Dr. Wiguno P, Dr. M.S. Markum, Dr. Roemiati 0, Dr. R.P.
Sidabutar beberapa bentuk, seperti terlihat pada tabel 5.
Sub Bagian Gin/al dan Hipertensi Bagian Ilmu Penvakit Dalam Tabel. Hipertensi pada penderita dengan DM *) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Ciptomangunkusumo, Jakarta 1. Diabetes melitus dan hipertensi adalah dua keadaan yang Potentially surgical curable berhubungan erat dan keduanya merupakan masalah kesehatan 2. yang perlu mendapatkan penanganan yang seksama. Insidensi Nephropathy clinically absent hipertensi pada penderita diabetes melitus lebih tinggi apabila Essential dibandingkan dengan penderita tanpa diabetes melitus, dan hypertension pada beberapa penelitian dibuktikan, kenaikan tersebut sesuai Isolated dengan kenaikan umur dan lama diabetes. Diperkirakan 30 Systolic 60% penderita diabetes melitus mempunyai hubungan dengan hypertension hipertensi 3. 1,2,3 Nephropathy present . Renal Hipertensi pada diabetes melitus meningkatkan morbiditas hypertension dan mortalitas, serta berperan dalam mekanisme terjadinya 4. penyakit jantung koroner, gangguan pembuluh darah perifer, Neuropathy present gangguan pembuluh darah serebral dan terjadinya gagal ginjal. Supine Kelainan pada mata akibat diabetes melitus yang berupa hypertension retinopati diabetik juga dipengaruhi oleh hipertensi..Oleh with orthostatic hypotension karena itu, hipertensi pada diabetes melitus perlu ditanggulangi *) dikutip dari 5 secara seksama. Untuk tujuan ini diperlukan pengetahuan Dalam membicarakam patogenesis hipertensi pada diabe- mengenai patogenesis hipertensi pada diabetes melitus, dan tes melitus dapat ditinjau dari berbagai segi, misalnya peran berbagai obat anti-hipertensi serta pengaruhnya terhadap ginjal, sistem pembuluh darah dan jantung, sistem renin- diabetes melitus. angiotensin-aldosteron, sistem susunan saraf otonom, dan peran PATOGENESIS berbagai hormon. 1,3,4 Kelainan histopatologik pada ginjal akibat hipertensi dapat Hipertensi pada diabetes melitus dapat dilihat dalam mengenai glomerulus, tubulus, interstitium, dan arteriol. beberapa bentuk, yaitu Kelainan patologik yang paling sering dijumpai adalah lesi 1 nodular yang mengenai mikrovaskular dan lesi glomerular : yang difus. Kelainan ini lebih banyak dijumpai pada diabetes 1. melitus tipe I dan dikenal dengan lesi Kimmelstiel Wilson. Hipertensi diabetik Keadaan ini dihubungkan dengan terjadinya hialinisasi glo- 2. merulus yang mengakibatkan penurunan kliren air, peninglcat- Hlpertensi sistolik an volume intravaskular, dan hipertensi. Gambaran klinik yang 3. dijumpai adalah proteinuri, hipertensi, dan gagal ginjal. Hipertensi esensial. Peningkatan tekanan darah yang terjadi sejalan dengan berat- Hipertensi diabetik adalah bentuk hipertensi renal yang ter- nya kelainan pada ginjal. Dengan adanya pielonefritis yang jadi pada nefropati diabetik yang sering ditemukan pada sering dijumpai pada diabetes melitus, akan memperberat diabetes melitus tipe I. Hipertensi sistolik merupakan akibat glomerulosklerosis, dan kemungkinan berperan secara ber- terjadinya aterosklerosis pada diabetes melitus. Sedangkan Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 15 hipertensi esensial merupakan bentuk yang paling sering di- makna pada patogenesis hipertensi. jumpai dan biasanya merupakan komplikasi akhir dari diabetes Terdapat 2 (dua) teori yang dapat menerangkan mekanis- melitus. me terjadinya kelainan mikrovaskular pada glomerulosklerosis Laporan final dari "Working Group on Hypertension in diabetik, yaitu teori genetik dan teori metabolik