KELOMPOK B-4
KETUA : SAFITRI QAMILA ( 1102007161 )
SEKERTARIS : SOFIAH ( 1102007265 )
ANGGOTA : JURIAH ( 1102007159 )
KARTINI ANISA LAFONDA ( 1102007160 )
KHARIS MADI ( 1102007161 )
RYAN PERMANA PUTRA ( 1102007246 )
SAFITRI RAHAYU ( 1102007248 )
SANDRA AMELIA ( 1102007250 )
SISCA AGUSTIA OLII ( 1102007260 )
SITI RAMADHANI ( 1102007263 )
REAKSI OBAT
Seorang laki-laki, 28 tahun datang ke UGD dengan sesak nafas , nafasnya berbunyi
disertai gatal-gatal ditubuhnya, kulit merah dan melepuh sejak dua hari yang lalu.
Keluhan ini dialami setelah pasien mempunyai riwayat penyakit asthma. Oleh dokter UGD
yang memeriksanya didapatkan :
KU : Sedang , Sens : CM
Vital sign : TD : 100/70mmHg ; Nadi : 100x/menit ; RR : 30x/menit ; suhu : 36,5 C
Pemeriksaan fisik :
THT : Sesak nafas Jackson derajat II-III
Regio thorax :
► Inspeksi : simetris
► Palpasi : SF Kanan = kiri
► Perkusi : sonor
► Auskultasi : Wheezing (+)
Status Dermatologis :
Lokasi 1 : Mata
Ujud kelainan : mata merah , sekret (+)
Lokasi 2 : Kulit , badan , dan ekstermitas atas dan bawah
Ujud kelainan : vesikel , bula berbagai ukuran , lesi target (+) , erosi
Lokasi 3 : Bibir
Ujud kelainan kulit : krusta hemorragi
Kelainan tubuh hiperemis (+) , bullae (+)
STEP 1
► Memahami dan menjelaskan laringitis akut
Definisi laringitis akut
Etiologi laringitis akut
Patofisiologi laringitis akut
Manifestasi klinis laringitis akut
Tatalaksana laringitis akut
► Memahami dan menjelaskan asma ( status asmatikus )
Definisi asma
Etiologi asma
Klasifikasi asma
Patofisiologi asma
Manifestasi klinis asma
Diagnosis asma
Pengobatan dan edukasi asma
► Memahami dan menjelaskan sindroma steven-jhonson (SSJ )
Definisi SSJ
Etiologi SSJ
Patofisiologi SSJ
Manifestasi klinis SSJ
Diagnosis ssj
Diagnosis banding SSJ
Tatalaksana SSJ
Prognosis SSJ
STEP 2
MANDIRI
STEP 3
LARINGITIS AKUT
Laringitis akut adalah suatu radang laring
yang disebabkan terutama oleh virus dan
dapat pula disebabkan oleh bakteri , yang
berlangsung kurang dari 3 minggu.
ETIOLOGI LARINGITIS AKUT :
► Infeksi virus influenza (tipe A dan B),
parainfluenza (tipe 1, 2, 3), rhinovirus dan
adenovirus.
► Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae,
Branhamella catarrhalis, Streptococcus
pyogenes, Staphylococcus aureus dan
Streptococcus pneumoniae.
► Penyakit ini juga dapat terjadi karena
perubahan musim / cuaca ,Pemakaian suara
yang berlebihan, Trauma ,Bahan kimia
,Merokok dan minum-minum alkohol ,Alergi
PATOFISIOLOGI LARINGITIS AKUT :
► Parainfluenza virus, yang merupakan
penyebab terbanyak dari laringitis, masuk
melalui inhalasi dan menginfeksi sel dari
epitelium saluran nafas lokal yang bersilia,
ditandai dengan proses inflamasi sehingga
merangsang kelenjar mukus untuk
memproduksi mukus yang berlebih dan
merangsang batuk hebat .
► Terjadi pembengkakan dan kemerahan dari
saluran nafas yang terlibat, kebanyakan
ditemukan pada dinding lateral dari trakea
dibawah pita suara.
► Karena trakea subglotis dikelilingi oleh
kartilago krikoid, maka pembengkakan
terjadi pada lumen saluran nafas dalam,
menjadikannya sempit, bahkan sampai
hanya sebuah celah.
► Mukus yg berlebih dan pembengkakan pd
saluran nafas sehingga menyumbatan aliran
udara pada saluran nafas atas akan
berakibat terjadinya stridor dan kesulitan
bernafas yang akan menuju pada hipoksia
ketika sumbatan yang terjadi berat.
MANIFESTASI KLINIS :
► Gejala lokal seperti suara parau , bahkan sampai tidak
bersuara sama sekali (afoni).
► Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau
berbicara.
► Gejala radang umum seperti demam, malaise
► sumbatan total menimbulkan sesak nafas ,hipoksia
sehingga anak menjadi gelisah dan sianosis.
► gejala common cold
► mukosa laring yang hyperemis, membengkak dan juga
didapatkan tanda radang akut di hidung atau sinus
paranasal atau paru.
