Anda di halaman 1dari 17

Homeostasis

REGULASI SUHU (TEMPERATUR TUBUH)

Termoregulator (Myers 1984): Proses fisiologis yang terdiri dari serangkaian


kegiatan yang terintegrasi dan terkoordinasi, yang digunakan secara aktif untuk
mempertahankan suhu inti tubuh, melawan perubahan suhu lingkungan. Rentangan suhu
tubuh normal lebih kurang 0,6 C dari 37 C yang terus dipertahankan agar kerja enzim
ooptimal dan fungsi sel selalu normal. Kenaikan temperatur tubuh dikhawatirkan dapat
menimbulkan kerusakan enzim-enzim yang berperan dalam sejumlah besar reaksi kimia
yang berlangsung di dalam sel, sehingga dapat mengakibatkan ketidakseimbangan dalam
metabolisme tubuh.
Suhu tubuh dapat dibedakan menjadi 2 macam:
1) Suhu Inti
Suhu yang berasal dari tubuh bagian dalam yang terus dipertahankan agar tetap
konstan lebih kurang 0,6 C dari hari ke hari.
2) Suhu Kulit
Berubah sesuai dengan suhu lingkungan, merupakan indikator kemampuan kulit dalam
melepaskan panas tubuh ke lingkungan.
Pengaturan suhu tubuh merupakan keseimbangan antara pembentukan panas
dengan laju hilangnya panas.
Laju pembentukan panas > Laju hilangnya panas  Kenaikan suhu
Laju pembentukan panas < Laju hilangnya panas  Penurunan suhu
Pusat pengaturan suhu tubuh di Hipotalamus Anterior dan Posterior (Pre-Optic
Area). Hipotalamus anterior lebih berperan dalam upaya tubuh untuk melepaskan panas,
seperti vasodilatasi pembuluh darah kulit, aktivasi kelenjar keringat. Sementara,
hipotalamus posterior memegang peranan penting dalam meningkatkan simpanan panas
tubuh, dengan menurunkan aliran darah (vasodilatasi), piloerektil, menggigil,
meningkatkan sekresi hormon dari kelenjar tiroid, epinefrin dan norepinefrin, serta
meningkatkan laju metabolisme tubuh.
Secara fisiologis, mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan koordinasi dari
sistem syaraf (simpatis dan parasimpatis) serta sistem hormonal (contoh: TRH / TSH).
Aliran darah dari inti tubuh ke permukaan kulit digunakan tubuh dalam proses
perpindahan panas inti ke permukaan (besarnya aliran darah dari pembuluh ke kapiler
darah di kulit). Semakin besar aliran darah ke kapiler semakin cepat laju perpindahan
panas ke permukaan kulit, demikian pula sebaliknya.
Peran syaraf otonom dalam mekanisme ini:
1) Syaraf Simpatis
Vasokonstriksi pembuluh darah << aliran darah << pelepasan panas tubuh (saat
tubuh mengalami penurunan suhu; kondisi lingkungan dingin).
* Aktivasi kelenjar keringat pengeluaran keringat >>.
2) Syaraf Parasimpatis
Vasodilatasi pembuluh darah  >> aliran darah >> pelepasan panas tubuh
(saat tubuh mengalami kenaikan suhu; kondisi lingkungan panas).
* << Aktivasi kelenjar keringat.
Peran sistem hormon dalam mekanisme regulasi suhu tubuh:
Aktivasi TSH dan TRH sehingga memacu sekresi hormon tiroksin yang dapat
meningkatkan laju metabolisme tubuh dan meningkatkan panas tubuh. Sementara itu,
inhibisi terhadap TSH, TRH dan tiroksin akan menurunkan laju metabolisme, sehingga
akan menurunkan suhu tubuh.
Mekanisme hilangnya panas tubuh:
1) Radiasi
60% total kehilangan panas tubuh, dalam bentuk gelombang panas (infra merah)
ke segala penjuru. Gelombang panas juga akan dipancarkan dari lingkungan ke tubuh.
Bila suhu tubuh > suhu lingkungan, maka panas tubuh akan dipancarkan ke lingkungan.
Sebaliknya, bila suhu tubuh < suhu lingkungan, panas lingkungan akan dipancarkan ke
tubuh.
2) Konduksi
Terjadi kontak langsung antara kulit (tubuh) dengan suatu objek, sehingga terjadi
perpindahan suhu, sampai suhu tubuh sama dengan suhu objek tersebut.
3) Konveksi
Aliran panas yang disertai dengan perpindahan partikel-partikel zat (contohnya:
aliran udara).
*Konveksi (Efek Pendinginan Tubuh oleh Angin)
Pajanan tubuh oleh angin menggantikan lapisan udara yang berdekatan dengan
kulit dengan udara baru mempercepat hilangnya panas tubuh.
*Konduksi dan Konveksi Panas dengan Berdiam di Air
Air memiliki panas khusus beberapa ribu kali lebih besar daripada udara. Setiap
unit bagian air yang berdekatan dengan kulit dapat mengabsorpsi jumlah panas tubuh
yang lebih besar (konduktivitas panas di air > konduktivitas panas di udara) kecepatan
hilangnya panas ke air beberapa kali lebih besar dibandingkan dengan hilangnya panas ke
udara.
4) Evaporasi
Penguapan yang terjadi dari tubuh, sebagai upaya melepaskan panas (ekskresi
keringat). Melepaskan panas 0,58 Kkal/ 1 gram air. Evaporasi yang tidak terlihat (bila
tidak berkeringat) tetap terjadi melalui kulit dan paru-paru sebanyak 600-700 ml/ hari
(16-19 kal/ jam).