yang keduanya Diabetes", membagi hipertensi pada diabetes melitus dalam saling kontroversial. Teori genetik menyatakan, terjadinya mikroangiopati disebabkan oleh sifat genetik (genome) dari Beberapa hormon diduga mempunyai pengaruh terhadap vaskular sendiri dan tidak dipengaruhi oleh faktor yang ber- ter-jadinya hipertensi pada diabetes melitus. Hormon yang di- hubungan dengan defisiensi insulin. Hal ini dibuktikan bahwa ketahui mempunyai peran terhadap mekanisme kontrol tekanan lesi mikrovaskular dijumpai pada beberapa penderita tanpa darah adalah PRA, katekolamin, kortisol dan growth hormone. kelainan glukosa dan terjadinya lesi awal pada glomerulos- EVALUASI KLINIK DAN DIAGNOSTIK klerosis diabetik yang berupa penebalan membrana basalis 5,6 jarang dijumpai pada awal penyakit. Teori metabolik menyata- Pada prinsipnya, evaluasi hipertensi pada diabetes tidak kan, terjadinya mikroangiopati secara langsung oleh karena berbeda dengan evaluasi hipertensi pada penderita non- kelainan metabolik akibat defisiensi insulin baik secara absolut diabetes, akan tetapi berbagai bentuk hipertensi yang dapat maupun relatif. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah terjadi pada diabetes perlu diperhatikan. Anamnesis yang teliti obesitas. Obesitas dijumpai pada 80% penderita diabetes mengenai riwayat hipertensi atau diabetes dalam keluarga, melitus tipe II dan diduga faktor ini juga mempengaruhi riwayat penggunaan obat yang dapat meningkatkan tekanan terjadinya hipertensi pada diabetes melitus darah atau gula darah antara lain steroid, pil kontrasepsi, 3 antiinflamasi nonsteroid atau dekongestan nasal perlu di- . tanyakan. Keluhan yang dapat timbul pada hipertensi atau Kelainan pada diabetes melitus yang klasik adalah mikro- diabetes perlu ditanyakan dengan teliti. Riwayat pengobatan angiopati spesifik dan makroangiopati yang tidak spesifik yang hipertensi dan perkembangan keadaan tekanan darahnya dapat mempunyai andil terhadap terjadinya hipertensi. Pada hiper- dipakai untuk menduga kemungkinan hipertensi sekunder. tensi dan diabetes melitus terjadi proliferasi otot polos pem- Walaupun hipertensi sekunder yang potensial dapat buluh darah akibat kerusakan pembuluh oleh kadar hormon dan disembuhkan dengan tindakan bedah (potentially sugical lemak dalam sirkulasi yang abnormal, dan atau intervensi trom- curable) seperti hipertensi renovaskular, hiperaldosteronisme bosit yang menimbulkan hiperagregasi. Keadaan tersebut me- primer, feokromositoma, biasanya jarang dijumpai, akan tetapi rupakan latar belakang terjadinya aterosklerosis, dengan akibat hal ini perlu dipertimbangkan. Hipertensi golongan ini biasanya terjadinya hipertensi sistolik pada penderita diabetes melitus. merupakan hipertensi maligna, secara klinis sesuai dengan Hubungan antara hipertensi pada diabetes melitus dengan hipertensi sekunder, respon pengobatan yang jelek, atau pada sistem renin-angiotensin-aldosteron dilaporkan kontroversial penderita yang semula mudah dikontrol tiba-tiba menjadi sulit oleh beberapa peneliti. Pada umumnya menyatakan, pada awal terkontrol. Kebiasaan minum alkohol, makan makanan yang penyakit aktifitas renin plasma (PRA) masih normal atau banyak mengandung garam, faktor psikososial dan lingkungan meningkat, sedangkan pada akhir penyakitnya didapatkan yang dapat mempengaruhi tekanan darah perlu diteliti. penurunan respon renin terhadap efek stimulasi oleh perubahan Dalam pengukuran tekanan darah harus diperhatikan cara posisi, furosemid, diaksosid dan angiotensin II. Pada umumnya pengukuran, alat ukur, saat pengukuran