Batik daerah ini memiliki karakteristik tersendiri, baik dari corak maupun gaya warnanya.
Pembuatannya masih sederhana dengan motif “kawung” dan warna soga atau coklat saja.
Proses pembuatanya sebagai berikut:
1. Mencap Mori
Pengecapan dilakukan dengan satu macam lilin sederhana yakni paraffin hars(gondo)
atau lilin tawon
1. Menyoga
1. Dilorod
Penghilangan semua lilin dengan dimasukkan ke dalam air mendidih agar lilin terlepas
dari kain.
Proses pembuatan batik Kalimantan sering disebut dengan istilah Batik Kelengan yang tidak
berwarna biru melaikan coklat.
Batik Pekalongan
Batik Pekalongan termasuk batik pesisir yang paling kaya akan warna. Sebagaimana
ciri khas batik pesisir, ragam hiasnya biasanya bersifat naturalis. Jika dibanding dengan batik
pesisir lainnya Batik Pekalongan ini sangat dipengaruhi pendatang keturunan China dan
Belanda. Motif Batik Pekalongan sangat bebas, dan menarik, meskipun motifnya terkadang
sama dengan batik Solo atau Yogya, seringkali dimodifikasi dengan variasi warna yang
atraktif. Tak jarang pada sehelai kain batik dijumpai hingga 8 warna yang berani, dan
kombinasi yang dinamis. Motif yang paling populer di dan terkenal dari pekalongan adalah
motif batik Jlamprang.
Salah satu motif yang paling terkenal dari daerah Cirebon adalah batik Mega
Mendung atau Awan-awanan. Pada motif ini dapat dilihat baik dalam bentuk maupun
warnanya bergaya selera cina.
Batik Solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya, yakni batik
dalam proses cap maupun dalam batik tulisnya. Bahan-bahan yang
dipergunakan untuk pewarnaan masih tetap banyak memakai bahan-bahan
dalam negeri seperti soga Jawa yang sudah terkenal sejak dari dahulu. Polanya
tetap antara lain terkenal dengan “Sidomukti” dan “Sidoluruh”.
BATIK YOGYAKARTA & SURAKARTA
Batik keraton Yogyakarta dan Surakarta berasal dari sumber yang sama,yakni pola batik
Keraton Mataram. Tak heran bila banyak pola keduanya yang sama,meski dalam perkembangannya
ada juga bedanya. Banyak kesamaan pola,meski namanya berbeda. Pola yang di Surakarta disebut
Parang sarpa, di Yogyakarta dikenal sebagai golang galing. Pola liris cemeng di Surakarta, di
Yogyakarta disebut rujak senthe. Satu perbedaan yang sangat nyata adalah dalam hal mengenakan
wastra batik pola parang dan lereng. Pada gaya surakarta,wastra batik dililitkan dari kanan atas
miring ke kiri bawah,sedangkan gaya yogyakarta miring dari kiri atas ke kanan bawah.
Mengingat pakualaman awalnya juga bagian dari Kasultanan Yogyakarta,maka unsur budaya
kedua istana juga sama,seperti batiknya. Gaya pola dan warna batik Pakualaman mulai berubah
sejak terjalin hubungan keluarga antara keraton Surakarta dan Pura Pakualaman saat Sri Sultan
Hamengkubuwono VIII menyunting putri Sri Susuhunan Pakubuwono X. Putri keraton Surakarta ini
memberi warna dan gaya Surakarta pada batik Pakualaman,yang lantas tampil dalam paduan pola
batik keraton yogyakarta dan warna batik keraton Surakarta. Dua pola batik pakualaman yang
terkemuka adalah pola candi baruna (candi laut) dan peksi manyura yang menampilkan stilasi
burung menyembah.
BATIK MANDURA
Sebagai sebuah bentuk karya seni budaya, batik Madura banyak diminati dan
digemari oleh konsumen lokal dan interlokal. Dengan bentuk dan motif yang khas batik
Madura mempunyai keunikan tersendiri bagi para konsumen. Corak dan ragamnya yang
unik dan bebas, sifat produksinya yang personal (dikerjakan secara satuan), masih
mempertahankan cara-cara tradisional (ditulis dan diproses dengan cara-cara tradisional) dan
senantiasa menggunakan bahan pewarna alami yang ramah dengan lingkungan.
