Anda di halaman 1dari 17

ETIKA DAN PROFESIONALISME TSI

ETIKA DAN PROFESIONALISME


TEKNOLOGI INFORMASI

PROFESI DAN
PROFESIONALISME

Kelas : 4KA04
Dosen : Dewi Agushinta R

Nama kelompok :
1. Alghazali Akbar : 101 07 143
2. Kezia Azarya : 101 07 973
3. Luviyani : 111 07 018
4. Yul Dwiyanti : 121 07 201

Profesi dan Profesionalisme 1/16


ETIKA DAN PROFESIONALISME TSI

PROFESI DAN
PROFESIONALISME

 Mahasiswa mampu menyebutkan ciri-ciri seorang


profesional di bidang IT

Referensi :

http://septianadhe2wz.blogspot.com/2010/03/ciri-ciri-profesionalisme-di-
bidang-it.html
http://gedemade.blogspot.com/2010/04/ciri-ciri-profesionalisme-di-
bidang-it.html
http://ms.wikipedia.org/wiki/Profesionalisme
http://donysetiadi.com/blog/2010/02/25/pengertian-profesionalisme
http://criz-scania.blogspot.com/2010/02/pengertian-profesionalisme.html

Profesi dan Profesionalisme 2/16


ETIKA DAN PROFESIONALISME TSI

PROFESI DAN PROFESIONALISME

1. Pengertian Profesi
Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan
kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi
kebutuhan yang rumit dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang
benar akan ketrampilan dan keahlian, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya
penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat
manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya; serta adanya disiplin
etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang
menyandang profesi tersebut.

Profesi menurut :
 Kenneth Lynn dalam M. Nurdin (2004)
Menyajikan jasa berdasarkan ilmu pengetahuan.
 Mc Cully dalam M. Nurdin (2004)
Menggunakan teknik dan prosedur dengan landasan intelektual.
 Sudarwan Danim (1995)
Pekerjaan yang memerlukan spesialisasi akademik

Seorang pelaku profesi haruslah memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Menguasai ilmu secara mendalam dalam bidangnya.


2. Mampu mengubah ilmu menjadi keterampilan.
3. Selalu menjunjung tinggi etika dan integrasi profesi.
4. Penguasaan materi.
5. Menjadi bagian masyarakat profesional

Profesi dan Profesionalisme 3/16


ETIKA DAN PROFESIONALISME TSI

1.1 Ciri khas profesi

Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi,
yaitu:

 Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini


dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-
tahun.
 Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya
setiap pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
 Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi
harus meletakkan kepentingan pribadi dibawah kepentingan masyarakat.
 Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan
selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai
kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan
sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu
ada izin khusus.
 Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.

Menurut Artikel dalam International Encyclopedia of education, ada 10 ciri khas


suatu profesi, yaitu:

1. Suatu bidang pekerjaan yang terorganisir dari jenis intelektual yang terus
berkembang dan diperluas.
2. Suatu teknik intelektual.
3. Penerapan praktis dari teknik intelektual pada urusan praktis.
4. Suatu periode panjang untuk pelatihan dan sertifikasi.
5. Beberapa standar dan pernyataan tentang etika yang dapat
diselenggarakan.
6. Kemampuan untuk kepemimpinan pada profesi sendiri.
7. Asosiasi dari anggota profesi yang menjadi suatu kelompok yang erat
dengan kualitas komunikasi yang tinggi antar anggotanya.