dan tempat pengukur- peninggian tekanan darah tidak diikuti oleh peningkatan renin an. Pemeriksaan pada jantung, mata, ginjal dan susunan saraf dan aldosteron. Keadaan inilah yang dapat menerangkan bahwa pusat perlu dilakukan untuk menilai keterlibatan organ tersebut hipertensi maligna jarang diju.mpai pada penderita diabetes pada hipertensi. Penilaian yang mengarah pada hipertensi melitus sekunder seperti bruit di abdomen, ginjal polikistik, takikardi 2,3 dan keringat tidak boleh dilupakan. . Adanya kadar katekolamin yang rendah pada Pemeriksaan darah tepi dan urin lengkap, fungsi ginjal, penderita hipertensi dan diabetes melitus kemungkinan kadar gula darah, kalium dalam serum, dan hemoglobin merupakan salah satu yang dapat menerangkan keadaan ini. glikosilated diperlukan untuk menilai keadaan diabetes dan Dalam keadaan basal, kadar katekolamin ditemukan kemungkinan penyebab hipertensi. Pemeriksaan fraksi lemak normal pada penderita diabetes melitus. Akan tetapi perang- diperlukan untuk menilai faktor risiko kardiovaskular. sangan dengan perubahan posisi dan aktifitas fisik isometrik PENATALAKSANAAN menunjukkan kelainan dalam peningkatan katekolamin. Pengobatan hipertensi pada diabetes selain bertujuan untuk Katekolamin diketahui mempengaruhi pelepasan renin, mengontrol tekanan darah harus juga diperhatikan kontrol ter- sehingga adanya penurunan kadar katekolamin bertanggung hadap diabetes melitus dan komplikasinya, terutama yang me- jawab terhadap penekanan sistem renin-angiotensin-aldosteron. nyangkut ginjal dan kardiovaskular. Secara garis besar penata- laksanaan hipertensi dapat dibedakan atas penatalaksanaan pengobatan non-farmakologik tidak berhasil. Pertimbangan ini non-farmakologik dan penatalaksanaan farmakologik. sesuai dengan penelitian KNOWLER (dikutip dari 4), yang Prinsip pengobatan hipertensi masa kini dengan perhatian mendapatkan, tekanan darah 145 mmHg sistolik insidensi terhadap pengaruh pengobatan pada kualitas hidup penderita retinopati menjadi dua kalinya. Sedangkan PARVING (dikutip harus selalu mendasari sikap kita dalam pemilihan obat. dari 4) menunjukkan, dengan pengobatan hipertensi secara Pengobatan non-farmakologik agresif ternyata dapat menurunkan 57% albuminuri setelah 2,5,6,7 pengobatan selama 1 tahun pada penderita muda dengan Pengobatan non-farmakologik dapat diberikan sebagai diabetes melitus tipe I. terapi tambahan pada pengobatan farmakologik. Pengobatan Apabila telah disepakati bahwa hipertensi pada diabetes me- non-farmakologik dapat berupa kontrol terhadap berat badan, litus harus diobati, maka masalah kedua adalah obat mana yang membatasi asupan garam, atau asam lemak. Pengobatan ini akan digunakan. Pada prinsipnya disetujui bahwa pengobatan hi- biasanya diberikan untuk hipertensi yang ringan. Jenis pertensi pada diabetes melitus tidak berbeda dengan peng- pengobatan yang diberikan diupayakan yang tidak mengganggu obatan pada hipertensi pada penderita tanpa diabetes melitus. gaya hidup dan tanpa efek samping. Yang perlu mendapatkan perhatian ialah bahwa efek samping Penurunan berat badan sampai dengan batas tertentu obat anti-hipertensi dapat menimbulkan gangguan metabolik yang diharapkan merupakan indikasi pengobatan, baik pada pada diabetes melitus. Oleh karena itu pengobatan harus hipertensi maupun diabetes melitus. Penurunan berat badan diberikan dengan mengingat kepentingan secara individual dan ini dapat dilakukan dengan pembatasan kalori ataupun olah- tingkat kelainan metabolik yang ada. raga. Pada beberapa penelitian, olah-raga terbukti dapat me- Golongan