Anda di halaman 1dari 4

Demam

Keadaan demam sudah diketahui sejak zaman Hippocrates sebagai petanda penyakit.
Galileo pada abad pertengahan menciptakan alat pengukur suhu dan Santorio di Padua
melaksanakan aplikasi pertama penemuan alat ini di klinik.

Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5 o C � 37,2 o C. Jadi dikatakan demam bila suhu
tubuh kita di atas 37,2 o C.
Dikenal juga istilah :
1.Hiperpireksia, yaitu suatu kenaikan suhu tubuh sampai setinggi 41,2 o C atau lebih.
2.Hipotermia, yaitu suatu keadaan suhu tubuh di bawah 35 o C

Sebenarnya keadaan demam itu baik, karena pada saat demam, terjadi produksi antibodi
dan proliferasi sel pertahanan tubuh kita yaitu Limfosit � T (pada suhu 39 o C
meningkat 20 x dibandingkan temperature normal). Dalam evolusi kehidupan, tubuh
telah mengembangkan suatu sistem pertahanan tubuh yang cukup ampuh terhadap infeksi
dan peninggian suhu tubuh memberikan suatu peluang kerja yang optimal untuk sistem
pertahanan tubuh. Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang
sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat beasal dari
mikroorganisme atau merupakan suatu reaksi imunologik (contoh : alergi) yang tidak
berdasarkan suatu infeksi. Dewasa ini diduga pirogen adalah suatu protein yang identik
dengan interleukin � 1. Di dalam hipotalamus, zat ini merangsang pelepasan asam
arakidonat serta mengakibatkan peningkatan sintesis prostaglandin E2 yang langsung
dapat menyebabkan demam.

Beberapa tipe demam :


1.Demam septik
Suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun
kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan mengigil dan
berkeringat.
2.Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal
3.Demam intermitten
Suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila
demam ini terjadi setiap 2 hari sekali disebut tertiana dan bila terjadi dua hari bebas
demam di antara dua serangan demam disebut kuartana. Contohnya pada penyakit
malaria
4.Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat
5.Demam siklik
Kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk
beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Contohnya pada
penyakit demam berdarah

Demam pada anak merupakan 15% dari kunjungan pasien di poliklinik dan 15% kunjungan di UGD.
Sebagian besar berumur kurang dari 3 tahun, Umumnya penyebab demam diidentifikasi dari wawancara
dokter dengan pasien maupun orang tuanya. Umumnya demam pada anak disebabkan oleh virus yang
sembuh sendiri. Tetapi sebagian kecil dapat berua infeksi bakteri serius diantaranya meningitis bakterialis,
bakterimia, pneumonia bakterialis, infeksi saluran kemih, enteritis bakteri, infeksi tulang dan sendi.

• Demam dengan pola khas

1.Demam mendadak tinggi, intermitten (berlangsung beberapa jam di antara episode demam dan
suhu badan normal), menggigil, suhu turn secara drastis, setelah serangan demam penderita
merasa lelah.

- Serangan demam tiap 2 x 24 jam (misal: Minggu – Selasa – Kamis) maka pikirkan
kemungkinan malaria tertiana
- Serangan demam tiap 3 x 24 jam (misal: Minggu – Rabu – Sabtu) maka pikirkan
kemungkinan malaria kuartana

Malaria sekarang sudah jarang di kota-kota besar di Indonesia, hanya saja pada beberapa daerah di
Indonesia, malaria masih menjadi endemis. Pada daerah endemis, pola demam malaria sudah tidak
khas. Warga asli bisa saja beraktifitas seperti biasa, tapi sesungguhnya dia sudah terkena malaria.

2. Demam naik turun


- Remitten: demam > 7 hari, pada minggu pertama demam subfebril (kenaikan suhu tidak
tinggi), puncak demam makin lama makin tinggi, siang hari suhu badan turun, tapi tidak
mencapai normal dan meninggi pada malam hari, anak lesu, tidur mengigau, BAB cair;
pada minggu kedua demam tinggi terus-menerus  maka pikirkan demam tifoid. Faktor
resiko lingkungan yang memudahkan waterborn disease akan semakin memperkuat
dugaan ke arah demam tifoid.
- Demam beberapa hari dengan grafik seperti punggung unta Afrika, nyeri otot, rasa kaku
di kuduk/punggung, anak tidak dapat mencium lututnya pada posisi duduk (biasanya
bisa), maka pikirkan kemungkinan poliomielitis yaitu penyakit terkait kelumpuhan.
Faktor resiko: belum pernah imunisasi polio dan adanya kasus polop di wilayah tempat
tinggal semakin mendukung dugaan kita.
- Pola demam seperti pelana kuda  demam dengue. Tap bisa juga polanya tidak khas
sama sekali.

