Anda di halaman 1dari 51

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

RESUME HASIL PEMERIKSAAN


ATAS
PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM
KOTA SAMARINDA
DI SAMARINDA

Berdasarkan ketentuan pasal 23E Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1973, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) telah memeriksa
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Samarinda Tahun Buku 2004 dan 2005 (s.d. Juli
2005).
Pemeriksaan atas Perusahaan Daerah Air Minum Kota Samarinda dilakukan
dengan berpedoman pada Standar Audit Pemerintahan (SAP) yang ditetapkan oleh
BPK-RI pada Tahun 1995. Pemeriksaan atas Perusahaan Daerah Air Minum Kota
Samarinda merupakan pemeriksaan atas hal-hal yang berkaitan dengan keuangan,
bertujuan untuk menentukan apakah :
a. Informasi keuangan telah disajikan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
b. Entitas yang diperiksa telah memenuhi persyaratan kepatuhan terhadap peraturan
keuangan tertentu.
c. Sistem pengendalian intern baik terhadap laporan keuangan maupun pengamanan
terhadap kekayaan telah dirancang dan dilaksanakan secara memadai untuk mencapai
tujuan pengendalian.
Tanpa mengurangi keberhasilan dan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh
PDAM Kota Samarinda untuk memperbaiki ketertiban dan ketaatan dalam pengelolaan
keuangan, hasil pemeriksaan pada PDAM Kota Samarinda masih menunjukkan beberapa
kelemahan yang perlu mendapat perhatian yaitu :
a. Penyimpangan yang dapat mengganggu kewajaran penyajian laporan
keuangan.
1) Terdapat selisih pencatatan atau pengakuan piutang dalam laporan keuangan
tahun 2004 sebesar Rp17.246.871,22 antara laporan Seksi Rekening dengan
laporan Seksi Pembukuan, selisih tersebut terbawa kedalam laporan keuangan per
31 Juli 2005 menjadi selisih sebesar Rp26.173.936,00. Selisih piutang tersebut
hingga berakhirnya pemeriksaan belum dapat ditelusuri penyebabnya, sehingga
nilai piutang yang disajikan dalam laporan keuangan per 31 Juli 2005 sebesar
Rp8.385.646.760,22 belum menggambarkan nilai yang sebenarnya;
2) Persediaan bahan kimia di unit-unit Instalasi Pengolahan Air tidak dilaporkan
dalam laporan keuangan tahun 2004 sebesar Rp131.950.676,59 dan per 31 Juli
2005 sebesar Rp147.359.370,72, karena Seksi Pembukuan hanya memcatat
mutasi persediaan bahan kimia berdasarkan laporan dari Seksi Gudang saja;
3) Hibah asset sistem air baku intake Loa Kulu sebesar Rp39.313.039.351,68 belum
diakui sebagai asset PDAM Kota Samarinda, karena asset tersebut masih
digunakan PT WATS untuk mendukung operasinal IPA Bendang dan serah
terima asset tersebut tidak dilampiri dengan bukti sah status kepemilikan tanah
yang diserahkan serta belum ada kejelasan tanggung jawab pemeliharaan jalan
inspeksi. Hal tersebut tidak sesuai dengan Berita Acara Serah Kelola Sistem Air
Baku Loa Kulu No.028/0492/Perl-III/2005 tanggal 16 Maret 2005.

b. Penyimpangan terhadap kriteria/peraturan yang telah ditetapkan.


1) Tingkat kehilangan air melebihi batas toleransi yang ditetapkan, sehingga PDAM
Kota Samarinda kehilangan kesempatan memperoleh pendapatan sebesar
Rp11.309.041.656,42 (tahun 2004 sebesar Rp5.695.456.077,92 dan tahun 2005
s.d. Juli sebesar Rp5.613.585.578,50);
2) Pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo (s.d. bulan Juli 2004) tidak dibayar
secara penuh dan tepat waktu oleh PDAM Kota Samarinda sesuai ketentuan
perjanjian pinjaman PRJ-01/MD-4/1987 Tanggal 11 Juni 1987, RDA-
06/DD/1988 Tanggal 14 Oktober 1988, RDA-109/DP3/1993 Tanggal 17 Maret

2
1993, Ex IBRD 1049-INO Tanggal 25 Februari 1975 (SLA-BI), dan IBRD LA-
3854-IND Tanggal 6 April 1995 sebesar Rp46.642.700.658,58.

c. Penyimpangan yang mengganggu asas kehematan


Proses pengadaan barang dan jasa PDAM Kota Samarinda belum sepenuhnya
mempedomani ketentuan yang berlaku, dalam hal ini terjadi pada :
1) Proses tender penyelesaian pembangunan IPA Bendang 400 l/dt dengan nilai
kontrak sebesar Rp1.686.295.000,00 melalui penunjukan langsung dan di dalam
perjanjian kontrak kerja, tidak menyebutkan bahwa harga kontrak belum
termasuk pajak-pajak yang harus dibayar oleh perusahaan (PPN) sebesar
Rp168.629.500,00 dan PPh pasal 23 sebesar Rp33.717.468,52.
2) Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang ditawarkan Rekanan tidak dilengkapi
spesifikasi jenis barang yang jelas dan penilaian kewajaran harga penawaran tidak
didukung dengan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang memadai.
Hal tersebut mengakibatkan menutup peluang untuk berkompetisi dan transparansi
dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa serta menghilangkan kesempatan untuk
mendapatkan harga penawaran yang rendah dengan kualitas yang sama, serta
menghilangkan penerimaan negara yang berasal dari Pajak.

