undang Dasar 19 945 UUD 1945
sehingg ga memung gkinkan pre esiden dan wakil pressiden dipilih
h secara la
angsung oleeh
rakyat. Pemilu
P pre
esiden dua tahap kem mudian dimenanginya dengan 60 0,9 persen
suara pe emilih dan terpilih seb
bagai presiden. Dia kemudian
k d
dicatat seba
agai presid
den
terpilih pertama
p pilihan rakyaat dan tamp
pil sebagai presiden Indonesia
I k
keenam
setelah dilantik pada 20 Okto ober 2004 bersama Wakil
W Presiden Jusuf Kalla. Ia
unggul dari
d pasangan Presid den Megaw wati Soekarrnoputri-Ha asyim Muza adi pada
pemilu 2004.
2
Kolusi, Korupsi,
K da
an Nepotisme (KKN) sebagai prrioritas pennting dalam
m
kepemim mpinannya a selain kassus terorism
me global. Penanggu
ulangan bahaya narko
oba,
perjudia
an, dan perrdagangan manusia juga sebagai beban berat
b yang membutuh
hkan
kerja ke
eras bersam
ma pimpinaan dan rakyyat.
Di masaa jabatanny
ya, Indonessia mengalami sejummlah bencanna alam se
eperti
gelombaang tsunammi, gempa bumi, dll. Semua
S ini merupakann tantangan tambaha
an
bagi Pre
esiden yang masih beergelut denngan upayaa memulihkkan kehidupan ekono
omi
negara dan kesejaahteraan ra
akyat.
Susilo Bambang
B Yudhoyono
Y o juga memmbentuk UK KP3R, sebu uah lembag ga
kepresiddenan yang g diketuai oleh
o Marsilam Siman ndjuntak paada 26 Okto ober 2006..
Lembag ga ini pada awal pembentukann nya mendap pat tentanggan dari Pa
artai Golkar
seiring dengan
d isu
u tidak dilibatkannya Wakil
W Presiden Jusuff Kalla dalaam
pemben ntukannya serta isu dibentuknya a UKP3R untuk
u memangkas kew wenangan
Wakil Presiden, teetapi akhirnnya diterimaa setelah SBY
S sendirri menjelaskannya daalam
sebuah keterangan pers.[1]
[sunting
g] Layan
nan SM
MS Pressiden
Sekitar bulan Juni 2005, Presiden SBY Y memulai layanan
l peesan singkaat (SMS) ke
nomor telepon selulernya di 081110994 49 namun esok harinnya terjadi gangguan
g
teknis karena banyyaknya SM MS yang ma asuk dan sekarang
s d
diganti cukuup dengan
SMS ke e 9949 sete
elah itu SM
MS akan dip pilah dan disampaikan
n ke presid
den. Nomor
9949 addalah tangg
gal lahir be
eliau (9 Sep
ptember 19949).
Tanggal 28 Juni 2005, Presid
den SBY mengirimka
m an SMS kep pada masyyarakat
dengan nama pen ngirim Presiden RI yang berisi teentang penncegahan narkoba.
n
Kebenaaran SMS inni sudah diikonfirmasiikan dan ju
uru bicara Presiden
P m
menyatakan
n
berbaga
ai SMS akaan menyusul.
[sunting
g] Lihat pula
Daftar Prresiden Ind
donesia
[sunting
g] Prana
ala luar
Wikiquo
ote memilik
ki koleksi ku
utipan yang
g berkaitan
n dengan:
Susilo Bambang
B Yudhoyon no
Wikisou
urce memiliiki naskah atau teks asli
a yang berkaitan de
engan:
Pengarrang:Susiloo Bamban ng Yudhoy yono
(id) Situ
us resmi
(id) Situ
us kampan
nye pemilu SBY-Kalla
a
(id) Sussilo Bamba
ang Yudhoyono di To
okoh Indone
esia
Dida
ahului oleh: Preside
en Republik Indonesia
I Digantikkan oleh:
Megawati Soekarnopu utri 2004- masih menjabat
m