Profesi dan Profesionalisme 4/16


ETIKA DAN PROFESIONALISME TSI

8. Pengakuan sebagai profesi.


9. Perhatian yang profesional terh adap penggunaan yang bertanggung jawab
dari pekerjaan profesi.
10. Hubungan yang erat dengan profesi lain.
2. Pengertian Profesionalisme
Profesionalisme adalah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan
sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada atau dilakukan
oleh seorang profesional.
Profesional adalah seseorang yang menawarkan jasa atau layanan sesuai
dengan protokol dan peraturan dalam bidang yang dijalaninya dan menerima gaji
sebagai upah atas jasanya. Orang tersebut juga merupakan anggota suatu entitas
atau organisasi yang didirikan sesuai dengan hukum di sebuah negara atau
wilayah.
Profesionalisme menurut :
 KBBI, 1994
Profesionalisme berasal dari kata profesion yang bermakna
berhubungan dengan profesion dan memerlukan kepandaian khusus
untuk menjalankannya.
 Longman, 1987
Profesionalisme adalah tingkah laku, kepakaran, atau kualiti dari
seseorang yang professional.
 Wignjosoebroto, 1999
Profesionalisme adalah suatu paham yang mencitakan dilakukannya
kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan
keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan, serta ikrar
untuk menerima panggilan tersebut dengan semangat pengabdian
selalu siap memberikan pertolongan kepada sesama yang tengah
dirundung kesulitan di tengah gelapnya kehidupan.

Profesi dan Profesionalisme 5/16


ETIKA DAN PROFESIONALISME TSI

 Soedijarto (1990:57)
mendefinisikan profesionalisme sebagai perangkat atribut-atribut yang
diperlukan guna menunjang suatu tugas agar sesuai dengan standar
kerja yang diinginkan.
Dari pendapat ini, sebutan standar kerja merupakan faktor pengukuran
atas bekerjanya seorang atau kelompok orang dalam melaksanakan
tugas.
 Philips (1991:43)
memberikan definisi profesionalisme sebagai individu yang bekerja
sesuai dengan standar moral dan etika yang ditentukan oleh pekerjaan
tersebut.
2.1 Ciri-ciri Profesionalisme
Ciri-ciri profesionalisme:
1. Punya ketrampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran
dalam menggunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam
pelaksanaan tugas yang bersangkutan dengan bidang tadi.
2. Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis
suatu masalah dan peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat
serta cermat dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar
kepekaan. Punya sikap berorientasi ke depan sehingga punya
kemampuan mengantisipasi perkembangan lingkungan yang
terbentang di hadapannya.Punya sikap mandiri berdasarkan
keyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka menyimak dan
menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih yang
terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya.

Profesi dan Profesionalisme 6/16


ETIKA DAN PROFESIONALISME TSI

Ciri-ciri profesionalime di bidang IT adalah :


 Punya keterampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran
dalam menggunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam
pelaksanaan tugas yang bersangkutan dengan bidang IT.
 Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis
suatu masalah dan peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat
serta cermat dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan.
 Punya sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan
mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terbentang di
hadapannya
 Keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan teoritis.
Profesionalisme diasumsikan mempunyai pengetahuan teoritis yang
ekstensif dan memiliki keterampilan yang berdasarkan pada
pengetahuan dan bisa diterapkan dalam praktek.
 Asosiasi Profesional
Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para
anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status anggota.
Organisasi tersebut memiliki persyaratan khusus untuk menjadi
anggotanya.
 Pendidikan yang ekstensif
Profesi yang prestisius memerlukan pendidikan yang lama dalam
jenjang pendidikan tinggi.
 Ujian kompetensi
Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan
untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis.
 Pelatihan Institusional
Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan
institusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman
praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan
keterampilan melalui pengembangan professional juga
dipersyaratkan.

Profesi dan Profesionalisme 7/16


ETIKA DAN PROFESIONALISME TSI

 Lisensi
Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga
hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
 Otonomi Kerja
Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoritis
mereka agar terhindar dari intervensi dari luar.
 Kode Etik
Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya
dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
 Mengatur Diri
Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa
campur tangan pemerintah.
Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang
dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.
 Layanan publik dan altruisme
Diperolehnya penghasilan dari kerja profesi yang dapat dipertahankan
selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter
berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.
 Status dan imbalan yang tinggi
Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise,
dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa
dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan
bagi masyarakat.