► stridor,Kadang-kadang dapat ditemukan mengi yang
menandakan penyempitan yang parah.
► edema laring diikuti edema subglotis menyebabkan anak
menjadi gelisah, air hunger (megap-megap), sesak
semakin bertambah berat, ditemukan retraksi suprasternal
dan epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan
darurat dan mengancam jiwa anak.
Sumbatan saluran napas atas dapat dibagi menjadi 4
derajat berdasarkan kriteria Jackson :
► Jackson I ditandai dengan sesak, stridor inspirasi
ringan, retraksi suprasternal, tanpa sianosis.
► Jackson II adalah gejala sesuai Jackson I tetapi
lebih berat yaitu disertai retraksi supra dan
infraklavikula, sianosis ringan, dan pasien tampak
mulai gelisah.
► Jackson III adalah Jackson II yang bertambah
berat disertai retraksi interkostal, epigastrium, dan
sianosis lebih jelas.
► Jackson IV ditandai dengan gejala Jackson III
disertai wajah yang tampak tegang, dan terkadang
gagal napas.
► Anak yang menderita laringitis harus menerima
minimal 0.15 sampai 0.6 mg/kg deksametason
dosis tunggal secara peroral, intramuscular,
maupun intravena.
► Dan bukti sekarang menunjukkan perlunya
nebulisasi bunesonide, dengan dosis 2 mg
terutama pada keadaan darurat.
► Penggunaan helium-oksigen telah berhasil
meningkatkan aliran udara pada pasien dengan
obstruksi saluran nafas atas.
► Selain pengobatan kadang pasien memerlukan
juga intubasi endotrakeal. Pasien harus diberi
oksigen lembab selama diintubasi. Anak dengan
laringitis memerlukan perawatan di rumah sakit.
► Pemberian antibiotik tidak disarankan kecuali hasil
kultur menunjukkan adanya streptococcus.
TATALAKSANA LARINGITIS AKUT :
► Pasien dateng dengan hipoksemia, sehingga
oksigenisasi harus diberikan oksigen yang
dilembabkan.
► Oksigenisasi dapat dinilai pertama-tama dengan
cara oximetry pulse noninvasif untuk
meminimalkan ketidaknyamanan dan
memaksimalkan ketenangan pasien.
► Pada pasien dengan keadaan gawat tidak boleh
diberikan makan dan harus diberikan cairan
intravena untuk mempertahankan rehidrasi.
► Nebulisasi epinefrin rasemic dapat memperbaiki
distres pernafasan, tetapi bila tidak terdapat
epinefrin rasemic maka dapat digunakan epinefrin
saja.
Asma bronchial
► Asma merupakan suatu
penyakit gangguan jalan
nafas obstruktif intermiten
yang bersifat reversibel,
ditandai dengan adanya
periode bronkospasme,
peningkatan respon trakea
dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan yang
menyebabkan
penyempitan jalan nafas.
PENYEBAB Pada penderita asma :
► penyempitan saluran pernafasan
merupakan respon terhadap rangsangan
yang pada paru-paru normal tidak akan
mempengaruhi saluran pernafasan.
► Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai
rangsangan, seperti serbuk sari , debu, bulu
binatang, asap, udara dingin dan olahraga.
klasifikasi berdasarkan tingkat kegawatan
terbagi dalam :
► Serangan asma akut ringan, dengan gejala:
Rasa berat di dada
Batuk kering ataupun berdahak
Gangguan tidur malam karena batuk atau sesak napas
Mengi tidak ada atau mengi ringan
APE (Arus Puncak Aspirasi) kurang dari 80 %
► Serangan Asma akut sedang, dengan gejala:
Sesak dengan mengi agak nyaring
Batuk kering/berdahak
Aktivitas terganggu
APE antara 50-80%
► Serangan Asma akut berat, dengan gejala:
Sesak sekali
Sukar berbicara dan kalimat terputus-putus
Tidak bisa berbaring, posisi mesti 1/2 duduk agar dapat bernapas
APE kurang dari 50 %.
Status asmatikus
► Statusasmatikus adalah keadaan darurat
medik paru berupa serangan asma yang
berat atau bertambah berat yang bersifat
refrakter sementara terhadap pengobatan
yang lazim diberikan. Refrakter adalah tidak
adanya perbaikan atau perbaikan yang
sifatnya hanya singkat, dengan pengamatan
1-2 jam.
Gambaran klinis Status Asmatikus :
► Penderita tampak sakit berat dan sianosis.
► Sesak nafas, bicara terputus-putus.
► Banyak berkeringat, bila kulit kering
menunjukkan kegawatan sebab penderita
sudah jatuh dalam dehidrasi berat.
► Pada keadaan awal kesadaran penderita
mungkin masih cukup baik, tetapi lambat
laun dapat memburuk yang diawali dengan
rasa cemas, gelisah kemudian jatuh ke
dalam koma.
