Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah
elemen-elemen dari homeostasis. Homeostasis adalah kemampuan untuk menjaga sebuah
lingkungan internal yang relative stabil dalam dunia yang selalu berubah-ubah. Jika
terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka akan terjadi mekanisme homeostasis yang
membantu memproduksi panas melalui mekanisme feed back negatif untuk dapat
meningkatkan suhu tubuh ke arah normal (Tortora, 2000).
Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals) dan
hewan berdarah panas (warm-blood animals). Manusia seperti mamalia lain adalah
homoioterm, artinya suhu tubuhnya konstan meskipun suhu lingkungan berfluktuasi jauh
di atas atau di bawah suhu tubuhnya. Berkaitan dengan usaha mempertahankan suhu
tubuh tersebut kulit mempunyai peranan yang penting. Di dalam kulit terdapat jaring-
jaring pembuluh darah dan kelenjar keringat yang dikendalikan oleh sistem syaraf.
Disamping itu di dalam kulit juga terdapat reseptor berbagai macam sensasi, satu
diantaranya adalah termoreseptor. Bila suhu tubuh manusia panas, ada kecenderungan
tubuh meningkatkan kehilangan panas ke lingkungan, bila tubuh merasa dingin maka
kecenderungannya menurunkan kehilangan panas.
Jumlah panas yang hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi konveksi
sangat ditentukan oleh perbedaan suhu antara kulit dan lingkungan eksternal. Bagian
pusat tubuh merupakan ruang yang memiliki suhu yang dijaga tetap sekitar 37º C.
mengelilingi pusat tubuh adalah lapisan kulit dimana terjadi pertukaran panas antara
tubuh dan lingkungan luar. Dalam usaha memelihara suhu tubuh yang konstan, kapasitas
insulatif dan suhu kulit dapat diatur ke berbagai gradien suhu antara kulit dan lingkungan
eksternal, dengan cara demikian mempengaruhi tingkat kehilangan panas.
Suhu tubuh diatur seluruhnya oleh mekanisme persyarafan umpan balik dan hampir
semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang terletak pada
hipotalamus. Agar mekanisme umpan balik ini dapat berlangsung harus juga tersedia
pendetektor suhu untuk menentukan kapan suhu tubuh menjadi sangat panas atau sangat
dingin. Area preoptik hipotalamus anterior diketahui mengandung sejumlah besar neuron
yang sensitif terhadap panas yang jumlahnya kira-kira sepertiga neuron yang sensitif
terhadap dingin. Neuron-neuron ini diyakini berfungsi sebagai sensor suhu untuk
mengontrol suhu tubuh.neuron-neuron yang sensitif terhadap panas ini meningkatkan
kecepatan kerjanya sesuai dengan peningkatan suhu, kecepatannya kadang meningkat 2-
10 kali lipat ganda pada kenaikan suhu tubuh sebesar 10 º C. Neuron yang sensitif
terhadap dingin, sebaliknya, meningkatkan kecepatan kerjanya saat suhu tubuh turun.
Apabila area preoptik dipanaskan, kulit diseluruh tubuh denagn segera mengeluarkan
banyak keringat sementara pada wkatu yang sama pembuluh darah kulit di seluruh tubuh
menjadi sangat berdilatasi. Jadi hal ini merupakan reaksi yang cepat untuk menyebabkan
tubuh kehilangan panas, dengan demikian membantu mengembalikan suhu tubuh
kembali normal. Disamping itu pembentukan panas tubuh yang berlebihan dihambat.
Oleh karena itu jelas bahwa area preoptik dari hipotalamus memiliki kemampuan untuk
berfungsi sebagai termostatik pusat kontrol suhu tubuh. Apabila seluruh kulit tubuh
menggigil, terjadi pengaruh refleks yang segera dibangkitkan untuk meningkatkan suhu
tubuh melalui beberapa cara, yaitu:
1. Memberikan rangsangan kuat sehingga menyebabkan menggigil dengan akibat
meningkatnya kecepatan pembentukan panas tubuh.
