PROFESI DAN
PROFESIONALISME
Kelas : 4KA04
Dosen : Dewi Agushinta R
Nama kelompok :
1. Alghazali Akbar : 101 07 143
2. Kezia Azarya : 101 07 973
3. Luviyani : 111 07 018
4. Yul Dwiyanti : 121 07 201
PROFESI DAN
PROFESIONALISME
Referensi :
http://septianadhe2wz.blogspot.com/2010/03/ciri-ciri-profesionalisme-di-
bidang-it.html
http://gedemade.blogspot.com/2010/04/ciri-ciri-profesionalisme-di-
bidang-it.html
http://ms.wikipedia.org/wiki/Profesionalisme
http://donysetiadi.com/blog/2010/02/25/pengertian-profesionalisme
http://criz-scania.blogspot.com/2010/02/pengertian-profesionalisme.html
1. Pengertian Profesi
Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan
kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi
kebutuhan yang rumit dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang
benar akan ketrampilan dan keahlian, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya
penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat
manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya; serta adanya disiplin
etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang
menyandang profesi tersebut.
Profesi menurut :
Kenneth Lynn dalam M. Nurdin (2004)
Menyajikan jasa berdasarkan ilmu pengetahuan.
Mc Cully dalam M. Nurdin (2004)
Menggunakan teknik dan prosedur dengan landasan intelektual.
Sudarwan Danim (1995)
Pekerjaan yang memerlukan spesialisasi akademik
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi,
yaitu:
1. Suatu bidang pekerjaan yang terorganisir dari jenis intelektual yang terus
berkembang dan diperluas.
2. Suatu teknik intelektual.
3. Penerapan praktis dari teknik intelektual pada urusan praktis.
4. Suatu periode panjang untuk pelatihan dan sertifikasi.
5. Beberapa standar dan pernyataan tentang etika yang dapat
diselenggarakan.
6. Kemampuan untuk kepemimpinan pada profesi sendiri.
7. Asosiasi dari anggota profesi yang menjadi suatu kelompok yang erat
dengan kualitas komunikasi yang tinggi antar anggotanya.
Soedijarto (1990:57)
mendefinisikan profesionalisme sebagai perangkat atribut-atribut yang
diperlukan guna menunjang suatu tugas agar sesuai dengan standar
kerja yang diinginkan.
Dari pendapat ini, sebutan standar kerja merupakan faktor pengukuran
atas bekerjanya seorang atau kelompok orang dalam melaksanakan
tugas.
Philips (1991:43)
memberikan definisi profesionalisme sebagai individu yang bekerja
sesuai dengan standar moral dan etika yang ditentukan oleh pekerjaan
tersebut.
2.1 Ciri-ciri Profesionalisme
Ciri-ciri profesionalisme:
1. Punya ketrampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran
dalam menggunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam
pelaksanaan tugas yang bersangkutan dengan bidang tadi.
2. Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis
suatu masalah dan peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat
serta cermat dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar
kepekaan. Punya sikap berorientasi ke depan sehingga punya
kemampuan mengantisipasi perkembangan lingkungan yang
terbentang di hadapannya.Punya sikap mandiri berdasarkan
keyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka menyimak dan
menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih yang
terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya.
Lisensi
Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga
hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
Otonomi Kerja
Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoritis
mereka agar terhindar dari intervensi dari luar.
Kode Etik
Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya
dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
Mengatur Diri
Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa
campur tangan pemerintah.
Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang
dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.
Layanan publik dan altruisme
Diperolehnya penghasilan dari kerja profesi yang dapat dipertahankan
selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter
berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.
Status dan imbalan yang tinggi
Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise,
dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa
dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan
bagi masyarakat.
Etika merupakan suatu cabang filosofi yang berkaitan dengan apa saja yang
dipertimbangkan baik dan salah. Ada beberapa definisi mengenai etika antara lain
:
Kode etik yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu
sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.
Salah satu yang harus dipahami adalah bahwa apa yang tidak etis tidak berarti
illegal. Dalam lingkungan yang kompleks, definisi benar dan salah tidak selalu
jelas. Juga perbedaan antara illegal dan tidak beretika tidak selalu jelas.
Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Kode etik profesi
sebetulnya tidak merupakan hal yang baru. Sudah lama diusahakan untuk
mengatur tingkah laku moral suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui
ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan akan dipegang teguh oleh seluruh
kelompok itu. Salah satu contoh tertua adalah ; SUMPAH HIPOKRATES, yang
dipandang sebagai kode etik pertama untuk profesi dokter. Hipokrates adalah
doktren Yunani kuno yang digelari : BAPAK ILMU KEDOKTERAN. Beliau
hidup dalam abad ke-5 SM. Menurut ahli-ahli sejarah belum tentu sumpah ini
merupakan buah pena Hipokrates sendiri, tetapi setidaknya berasal dari kalangan
murid-muridnya dan meneruskan semangat profesional yang diwariskan oleh
dokter Yunani ini. Walaupun mempunyai riwayat eksistensi yang sudah-sudah
panjang, namun belum pernah dalam sejarah kode etik menjadi fenomena yang
begitu banyak dipraktekkan dan tersebar begitu luas seperti sekarang ini. Jika
sungguh benar zaman kita di warnai suasana etis yang khusus, salah satu buktinya
adalah peranan dan dampak kode-kode etik ini.
Instansi dari luar bisa menganjurkan membuat kode etik dan barang kali dapat
juga membantu dalam merumuskan, tetapi pembuatan kode etik itu sendiri harus
dilakukan oleh profesi yang bersangkutan. Supaya dapat berfungsi dengan baik,
kode etik itu sendiri harus menjadi hasil SELF REGULATION (pengaturan
diri) dari profesi.
Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam atas putih
niatnya untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hal ini
tidak akan pernah bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang berisikan nilai-
nilai dan citacita yang diterima oleh profesi itu sendiri yang bisa mendarah daging
dengannya dan menjadi tumpuan harapan untuk dilaksanakan untuk dilaksanakan
juga dengan tekun dan konsekuen. Syarat lain yang harus dipenuhi agar kode etik
dapat berhasil dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya di awasi terus menerus.
Pada umumnya kode etik akan mengandung sanksi-sanksi yang dikenakan pada
pelanggar kode etik.
individu.
individu.
intelektual).
Adapun yang menjadi tujuan pokok dari rumusan etika yang dituangkan
dalam kode etik (Code of conduct) profesi, yaitu :
Standar‐standar etika menjelaskan dan menetapkan tanggung jawab
terhadap klien, institusi, dan masyarakat pada umumnya
Standar‐standar etika membantu tenaga ahli profesi dalam
menentukan apa yang harus mereka perbuat kalau mereka
menghadapi dilema‐dilema etika dalam pekerjaan.
Standar‐standar etika membiarkan profesi menjaga reputasi atau nama
dan fungsi‐fungsi profesi dalam masyarakat melawan
kelakuan‐kelakuan yang jahat dari anggota‐anggota tertentu.
Standar‐standar etika mencerminkan / membayangkan pengharapan
moral‐moral dari komunitas, dengan demikian standar‐standar etika
menjamin bahwa para anggota profesi akan menaati kitab UU etika
(kode etik) profesi dalam pelayanannya.
Kode Etik juga mengatur hubungan kita dengan rekan kerja. Bahwa kita
harus selalu adil, jujur dengan rekan kerja kita. Tidak boleh kita sengaja
mencebloskan rekan kerja kita dengan memberi data atau informasi yang
salah/keliru. Persaingan yang tidak sehat ini akan merusak profesi secara umum
apabila dibiarkan berkembang.
1. Menganggap kita lebih baik dari rekan kita karena tools yang digunakan.
Misalnya, kita yang menggunakan bahasa JAVA lebih baik daripada orang
lain yang pakai Visual BASIC.
2. Kita merasa lebih senior dari orang lain, oleh karena itu kita boleh
menganggap yang dikerjakan orang lain lebih jelek dari kita, bahkan tanpa
melihat hasil kerjanya terlebih dahulu.