d. Penyimpangan yang mengganggu asas efisiensi


Lemahnya pengendalian atas pengamanan water meter yang rusak sehingga dapat
membuka peluang hilangnya water meter yang rusak dan hilangnya potensi perolehan
keuntungan melalui pemanfaatan water meter yang rusak tersebut.

e. Penyimpangan yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya program yang


direncanakan.
1) Surat Keputusan Walikota Samarinda tentang kenaikan tarif air PDAM Kota
Samarinda belum diberlakukan, akibatnya pendapatan tahun 2004 tidak mencapai
target yang dianggarkan, pendapatan usaha yang diperoleh belum mampu
menutup beban usaha yang meningkat dan perusahaan tidak mampu membayar
pokok hutang dan bunga sesuai dengan jumlah tagihan.

3
2) Tingkat keakurasian pembacaan meter masih kurang mengakibatkan
bertambahnya jumlah complain pelanggan sehingga terjadi koreksi atas piutang
air tahun 2004 sebesar Rp682.555.795,00 dan tahun 2005 (s.d. Juli) sebesar
Rp836.695.925,00.
3) Kerjasama Build, Operate and Transfer (BOT) IPA Bendang kurang
menguntungkan bagi PDAM Kota Samarinda, karena Proyeksi Keuangan IPA
Bendang yang kurang cermat, PT WATS sebagai investor mengalami kesulitan
likuiditas keuangan sehingga PDAM harus menanggung kerugian operasional.

Banjarbaru, Oktober 2005

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
Plh. Kepala Perwakilan VI

DRS. WIDYATMANTORO
NIP. 240001922

4
DAFTAR ISI
Hal.
RESUME HASIL PEMERIKSAAN 1

HASIL PEMERIKSAAN
I Gambaran Umum
1. Tujuan Pemeriksaan ………………………………………………………... 5
2. Sasaran Pemeriksaan …………………………………………….…………. 5
3. Metode Pemeriksaan ………………………………………………………. 5
4. Jangka Waktu Pemeriksaan ………………………………………………… 7
5. Uraian Singkat Mengenai Entitas Yang Diperiksa ………………………… 7
6. Cakupan Pemeriksaan ……………………………………………………… 12
II. Pelaksanaan Pengendalian Manajemen
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)………………………..... 15
2. Penilaian Resiko………………………..…………………………………… 16
3. Aktivitas Pengendalian……………………………………………………… 17
4. Informasi dan Komunikasi……………………………………………….…. 17
5. Pengawasan ………………………………………………………………… 18
6. Pembagian Kewenangan dan Tanggung Jawab..…………………………… 18
III Temuan Pemeriksaan
1. Tingginya Tingkat Kehilangan Air Menghilangkan Potensi Pendapatan Air
Sebesar Rp11.309.041.656,42………………………………………………. 19
2. Piutang Air Dalam Neraca Tahun Buku 2004 dan 2005 (per 31 Juli 2005)
Disajikan Lebih Tinggi Dari Seharusnya Sebesar Rp43.420.807,22 ………. 21
3. Kurangnya Tingkat Keakurasian Pembacaan Meter Pelanggan ………….... 24
4. Hibah Asset Sistem Air Baku Intake Loa Kulu Sebesar
Rp39.313.039.351,68 Belum Diakui Sebagai Asset PDAM Kota Samarinda 27
5. Persediaan Bahan Kimia Di Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Tidak
Dilaporkan Dalam Laporan Keuangan Tahun 2004 Sebesar
Rp131.950.676,59 Dan Per 31 Juli 2005 Sebesar Rp147.359.370,72………. 30
6. Lemahnya Pengendalian Atas Pengamanan Water Meter Yang Rusak…….. 31
7. Terdapat Proses Pengadaan Barang Dan Jasa Di PDAM Kota Samarinda
Belum Sepenuhnya Mempedomani Ketentuan Yang Berlaku……………… 33
8. Kewajiban Jangka Panjang Yang Telah Jatuh Tempo Sebesar
Rp46.642.700.658,58 Belum Dapat Diselesaikan…………………………... 38
9. Kerjasama Build Operate and Transfer (BOT) IPA Bendang Kurang
Menguntungkan Bagi PDAM Kota Samarinda …………………………….. 42
10. Surat Keputusan Walikota Samarinda Tentang Kenaikan Tarif Air PDAM
Kota Samarinda Belum Diberlakukan …………………………………….... 48
Lampiran