1. Pengaturan Suhu Tubuh (Termoregulasi)

Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah
elemen-elemen dari homeostasis. Homeostasis adalah kemampuan untuk menjaga sebuah
lingkungan internal yang relative stabil dalam dunia yang selalu berubah-ubah. Jika
terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka akan terjadi mekanisme homeostasis yang
membantu memproduksi panas melalui mekanisme feed back negatif untuk dapat
meningkatkan suhu tubuh ke arah normal (Tortora, 2000).
Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals) dan
hewan berdarah panas (warm-blood animals). Manusia seperti mamalia lain adalah
homoioterm, artinya suhu tubuhnya konstan meskipun suhu lingkungan berfluktuasi jauh
di atas atau di bawah suhu tubuhnya. Berkaitan dengan usaha mempertahankan suhu
tubuh tersebut kulit mempunyai peranan yang penting. Di dalam kulit terdapat jaring-
jaring pembuluh darah dan kelenjar keringat yang dikendalikan oleh sistem syaraf.
Disamping itu di dalam kulit juga terdapat reseptor berbagai macam sensasi, satu
diantaranya adalah termoreseptor. Bila suhu tubuh manusia panas, ada kecenderungan
tubuh meningkatkan kehilangan panas ke lingkungan, bila tubuh merasa dingin maka
kecenderungannya menurunkan kehilangan panas.
Jumlah panas yang hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi konveksi
sangat ditentukan oleh perbedaan suhu antara kulit dan lingkungan eksternal. Bagian
pusat tubuh merupakan ruang yang memiliki suhu yang dijaga tetap sekitar 37º C.
mengelilingi pusat tubuh adalah lapisan kulit dimana terjadi pertukaran panas antara
tubuh dan lingkungan luar. Dalam usaha memelihara suhu tubuh yang konstan, kapasitas
insulatif dan suhu kulit dapat diatur ke berbagai gradien suhu antara kulit dan lingkungan
eksternal, dengan cara demikian mempengaruhi tingkat kehilangan panas.
Suhu tubuh diatur seluruhnya oleh mekanisme persyarafan umpan balik dan hampir
semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang terletak pada
hipotalamus. Agar mekanisme umpan balik ini dapat berlangsung harus juga tersedia
pendetektor suhu untuk menentukan kapan suhu tubuh menjadi sangat panas atau sangat
dingin. Area preoptik hipotalamus anterior diketahui mengandung sejumlah besar neuron
yang sensitif terhadap panas yang jumlahnya kira-kira sepertiga neuron yang sensitif
terhadap dingin. Neuron-neuron ini diyakini berfungsi sebagai sensor suhu untuk
mengontrol suhu tubuh.neuron-neuron yang sensitif terhadap panas ini meningkatkan
kecepatan kerjanya sesuai dengan peningkatan suhu, kecepatannya kadang meningkat 2-
10 kali lipat ganda pada kenaikan suhu tubuh sebesar 10 º C. Neuron yang sensitif
terhadap dingin, sebaliknya, meningkatkan kecepatan kerjanya saat suhu tubuh turun.
Apabila area preoptik dipanaskan, kulit diseluruh tubuh denagn segera mengeluarkan
banyak keringat sementara pada wkatu yang sama pembuluh darah kulit di seluruh tubuh
menjadi sangat berdilatasi. Jadi hal ini merupakan reaksi yang cepat untuk menyebabkan
tubuh kehilangan panas, dengan demikian membantu mengembalikan suhu tubuh
kembali normal. Disamping itu pembentukan panas tubuh yang berlebihan dihambat.
Oleh karena itu jelas bahwa area preoptik dari hipotalamus memiliki kemampuan untuk
berfungsi sebagai termostatik pusat kontrol suhu tubuh. Apabila seluruh kulit tubuh
menggigil, terjadi pengaruh refleks yang segera dibangkitkan untuk meningkatkan suhu
tubuh melalui beberapa cara, yaitu:
1. Memberikan rangsangan kuat sehingga menyebabkan menggigil dengan akibat
meningkatnya kecepatan pembentukan panas tubuh.
2. Menghambat proses berkeringat bila hal ini harus terjadi
3. Meningkatkan vasokonstriksi kulit untuk menghilangkan pemindahan panas
tubuh ke kulit.