diuretik tiasid banyak dipakai pada pengobatan nurunkan tekanan darah melui penurunan tahanan perifer. hipertensi pada diabetes, karena dihubungkan dengan adanya Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 retensi natrium. Akan tetapi, secara epidemiologik terbukti 16 dapat meningkatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain. Di samping itu olah-raga menimbulkan perasaar. santai yang Pada penggunaan jangka panjang dapat teijadi gangguan dapat membantu menurunkan tekanan darah. Kedua bentuk toleransi glukosa, kenaikan kadar lemak darah, hipokalemi dan pengobatan non-farmakologik tersebut sangat sesuai untuk gangguan seksual yang pada diabetes melitus kemungkinannya pada penderita diabetes karena dapat mengontrol gula darah. menjadi meningkat. Pada diabetes melitus tipe II penggunaan Pembatasan asupan garam di samping penurunan berat tiasid dapat menurunkan sekresi insulin melalui efek badan dapat menurunkan tekanan darah. Akan tetapi perlu hipokalemi sehingga akan mengganggu kontrol terhadap diperhatikan agar pembatasan garam masih telap dapat diterima diabetes. Keadaan ini tidak berpengaruh pada diabetes melitus oleh penderita. Untuk ini perlu diperhatikan kebiasaan makan tipe I karena memang teijadi ketidakefektifan sekresi insulin. dan jenis makanan yang banyak mengandung garam. Pada gangguan fungsi ginjal, tiasid menjadi kurang efPktif Penambahan kalium, pemanfaatan ion kalsium dan mag- aan pada keadaan ini furosemid dapat digunakan. Golongan ini nesium belum seluruhnya meyakinkan sehingga masih belum juga menimbulkan efek samping yang kurang lebih sama direkomendasi. Pada beberapa penelitian, pemberian diet sehingga memerlukan pengawasan yang seksama. Pada peng- rendah lemak jenuh dibuktikan dapat menurunkan tekanan gunaan diuretik golongan spironolakton perlu dipikirkan darah dan mengurangi faktor risiko kardiovaskular. kemungkinan terjadi penimbunan kalium yang dapat meng- Menghindari rokok, alkohol, hiperlipidemi dan stres yang ber- ganggu irama jantung. Golongan ini dilaporkan pula dapat lebihan akan menolong menghindarkan diri dari risiko hipertensi. menimbulkan gangguan seksual sehingga penggunaannya Pengobatan farmakologik jarang dianjurkan. 2,4,5,6,8 Golongan penyekat beta atau betabloker, sering me- Apabila dengan pengobatan non-farmakologik belum ngaburkan gejala hipoglikemi dan memperlambat penyembuh- menolong, langkah selanjutnya adalah menggunakan obat. annya. Di samping itu dapat pula mengganggu toleransi glu- Menjadi masalah kapan pengobatan harus dimulai? Mengingat kosa dengan menghambat sekresi insulin. Hal ini lebih banyak adanya pengaruh terhadap kelainan pembuluh darah, hipertensi terjadi pada betabloker golongannon-selektif akibat terjadinya pada diabetes harus mulai diberikan pengobatan farmakologik hambatan pada resptor beta-2 yang berperan dalam sekresi apabila tekanan darah 140 mmHg sistolik atau lebih, setelah insulin melalui perangsangannya. Golongan penyekat alfa yang beredar di Indonesia adalah Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 17 prasozin. Akibat samping yang sering teijadi pada golongan ini hipertensi pada penderita tanpa diabetes melitus, akan tetapi adalah hipotensi ortostatik. Oleh karena golongan ini tidak tingkat gangguan metaboliknya perlu mendapatkan perhatian. memperberat gangguan metabolisme lemak pada diabetes Beberapa pertimbangan dalam pemilihan jenis obat telah di- melitus dan jarang menimbulkan gangguan seksual, obat uraikan. golongan ini dipakai sebagai pengobatan tingkat pertama untuk Prinsip pengobatan hipertensi masa kini yang tidak hanya hipertensi pada diabetes melitus. Pada penderita dengan menurunkan tekanan darah saja, akan tetapi harus mem- gangguan saraf otonom perlu mendapat perhatian khusus perhatikan kualitas hidup penderita harus selalu , karena sudah terjadi hipotensi ortostatik. , Golongan penghambat simpatik seperti reserpin, klonidin, diingat. alfametildopa, dan guanitidin sering menimbulkan efek sam- KEPUSTAKAAN ping seperti hipotensi ortostatik, dan gangguan seksual. 