Tiga Watak Kerja Profesionalisme :


1. Kerja seorang profesional itu beritikad untuk merealisasikan kebajikan
demi tegaknya kehormatan profesi yang digeluti, dan oleh karenanya
tidak terlalu mementingkan atau mengharapkan imbalan upah materiil.
2. Kerja seorang profesional itu harus dilandasi oleh kemahiran teknis
yang berkualitas tinggi yang dicapai melalui proses pendidikan
dan/atau pelatihan yang panjang, ekslusif dan berat.

Profesi dan Profesionalisme 8/16


ETIKA DAN PROFESIONALISME TSI

3. Kerja seorang profesional –diukur dengan kualitas teknis dan kualitas


moral– harus menundukkan diri pada sebuah mekanisme kontrol
berupa kode etik yang dikembangkan dan disepakati bersama di dalam
sebuah organisasi profesi.
4. Menurut Harris [1995] ruang gerak seorang profesional ini akan diatur
melalui etika profesi yang distandarkan dalam bentuk kode etik
profesi. Pelanggaran terhadap kode etik profesi bisa dalam berbagai
bentuk, meskipun dalam praktek yang umum dijumpai akan
mencakup dua kasus utama, yaitu:
a. Pelanggaran terhadap perbuatan yang tidak mencerminkan respek
terhadap nilai-nilai yang seharusnya dijunjung tinggi oleh profesi
itu. Memperdagangkan jasa atau membeda-bedakan pelayanan jasa
atas dasar keinginan untuk mendapatkan keuntungan uang yang
berkelebihan ataupun kekuasaan merupakan perbuatan yang sering
dianggap melanggar kode etik profesi .
b. Pelanggaran terhadap perbuatan pelayanan jasa profesi yang
kurang mencerminkan kualitas keahlian yang sulit atau kurang
dapat dipertanggung-jawabkan menurut standar maupun kriteria
profesional.

3. Kode Etik Profesi


3.1 Pengertian

Kode yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan


atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk
menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode
juga dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis.

Profesi dan Profesionalisme 9/16


ETIKA DAN PROFESIONALISME TSI

Etika merupakan suatu cabang filosofi yang berkaitan dengan apa saja yang
dipertimbangkan baik dan salah. Ada beberapa definisi mengenai etika antara lain
:

 Kode moral dari suatu profesi tertentu


 Standar penyelenggaraan suatu profesi tertentu
 Persetujuan diantara manusia untuk melakukan yang benar dan
menghindari yang salah.

Kode etik yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu
sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.

Salah satu yang harus dipahami adalah bahwa apa yang tidak etis tidak berarti
illegal. Dalam lingkungan yang kompleks, definisi benar dan salah tidak selalu
jelas. Juga perbedaan antara illegal dan tidak beretika tidak selalu jelas.

MENURUT UU NO. 8 (POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN)

Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Kode etik profesi
sebetulnya tidak merupakan hal yang baru. Sudah lama diusahakan untuk
mengatur tingkah laku moral suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui
ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan akan dipegang teguh oleh seluruh
kelompok itu. Salah satu contoh tertua adalah ; SUMPAH HIPOKRATES, yang
dipandang sebagai kode etik pertama untuk profesi dokter. Hipokrates adalah
doktren Yunani kuno yang digelari : BAPAK ILMU KEDOKTERAN. Beliau
hidup dalam abad ke-5 SM. Menurut ahli-ahli sejarah belum tentu sumpah ini
merupakan buah pena Hipokrates sendiri, tetapi setidaknya berasal dari kalangan
murid-muridnya dan meneruskan semangat profesional yang diwariskan oleh
dokter Yunani ini. Walaupun mempunyai riwayat eksistensi yang sudah-sudah
panjang, namun belum pernah dalam sejarah kode etik menjadi fenomena yang
begitu banyak dipraktekkan dan tersebar begitu luas seperti sekarang ini. Jika

Profesi dan Profesionalisme 10/16


ETIKA DAN PROFESIONALISME TSI

sungguh benar zaman kita di warnai suasana etis yang khusus, salah satu buktinya
adalah peranan dan dampak kode-kode etik ini.