i
HASIL PEMERIKSAAN

I. Gambaran Umum

1. Tujuan pemeriksaan
Pemeriksaan atas Pengelolaan PDAM Samarinda dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui dan menentukan apakah :
a. Informasi keuangan telah disajikan sesuai dengan peraturan yang berlaku;
b. Entitas yang diperiksa telah mematuhi persyaratan kepatuhan terhadap
peraturan keuangan tertentu;
c. Sistem Pengendalian Intern entitas tersebut, baik terhadap laporan keuangan
maupun terhadap pengamanan atas kekayaan, telah dirancang dan
dilaksanakan secara memadai untuk mencapai tujuan pengendalian.
2. Sasaran Pemeriksaan
Untuk mencapai tujuan pemeriksaan tersebut diatas, pemeriksaan diarahkan pada
sasaran berikut :
a. Segmen laporan keuangan dan informasi keuangan seperti : Laporan
Pendapatan dan Biaya, Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Kas, Laporan
Aktiva Tetap, Laporan Investasi dan Pendanaan.
b. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti
ketentuan yang mengatur tentang: penawaran, akuntansi, pelaporan bantuan,
kontrak pemborongan kerja (termasuk usulan proyek, jumlah yang ditagih,
jumlah yang jatuh tempo dan sebagainya), perjanjian pinjaman dan perjanjian
kerjasama lainnya.
c. Pengendalian intern atas penyusunan laporan keuangan dan atas pengamanan
aktiva termasuk penggunaan sistem yang berbasis computer.

3. Metodologi Pemeriksaan
Metodologi yang diterapkan dalam rangka pemeriksaan ini dilakukan dengan :
a. Pendekatan Risiko
Pendekatan risiko yang dilakukan dalam pemeriksaan ini didasarkan pada
pemahaman dan pengujian atas efektivitas Sistem Pengendalian Intern
mengenai pencatatan transaksi yang menjadi dasar penyajian laporan

5
keuangan tersebut. Hasil pemahaman dan pengujian SPI ini akan menentukan
tingkat keandalan SPI perusahaan sesuai ketentuan yang berlaku. Pengujian
atas pengendalian terbatas pada angka-angka yang disajikan untuk dapat
mengumpulkan bukti yang dapat mendukung kesimpulan pemeriksaan.
Pemeriksaan ini melakukan pengujian substantif atas transaksi keuangan
secara terbatas.
Penetapan resiko pemeriksaan (audit risk) bersama-sama dengan tingkat
keandalan pengendalian (risiko pengendalian), tingkat risiko bawaan
(inherent risk) entitas akan menjadi acuan untuk menentukan risiko deteksi
(detection risk) yang diharapkan dan jumlah pengujian yang akan dilakukan
serta penentuan focus pemeriksaan.
b. Populasi yang akan diuji
Meliputi Pendapatan Usaha, Beban Langsung, Beban Umum dan
Administrasi, Pendapatan dan Beban Diluar Usaha, Penerimaan dan
Pengeluaran Kas, Aktiva Tetap, Investasi dan Pendanaan.
c. Metode Sampling
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melakukan pengujian secara uji petik
atas unit-unit dalam populasi yang akan diuji. Kesimpulan pemeriksaan akan
didapat berdasarkan hasil uji petik yang dijadikan dasar untuk
menggambarkan kondisi dari populasinya. Dalam pemeriksaan ini, pemeriksa
menggunakan metode non statistical sampling atau metode sampling yang
berdasarkan judgement, dengan memperhatikan tingkat resiko yang ada,
untuk menentukan jumlah dan unit populasi yang akan diuji petik. Judgement
pemeriksa diarahkan untuk menjamin kecukupan jumlah sample yang akan
diuji dan keterwakilan sample yang dipilih dari populasi baik dari segi nilai
angka rupiah dan jenis transaksinya.
d. Teknik Audit
1) Inspeksi merupakan pemeriksaan secara terinci terhadap dokumen atau
kondisi fisik sesuatu.
2) Interview merupakan suatu metode pemeriksaan dengan mengadakan
tanaya jawab secara langsung dengan pihak terkait uantuk mendapatkan

6
informasi yang akurat.
3) Observasi merupakan metode untuk melihat dan menyaksikan
pelaksanaan suatu kegiatan sehingga dapat diperoleh bukti visual
mengenai pelaksanaan kegiatan tersebut.
4) Konfirmasi merupakan suatu metode yang memungkinkan untuk
memperoleh informasi secara langsung kepada pihak ketiga.
5) Vouching merupakan pemeriksaan terhadap dokumen pendukung
terhadap kegiatan produksi, distribusi dan penjualan.

4. Jangka Waktu Pemeriksaan


Pemeriksaan atas Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Samarinda di
Kota Samarinda dilaksanakan selama 25 (dupuluh lima) hari, sejak tanggal 05 s.d.
30 September 2005.

5. Uraian Singkat Mengenai Entitas Yang Diperiksa

a. Dasar Hukum Pembentukan


Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Samarinda pada
awalnya merupakan Perusahaan Air Minum Daerah Kotamadya Samarinda
(PAMDA KOMAS) yang, didirikan berdasarkan Peraturan Daerah
Kotamadya Samarinda Nomor 13 tanggal 13 September 1974 dan
berkedudukan dan berkantor di Samarinda. Seiring dengan perkembangan
Pemerintahan Kota Samarinda nama PAMDA KOMAS disesuaikan menjadi
PDAM Kota Samarinda melalui Perda Kota Samarinda Nomor 02 Tahun
2002 tanggal 06 Juni 2002 tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Air
Minum Kota Samarinda dan dengan pertimbangan menyempurkan peraturan
sebelumnya serta dalam rangka usaha mengembangkan perusahaan sesuai
keadaan dewasa ini dan yang akan datang maka diterbitkan Peraturan Daerah
Kota Samarinda Nomor 36 tahun 2004 Nomor 5 Maret 2004 tentang
Pembentukan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Samarinda.
Ketentuan-ketentuan Pokok tentang Badan Pengawas dan Direksi
PDAM Kota Samarinda diatur berdasarkan Perda Kota Samarinda Nomor 36

