Anda di halaman 1dari 7

Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis.

Membaca
melibatkan pengenalan simbol yang menyusun sebuah bahasa. Membaca dan mendengar adalah 2
cara paling umum untuk mendapatkan informasi. Informasi yang didapat dari membaca dapat
termasuk hiburan, khususnya saat membaca cerita fiksi atau humor.
Secara umum, tujuan membaca adalah (1) mendapatkan informasi, (2) memperoleh pemahaman, (3)
memperoleh kesenangan. Secara khusus, tujuan membaca adalah (1) memperoleh informasi faktual,
(2) memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematis, (3) memberikan penilaian
kritis terhadap karya tulis seseorang, (4) memperoleh kenikmatan emosi, dan (5) mengisi waktu luang
(Nurhadi, 1987:11).
Lebih lanjut Nurhadi (1987) yang mengutip pendapat Waples (1967) menuliskan bahwa tujuan
membaca adalah :
(1) mendapat alat atau cara praktis mengatasi masalah;
(2) mendapat hasil yang berupa prestise yaitu agar mendapat rasa lebih bila dibandingkan dengan
orang lain dalam lingkungan pergaulannya;
(3) memperkuat nilai pribadi atau keyakinan;
(4) mengganti pengalaman estetika yang sudah usang;
(5) menghindarkan diri dari kesulitan, ketakutan, atau penyakit tertentu.
Hal menarik diungkapkan oleh Nurhadi (1987) bahwa tujuan membaca akan mempengaruhi
pemerolehan pemahaman bacaan. Artinya, semakin kuat tujuan seorang dalam membaca maka
semakin tinggi pula kemampuan orang itu dalam memahami bacaannya.

Berdasarkan pendapat di atas dan dikaitkan dengan penelitian ini, maka menyimak yang
dimaksud di sini adalah menyimak siaran berita radio melalui media rekaman. Jadi,
menyimak siaran berita radio melalui media rekaman adalah mendengarkan dengan penuh
perhatian tentang apa yang disampaikan atau terdapat dalam siaran berita radio tersebut.
Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan atau memahami bahan simakan. Karena
itu dapatlah disimpulkan bahwa “tujuan utama menyimak adalah menangkap, memahami,
atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan” (Tarigan, 1991:4).
Memang, tujuan orang untuk menyimak sesuatu itu beraneka ragam, antara lain:
1. Ada orang yang menyimak dengan tujuan utama agar dapat memperoleh
pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara; dengan perkataan lain, menyimak
untuk belajar.
2. Ada orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu
dari materi yang diujarkan atau diperdengarkan atau dipergelarkan (terutama
sekali dalam bidang seni); pendeknya dia menyimak untuk menikmati keindahan
audio maupun visual (audiovisual).
3. Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dapat menilai apa-apa yang disimak
itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain);
singkatnya, menyimak untuk mengevaluasi.
4. Ada orang menyimak agar dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimak
itu (misalnya: pembaca cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi
panel, perdebatan); pendek kata, orang itu menyimak untuk mengapresiasi materi
simakan.
5. Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dapat mengkomunikasikan ide-ide,
gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar
dan tepat. Banyak contoh dan ide yang dapat diperoleh dari sang pembicara dan
semua ini merupakan bahan penting untuk menunjang dalam mengkomunikasikan
ide-idenya sendiri.
6. Ada pula orang yang menyimak dengan maksud dan tujuan agar dapat membedakan
bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) mana
bunyi yang tidak membedakan arti; biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang
sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli
(native speaker).
7. Ada lagi orang yang menyimak dengan maksud agar dapat memecahkan masalah
secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara mungkin memperoleh
banyak masukan berharga.