Reseptor suhu tubuh bagian dalam juga ditemukan pada bagian tertentu dari tubuh,
terutama di medulla spinalis, di organ dalam abdomen dan di sekitar vena-vena besar.
Reseptor dalam ini berbeda fungsinya dengan reseptor kulit karena reseptor tersebut lebih
bamyak terpapar dengan suhu inti tubuh daripada suhu permukaan tubuh. Namun seperti
halnya reseptor suhu kulit, reseptor tersebut lebih banyak mendeteksi dingin daripada
hangat. Adalah suatu kemungkian bahwa baik reseptor kulit maupun reseptor bagian
dalam berperan mencegah hipotermia yaitu mencegah suhu tubuh rendah. Sewaktu pusat
temperatur hipotalamus mendeteksi bahwa temperatur tubuh terlalu panas atau terlalu
dingin, pusat akan memberikan prosedur penurunan atau peningkatn temperatur yang
sesuai. Sistem pengatur temperatur menggunakan tiga mekanisme penting untuk
menurunkan panas tubuh ketika temperatur menjadi sangat tinggi yaitu:
1. Vasolidasi. Pada hampir semua area tubuh, pembuluh darah kulit berdilatasi dengan
kuat. Hal ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior
yang menyebabkan vasokonstriksi. Vasolidasi penuh akan meningkatkan kecepatan
pemindahan panas ke kulit sebnayak 8 kali lipat.
2. Berkeringat. Peningkatan temperatur tubuh 1ºC menyebabkan keringat yang cukup
banyak untuk mebuang 10 kali lebih besar kecepatan metabolisme basal dari
pembentukanpanas tubuh.
3. Penurunan pembentukan panas. Mekanisme yang menyebabkan pembentukan panas
berlebihan seperti menggigl dan termogenesis kimia dihambat dengan kuat.
Regulasi suhu tubuh
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam
keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan
mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di
hipotalamus. Apabila pusat temperature hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu
panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik.
Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas
toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik
tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh
meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan
serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi
panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.
Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu mengenakan
pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres, beri obat penurun
panas (Harold S. Koplewich, 2005).
Ada beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam upaya menurunkan suhu
tubuh antara lain kompres hangat basah, kompres hangat kering (buli-buli), kompres
dingin basah, kompres dingin kering (kirbat es), bantal dan selimut listrik, lampu
penyinaran, busur panas (Anas Tamsuri, 2007). Dalam postingan kali ini, kita akan
berfokus pada penggunaan teknik kompres hangat dalam upaya menurunkan suhu tubuh.
Asal Panas Pada Tubuh Manusia
Tubuh manusia merupakan organ yang mampu menghasilkan panas secara
mandiri dan tidak tergantung pada suhu lingkungan. Tubuh manusia memiliki
seperangkat sistem yang memungkinkan tubuh menghasilkan, mendistribusikan, dan
mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan konstan. Panas yang dihasilkan tubuh
sebenarnya merupakan produk tambahan proses metabolisme yang utama.
Adapun suhu tubuh dihasilkan dari :
1. Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate, BMR) di semua sel tubuh.
2. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot (termasuk kontraksi otot
akibat menggigil).
3. Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebagian kecil hormon
lain, misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone dan testosteron).
4. Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprine, norepineprine, dan rangsangan
simpatis pada sel.
5. Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel itu sendiri
terutama bila temperatur menurun.
Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur),
yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen,
dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). selain
itu, ada suhu permukaan (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit,
jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai
40°C.

Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu :


Jika suhu tubuh meningkat diatas normal maka putaran mekanisme feed back
negatif berlawanan dengan yang telah disebutkan diatas. Tingginya suhu darah
merangsang termoreseptor yang mengirimkan impuls syaraf ke area preoptic, dimana
sebaliknya merangsang pusat penurun panas dan menghambat pusat peningkatan panas.
Impuls syaraf dari pusat penurun panas menyebabkan dilatasi pembuluh darah di kulit.
Kulit menjadi hangat, dan kelebihan panas hilang ke lingkungan melalui radiasi dan
konduksi bersamaan dengan peningkatan volume aliran darah dari inti yang lebih hangat
ke kulit yang lebih dingin. Pada waktu yang bersamaan, metabolisme rate berkurang, dan
tidak terjadi menggigil. Tingginya suhu darah merangsang kelenjar keringat kulit melalui
aktivasi syaraf simpatis hipotalamik. Saat air menguap melalui permukaan kulit, kulit
menjadi lebih dingin. Respon ini melawan efek penghasil panas dan membantu
mengembalikan suhu tubuh kembali normal.
a. Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh.
Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior
yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang
memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali
lipat lebih banyak.
b. Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang melewati
batas kritis, yaitu 37°C. pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran
panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1°C akan menyebabkan
pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga mampu membuang panas tubuh yang
dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan
salah satu mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis.
Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di area preoptik anterior
hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian menyebabkan
rangsangan pada saraf kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang produksi keringat.
Kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena rangsangan dari epinefrin dan
norefineprin.
c. Penurunan pembentukan panas
Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil
dihambat dengan kuat.

Penjalaran Sinyal Suhu Pada Sistem Saraf


Sinyal suhu yang dibawa oleh reseptor pada kulit akan diteruskan ke dalam otak
melalui jaras spinotalamikus (mekanismenya hamper sama dengan sensasi nyeri). Ketika
sinyal suhu sampai di tingkat medulla spinalis , sinyal akan menjalar dalam traktus
Lissauer beberapa segmen di atas atau di bawah, dan selanjutnya akan berakhir terutama
pada lamina I, II dan III radiks dorsalis.
Setelah mengalami percabangan melalui satu atau lebih neuron dalam medulla
spinalis, sinyal suhu selanjutnya akan dijalarkan ke serabut termal asenden yang
menyilang ke traktus sensorik anterolateral sisi berlawanan, dan akan berakhir di tingkat
reticular batang otak dan komplek ventrobasal thalamus. Beberapa sinyal suhu pada
kompleks ventrobasal akan diteruskan ke korteks somatosensorik.
Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
1. Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak
jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada
uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
2. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat
hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya,
lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia
dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan
melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui
anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam
fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan
menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan
demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.
Jika dikaikan dengan scenario, dr Belagak yang merasa kepanasan ingin
berenang. Hal ini berkaitan dengna keinginan tubuh untuk mempertahankan metabolism
dan homeostasis tubuh. Tubuh yang merasa kepanasan dapat member kompensasi berupa
keringat agar dapat mempertahankan suhu tubuh. Tetapi, dalam hal ini, dr belagak ingin
berenang akibat rasa panas dari lingkungan. Ada kemungkinan juga terdapat perbedaan
suhu antara amerika dan sekayu, sehingga keinginan berenang dr Belagak berhubungan
dengan adaptasi tubuh terhadap suhu yang berbeda.
Konduksi dan Konveksi Panas pada Orang yang terpapar dengan Air (dalam hal
ini berenang)
Air memiliki panas khusus beberapa ribu kali lebih besar daripada udara,
sehingga setiap unit dari air yang berdekatan dengan kulit dapat mengabsorbsi jumlah
kuantitas panas yang lebih besar daripada udara. Oleh karena itu, kecepatan kehilangan
panas ke air pada suhu yang rendah jauh lebih besar daripada kecepatan kehilangan panas
udara pada suhu yang sama. Saat air dan udara sangat dingin, kecepatan panas ke udara
menjadi hampir sama besar dengan air, karena air dan udara pada dasarnya mampu
membawa semua panas yang dapat berdifusi melalui penyekat subkutan kulit.
HOMEOSTASIS
Emosi Homeostasis dan equilibrium Homeostasis adalah pemeliharaan kesatuan,
stabilitas dan ketetapan fungsi tubuh. Konsep homeostasis menjelaskan bagaimana tubuh
berusaha memerangi penyakit untuk memelihara ketetapan lingkungan didalamnya.
Homeostasis berfungsi sebagai system terbuka dimana manusia berupaya untuk tetap
memelihara stabilitas dan ketetapan dalam dirinya karena manusia adalah sebagai subjek
terhadapa segala pengaruh dan tantangan yang ada pada dirinya. Konsep homeostasis
telah digunakan oleh berbagai macam fungsi organ tubuh secara fisiologis. Menurut
Cannon tujuan homeostasis adalah kebebasan, yaitu bahwa dari detik ke detik manusia
bebas tidak memperhatikan proses-proses tubuh dalam memelihara keseimbangan asam-
basa, cairan, makanan sel dan lain-lain. Equilibrium merupakan proses keseimbangan
yang terjadi akibat adanya proses adaptasi manusia terhadap kondisi yang akan
menyebabkan sakit. Proses menjaga keseimbangan dalam tubuh manusia terjadi secara
dinamis dimana manusia berusaha menghadapi segala tantangan dari luar sehingga
keadaan seimbang dapat tercapai. Apabila manusia tidak mampu menghadapi pengaruh
dari luar maka pada dirinya akan terjadi suatu ketidak seimbangan dan manusia dikatakan
dalam keadaan sakit, sebagai gambaran dapat dilihat pada rentang sebagai berikut :
Keseimbangan lingkungan Ketidak seimbangan/kelemah Immune Genetic Need Budaya
Tujuan dan emosi Biologis Fisik (iklim, suhu) Zat kimia Mekanis (polusi) Social
Sakit/Sehat Steady State atau homeostasis akan terancam apabila tubuh tidak dapat
menjaga kesimbangan yang dinamis, fungsinya akan rusak dan mekanisme fisiologis
berubah menjadi mekanisme patofisiologi. Mekanisme patofisiologi akan menyebabkan
penyakit dan akan tetap aktif selama sakit, disini penyakit adalah ancaman dari
homeostasis dimana terjadi variasi abnormal dari struktur dan fungsi setiap bagian tubuh.
Mekanisme koping merupakan proses penyesuaian yang berlangsung terus menerus
dalam tubuh untuk memelihara keseimbangan dinamis, proses ini diatur oleh system
syaraf otonom dan system endokrin dan pengontrolannya dengan umpan balik negatif.