7
tahun 2004 tanggal 5 Maret 2004 tentang Pembentukan Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) Kota Samarinda.

b. Struktur Organisasi dan Tata Kerja PDAM Samarinda


Struktur Organisasi dan Tata Kerja PDAM Kota Samarinda tahun
2004 ditetapkan dengan Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah
Tingkat II Samarinda Nomor : 02. A Tahun 1999 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Kotamadya Dati II Samarinda. Pengangkatan Dewan Direksi melalui Surat
Keputusan Walikota Samarinda sebagai berikut :
1. Direktur Utama : Ir. H.S.Fathurrachman Alhinduan
(melalui SK Walikota Samarinda No.
821.2/4998-SK/BKD-III/2002 tanggal 1
Agustus 2002)
2. Direktur Bidang Umum : H. M. Taufik ASK, SE
(melalui SK Walikota Samarinda No.
821.2/0660-SK/BKD-III/2004 tanggal 19
Pebruari 2004)
3. Direktur Bidang Teknik : Ir. Syaifudi Riza Syahranie
(melalui SK Walikota Samarinda No.
821.2/2009-SK/BKD-III/2003 tanggal 17
Juni 2003)
Anggota Direksi adalah Warga Negara Indonesia yang diangkat dan
diberhentikan oleh Kepala Daerah atas usul Badan Pengawas. Susunan Badan
Pengawas PDAM Kota Samarinda sesuai dengan Surat Keputusan Walikota
Samarinda No. 506-05/237/HUK-KS/2002 tanggal 30 Juli 2002 terdiri dari :
a. Ketua : Drs. H. Kasmiruddin, MM
b. Sekretaris : Drs. Marthen Anzar
c. Anggota : Supriyana, SH
Tujuan berdirinya PDAM Samarinda adalah turut serta melaksanakan:
a. Pembangunan daerah khususnya; dan
b. Pembangunan ekonomi nasional pada umumnya dan pembangunan
daerah pada khususnya dalam rangka memenuhi kebutuhan akan air
bersih dan air minum bagi masyarakat.

8
c. Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP)
RKAP tahun buku 2004 dan 2005 disusun oleh Tim Penyusunan
Anggaran yang terdiri dari Direksi, Kepala Bagian dan Staf di lingkungan
PDAM Kota Samarinda, RKAP Tahun Buku 2004 disahkan melalui Surat
Keputusan Badan Pengawas PDAM Kota Samarinda No.16/BP-
PDAM/XII/2003 tanggal 05 Desember 2003 dan RKAP Tahun Buku 2005
disahkan melalui Surat Keputusan Badan Pengawas PDAM Kota Samarinda
No.07/BP-PDAM/XI/2004 tanggal 30 Nopember 2004 .
Secara umum RKAP PDAM Kota Samarinda telah disusunan
berdasarkan prosedur yang berlaku dan telah memperhitungkan data dan
kondisi yang ada, disamping itu juga sudah memperhitungkan anggaran biaya
penyusunan dan amortisasi serta biaya penyisihan piutang.

d. Kapasitas Produksi dan Distribusi Air.


1) Kapasitas Instalasi Pengolahan.
Kapasitas terpasang dan produksi yang berasal dari 10 (sepuluh) Instalasi
Pengolahan Air Tahun 2004 dan 2005 (s.d. Juli) adalah sebagai berikut :

Tahun 2004 Tahun 2005 (s.d. Juli)


Kapasitas Kapasitas Kapasitas Kapasitas
No. Instalasi Produksi Air
Terpasang Produksi Terpasang Produksi
(lt/dt) (lt/dt) (lt/dt) (lt/dt)
1. IPA Unit I Cendana 600 536,18 600 543,25
2. IPA Unit II Tirta Kencana 360 297,88 360 284,97
3. IPA Unit III Smd. Seberang 100 89,13 100 88,70
4. IPA Unit IV Palaran 17,5 15,33 17,5 14,71
5. IPA Unit V Lempake 2,5 1,57 2,5 1,52
6. IPA Unit Selili 125 99,82 125 70,46
7. IPA Unit Bengkuring 1 26 14,26 16 14,61
8. IPA Unit Bengkuring 2 5 4,30 5 4,91
9. IPA Pulu Atas 10 10,20 10 10,29
10. IPA Bendang 400 175,89 400 291,26
Jumlah 1.636 1.244,56 1.636 1.324,68

Dari data di atas diketahui bahwa kapasitas produksi tahun 2005


(s.d. Juli) mengalami peningkatan sebesar 80,12 lt/dt atau 6,05% dari
tahun 2004, hal ini merupakan upaya yang terus dilakukan PDAM Kota
Samarinda dalam meningkatkan produksinya dengan kapasitas yang

9
dimiliki guna meningkatkan pelayanan akan kebutuhan air bersih bagi
masyarakat kota Samarinda.

