Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pemuda
itu berasal dari pesisir, maka dia dipanggil ‘pemuda pantai’ oleh orang-orang dilembah
itu. Sang pemuda itu sendiri. Tak berkawan. Teman terbaiknya adalah kesendirian. Selalu
begitu. Jika malam datang, dia tak punya seorangpun yang bisa diajak bercerita. Semua
orang seakan menjauh. Dia bukanlah orang aneh, tapi dia merasa sepi diantara para
penduduk. “orang asing”, gumamnya. Dia asing disini, dan tempat ini asing baginya.
Kehidupan tak acuh kepadanya, mengalihkan wajahnya dari sang pemuda. Sang pemuda
pantai hanya tersenyum kecut. Kesendirian. Hal itu melekat kuat pada dirinya. Seperti
tumor yang menggerogoti tubuhnya. Berkawan sepi bukanlah yang diinginkan setiap
orang. Namun jika ia datang, siapa yang bisa menolaknya? Maka lama-kelamaan dia
belajar untuk mengerti bahasa kesendirian. Kesendirian menyimpan ceritanya sendiri.
Sama sepertinya ketika memutuskan untuk berkawan dengan kesendirian. Sang pemuda
belajar untuk bergembira, tapi tak seorangpun ada untuk menemaninya. Jadi, dia meminta
kesendirian untuk menceritakan kisah yang disimpannya. Selalu begitu. Setiap malam.
Sepanjang waktu.
***
Suatu siang, pemuda pantai masih berkutat dengan pekerjaannya. Memotong kayu bakar
untuk kemudian dijual ke pasar. Perasaan dijauhi dan dianggap aneh telah membuatnya
belajar satu hal : jangan menyerah dengan keadaan. Memang terlihat aneh, tapi dia
belajar semua ini dari angin pesisir yang tiap malam menemaninya, ketika dia masih
tinggal dipesisir. Angin selalu membawa berbagai macam berita. Tentang lautan yang
kadang ceria, namun kadang bergelora. Tentang cerita desa pesisir pulau seberang yang
memesona. Tentang para pelaut tangguh yang menyusuri daerah karang yang ditakuti. Itu
membuatnya menyadari, bahwa begitu banyak hal didunia yang belum dia ketahui. Jadi,
menyerah diawal waktu hanya akan memutuskannya dari pencarian akan hal-hal didunia
ini yang belum diketahuinya. Maka dia belajar untuk mendengar lebih banyak sebelum
dia benar-benar tahu apa yang harus dia lakukan.
“Itulah cinta. Hal paling aneh yang pernah kutemui” kata sang bintang.
“Cinta, tidak ada yang tahu kapan dia datang. Ia makhluk yang primitif, bahkan lebih
primitif dari manusia itu sendiri”
“Semua hal yang indah berkumpul pada dirinya. Namun kadang dia bisa memabukkan.
Menjadi candu. Saat itu terjadi, kembalikan dia pada awalnya, maka dia akan jernih
kembali; menjadi cinta itu sendiri. Apa adanya”
Sang bintang kemudian bernafas pelan. Sejenak kemudian suaranya hilang ditelan angin
timur. Dia telah kembali ketempatnya. Menyaksikan pemuda pantai. Melihatnya duduk
terkesima memandang dirinya.
Pemuda pantai kini sedikit lebih mengerti. Ada hal didunia ini yang lebih indah dari hasil
tangkapan para nelayan. Lebih indah dari nyanyian awan, dan lebih menarik dari cerita
yang dibawa oleh angin. Hal itu adalah cinta. Maka ketika sang pemuda pantai
mempelajarinya, dia sangat senang, sekaligus takut. Bintang memberitahu bahwa cinta
bisa menjadi candu. Namun sejenak kemudian dia bernafas panjang. Pada akhirnya dia
hanya perlu mengembalikannya ke awal. Saat itulah semua menjadi jernih kembali. Apa
adanya.
“menjadi cinta itu sendiri”, pemuda pantai mengulang ucapan sang bintang.