1. Gangguan ini akan makin menonjol pada penderita diabetes Christlieb AR. Diabetes and Hypertensive Vascular Disease : melitus yang disertai gangguan saraf otonom. Mecahanism and Treatment. The Am J of Cardiology 1973; 32 : Golongan vasodilator seperti hidralasin dan minoksidil juga 592-604. sering menimbulkan hipotensi ortostatik, walaupun sedikit peng- 2. aruhnya terhadap toleransi glukosa, elektrolit dan kadar lemak. Peiris AN and Gustafson AB. Current Therapeutic Copcepts in Golongan antagonis kalsium dan penghambat ensim Diabetic Hypertension. Diabetes Care 1986; 9 (4) : 409-13. konversi angiotensin dapat dipakai pada hipertensi pada 3. diabetes melitus. Mengenai pengaruhnya terhadap toleransi Yzagoumis M. Aspect of Hypertension, Coexisting Diabetes, Pfizer glukosa dan metabolisme insulin masih merupakan kontro- International Inc. publication. versial. Sebagian mengatakan, golongan ini tidak mempe- 4. ngaruhi sekresi insulin dan metabolisme glukosa; sedangkan Hamet P. Metabolic Aspects of Hypertension : Hypertension yang lain menyatakan, golongan ini mempunyai tendensi Physiopathology and Treatment, 2nd Ed. Jacques Genest, Erich diabetogenik. Koiw, Otto Kuchel (eds), Mc. Graw-hill Book Company, 1977: Penghematan ensim konversi angiotensin selain 413-16. mempunyai efek antihipertensi pada diabetes melitus juga 5. mengurangi proteinuri dan mempertahankan fungsi ginjal pada Statement on Hypertension in Diabetes Mellitus, Final Report The nefropati diabetik. Penggunaan obat golongan ini harus hati- Working Group in Hypertension in Diabetes, Arch Intern Med 1987; 147: hati apabila terdapat keadaan hiporenin-hipoaldosteronisme 830-42. dan gangguan fungsi ginjal karena efek sampingnya. 6. Hiperkalemi, gangguan fungsi ginjal dan proteinuri dapat Sidabutar RP, Wigune P. Hipertensi Esensial dan Penanggulangannya. timbul sehingga perlu pemantauan secara seksama. Dalam : Hipertensi Pendekatan Praktis dan Penatalaksanaan, Bintari Keuntungannya, golongan ini tidak mempengaruhi toleransi Rukmono, Elias Sulisto (eds), 1986 : 41-61. glukosa, kadar lemak dan gangguan seksual. Enalapril 7. merupakan obat yang baru dari golongan ini dan dinyatakan Kaplan NM. Non-Drug Treatment of hypertension, Annals of Internal lebih jarang menimbulkan efek samping. Medicine 1985; 102 : 359-73. Berbagai efek samping obat dan kaitannya dengan ganggu- 8. an metabolisme glukosa pada diabetes melitus, harus merupa- Roesma J, Sidabutar RP. Penanggulangan Hipertensi Pada Diabetes kan bahan pertimbangan dalam pemilihan obat dan harus selalu Melitus dengan Perhatian khusus pada Penghambat Enzim Konverting dikaitkan pengaruhnya terhadap kualitas hidup penderita. Angiotensin, Simposium Nasional Hipertensi, Aspek Khusus dan Gagal RINGKASAN Jantung, 29 Agustus 1987, Jakarta. Telah diuraikan patogenesis, evaluasi klinik dan penata- Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987 laksanaan hipertensi pada diabetes melitus. Di pasaran tersedia 18 banyak sekali obat anti-hipertensi yang telah dibuktikan efektifitasnya untuk pengobatan hipertensi. Pengobatan