8. Selanjutnya ada lagi orang yang tekun menyimak sang pembicara untuk
meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini
diragukan; dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasive (Logan dan
Shrope dalam Tarigan, 1987:56).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tujuan menyimak
dapat dipandang dari berbagai segi, yaitu:
1. Menyimak bertujuan untuk belajar
2. Menyimak bertujuan untuk menikmati
3. Menyimak bertujuan untuk mengevaluasi
4. Menyimak bertujuan untuk mengapresiasi
5. Menyimak bertujuan untuk mengkomunikasikan ide-ide
6. Menyimak bertujuan untuk membedakan bunyi-bunyi
7. Menyimak bertujuan untuk memecahkan masalah
8. Menyimak bertujuan untuk meyakinkan
Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan menyimak mengenai hal-
hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan
langsung dari seorang guru (Tarigan, 1987:35-36).
Yang termasuk kelompok menyimak ekstensif sebagai berikut.
1. Menyimak Sosial
Menyimak Sosial (social listening) atau menyimak konversasional (conversational
listening) ataupun menyimak sopan (courtreous listening) biasanya berlangsung dalam
situasi-situasi sosial tempat orang-orang mengobrol atau bercengkrama mengenai hal-
hal yang menarik perhatian semua orang yang hadir dan saling mendengarkan satu sama
lain untuk membuat responsi-responsi yang wajar, mengikuti hal-hal yang menarik, dan
memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan (Dawson
dalam Tarigan,1987:37).
Dapat dikemukakan bahwa menyimak sosial paling sedikit mencakup dua hal,
yaitu menyimak secara sopan santun dan penuh perhatian terhadap percakapan dan
menyimak serta memahami peranan-peranan pembicara dalam proses komunikasi.
2. Menyimak Sekunder
Tarigan (1987:38) menyatakan bahwa “menyimak sekunder ( secondary listening)
adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan ( casual listening) dan secara
ekstensif (extensive listening).” Menyimak ini lebih bersifat umum tanpa ada
bimbingan. Apa yang didengar oleh penyimak bukan menjadi tujuan utama. Salah satu
contoh, bila menikmati musik sementara ikut berpartisipasi dalam kegiatan menulis atau
melukis.
3. Menyimak Estetik
Menyimak estetik (aesthetic listening) atau menyimak apresiatif (appreciational
listening) adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak kebetulan dan termasuk ke dalam
menyimak ekstensif (Tarigan, 1987:38). Menyimak estetik mencakup menyimak musik,
puisi, menikmati cerita, teka-teki yang dapat mengapresiasikan terhadap suatu hal
tertentu. Menyimak estetik bertujuan untuk siswa agar dapat menyimak musik, puisi,
dan drama. Sehingga dapat menikmati dan mengapresiasikan cerita-ceritanya dalam
lakon-lakon yang dibacakan atau diceritakan oleh guru atau siswa.
4. Menyimak pasif
Menyimak pasif (passive listening) adalah penyerapan suatu ajaran tanpa upaya
sadar yang biasanya menandai upaya-upaya pada saat belajar dengan kurang teliti,
tergesa-gesa, menghapal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai sesuatu bahasa.
Untuk melakukan hal ini, perlu mempergunakan teknik-teknik tertentu yang bermanfaat,
antara lain:
1) Berilah otak dan telinga kesempatan menyimak banyak-banyak.
2) Tenang dan santai.
3) Jangan memasang rintangan bagi bunyi.
4) Berikanlah waktu yang cukup bagi telinga dan otak.
5) Beri kesempatan bagi otak dan telinga bekerja, sementara mengerjakan sesuatu yang
lain (Nida dalam Tarigan, 1987:39-40)
Menyimak Intensif
Tarigan (1987:40) menyatakan bahwa “menyimak intensif diarahkan pada suatu
kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu.” Dalam kegiatan ini
diperlukan pengarahan dari guru. Salah satu cara yang sederhana untuk melatih tipe
menyimak seperti ini adalah menyuruh siswa menyimak tanpa memberi teks tertulis sekali
atau dua kali, misalnya teks mengenai suatu paragraf yang mengandung beberapa
penghubung kalimat. Tugas siswa adalah mengisinya tanpa menyimak rekaman lagi.