Profesi adalah suatu MORAL COMMUNITY (MASYARAKAT MORAL)


yang memiliki cita-cita dan nilai-nilai bersama. Kode etik profesi dapat menjadi
penyeimbang segi-segi negative dari suatu profesi, sehingga kode etik ibarat
kompas yang menunjukkan arah moral bagi suatu profesi dan sekaligus juga
menjamin mutu moral profesi itu dimata masyarakat. Kode etik bisa dilihat
sebagai produk dari etika terapan, seban dihasilkan berkat penerapan pemikiran
etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi. Tetapi setelah kode etik ada,
pemikiran etis tidak berhenti. Kode etik tidak menggantikan pemikiran etis, tapi
sebaliknya selalu didampingi refleksi etis. Supaya kode etik dapat berfungsi
dengan semestinya, salah satu syarat mutlak adalah bahwa kode etik itu dibuat
oleh profesi sendiri. Kode etik tidak akan efektif kalau di drop begitu saja dari atas
yaitu instansi pemerintah atau instansi-instansi lain; karena tidak akan dijiwai oleh
cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam kalangan profesi itu sendiri.

Instansi dari luar bisa menganjurkan membuat kode etik dan barang kali dapat
juga membantu dalam merumuskan, tetapi pembuatan kode etik itu sendiri harus
dilakukan oleh profesi yang bersangkutan. Supaya dapat berfungsi dengan baik,
kode etik itu sendiri harus menjadi hasil SELF REGULATION (pengaturan
diri) dari profesi.

Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam atas putih
niatnya untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hal ini
tidak akan pernah bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang berisikan nilai-
nilai dan citacita yang diterima oleh profesi itu sendiri yang bisa mendarah daging
dengannya dan menjadi tumpuan harapan untuk dilaksanakan untuk dilaksanakan
juga dengan tekun dan konsekuen. Syarat lain yang harus dipenuhi agar kode etik
dapat berhasil dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya di awasi terus menerus.
Pada umumnya kode etik akan mengandung sanksi-sanksi yang dikenakan pada
pelanggar kode etik.

Profesi dan Profesionalisme 11/16


ETIKA DAN PROFESIONALISME TSI

Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi telah menciptakan


berbagai situasi etika yang baru. Misal isu sebuah perusahaan yang secara legal
memonitor email pegawai merupakan hal yang kontroversial. Selain itu ada
perbedaan antara etika di perusahaan dengan individu.

Beberapa perusahaan dan organisasi profesi telah mengembangkan kode etik


masing-masing. Kode etik merupakan sekumpulan prinsip yang harus diikuti
sebagai petunjuk bagi karyawan perusahaan atau anggota profesi. Beragamnya
penerapan teknologi informasi dan meningkatnya penggunaan teknologi telah
menimbulkan berbagai variasi isu etika. Suatu usaha untuk mengatur isu tersebut
kedalam suatu ruang lingkup dilakukan oleh R.O. Mason dan kawan-kawan, yang
mengkategorikan isu etika menjadi empat jenis yaitu Privacy, Accuracy, Property,
Accessibility.

 Isu privacy : Koleksi, penyimpanan, diseminasi informasi

individu.

 Isu privacy : Koleksi, penyimpanan, diseminasi informasi

individu.

 Isu accuracy : Authenticity, fidelity, dan akurasi pengumpulan

dan pengolahan informasi.

 Isu property : Kepemilikan dan nilai informasi (hak cipta

intelektual).

 Isu accessibility: Hak untuk mengakses informasi dan pembayaran

fee untuk akses informasi tersebut.

Profesi dan Profesionalisme 12/16


ETIKA DAN PROFESIONALISME TSI

3.2 Kode Etik (Code of conduct) Profesional


Ada 3 hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik profesi:
 Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi
tentang prinsip profesionalitas yang digariskan.
 Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat
atas profesi yang bersangkutan (kalanggan sosial).
 Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi
profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi.