2. Menghambat proses berkeringat bila hal ini harus terjadi
3. Meningkatkan vasokonstriksi kulit untuk menghilangkan pemindahan panas
tubuh ke kulit.
Reseptor suhu tubuh bagian dalam juga ditemukan pada bagian tertentu dari tubuh,
terutama di medulla spinalis, di organ dalam abdomen dan di sekitar vena-vena besar.
Reseptor dalam ini berbeda fungsinya dengan reseptor kulit karena reseptor tersebut lebih
bamyak terpapar dengan suhu inti tubuh daripada suhu permukaan tubuh. Namun seperti
halnya reseptor suhu kulit, reseptor tersebut lebih banyak mendeteksi dingin daripada
hangat. Adalah suatu kemungkian bahwa baik reseptor kulit maupun reseptor bagian
dalam berperan mencegah hipotermia yaitu mencegah suhu tubuh rendah. Sewaktu pusat
temperatur hipotalamus mendeteksi bahwa temperatur tubuh terlalu panas atau terlalu
dingin, pusat akan memberikan prosedur penurunan atau peningkatn temperatur yang
sesuai. Sistem pengatur temperatur menggunakan tiga mekanisme penting untuk
menurunkan panas tubuh ketika temperatur menjadi sangat tinggi yaitu:
1. Vasolidasi. Pada hampir semua area tubuh, pembuluh darah kulit berdilatasi dengan
kuat. Hal ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior
yang menyebabkan vasokonstriksi. Vasolidasi penuh akan meningkatkan kecepatan
pemindahan panas ke kulit sebnayak 8 kali lipat.
2. Berkeringat. Peningkatan temperatur tubuh 1ºC menyebabkan keringat yang cukup
banyak untuk mebuang 10 kali lebih besar kecepatan metabolisme basal dari
pembentukanpanas tubuh.
3. Penurunan pembentukan panas. Mekanisme yang menyebabkan pembentukan panas
berlebihan seperti menggigl dan termogenesis kimia dihambat dengan kuat.
Regulasi suhu tubuh
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam
keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan
mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di
hipotalamus. Apabila pusat temperature hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu
panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik.
Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas
toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik
tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh
meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan
serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi
panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.
Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu mengenakan
pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres, beri obat penurun
panas (Harold S. Koplewich, 2005).
Ada beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam upaya menurunkan suhu
tubuh antara lain kompres hangat basah, kompres hangat kering (buli-buli), kompres
dingin basah, kompres dingin kering (kirbat es), bantal dan selimut listrik, lampu
penyinaran, busur panas (Anas Tamsuri, 2007). Dalam postingan kali ini, kita akan
berfokus pada penggunaan teknik kompres hangat dalam upaya menurunkan suhu tubuh.
Asal Panas Pada Tubuh Manusia
Tubuh manusia merupakan organ yang mampu menghasilkan panas secara
mandiri dan tidak tergantung pada suhu lingkungan. Tubuh manusia memiliki
seperangkat sistem yang memungkinkan tubuh menghasilkan, mendistribusikan, dan
mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan konstan. Panas yang dihasilkan tubuh
sebenarnya merupakan produk tambahan proses metabolisme yang utama.
Adapun suhu tubuh dihasilkan dari :
1. Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate, BMR) di semua sel tubuh.
2. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot (termasuk kontraksi otot
akibat menggigil).
3. Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebagian kecil hormon
lain, misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone dan testosteron).
4. Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprine, norepineprine, dan rangsangan
simpatis pada sel.
5. Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel itu sendiri
terutama bila temperatur menurun.
Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur),
yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen,
dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). selain
itu, ada suhu permukaan (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit,
jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai
40°C.