ADAPTASI DAN STRES


Stres
Pengertian Hans Selye (1956) mendefinisikan stress sebagai respon nonspesifik
tubuh terhadap setiap kebutuhan tanpa memperhatikan sifatnya. Respon tubuh tersebut
merupakan satu seri reaksi fisiologis yang disebut General Adaptasi Sindrom (GAS).
Lazarus dan Folkman (1994) mendefinisikan stress psikologis sebagai hubungan khusus
antara seseorang dengan lingkungan yang dihargai oleh orang tersebut sebagai pajak
terhadap sumber dayanya dan membahayakan kemampuannya. Stress adalah keadaan
yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang
menantang, mengancam atau merusak keseimbangan atau ekuilibrium dinamis seseorang.
Perubahan atau stimulus yang membangkitkan keadaan stress disebut stresor. Sifat
stressor sangat berbeda-beda, kejadian, atau perubahan yang dapat menimbulkan stress
pada seseorang. Seseorang akan berusaha menghindari atau mengatasi stress dengan
mengubah situasi dengan tujuan yang diingginkan sampai tercipta keadaan adaptasi.
Mekanisme ini disebut stress koping yaitu suatu kompensasi dengan mekanisme
fisiologis dan psikologis. Penyebab Penyebab stress dapat berasal internal dan eksternal
yang bersifat bersifat fisik, fisiologis, psikososial dan spiritual. Eksternal stressor :
Stressor fisik dapat berupa perubahan suhu panas atau dingin dan agen kimia, model
tempat tidur, alat tenun dan kebersihannya serta tidak adanya bel. Stresor psikologis
berupa reaksi emosi, takut atau kegagalan dalam mencapai tujuan, suara, sikap tenaga
kesehatan. Stresor sosial (ekonomi) berupa penolakan, kemiskinan, hubungan klien
dengan keluarga, jam berkunjung, dan informasi. Internal stressor : Perubahan fisiologis
yang tampak melalui tanda dan gejala (nyeri, kelelahan) Proses pemeriksaan seperti
rontgent, ct scan yang mengunakan sesuatu alat yang asing dipikiran klien. Proses
perawatan seperti tindakan pemberian obat parenteral, prosedur infasif. Penilaian klien
terhadap penyakit dan lingkungan. Stresor transisional berupa pertumbuhan dan
perkembangan, melahirkan, perkawinan. Manifestasi Klinis
1. Reaksi fisiologis
a. Pelebaran pupil untuk meningkatkan persepsi visual
b.Peningkatan keringat untuk mengontrol kenaikan suhu tubuh berhubungan dengan
peningkatan laju metabolisme
c. Nadi meningkat
d. Kulit teraba dingin karena knnstriksi perifer sebagai efek norepineprin
e. Tekanan darah meningkat
f. Frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat
g. Urine menurun
h. Mulut kering
i. Ketegangan otot