Prinsip-prinsip umum yang dirumuskan dalam suatu profesi akan berbeda


satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan perbedaan adat, kebiasaan,
kebudayaan, dan peranan tenaga ahli profesi yang didefinisikan dalam suatu
negara tidak sama.

Adapun yang menjadi tujuan pokok dari rumusan etika yang dituangkan
dalam kode etik (Code of conduct) profesi, yaitu :
 Standar‐standar etika menjelaskan dan menetapkan tanggung jawab
terhadap klien, institusi, dan masyarakat pada umumnya
 Standar‐standar etika membantu tenaga ahli profesi dalam
menentukan apa yang harus mereka perbuat kalau mereka
menghadapi dilema‐dilema etika dalam pekerjaan.
 Standar‐standar etika membiarkan profesi menjaga reputasi atau nama
dan fungsi‐fungsi profesi dalam masyarakat melawan
kelakuan‐kelakuan yang jahat dari anggota‐anggota tertentu.
 Standar‐standar etika mencerminkan / membayangkan pengharapan
moral‐moral dari komunitas, dengan demikian standar‐standar etika
menjamin bahwa para anggota profesi akan menaati kitab UU etika
(kode etik) profesi dalam pelayanannya.

Profesi dan Profesionalisme 13/16


ETIKA DAN PROFESIONALISME TSI

 Standar‐standar etika merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan


integritas atau kejujuran dari tenaga ahli profesi.
 Perlu diketahui bahwa kode etik profesi adalah tidak sama dengan
hukum (atau undang‐undang). Seorang ahli profesi yang melanggar
kode etik profesi akan menerima sangsi atau denda dari induk
organisasi profesinya.

3.3 Kode Etik Profesi IT


Sebagai salah satu bidang profesi, Information Technology (IT) bukan
pengecualian, diperlukan aturan-aturan tersebut yang mengatur bagaimana para IT
profesional ini melakukan kegiatannya. Sejauh yang pernah saya ketahui, belum
ada Kode Etik khusus yang ditujukan kepada IT Profesional di Indonesia. Dalam
postingan kali ini, saya ingin mengenalkan Kode Etik yang dibuat oleh IEEE
Computer Society dan ACM yang ditujukan khusus kepada Software Engineer
sebagai salah satu bidang yang perannya makin meningkat di IT. Ada lima faktor
yang perlu diperhatikan:
 Publik
 Client
 Perusahaan
 Rekan Kerja
 Diri Sendiri

Kode Etik juga mengatur hubungan kita dengan rekan kerja. Bahwa kita
harus selalu adil, jujur dengan rekan kerja kita. Tidak boleh kita sengaja
mencebloskan rekan kerja kita dengan memberi data atau informasi yang
salah/keliru. Persaingan yang tidak sehat ini akan merusak profesi secara umum
apabila dibiarkan berkembang.

Profesi dan Profesionalisme 14/16


ETIKA DAN PROFESIONALISME TSI

Karyawan IT di client mestinya juga mengambil Kode Etik tersebut,


sehingga bisa terjalin hubungan profesional antara konsultan dengan client.
Bertindak fair adil, jujur terhadap kolega juga berlaku bagi karyawan IT di
organisasi client dalam memperlakukan vendornya.

Beberapa perlakuan yang tidak adil terhadap kolega, antara lain:

1. Menganggap kita lebih baik dari rekan kita karena tools yang digunakan.
Misalnya, kita yang menggunakan bahasa JAVA lebih baik daripada orang
lain yang pakai Visual BASIC.
2. Kita merasa lebih senior dari orang lain, oleh karena itu kita boleh
menganggap yang dikerjakan orang lain lebih jelek dari kita, bahkan tanpa
melihat hasil kerjanya terlebih dahulu.

Seorang profesional IT di client merasa lebih tinggi derajatnya daripada


profesional IT si vendor sehingga apapun yang disampaikan olehnya lebih benar
daripada pendapat profesional IT vendor.