2. Psikososial
a. Reaksi yang berorientasi kepada ego ( ego defens mekanisme ) · Denial · Projeksi ·
Regrsi · Displacement · Isolasi · Supresi
b. Reaksi verbal dan motorik · Menangis, menurunkan perasaan tegang terhadap situasi
yang menyakitkan, menyedihkan dan menyenagkan. · Tertawa · Berteriak, respon
terhadap ketakutan, frustasi atau marah. · Mencerca, diarahkan kepada sumber stress,
dapat meningkatkan stressor jika sumber stress melakukan konfrontasi. · Memukul dan
menendang, respon spontan terhadap ancaman fisik. · Menggenggam dan meremas,
respon keadaan tegang, menyakitkan atau sedih.
c. Reaksi yang berorientasi pada penyelesaian masalah Koping ini melibatkan proses
kognitif afektif dan psikomotor. · Berbicara dengan orang lain · Mencari tahu lebih
banyak tentang situasi · Meningkatkan kegiatan ibadah · Melakukan latihan
penanganan stress (pernapasan, meditasi) · Membuat alternatif pemecahan masalah
(compromi) · Belajar dari pengalaman masa lalu. Selain koping pada diri individu,
koping keluarga juga dapat membantu klien menghadapi stressor karena keluarga
merupakan system pendukung yang paling dekat dengan klien. · Mencari dukungan
social. · Reframing, mengkaji ulang kejadian stress sehingga dapat mendalami untuk
menangani dan menerimannya. · Mencari dukungan spiritual (berdoa, perkumpulan
peribadatan). · Menggerakan keluarga untuk mendapat dan menerima bantuan.
Adaptasi
Adaptasi adalah suatu proses yang konstan dan berklanjutan yang membutuhkan
perubahan dalam hal struktur, fungsi dan perilaku sehingga sesorang lebih sesuai dengan
suatu lingkungan tertentu. Beradaptasi berarti mendapatkan persepsi, perilaku dan
lingkungan yang berubah sehinga tercapai keseimbangan. Namun demikian hasil akhir
adaptasi tergantung pada tingkat tingkat kesesuaian antara ketrampilan dan kapasitas
seseorang dan sumber dukungan sosialnya disatu sisi dan jenis tantangan atau stressor
yang dihadapi disisi lain.
Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah
elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah
dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals).
Manusia seperti mamalia lain adalah homoioterm, artinya suhu tubuhnya konstan
meskipun suhu lingkungan berfluktuasi jauh di atas atau di bawah suhu tubuhnya.
Berkaitan dengan usaha mempertahankan suhu tubuh tersebut kulit mempunyai peranan
yang penting. Di dalam kulit terdapat jaring-jaring pembuluh darah dan kelenjar keringat
yang dikendalikan oleh sistem syaraf. Disamping itu di dalam kulit juga terdapat reseptor
berbagai macam sensasi, satu diantaranya adalah termoreseptor. Bila suhu tubuh
nmanusia panas, ada kecenderungan tubuh meningkatkan kehilangan panas ke
lingkungan, bila tubuh merasa dingin maka kecenderungannya menurunkan kehilangan
panas. Jumlah panas yang hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi konveksi
sangat ditentukan oleh perbedaan suhu antara kulit dan lingkungan eksternal. Bagian
pusat tubuh merupakan ruang yang memiliki suhu yang dijaga tetap sekitar 37º C.
mengelilingi pusat tubuh adalah lapisan kulit dimana terjadi pertukaran panas antara
tubuh dan lingkungan luar. Dalam usaha memelihara suhu tubuh yang konstan, kapasitas
insulatif dan suhu kulit dapat diatur ke berbagai gradien suhu antara kulit dan lingkungan
eksternal, dengan cara demikian mempengaruhi tingkat kehilangan panas.
Suhu tubuh diatur seluruhnya oleh mekanisme persyarafan umpan balik dan hampir
semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang terletak pada
hipotalamus. Agar mekanisme umpan balik ini dapat berlangsung harus juga tersedia
pendetektor suhu untuk menentukan kapan suhu tubuh menjadi sangat panas atau sangat
dingin. Area preoptik hipotalamus anterior diketahui mengandung sejumlah besar neuron
yang sensitif terhadap panas yang jumlahnya kira-kira sepertiga neuron yang sensitif
terhadap dingin. Neuron-neuron ini diyakini berfungsi sebagai sensor suhu untuk
mengontrol suhu tubuh.neuron-neuron yang sensitif terhadap panas ini meningkatkan
kecepatan kerjanya sesuai dengan peningkatan suhu, kecepatannya kadang meningkat 2-
10 kali lipat ganda pada kenaikan suhu tubuh sebesar 10 º C. Neuron yang sensitif
terhadap dingin, sebaliknya, meningkatkan kecepatan kerjanya saat suhu tubuh turun.