2) Realisasi Produksi dan Distribusi Air.


a. Realisasi Produksi air Tahun 2004 sebesar 35.151.135 M³ dan
realisasi Tahun 2005 (s.d. Juli) sebesar 23.755.338 M³.
b. Realisasi Distribusi air bersih Tahun 2004 sebesar 32.722.701 M³ dan
realisasi Tahun 2005 (s.d.Juli) sebesar 21.986.434 M³.

e. Cakupan Pelayanan Air Bersih


Perusahaan ini bergerak di bidang industri pengolahan air bersih,
untuk memenuhi kebutuhan air bersih yang sesuai syarat-syarat kesehatan
bagi masyarakat Kota Samarinda. Wilayah pelayanan PDAM Kota
Samarinda meliputi 6 kecamatan yaitu Kecamatan Samarinda Utara,
Samarinda Ilir, Samarinda Ulu, Sungai Kujang, Samarinda Seberang dan
Kecamatan Palaran, dengan jumlah penduduk tahun 2004 sebanyak 579.933
jiwa. Jumlah pelanggan PDAM Kota Samarinda tahun 2004 tercatat 61.022
pelanggan (sambungan rumah/SR) yang terdiri dari :
1) Pelanggan Domestik : 56.369 pelanggan
2) Pelanggan hidran umum : 439 pelanggan
3) Pelanggan Non Domestik : 4.214 pelanggan
Jumlah : 61.022 pelanggan
Jumlah pelanggan aktif Tahun 2004 sebanyak 59.273 SR dengan
jumlah hidran/kran umum sebanyak 439 buah, dengan demikian cakupan
pelayanan air bersih kepada masyarakat Tahun 2004 sebanyak 399.538 jiwa
atau mencapai 68,89% dengan asumsi setiap sambungan rumah (SR)
melayani 6 (enam) jiwa dan 1 (satu) hidran/kran umum melayani 100 jiwa.
Pada Tahun 2005 (s.d. Juli) jumlah pelanggan aktif 61.723 SR dengan jumlah
hidran dan kran umum sebanyak 277 buah.
Pelayanan terhadap daerah-daerah yang masih sulit dijangkau dan
belum terlayani jaringan pipa distribusi dilakukan oleh PDAM Kota
Samarinda melalui sarana Terminal Air Hidran Umum (TAHU) sebanyak 460
buah yang pendistribusiannya menggunakan 8 unit mobil tanki.

10
f. Kesinambungan Usaha Perusahaan.
PDAM Kota Samarinda Tahun 2004 merupakan perangkat dari
Pemerintah Kota Samarinda dan diharapkan berkelangsungan usahanya.
Dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya dituntut agar dapat menghasilkan
pendapatan bagi daerah untuk menunjang kelangsungan pembangunan dan
perkembangan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi yang dinamis dan
bertanggungjawab serta dapat memenuhi kebutuhan air bersih bagi
masyarakat Kota Smanarinda.
Perkembangan usaha PDAM Kota Samarinda dalam lima tahun
terakhir (mulai tahun 2000 s.d. tahun 2004), bila dilihat dari segi pendapatan
usaha memperlihatkan kecenderungan yang terus meningkat. Namun
demikian biaya usaha juga terus meningkat, ditambah dengan biaya umum
dan penyusutan. Sehingga selama lima tahun terakhir perusahaan masih
mengalami kerugian. Dalam Tahun 2004 berdasarkan Laporan Keuangan
(Audited) PDAM Kota Samarinda mengalami kerugian sebesar
Rp6.276.987.750,08. Dan akumulasi kerugian sampai dengan tahun 2004
sebesar Rp41.125.971.866,56 atau 1,38% dari modal sebesar
Rp29.835.155.849,39. Kerugian yang terakumulasi tersebut merupakan
kerugian dalam Tahun Buku sampai dengan 2002, Tahun Buku 2003, dan
2004. Kerugian tersebut mengakibatkan modal sendiri menjadi defisit sebesar
Rp11.290.816.017,19.
Modal bersih PDAM Kota Samarinda posisi 31 Desember 2004
sebesar Rp29.835.155.849,39 termasuk didalamnya penyertaan pemerintah
yang belum ditetapkan statusnya sebesar Rp12.457.172.594,90 dan kekayaan
Pemda yang dipisahkan Rp4.388.549.112.
Pada tahun 2005 PDAM Kota Samarinda akan terbebani hutang
jangka panjang yang jatuh tempo dengan jadwal pembayaran hutang pokok,
bunga dan jasa administrasi sebesar Rp42.389.873.778,68.
Berdasarkan laporan keuangan (Audited) per 31 Desember 2004,
tingkat kesehatan perusahaan yang diperhitungkan berdasarkan indikator
kinerja memperoleh nilai Cukup dengan nilai 52,35.