2. Psikososial
a. Reaksi yang berorientasi kepada ego ( ego defens mekanisme ) · Denial · Projeksi ·
Regrsi · Displacement · Isolasi · Supresi
b. Reaksi verbal dan motorik · Menangis, menurunkan perasaan tegang terhadap situasi
yang menyakitkan, menyedihkan dan menyenagkan. · Tertawa · Berteriak, respon
terhadap ketakutan, frustasi atau marah. · Mencerca, diarahkan kepada sumber stress,
dapat meningkatkan stressor jika sumber stress melakukan konfrontasi. · Memukul dan
menendang, respon spontan terhadap ancaman fisik. · Menggenggam dan meremas,
respon keadaan tegang, menyakitkan atau sedih.
c. Reaksi yang berorientasi pada penyelesaian masalah Koping ini melibatkan proses
kognitif afektif dan psikomotor. · Berbicara dengan orang lain · Mencari tahu lebih
banyak tentang situasi · Meningkatkan kegiatan ibadah · Melakukan latihan
penanganan stress (pernapasan, meditasi) · Membuat alternatif pemecahan masalah
(compromi) · Belajar dari pengalaman masa lalu. Selain koping pada diri individu,
koping keluarga juga dapat membantu klien menghadapi stressor karena keluarga
merupakan system pendukung yang paling dekat dengan klien. · Mencari dukungan
social. · Reframing, mengkaji ulang kejadian stress sehingga dapat mendalami untuk
menangani dan menerimannya. · Mencari dukungan spiritual (berdoa, perkumpulan
peribadatan). · Menggerakan keluarga untuk mendapat dan menerima bantuan.

Adaptasi
Adaptasi adalah suatu proses yang konstan dan berklanjutan yang membutuhkan
perubahan dalam hal struktur, fungsi dan perilaku sehingga sesorang lebih sesuai dengan
suatu lingkungan tertentu. Beradaptasi berarti mendapatkan persepsi, perilaku dan
lingkungan yang berubah sehinga tercapai keseimbangan. Namun demikian hasil akhir
adaptasi tergantung pada tingkat tingkat kesesuaian antara ketrampilan dan kapasitas
seseorang dan sumber dukungan sosialnya disatu sisi dan jenis tantangan atau stressor
yang dihadapi disisi lain.

Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah
elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah
dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals).

Manusia seperti mamalia lain adalah homoioterm, artinya suhu tubuhnya konstan
meskipun suhu lingkungan berfluktuasi jauh di atas atau di bawah suhu tubuhnya.
Berkaitan dengan usaha mempertahankan suhu tubuh tersebut kulit mempunyai peranan
yang penting. Di dalam kulit terdapat jaring-jaring pembuluh darah dan kelenjar keringat
yang dikendalikan oleh sistem syaraf. Disamping itu di dalam kulit juga terdapat reseptor
berbagai macam sensasi, satu diantaranya adalah termoreseptor. Bila suhu tubuh
nmanusia panas, ada kecenderungan tubuh meningkatkan kehilangan panas ke
lingkungan, bila tubuh merasa dingin maka kecenderungannya menurunkan kehilangan
panas. Jumlah panas yang hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi konveksi
sangat ditentukan oleh perbedaan suhu antara kulit dan lingkungan eksternal. Bagian
pusat tubuh merupakan ruang yang memiliki suhu yang dijaga tetap sekitar 37º C.
mengelilingi pusat tubuh adalah lapisan kulit dimana terjadi pertukaran panas antara
tubuh dan lingkungan luar. Dalam usaha memelihara suhu tubuh yang konstan, kapasitas
insulatif dan suhu kulit dapat diatur ke berbagai gradien suhu antara kulit dan lingkungan
eksternal, dengan cara demikian mempengaruhi tingkat kehilangan panas.