Kemudian memberikan teks tertulis dengan mengosongkan tempat penghubung-penghubung
kalimat itu berada. Tugas siswa adalah mengisinya tanpa menyimak rekaman lagi.
Mungkin dalam kegiatan menyimak intensif, dapat dikatakan sebagai kegiatan
menyimak atau mendengarkan dengan sempurna, tetapi belum tentu memahami maknanya.
Oleh karena menyimak makna merupakan suatu keterampilan penting untuk dikembangkan,
haruslah disadari benar-benar isi yang terkandung sebenarnya dari pesan tersebut dan
berada dalam jangkauan intlektual dan kedewasaan siswa.
Jenis-jenis menyimak yang termasuk ke dalam kelompok menyimak intensif sebagai
berikut.
1. Menyimak Kritis
Menyimak kritis (critical listening) adalah “sejenis kegiatan menyimak untuk
mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari
ujaran seorang pembicara, dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal
sehat” (Tarigan, 1987:42).
Menyimak kritis lebih cendrung meneliti letak kekurangan dan kekeliruan dalam
pembicaraan seseorang karena dalam menyimak secara kritis, segala ucapan atau
informasi lisan yang disimak untuk memproleh suatu kebenaran.
2. Menyimak Konsentratif
Menyimak konsentratif (concentrative listening) sering juga disebut a study-type
listening atau menyimak yang merupakan sejenis telaah. Kegiatan-kegiatan yang
tercakup dalam menyimak konsentratif ini adalah:
1) Mengikuti petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan.
2) Mencari dan merasakan hubungan-hubungan seperti kelas, tempat, kualitas, waktu,
urutan serta sebab-akibat.
3) Mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi tertentu.
4) Memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam.
5) Merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaran maupun
pengorganisasiannya.
6) Memahami urutan ide-ide sang pembicara.
7) Mencari dan mencatat fakta-fakta penting (Anderson dan Dawson dalam Tarigan,
1987: 45).
3. Menyimak Kreatif
Menyimak kreatif (creative listening) merupakan kegiatan menyimak yang dapat
mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi,
penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan yang menggambarkan keindahan yang
dirangsang oleh apa-apa yang disimaknya (Dawson dalam Tarigan, 1987: 46).
4. Menyimak Eksplorasif
Tarigan (1987:47) menyatakan bahwa “menyimak eksplorasif ( exploratory
listening) adalah sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan
menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit.” Dalam menyimak seperti ini sang
penyimak menyiagakan perhatiannya untuk menjalani serta menemukan hal-hal yang
menarik sebagai informasi tambahan mengenai suatu topik.
5. Menyimak Interogatif
Tarigan menyatakan pengertian mengenai menyimak interogatif sebagai berikut.
Menyimak interogatif (interrogative listening) adalah sejenis kegiatan menyimak
intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian
dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara, karena sang penyimak akan
mengajukan banyak pertanyaan (1987:48).
Dalam kegiatan menyimak interogatif ini sang penyimak mempersempit serta
mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi dengan cara mengintrogasi atau
menanyai sang pembicara.
6. Menyimak Selektif
Merdhana (1987:32) menyatakan bahwa “menyimak selektif ( selective listening)
adalah menyimak suatu wacana yang disertai dengan seleksi tertentu terhadap
kebahasaannya di samping terhadap isi pesan itu.” Dalam menyimak selektif penyimak
mungkin berhadapan dengan pesan-pesan yang tidak perlu.
Berdasarkan ketiga sumber mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak,
ketiga sumber tersebut mempunyai perbedaan dan persamaan. Setelah dibandingkan sumber
tersebut, dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses kegiatan
menyimak adalah: (1) faktor fisik, (2) faktor psikologis, (3) faktor pengalaman, (4) faktor
sikap, (5) faktor motivasi, (6) faktor jenis kelamin, (7) faktor lingkungan, dan (8) faktor
peranan dalam masyarakat.