Kode Etik Profesi Informatikawan :

 Kode etik profesi Informatikawan merupakan bagian dari etika profesi.


 Kode etik profesi merupakan lanjutan dari norma- norma yang lebih
umum yang telah dibahas dan dirumuskan dalam etika profesi.
 Kode etik ini lebih memperjelas,mempertegas dan merinci norma-norma
ke bentuk yang lebih sempurna walaupun sebenarnya norma-norma
terebut sudah tersirat dalam etika profesi. Tujuan utama dari kode etik
adalah memberi pelayanan khusus dalam masyarakat tanpa
mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok.

Dalam penggunaan internet seseorang harus memiliki kode etik, seperti :


 Tidak menyebarkan informasi yang berkaitan dengan masalah pornografi
dan nudisme .

Profesi dan Profesionalisme 15/16


ETIKA DAN PROFESIONALISME TSI

 Tidak menyebarkan informasi yang memiliki tendensi menyinggung


masalah suku, agama dan ras (SARA).
 Tidak menyebarkan informasi yang berisi instruksi untuk melakukan
perbuatan melawan hukum (illegal).
 Tidak menampilkan segala bentuk eksploitasi terhadap anak-anak dibawah
umur.
 Tidak mempergunakan, mempublikasikan dan atau saling bertukar materi
dan informasi yang memiliki korelasi terhadap kegiatan pirating, hacking
dan cracking.
 Mencantumkan identitas sumber dan pemilik hak cipta bila
mempergunakan script, program, tulisan, gambar/ foto, animasi, suara atau
bentuk materi dan informasi lainnya yang bukan hasil karya sendiri
bersedia untuk melakukan pencabutan bila ada yang mengajukan
keberatan serta bertanggung jawab.
 Menghormati etika dan segala macam peraturan yang berlaku
dimasyarakat Internet.

Potensi-potensi kerugian yang disebabkan pemanfaatan teknologi informasi


tersebut secara kurang tepat:

 Rasa ketakutan. Banyak orang mencoba menghindari pemakaian


komputer, karena takut merusakkan, atau takut kehilangan kontrol, atau
secara umum takut menghadapi sesuatu yang baru,ketakutan akan
kehilangan data, atau harus diinstal ulang sistem program menjadikan
pengguna makin memiliki rasa ketakutan ini.

 Keterasingan. Pengguna komputer cenderung mengisolir dirinya, dengan


kata lain menaiknya jumlah waktu pemakaian komputer, akan juga
membuat mereka makin terisolir.

Profesi dan Profesionalisme 16/16


ETIKA DAN PROFESIONALISME TSI

 Golongan miskin informasi dan minoritas. Akses kepada sumber daya


informasi juga terjadi ketidak seimbaangan ditangan pemilik kekayaan dan
komunitas yang mapan.

 Pentingnya individu. Organisasi besar menjadi makin impersonal, sebab


biaya untuk untuk menangai kasus khusus/pribadi satu persatu menjadi
makin tinggi.

 Tingkat kompleksitas serta kecepatan yang sudah tak dapat ditangani.


Sistem yang dikembangkan dengan birokrasi komputer begitu kompleks
dan cepat berubah sehingga sangat sulit bagi individu untuk mengikuti
dan membuat pilihan. Tingkat kompleksitas ini menjadi makin tinggi dan
sulit ditangani, karena dengan makin tertutupnya sistem serta makin
besarnya ukuran sistem (sebagai contoh program MS Windows 2000 yang
baru diluncurkan memiliki program sekitar 60 juta baris). Sehingga proses
pengkajian demi kepentingan publik banyak makin sulit dilakukan.

 Makin rentannya organisasi. Suatu organisasi yang bergantung pada


teknologi yang kompleks cenderung akan menjadi lebih ringkih. Metoda
seperti Third Party Testing haruslah makin dimanfaatkan.

Profesi dan Profesionalisme 17/16

Anda mungkin juga menyukai