Suhu tubuh diatur seluruhnya oleh mekanisme persyarafan umpan balik dan hampir
semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang terletak pada
hipotalamus. Agar mekanisme umpan balik ini dapat berlangsung harus juga tersedia
pendetektor suhu untuk menentukan kapan suhu tubuh menjadi sangat panas atau sangat
dingin. Area preoptik hipotalamus anterior diketahui mengandung sejumlah besar neuron
yang sensitif terhadap panas yang jumlahnya kira-kira sepertiga neuron yang sensitif
terhadap dingin. Neuron-neuron ini diyakini berfungsi sebagai sensor suhu untuk
mengontrol suhu tubuh.neuron-neuron yang sensitif terhadap panas ini meningkatkan
kecepatan kerjanya sesuai dengan peningkatan suhu, kecepatannya kadang meningkat 2-
10 kali lipat ganda pada kenaikan suhu tubuh sebesar 10 º C. Neuron yang sensitif
terhadap dingin, sebaliknya, meningkatkan kecepatan kerjanya saat suhu tubuh turun.

Apabila area preoptik dipanaskan, kulit diseluruh tubuh denagn segera mengeluarkan
banyak keringat sementara pada wkatu yang sama pembuluh darah kulit di seluruh tubuh
menjadi sangat berdilatasi. Jadi hal ini merupakan reaksi yang cepat untuk menyebabkan
tubuh kehilangan panas, dengan demikian membantu mengembalikan suhu tubuh
kembali normal. Disamping itu pembentukan panas tubuh yang berlebihan dihambat.
Oleh karena itu jelas bahwa area preoptik dari hipotalamus memiliki kemampuan untuk
berfungsi sebagai termostatik pusat kontrol suhu tubuh. Apabila seluruh kulit tubuh
menggigil, terjadi pengaruh refleks yang segera dibangkitkan untuk meningkatkan suhu
tubuh melalui beberapa cara, yaitu:

4. Memberikan rangsangan kuat sehingga menyebabkan menggigil dengan akibat


meningkatnya kecepatan pembentukan panas tubuh.
5. Menghambat proses berkeringat bila hal ini harus terjadi
6. Meningkatkan vasokonstriksi kulit untuk menghilangkan pemindahan panas
tubuh ke kulit.

Reseptor suhu tubuh bagian dalam juga ditemukan pada bagian tertentu dari tubuh,
terutama di medulla spinalis, di organ dalam abdomen dan di sekitar vena-vena besar.
Reseptor dalam ini berbeda fungsinya dengan reseptor kulit karena reseptor tersebut lebih
bamyak terpapar denagn suhu inti tubuh daripada suhu permukaan tubuh. Namun seperti
halnya reseptor suhu kulit, reseptor tersebut lebih banyak mendeteksi dingin daripada
hangat. Adalah suatu kemungkian bahwa baik reseptor kulit maupun reseptor bagian
dalam berperan mencegah hipotermia yaitu mencegah suhu tubuh rendah. Sewaktu pusat
temperatur hipotalamus mendeteksi bahwa temperatur tubuh terlalu panas atau terlalu
dingin, pusat akan memberikan prosedur penurunan atau peningkatn temperatur yang
sesuai. Sistem pengatur temperatur menggunakan tiga mekanisme penting untuk
menurunkan panas tubuh ketika temperatur menjadi sangat tinggi yaitu;

1. Vasolidasi. Pada hampir semua area tubuh, pembuluh darah kulit berdilatasi dengan
kuat. Hal ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior
yang menyebabkan vasokonstriksi. Vasolidasi penuh akan meningkatkan kecepatan
pemindahan panas ke kulit sebnayak 8 kali lipat.
2. Berkeringat. Peningkatan temperatur tubuh 1ºC menyebabkan keringat yang cukup
banyak untuk mebuang 10 kali lebih besar kecepatan metabolisme basal dari
pembentukanpanas tubuh.
3. Penurunan pembentukan panas. Mekanisme yang menyebabkan pembentukan panas
berlebihan seperti menggigl dan termogenesis kimia dihambat dengan kuat.