Sejarah mencatat Madura adalah produsen batik dan jamu yang cukup terkenal. Yang
membuatnya menjadi seperti itu, barangkali karena kedua komoditas itu menjadi bagian tak
terpisahkan dari tradisi masyarakatnya sendiri.
Industri kecil yang menjadi kebanggaan daerah ini memang batik. Bagi Madura,
batik bukan hanya sehelai kain, namun telah menjadi ikon budaya dan sering menjadi objek
penelitian banyak institusi. Di berbagai buku batik terbitan luar negeri, batik Madura menjadi
perhatian khusus. Motif dan warna yang tertuang di dalam kain panjang itu, merefleksikan
karakter masyarakatnya. Khususnya batik buatan Tanjung Bumi di Kabupaten Bangkalan.
BATIK BALI
Sejarah Batik Bali – Kata “batik” adalah bahasa Indonesia-Melayu di asal dan itu berarti
“untuk titik.” proses serupa desain tahan pewarna telah dilacak ke Mesir dan Timur Tengah – sekitar
1500 tahun yang lalu – tetapi proses saat batik berasal dari Indonesia.
Di sana, pembuatan batik telah berkembang menjadi salah satu bentuk seni terbesar di
Asia. Teknik kuno melibatkan menggunakan wajan – mirip dalam bentuk dengan wajan –
untuk melelehkan lilin, dan canting, alat kayu-ditangani dengan ujung logam untuk
menerapkan lilin untuk membuat desain.
Beberapa motif batik tradisional yang digunakan secara eksklusif oleh pengadilan kerajaan.
Selama bertahun-tahun, desain batik dipengaruhi oleh perdagangan Hindia Timur, Belanda
dan pelancong Jepang mulai menetap di Indonesia.
Belanda membawa pengrajin Indonesia untuk mengajar kerajinan untuk warpers Belanda di
beberapa pabrik di Belanda pada tahun 1830-an. Untuk proses modern, topi tembaga
(memotong) atau stempel diciptakan dalam rangka meningkatkan produksi.
Topi ini dicelupkan dalam lilin dan dicap pada desain. Kemudian kain tersebut dicelup,
sering kali banyak untuk mencapai efek yang diinginkan. Kain juga bisa kusut dengan tangan
sebelum pencelupan, untuk mencapai tampilan bertekstur. kain ini sering dikeringkan di luar,
di mana pewarna bereaksi terhadap panas matahari dan menjadi semakin bersemangat. Dalam
proses akhir, lilin yang meleleh dekat saat kain direndam dalam tong air panas.
BATIK PAPUA
Jangan salah, Papua juga memiliki batik dengan motif-motifnya yang khas dan banyak
diminati lokal maupun mancanegara. Dibandingkan dengan corak batik dari daerah lainnya di
Jawa, batik Papua memiliki perbedaan corak yang cukup mencolok. Batik dari daerah ini
cenderung lebih gelap namun banyak memiliki motif yang terdiri dari gambaran patung.
Batik di Papua selama ini yang paling terkenal adalah batik motif Asmat. Warnanya lebih
cokelat dengan kolaborasi warna tanah dan terakota. Soal pemilihan motif batik Papua
banyak menggunakan simbol-simbol keramat dan ukiran khas Papua. Cecak atau buaya
adalah salah satunya,selain tentu lingkaran-lingkaran besar.Bahannya macam-macam
disesuaikan dengan permintaan pasar.
BATIK MOJOKERTO
Batik Mojokerto merupakan sebuah budaya kerajinan batik yang sejarahnya berkembang
dengan masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Keunikan batik Mojokerto adalah pada nama-
nama coraknya yang sangat asing dan aneh di telinga sebagian orang. Misalnya gedeg rubuh,
matahari, mrico bolong, pring sedapur, grinsing, atau surya majapait. Batik Mojokerto kini
memiliki 6 motif yang telah dipatenkan, yakni pring sedapur, mrico bolong, sisik gringsing,
koro renteng, rawan indek dan matahari.
Desain batik itu Mojokerto mengambil corak alam sekitar kehidupan manusia. Misalnya
motif pring sedapur merupakan gambar rumpun bambu dengan daun-daun menjuntai. Ada
burung merak bertengger. Warna dasarnya putih dengan batang bambu warna biru.
Sedangkan daunnya warna biru dan hitam. Demikian pula motif gedeg rubuh, coraknya mirip
seperti anyaman bambu yang miring. Kalau mrico bolong, motifnya berupa bulatan merica
berlubang.