1) Faktor Fisik
Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor penting yang turut menentukan
keefektifan serta kualitas dalam menyimak. Misalnya, ada orang yang sukar sekali
mendengar. Dalam keadaan seperti itu, mungkin saja dia terganggu atau kehilangan ide-ide
pokok seluruhnya. Juga secara fisik dia berada jauh di bawah ukuran gizi yang normal,
sangat lelah, serta tingkah polahnya tidak karuan. Kesehatan serta kesejahteraan fisik
merupakan modal penting dalam melakukan kegiatan menyimak. Lingkungan fisik juga
mempengaruhi dalam menyimak, seperti ruangan terlalu panas, lembab atau terlalu dingin,
dan suara bising dapat mengganggu orang yang sedang melakukan kegiatan menyimak.
2) Faktor Psikologis
Tarigan (1987:100) menyebutkan bahwa faktor-faktor psikologis dalam menyimak
mencakup masalah-masalah: 1) prasangka dan kurangnya simpati terhadap para pembicara
dengan aneka sebab dan alasan; 2) keegosentrisan dan keasyikan terhadap minat pribadi
serta masalah pribadi; 3) kepicikan yang menyebabkan pandangan yang kurang luas; 4)
kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tiadanya perhatian sama sekali pada pokok
pembicaraan; 5) sikap yang tidak layak terhadap sekolah, terhadap guru, terhadap pokok
pembicaraan, atau terhadap sang pembicara.
3) Faktor Pengalaman
Latar belakang pengalaman merupakan suatu faktor penting dalam menyimak.
Kurangnya minat dalam menyimak merupakan akibat dari kurangnya pengalaman dalam
bidang yang akan disimak tersebut. Sikap-sikap yang menentang dan bermusuhan timbul
dari pengalaman yang tidak menyenangkan. Misalnya, siswa tidak akan “mendengar” ide-
ide yang berada di luar jangkauan pengertian serta pemahaman mereka.
4) Faktor Sikap
Setiap orang akan cenderung menyimak secara seksama pada topik-topik atau pokok-
pokok pembicaraan yang dapat disetujui dibanding dengan yang kurang atau tidak
disetujuinya. Pada dasarnya manusia hidup mempunyai dua sikap utama mengenai segala
hal, yaitu sikap menerima dan sikap menolak. Orang akan bersikap menerima pada hal-hal
yang menarik dan menguntungkan baginya, tetapi bersikap menolak pada hal-hal yang tidak
menarik dan tidak menguntungkan baginya.
5) Faktor Motivasi
“Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. Kalau motivasi
kuat untuk mengerjakan sesuatu maka dapat diharapkan orang itu akan berhasil mencapai
tujuan” (Tarigan, 1987:103).
Dorongan dan tekad diperlukan dalam mengerjakan segala sesuatu. Dalam
mengutarakan maksud dan tujuan yang hendak dicapai, bagi seorang guru merupakan suatu
bimbingan kepada para siswa untuk menanamkan serta memperbesar motivasi mereka untuk
menyimak dengan tekun.
6) Faktor Jenis Kelamin
Berdasarkan beberapa penelitian, para pakar menarik kesimpulan bahwa pria dan
wanita pada umumnya mempunyai perhatian yang berbeda, dan cara mereka memusatkan
perhatian pada sesuatu pun berbeda pula.
7) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan terdiri atas dua, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Dalam lingkungan fisik, ruangan kelas merupakan faktor penting dalam memotivasi
kegiatan menyimak, seperti menaruh perhatian pada masalah-masalah dan sarana-sarana
akustik, agar siswa dapat mendengar dan menyimak dengan baik tanpa ketegangan dan
gangguan. Para guru harus dapat mengatur dan menata letak meja dan kursi sedemikian
rupa sehingga memungkinkan setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk
menyimak.
Lingkungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam
menyimak. Anak-anak cepat sekali merasakan suatu suasana dimana mereka didorong untuk
mengekspresikan ide-ide mereka, juga cepat mengetahui bahwa sumbangan-sumbangan
mereka akan dihargai. Anak-anak yang mempunyai kesempatan untuk didengarkan akan
lebih sigap lagi mendengarkan apabila seseorang mempunyai kesempatan berbicara. Jadi,
suasana dimana guru merencanakan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan anak-
anak dapat memanfaatkan situasi ruangan kelas untuk meningkatkan keterampilan
berkomunikasi mereka.
8) Faktor Peranan dalam Masyarakat
Tarigan (1987:107) menyatakan bahwa “banyak berjalan banyak dilihat; banyak disimak
banyak diserap banyak pengatahuan.” Kemauan menyimak dapat dipengaruhi oleh peranan
dalam masyarakat. Sebagai guru dan pendidik, dipandang perlu untuk menyimak ceramah,
kuliah atau siaran-siaran radio dan televisi yang berhubungan dengan masalah pendidikan
dan pengajaran. Sebagai seorang mahasiswa, diharapkan dapat menyimak lebih seksama dan
penuh perhatian daripada sebagai karyawan harian pada sebuah perusahaan setempat.
Jelaslah betapa pentingnya faktor peranan dalam masyarakat bagi peningkatan menyimak.

Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan
kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh.
Moris dalam Novia (2002) menyatakan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang alami
antara anggota masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku
sosial. Sedangkan, Wilkin dalam Maulida (2001) menyatakan bahwa tujuan pengajaran bahasa
Inggris dewasa ini adalah untuk berbicara. Lebih jauh lagi Wilkin dalam Oktarina (2002) menyatakan
bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena komunikasi
terjadi melalui kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah laku yang bervariasi dari
masyarakat yang berbeda.

1. Pengertian dan Tujuan Berbicara


Ada beberapa pengertian berbicara yang dicantumkan dalam blog
makalahdanskripsi.blogspot. com, antara lain:
a. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekpresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
b. Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun
serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau
penyimak.
c. Berbicara adalah proses individu berkomunikasi dengan lingkungan masyarakat untuk
menyatakan din sebagai anggota masyarakat.
d. Berbicara adalah ekspresi kreatif yang dapat memanifestasikan kepribadiannya yang
tidak sekedar alat mengkomunikasikan ide belaka, tetapi juga alat utama untuk
menciptakan dan memformulasikan ide baru.
e. Berbicara ada!ah tingkah laku yang dipelajari di Iingkungan keluarga, tetangga, dan
lingkungan lainnya disekitar tempatnya hidup sebelum masuk sekolah.
Tujuan berbicara adalah untuk menginformasikan, untuk melaporkan, sesuatu hal
pada pendengar. Sesuatu tersebut dapat berupa, menjelaskan sesuatu proses,
menguraikan, menafsirkan, atau menginterpretasikan sesuatu hal, memberi,
menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan, menjelaskan kaitan, hubungan, relasi
antara benda, hal, atau peristiwa.
2. Unsur Berbicara dan Prosedur Kegiatan Berbicara
Unsur Dasar Berbicara
Di dalam kegiatan berbicara terdapat lima unsur yang terlibat yaitu:
a. Pembicara,
b. Isi pembicaraan,
c. Saluran,
d. Penyimak, dan
e. Tanggapan penyimak.
Prosedur Kegiatan Berbicara
a. Memilih pokok pembicaraan yang menarik hati.
b. Membatasi pokok pembicaraan.
c. Mengumpulkan bahan-bahan.
d. Menyusun bahan (pendahuluan, isi, kemampuan)
3. Konsep Dasar Berbicara
Kemampuan berbicara siswa bervariasi, mulai dari taraf baik atau lancar; sedang;
gagap atau kurang. Kenyataan tersebut sebaiknya dijadikan landasan berbicara di
sekolah. Pengajaran berbicara pun harus berlandaskan konsep dasar berbicara sebagai
sarana berkomunikasi.
Konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup sembilan hal,
yakni:
a. berbicara dan menyimak adalah suatu kegiatan resiprokal,
b. berbicara adalah proses individu berkomunikasi,
c. berbicara adalah ekspresi kreatif,
d. berbicara adalah tingkah laku,
e. berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari,
f. berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman,
g. berbicara sarana memperluas cakrawala,
h. kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat,
i. berbicara adalah pancaran kepribadian. (Logan dkk., 1972:104-105).
4. Jenis-Jenis Berbicara
Bila diperhatikan mengenai bahasa pengajaran akan kita dapatkan berbagai jenis
berbicara. Antara lain : diskusi, percakapan, pidato menjelaskan, pidato menghibur,
ceramah, dan sebagainya.
Berdasarkan pengamatan minimal ada lima landasan yang digunakan dalam
mengklasifikasi berbicara. Kelima landasan tersebut adalah :
a. situasi,
Aktivitas berbicara terjadi dalam suasana, situasi, dan lingkungan tertentu. Situasi
dan lingkungan itu dapat bersifat formal atau resmi, mungkin pula bersifat informal
atau tak resmi. Dalam situasi formal pembicara dituntut berbicara secara formal,
sebaliknya dalam situasi tak formal, pembicara harus berbicara secara tak formal
pula. Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupan
manusia sehari-hari.
Jenis-jenis kegiatan berbicara informal meliputi:
1) tukar pengalaman,
2) percakapan,
3) menyampaikan berita,
4) menyampaikan pengumuman,
5) bertelepon, dan
6) memberi petunjuk (Logan, dkk., 1972 : 108).
Sedangkan kegiatan berbicara yang bersifat formal meliputi :
1) ceramah,
2) perencanaan dan penilaian,
3) interview,
4) prosedur parlementer, dan
5) bercerita (Logan, dkk., 1972 : 116).
b. tujuan,
Akhir pembicaraan, pembicara menginginkan respons dari pendengar. Pada
umumnya tujuan orang berbicara adalah untuk menghibur, menginformasi-kan,
menstimulasikan, meyakinkan, atau menggerakkan pendengarnya.
c. metode penyampaian,
Ada empat cara yang bisa digunakan orang dalam menyampaikan
pembicaraannya, antara lain:
1) penyampaian secara mendadak,
2) penyampaian berdasarkan catatan kecil,
3) penyampaian berdasarkan hafalan, dan
4) penyampaian berdasarkan naskah.
d. jumlah penyimak, dan
Komunikasi lisan melibatkan dua pihak, pendengar dan pembicara. Jumlah
peserta yang berfungsi sebagai penyimak dalam komunikasi lisan dapat bervariasi
misalnya satu orang, beberapa orang (kelompok kecil), dan banyak orang (kelompok
besar).
e. peristiwa khusus.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering menghadapi berbagai kegiatan.
Sebagian dari kegiatan itu dikategorikan sebagai peristiwa khusus, istimewa, atau
spesifik. Contoh kegiatan khusus itu adalah ulang tahun, perpisahan, perkenalan,
pemberian hadiah. Berdasarkan peristiwa khusus itu berbicara atau berpidato dapat
digolongkan atas enam jenis,
1) pidato presentasi,
2) pidato penyambutan,
3) pidato perpisahan,
4) pidato jamuan (makan malam),
5) pidato perkenalan, dan
6) pidato nominasi (mengunggulkan). (Logan dkk., 1972 : 127).
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah diatas adalah berbicara merupakan
kemampuan manusia yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan manusia lain.
Tujuannya adalah untuk menginformasikan, untuk melaporkan, sesuatu hal pada pendengar.

Anda mungkin juga menyukai