PATOFISIOLOGI
PEMERIKSAAN FISIK :
► Perhatian pertama adalah pada keadaan umum
pasien, pasien dengan kondisi yang sangat berat
akan duduk tegak. Selain itu pada pemeriksaan
fisik didapatkan :
1. penggunaan otot-otot bantu pernafasa
2. Frekuensi nafas > 30 kali per menit
3. Takikardia > 120 x/menit
4. Pulsus Parokdoksus >12 mmHg
5. wheezing ekspiratoar
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
a. Spirometri : Cara yang sederhana adalah uji
bronkodilator nebulizer golongan adrenerjek beta.
Pemeriksaan menggunakan spirometri selain menegakkan
diagnosis juga dapat menilai derajat obstruksi yang ada
dan efek pengobatan yang telah dilakukan.
b. Uji provokasi bronkhus : Tes ini untuk memprovokasi
bronkus agar efek asma bisa dibaca.
c. Pemeriksaan sputum : Sputum eosinofil merupakan ciri
dari asma, menggunakan kristal Charcot-leyden, dan spiral
Curschmann
d. Pemeriksaan eosinofil total : Pada pemeriksaan darah
dijumpai kadar eosinofil yang tinggi.
e. Uji kulit : Tujuannya untuk menunjukkan antibodi spesifik
dalam tubuh.
f. Pemeriksaan kadar IgE total dan kadar IgE sputum :
Tujuan pemeriksaan ini untuk menyokong dugaan atopi
pada penderita.
g. Foto dada : untuk menyingkirkan penyebab lain
obstruksi saluran nafas yang lain. Pemeriksaan
Thorax foto umum dilakukan dengan indikasi
kecurigaan adanya pneumoni atau pasien asma
yang setelah 6-12 jam dilakukan pengobatan
intensif tidak membaik.
h. Monitor Irama Jantung : EKG dilakukan
apabila terdapat kemungkinan diagnosa banding
Asma Cardiale ataupun gawat jantung lain yang
kemungkinan menyertai Asma umumnya dilakukan
pada penderita lansia dan atau umur 45 tahun.
i. Analisa gas darah : Pemeriksaan ini hanya
dilakukan bila kita mencurigai adanya gangguan
asam basa dalam tubuh. Gangguan asam basa
dicurigai pada asma yang berat atau SpO2 tidak
membaik >90%.
PROSEDUR TETAP STATUS ASMATIKUS
Makanan Coklat
1. Derajat 1 : erosi
mukosa SJS dan
pelepasan epidermis
kurang dari 10%
2. Derajat 2 : lepasnya
lapisan epidermis
antara 10-30%
3. Derajat 3 : lepasnya
lapisan epidermis lebih
dari 30%
PENATALAKSANAAN
► Terapi suportif : Pemberian cairan tergantung dari luasnya
kelainan kulit dan mukosa yang terlibat. Pemberian nutrisi
melalui pipa nasogastrik dilakukan sampai mukosa oral
kembali normal. Lesi di mukosa mulut diberikan obat
pencuci mulut dan salep gliserin.
► Untuk infeksi, diberikan antibiotika spektrum luas, biasanya
dipergunakan gentamisin 5mg/kgBB/hari IM dalam dua
dosis. Pemberian antibiotik selanjutnya berdasarkan hasil
biakan dan uji resistensi kuman dari sediaan lesi kulit dan
darah.
► Kortikosteroid diberikan parenteral, biasanya
deksametason dengan dosis awal 1 mg/kgBB bolus,
kemudian selama 3 hari 0,2-0,5 mg/kgBB tiap 6 jam, lalu
diturunkan berangsur-angsur, TETAPI Pemberian
kortikosteroid sistemik masih kontroversial.
► Penggunaan Human Intravenous Immunoglobulin
(IVIG) dapat menghentikan progresivitas penyakit SSJ
► Pada kulit atau epidermis yang mengalami nekrosis dapat
dilakukan debridement. Untuk mencegah sekuele okular
dapat diberikan tetes mata dengan antiseptik.
► Faktor penyebab (obat atau faktor lain yang diduga
sebagai penyebab) harus segera dihentikan atau diatasi.
► Antihistamin bila ada rasa gatal. Feniramin hidrogen
maleat (Avil) dapat diberikan dengan dosis untuk usia 1-3
tahun 7,5 mg/dosis, untuk usia 3-12 tahun 15 mg/dosis,
diberikan 3 kali/hari.
► Bula di kulit dirawat dengan kompres basah larutan
Burowi.
► Tidak diperbolehkan menggunakan steroid topikal pada
lesi kulit.
► Lesi mulut diberi kenalog in orabase.
► Terapi infeksi sekunder :klindamisin intravena 8-16
mg/kg/hari intravena, diberikan 2 kali/hari.
PROGNOSIS
► Pada kasus yang tidak berat, prognosisnya
baik, dan penyembuhan terjadi dalam waktu
2-3 minggu. Kematian berkisar antara 5-
15% pada kasus berat dengan berbagai
komplikasi atau pengobatan terlambat dan
tidak memadai. Prognosis lebih berat bila
terjadi purpura yang lebih luas. Kematian
biasanya disebabkan oleh gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit,
bronkopneumonia, serta sepsis.
SELESAI
TERIMA KASIH