Apabila area preoptik dipanaskan, kulit diseluruh tubuh denagn segera mengeluarkan
banyak keringat sementara pada wkatu yang sama pembuluh darah kulit di seluruh tubuh
menjadi sangat berdilatasi. Jadi hal ini merupakan reaksi yang cepat untuk menyebabkan
tubuh kehilangan panas, dengan demikian membantu mengembalikan suhu tubuh
kembali normal. Disamping itu pembentukan panas tubuh yang berlebihan dihambat.
Oleh karena itu jelas bahwa area preoptik dari hipotalamus memiliki kemampuan untuk
berfungsi sebagai termostatik pusat kontrol suhu tubuh. Apabila seluruh kulit tubuh
menggigil, terjadi pengaruh refleks yang segera dibangkitkan untuk meningkatkan suhu
tubuh melalui beberapa cara, yaitu:
Reseptor suhu tubuh bagian dalam juga ditemukan pada bagian tertentu dari tubuh,
terutama di medulla spinalis, di organ dalam abdomen dan di sekitar vena-vena besar.
Reseptor dalam ini berbeda fungsinya dengan reseptor kulit karena reseptor tersebut lebih
bamyak terpapar denagn suhu inti tubuh daripada suhu permukaan tubuh. Namun seperti
halnya reseptor suhu kulit, reseptor tersebut lebih banyak mendeteksi dingin daripada
hangat. Adalah suatu kemungkian bahwa baik reseptor kulit maupun reseptor bagian
dalam berperan mencegah hipotermia yaitu mencegah suhu tubuh rendah. Sewaktu pusat
temperatur hipotalamus mendeteksi bahwa temperatur tubuh terlalu panas atau terlalu
dingin, pusat akan memberikan prosedur penurunan atau peningkatn temperatur yang
sesuai. Sistem pengatur temperatur menggunakan tiga mekanisme penting untuk
menurunkan panas tubuh ketika temperatur menjadi sangat tinggi yaitu;
1. Vasolidasi. Pada hampir semua area tubuh, pembuluh darah kulit berdilatasi dengan
kuat. Hal ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior
yang menyebabkan vasokonstriksi. Vasolidasi penuh akan meningkatkan kecepatan
pemindahan panas ke kulit sebnayak 8 kali lipat.
2. Berkeringat. Peningkatan temperatur tubuh 1ºC menyebabkan keringat yang cukup
banyak untuk mebuang 10 kali lebih besar kecepatan metabolisme basal dari
pembentukanpanas tubuh.
3. Penurunan pembentukan panas. Mekanisme yang menyebabkan pembentukan panas
berlebihan seperti menggigl dan termogenesis kimia dihambat dengan kuat.
Ketika tubuh terlalu dingin, sistem pengaturan temperatur mengadakan prosedur yang
berlawanan yaitu:
1. Vasokonstriksi kulit diseluruh tubuh. Hal ini disebabkan oleh rangsangan pusat
simpatis hipotalamus posterior.
2. Piloereksi. Rangsangan simpatis menyebabkan otot arektor pili yang melekat ke folikel
rambut berkontraksi yang menyebabkan rambut berdiri tegak. Hal ini penting pada
manusia tetapi pada hewan yang lebih rendah, berdirinya rambut memungkinkan mereka
untuk membentuk lapisan tebal “isolator udara” bersebelahan dengan kulit sehingga
pemindahan panas ke lingkungan sangat ditentukan
3. Peningkatan pembentukan panas. Pembentukan panas oleh sistem metabolisme
meningkat dengan menggigil, rangsangan simpatis pembentukan panas, sekresi tiroksin.