Ketika tubuh terlalu dingin, sistem pengaturan temperatur mengadakan prosedur yang
berlawanan yaitu:
1. Vasokonstriksi kulit diseluruh tubuh. Hal ini disebabkan oleh rangsangan pusat
simpatis hipotalamus posterior.
2. Piloereksi. Rangsangan simpatis menyebabkan otot arektor pili yang melekat ke folikel
rambut berkontraksi yang menyebabkan rambut berdiri tegak. Hal ini penting pada
manusia tetapi pada hewan yang lebih rendah, berdirinya rambut memungkinkan mereka
untuk membentuk lapisan tebal “isolator udara” bersebelahan dengan kulit sehingga
pemindahan panas ke lingkungan sangat ditentukan
3. Peningkatan pembentukan panas. Pembentukan panas oleh sistem metabolisme
meningkat dengan menggigil, rangsangan simpatis pembentukan panas, sekresi tiroksin.

Regulasi suhu tubuh


Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam
keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan
mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di
hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu
panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini
terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan
suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh
inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus
akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu
dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga
suhu kembali pada titik tetap. Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu
tubuh yaitu mengenakan pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri
kompres, beri obat penurun panas (Harold S. Koplewich, 2005). Ada beberapa teknik
dalam memberikan kompres dalam upaya menurunkan suhu tubuh antara lain kompres
hangat basah, kompres hangat kering (buli-buli), kompres dingin basah, kompres dingin
kering (kirbat es), bantal dan selimut listrik, lampu penyinaran, busur panas (Anas
Tamsuri, 2007). Dalam postingan kali ini, kita akan berfokus pada penggunaan teknik
kompres hangat dalam upaya menurunkan suhu tubuh.

Asal Panas Pada Tubuh Manusia


Tubuh manusia merupakan organ yang mampu menghasilkan panas secara mandiri dan
tidak tergantung pada suhu lingkungan. Tubuh manusia memiliki seperangkat sistem
yang memungkinkan tubuh menghasilkan, mendistribusikan, dan mempertahankan suhu
tubuh dalam keadaan konstan. Panas yang dihasilkan tubuh sebenarnya merupakan
produk tambahan proses metabolisme yang utama.
Adapun suhu tubuh dihasilkan dari :
1. Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate, BMR) di semua sel tubuh.
2. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot (termasuk kontraksi otot
akibat menggigil).
3. Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebagian kecil hormon
lain, misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone dan testosteron).
4. Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprine, norepineprine, dan rangsangan
simpatis pada sel.
5. Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel itu sendiri
terutama bila temperatur menurun.
Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur), yaitu
suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan
rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). selain itu,
ada suhu permukaan (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan
sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C.

Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah


1. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu :
a. Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh.
Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior
yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang
memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali
lipat lebih banyak.
b. Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang melewati
batas kritis, yaitu 37°C. pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran
panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1°C akan menyebabkan
pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga mampu membuang panas tubuh yang
dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan
salh satu mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis. Pengeluaran
keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di area preoptik anterior hipotalamus
melalui jaras saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian menyebabkan rangsangan
pada saraf kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang produksi keringat. Kelenjar
keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena rangsangan dari epinefrin dan
norefineprin.
c. Penurunan pembentukan panas
Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil
dihambat dengan kuat.

2. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu :


a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh
Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus posterior.
b. Piloereksi
Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada folikel rambut
berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada binatang tingkat rendah,
berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai isolator panas terhadap lingkungan.
c. Peningkatan pembentukan panas
Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme menggigil,
pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin.
Penjalaran Sinyal Suhu Pada Sistem Saraf
Sinyal suhu yang dibawa oleh reseptor pada kulit akan diteruskan ke dalam otak melalui
jaras spinotalamikus (mekanismenya hamper sama dengan sensasi nyeri). Ketika sinyal
suhu sampai di tingkat medulla spinalis , sinyal akan menjalar dalam traktus Lissauer
beberapa segmen di atas atau di bawah, dan selanjutnya akan berakhir terutama pada
lamina I, II dan III radiks dorsalis.
Setelah mengalami percabangan melalui satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis,
sinyal suhu selanjutnya akan dijalarkan ke serabut termal asenden yang menyilang ke
traktus sensorik anterolateral sisi berlawanan, dan akan berakhir di tingkat reticular
batang otak dan komplek ventrobasal thalamus. Beberapa sinyal suhu pada kompleks
ventrobasal akan diteruskan ke korteks somatosensorik.
Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
1. Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak
jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada
uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
2. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat
hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya,
lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia
dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui
pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis
arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus
arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan
menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan
demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.

Anda mungkin juga menyukai