11
6. Cakupan Pemeriksaan
Jumlah realisasi aktiva PDAM Kota Samarinda Tahun Buku 2004 sebesar
Rp51.698.567.803,87 dan pasiva sebesar Rp51.698.567.803,87, sedangkan
pendapatan sebesar Rp40.789.836.027,40 dan biaya sebesar Rp47.066.823.777,48
sedangkan Tahun Buku 2005 (s.d. Juli) realisasi jumlah aktiva sebesar
Rp56.899.199.816,33 dan pasiva sebesar Rp56.899.199.816,33 pendapatan
sebesar Rp30.236.026.471,65 dan biaya sebesar Rp25.600.551.848,49
Terhadap realisasi tersebut dilakukan pemeriksaan uji petik atas nilai
aktiva Tahun Buku 2004 sebesar Rp50.337.629.292,97 pasiva sebesar
Rp49.313.935.592,87 pendapatan sebesar Rp36.240.605.144,36 dan biaya sebesar
Rp38.592.369.129,64. Sedangkan untuk Tahun Buku 2005 (s.d. Juli) dilakukan
uji petik atas aktiva sebesar Rp56.094.376.850,65, pasiva sebesar
Rp53.852.267.773,33, pendapatan sebesar Rp22.969.721.905,65 dan biaya
sebesar Rp21.628.623.469,68 dengan uraian sebagai berikut :

Tahun 2004 Tahun 2005 (s.d Juli)


No. Uraian Realisasi Realisasi Yang Realisasi Realisasi Yang
% %
(Rp) Diperiksa (Rp) (Rp) Diperiksa (Rp)
I. POS NERACA 103.397.135.607,80 99.651.564.885,84 96,38 113.798.399.632,66 109.946.644.623,98 96,61
1. Total Aktiva 51.698.567.803,90 50.337.629.292,97 97,37 56.899.199.816,33 56.094.376.850,65 98,58
2. Total Pasiva 51.698.567.803,90 49.313.935.592,87 95,39 56.899.199.816,33 53.852.267.773,33 94,64

II. POS PENDAPATAN


& BIAYA 87.856.659.804,88 74.832.974.274,00 85,17 55.836.578.320,14 44.598.345.375,33 79,87
1 Pendapatan Usaha 40.330.665.158,00 35.971.376.645,00 89,19 30.085.660.753,00 22.823.724.131,00 75,86
2 Biaya Usaha Langsung 27.959.166.217,38 20.341.922.844,30 72,75 19.053.371.826,76 15.507.336.988,12 81,38
3 Biaya umum & adm 19.107.657.560,10 18.250.446.285,34 95,55 6.547.180.021,73 6.121.286.481,56 93,49
4 Pendapatan Lain-lain 459.170.869,40 269.228.499,36 58,63 150.365.718,65 145.997.774,65 97,09
5 Biaya Lain-lain 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
6 Beban Pajak 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Jumlah 191.253.795.412,68 174.484.539.159,84 91,23 169.634.977.952,80 154.544.989.999,31 91,10

Sedangkan nilai temuan pemeriksaan adalah sebesar Rp107.616.033.474,21 atau


32,71 % dari nilai yang diperiksa. Secara rinci dimuat dalam Daftar Rekapitulasi
Hasil Pemeriksaan berikut :

12
II. Pelaksanaan pengendalian manajemen
Pelaksanaan pengendalian manajemen PDAM Kota Samarinda secara umum dapat
disimpulkan telah memadai. Hasil pengujian tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut :

1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment).


Merupakan alat pengendalian yang memperhatikan praktek- praktek manajemen
apakah telah diterapkan dengan memadai, diantaranya:
• Integritas dan Nilai Etika
Untuk menilai aspek ini dengan mengetahui sejauh mana integritas dan nilai
etika para pegawai dalam memahami “core” bisnis perusahaan dengan
mengamati apakah pegawai dapat memahami kebijakan organisasi yang
diambil yang berhubungan dengan publik secara luas serta hubungan antar
pegawai dan perilaku manajemen yang dapat menjadi contoh bagi
bawahannya. Hasil pengamatan menunjukan bahwa hampir seluruh pegawai
dapat memahami bahwa fungsi PDAM adalah pelayanan secara optimal
kepada pelanggan, sehingga hampir semua bagian melaksanakan tugasnya
secara optimal demi mencapai kepuasan pelanggan. Namun demikian masih
terdapat beberapa pegawai yang tidak memahami hal tersebut. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya 4 (empat) pegawai selama tahun 2005 yang
diberhentikan karena terlibat penyambungan air secara illegal.
• Komitmen untuk Kompetensi
Komitmen untuk kompetensi dari pegawai dan manajemen telah memadai,
yaitu pemahaman atas uraian tugas, pengetahuan dan keahlian, namun dalam
prakteknya masih belum dijalankan secara optimal yaitu peningkatan kualitas
pegawai bagian SPI masih perlu mendapatkan pelatihan dan pendidikan untuk
mencapai hasil pemeriksaan yang lebih memadai.
• Filosofi dan Gaya Operasional Manajemen
Aspek ini belum dijalankan secara maksimal yaitu kurangnya sosialisasi
pencapaian anggaran sampai pada karyawan tingkat bawah. Di samping itu,
pihak manajemen PDAM Kota Samarinda kurang cermat dalam menganalisa

15
Sementara itu berdasarkan data dari Anggaran Pendapatan dan Biaya Tahun Buku
2004 dan 2005, Pihak PDAM kota Samarinda dalam salah satu program kerjanya
merencanakan upaya yang maksimal untuk menurunkan tingkat kehilangan air secara
bertahap, dimana pada Tahun Buku 2004 dan 2005 direncanakan rata-rata tingkat
kehilangan air sebesar 30%.
Dengan menghitung jumlah harga air terjual dibandingkan dengan jumlah
produksi air terjual, maka dapat diperoleh harga air rata-rata setahun sebagai berikut :