• Demam tinggi terus menerus

1. Berbagai infeksi akut ditandai dengan demam tinggi terus menerus, pikirkan kemungkinan
demam dengue, demam berdarah dengue, malaria tropika, sepsis. Faktor resiko individual,
perjalanan penyakit, adanya outbreak, dan daerah endemis menjadi penting dipertimbangkan,
seperti:
- Orang yang tinggal di daerah endemis malaria  pikirkan malaria
- Saat outbreak dengue  pikirkan demam dengue, demam berdarah dengue,
chikungunya
- Ledakan timbul setelah banjir  pikirkan leptospirosis
- Tinggal di daerah peternakan  pikirkan antraks, flu burung
2. Demam dengan keluhan pada organ tertentu
- Rasa tak enak di tenggorokan, ada nyeri menelan, dengan maupun tanpa batuk 
pikirkan faringitis (radang tenggorokan)
- Terutama pada bayi yang menderita infeksi di daerah hidung/tenggorok, demam
meninggi, anak menjadi rewel, gelisah  pikirkan otitis media akut (infeksi akut pada
telinga)
- Dengan nyeri telinga terutama jika tersentuh (biasanya belum keluar cairan)  pikirkan
otitis eksterna akut (ini juga infeksi telinga)
- Nyeri pada beberapa sendi, bengkak, berpindah-pindah (migran), kambuh-kambuhan,
waktu kumat gerak sendi terbatas sampai tidak dapat berjalan dan sendi kembali dapat
bergerak bebas sat gejala menghilang, mungkin disertai dengan rasa tidak enak di
tenggorokan, infeksi kulit, karies gigi  ada kemungkinan demam rematik
- Sendi bengkak, nyeri dan gangguan fungsi gerak, kambuh-kambuhan atau kronik,
mengenai banyak sendi, non migran, mungkin sudah ada perubahan anatomi dan fungsi
sendi diluar waktu kambuh  pikirkan Juvenile Rheumatoid Arthritis (rematik yang
menyerang pada usia kanak-kanak)
- Suhu meningkat sedikit atau tinggi, nyeri saat berkemih, dapat disertai perubahan warna
urin  pikirkan Infeksi Saluran Kemih (ISK). Pada anak perempuan memiliki resiko
lebih tinggi dibanding anak laki-laki. Faktor resiko lain yang perlu dipikirkan adalah pada
penderita batu saluran kemih, diabetes, dan orang yang suka menahan kencing.
- Dengan/tanpa demam, nyeri perut kanan bawah, posisi membungkuk lebih enak daripada
ketika berjalan atau tiduran, dapat disertai muntah  pikirkan usus buntu, infeksi
daerah panggul
- Dengan nyeri pada perut bagian kanan atas, ada sakit kuning yang nyata maupun tidak 
pikirkan hepatitis, abses hati (hatinya nanahan), radang kantung saluran empedu
- Dengan nyeri perut yang kita tidak dapat menunjuk (pointing), tapi memegang perut
dengan telapak tangan terbuka, dengan/tanpa muntah  pikirkan peritonitis
- Biasanya demam tinggi, luka/infeksi kulit yang dikelilingi warna kemerahan yang luas
yang nyeri, dan nyeri jika disentuh  pikirkan erisipelas
3. Demam tinggi dengan peningkatan denyut jantung dan peningkatan frekuensi nafas  pikirkan
sepsis
4. Demam tinggi yang timbul pada hari ketiga atau lebih setelah perawatan di rumah sakit 
pikirkan telah terjadi infeksi nosokomial (infeksi yang didapat justru dari rumah sakit, karena
sesungguhnya di RS kuman bertebaran)

• Demam tidak tinggi

1. Infeksi
- Demam tidak tinggi/tidak demam, kurus, berat badan tidak naik-naik, susah tidur, sering
sakit, benjolan kecil-kecil di atas tulang selangka yang tidak nyeri, dengan atau tanpa
batuk-batuk, keluhan telah terjadi cukup lama (dari hitungan lebih dari 2 minggu hingga
bulanan)  pikirkan tuberculosis (TBC), adanya infeksi kronis paru non spesifik,
tumor pada paru-paru. Faktor resiko adanya kontak erat dengan penderita TBC sangat
penting artinya untuk penegakan diagnosis
- Demam tidak tinggi, rasa tidak enak badan, rasa tidak enak di perut atas (kanan), mual
atau sampai muntah, dua atau tiga hari kemudian urin berwarna kuning tua, mata dan
telapak tangan/kaki berwarna kuning  pikirkan hepatitis A yang sering bersifat wabah
kecil (tapi di jogja kemarin sempat outbreak di daerah yg banyak pedagang kaki lima).
Faktor resiko: tinggal di asrama, pemukiman padat, atau kontak dengan penderita,
sifatnya melalui oral-fekal (higiene MCK). Hepatitis B jika terdapat faktor resiko yang
berkaitan dengan parenteral (selain saluran cerna, misal tranfusi, hub sex, dll), biasanya
gejala lebih ringan
- Demam biasanya ringan dan tidak spesifik dengan/tanpa tanda-tanda dari organ tubuh
dan ada faktor resiko  pikirkan TORCH (toxoplasma other rubela,
citomegalovirus, herpes)
- Demam setelah minum obat  drug induced fever (berhubungan dengan alergi obat)

Nah, panjang sekali, ada beberapa yang perlu kita perhatikan seperti gejala-gejala Demam Berdarah, Tifus,
Malaria, TBC. Yang lainnya juga tetap harus waspada. Setidaknya dengan kita mengenali tanda dan
gejalanya, semakin cepat mendapat pertolongan.
Semoga bermanfaat

Sumber Pustaka:

1. Standar Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia

2. Diagnosis Klinis Awal. Prof. dr. Sunarto, Sp.A(Konsultan)

Anda mungkin juga menyukai