Harga Air Produksi Air Harga Air


Tahun
No Terjual Terjual Rata-Rata Keterangan
Buku
(Rp) (M3) (Rp/M³)
1. 2004 35.971.376.645,00 22.599.849 1.591,66
2. 2005 22.823.724.131,00 14.117.006 1.616,75 s/d bulan Juli
Lihat Lampiran 1.b
Dengan harga air rata-rata sebesar Rp. 1.591,66/M³ untuk tahun 2004 dan
meningkat menjadi Rp. 1.616,75/M³ pada tahun 2005 (s.d Juli), maka dapat dihitung
tingkat kehilangan air per tahun pada tahun 2004 dan 2005 (s.d Juli), dengan perhitungan
sebagai berikut :

No Uraian Satuan TB 2004 TB 2005 (sd Juli)


1. Distribusi Air M³ 32.722.701 21.986.434
2. Kebocoran Distribusi M³ 10.122.852 7.869.428
3. Toleransi Kebocoran (20% X 1) M³ 6.544.540 4.397.286
4. Kelebihan (2 – 3) M³ 3.578.312 3.472.142
5. Harga rata2 air Rp/M³ 1.591,66 1.616,75
Jumlah Air Yang Hilang Rp 5.695.456.077,92 5.613.585.578,50

Dari perhitungan tersebut dapat diketahui besarnya tingkat kehilangan air yang
sebenarnya masih bisa dioptimalkan menjadi potensi pendapatan air oleh PDAM kota
Samarinda pada tahun 2004 dan 2005 (s/d Juli).

Surat Direktur Jendral PUOD No. 690/1167/1995 menyatakan bahwa batas


toleransi tingkat kebocoran air yang dihitung dengan membandingkan antara air terjual
dengan air yang didistribusikan adalah 20%.

20
perencanaan awal IPA Bendang yang mengakibatkan kerjasama Build
Operate and Transfer (BOT) dengan PT WATS menjadi kurang
menguntungkan PDAM Kota Samarinda
• Struktur Organisasi.
Struktur Organisasi dan Tata Kerja PDAM Kota Samarinda ditetapkan
dengan Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II
Samarinda Nomor : 02. A Tahun 1999 tentang Pembentukan Organisasi dan
Tata Kerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kotamadya Dati II
Samarinda. Struktur organisasi tersebut telah memadai dilihat dari besarnya
organisasi dan cakupan tugas dan wewenang tiap-tiap personil, namun dalam
pelaksanaan penempatan pegawai belum mempedomani struktur organisasi
tersebut.

2. Penilaian Resiko
Aspek ini dilihat apakah perusahaan telah melakukan suatu indentifikasi dan
analisa faktor- faktor kunci keberhasilan intern dan ekstern yang dituangkan
dalam analisa SWOT pada Coorporate Plan serta pelaksanaannya dalam
RKAP (mencakup perubahan-perubahan yang dilakukan tiap tahunnya) untuk
penyempurnaan, misalnya tiap tahun PDAM berusaha untuk meningkatkan
cakupan pelanggan, peningkatan pelayanan kepada pelanggan serta Sistem
Pelayanan Terpadu (SIMPADU). Namun penerapan sistem tersebut belum
meliputi seluruh bagian dan hanya diterapkan di Bagian Keuangan saja. Di
samping itu, penerapannya juga belum sepenuhnya didukung dengan Sumber
Daya Manusia yang memadai. Hal ini nampak dalam pengadministrasian
kegiatan antara satu bagian dengan bagian yang lain masih menggunakan cara
manual, sebagai contoh laporan yang dibuat antara Seksi Rekening dengan
Seksi Pembukuan masih terdapat perbedaan, sehingga menimbulkan selisih
nilai piutang air yang dapat mempengaruhi penyajian laporan keuangan.

16
3. Aktivitas Pengendalian
Meliputi beberapa aspek yang perlu dilaksanakan lebih baik antara lain:
• Kebijakan dan Prosedur Kerja
Prosedur untuk bidang operasional dan teknis telah disediakan secara
memadai oleh perusahaan pada setiap unit kerjanya, namun dalam
pelaksanaannya belum sepenuhnya mengacu pada prosedur kerja tersebut
sehingga hal ini berpengaruh pada pelaporan yang harus dibuat, misalnya
pada pencatatan persediaan bahan kimia yang tidak memasukkan unsur
persediaan di masing-masing unit produksi. Selain itu, dalam pengamatan
di lapangan, terdapat beberapa kegiatan yang belum dibuatkan kebijakan
dan prosedur kerjanya, misalnya di Seksi Bengkel Meter, pengelolaan
atas water meter yang tidak digunakan lagi belum dilakukan dengan baik
sehingga tidak adanya pengendalian atas keberadaan water meter yang
rusak tersebut.
• Pengendalian atas Sistem Informasi
PDAM telah menerapkan Local Information System, dan dipelihara oleh
petugas yang ditetapkan namun karena program belum dijalankan secara
penuh, maka manfaat sistem belum maksimal. Selain itu, sistem yang
dijalankan tersebut memiliki beberapa kelemahan. Hal ini nampak dengan
adanya perbedaan piutang antara Seksi Rekening dan Seksi Pembukuan.

4. Informasi dan Komunikasi


PDAM Kota Samarinda saat ini sedang dalam masa transisi dari penggunaan
sistem manual ke sistem teknologi informasi. Dalam penerapannya, masih
banyak pegawai yang belum memahami secara mendalam penggunaan sistem
teknologi informasi.
Hasil dari sistem tersebut memungkinkan segenap pejabat dan pegawai di
lingkungan PDAM Kota Samarinda mendapatkan informasi yang memadai
dan menggunakannya untuk melaksanakan, mengelola dan mengendalikan
kegiatan. Dalam hal ini, informasi yang disajikan dalam bentuk Laporan
Bulanan dari masing-masing seksi dan Laporan Keuangan Tahunan.

17
5. Pengawasan
Pengawasan telah dilakukan secara teratur dan rutin baik itu dari dalam
perusahaan yaitu dengan adanya Satuan Pengawas Intern (SPI), Badan
Pengawas maupun dari luar perusahaan yaitu auditor eksternal dalam hal ini
adalah BPKP Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur yang secara rutin tiap
tahunnya melakukan pemeriksaan terhadap seluruh kegiatan operasional dan
manajemen PDAM Kota Samarinda.

6. Pembagian Kewenangan dan Tanggung Jawab


Aspek ini memperhatikan mengenai:
• Pendelegasian Wewenang
Dalam hal ini yang menjadi titik berat adalah sejauh mana tiap- tiap
personil berusaha untuk dapat menjalankan tugas dan tangung jawab yang
didelegasikan dari atasan langsung. Sebagian besar, pegawai PDAM Kota
Samarinda telah melaksanakan tugas yang didelegasikan kepadanya
namun masih terdapat pegawai yang kurang memahami tugas dan
tanggung jawab yang dibebankan kepadanya sehingga tidak dapat
melaksanakan tugas dengan baik.
• Distribusi Sumber Daya Manusia
Dalam aspek ini yang menjadi poin pertimbangan adalah penempatan
pegawai yang sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman
yang dimilikinya yang berpengaruh pada kemampuan tiap personil dalam
menguasai kewenangan yang didelegasikan. PDAM Kota Samarinda
dalam hal ini masih mengalami hambatan dalam hal tersebut karena
belum diterapkannya penilaian karyawan baik dari segi pencapaian
prestasi, karir dan jabatan.

Atas kelemahan Sistem Pengendalian Manajemen tersebut BPK-RI


menyarankan kepada Direksi PDAM Kota Samarinda agar melakukan review
atas system pengendalian manajemennya.

18
III. Temuan Pemeriksaan

1. Tingginya Tingkat Kehilangan Air Menghilangkan Potensi Pendapatan Air Sebesar


Rp11.309.041.656,42

Sumber utama pendapatan PDAM Kota Samarinda berasal dari kegiatan usaha
penjualan air dan penjualan non air. Pada tahun 2004, PDAM Kota Samarinda
menganggarkan pendapatan yang berasal dari penjualan air sebesar Rp43.846.385.705,00
direalisasikan sebesar Rp35.971.376.645,00 atau 82,04 % dari anggaran. Sementara di
tahun 2005 (s.d. Juli), pendapatan penjualan air dianggarkan sebesar
Rp49.934.951.977,00 dapat direalisasikan sebesar Rp22.823.724.131,00 atau 45,70 %
dari anggaran.
Penjualan air adalah hasil akhir dari tahapan proses produksi yang dilakukan
PDAM. Proses tersebut diawali dari proses pengolahan air baku yang dilakukan di setiap
Instalasi Pengolahan Air (IPA) milik PDAM, kemudian air hasil olahan tersebut
didistribusikan kepada semua pelanggan. Hasil pemakaian air tiap bulan oleh pelanggan
dicatat dan dibukukan oleh pembaca meter kedalam Daftar Rekening Ditagih (DRD) oleh
Seksi Rekening. DRD tersebut mencantumkan tagihan biaya yang harus dibayar oleh
masing-masing pelanggan sesuai dengan beban pemakaian air selama sebulan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bagian Produksi dan Bagian Umum berupa
data produksi air, distribusi air dan air terjual, diperoleh gambaran sebagai berikut :

No Uraian Satuan TB 2004 TB 2005 (sd Juli)


1. Produksi Air M3 33.075.622 22.055.757
2. Distribusi Air M3 32.722.701 21.986.434
3. Air Terjual M3 22.599.849 14.117.006
4. Kebocoran Produksi (1 – 2) M3 2.428.440 69.323
5. Kebocoran Distribusi (2 – 3) M3 10.122.852 7.869.428
6. Tingkat Kehilangan Air % 30,94 35,79
Lihat Lampiran 1.a

Dari data diatas dapat dikemukakan bahwa tingkat kebocoran air tahun 2004
melampaui toleransi yang diperkenankan yaitu sebesar 20 % atau lebih sebesar 10,94 %.
Pada tahun 2005 (s.d. Juli) tingkat kebocoran air mencapai 35,79% atau melebihi batas
toleransi sebesar 15,79%.

19
Kondisi tersebut mengakibatkan PDAM Kota Samarinda kehilangan kesempatan
memperoleh pendapatan sebesar Rp11.309.041.656,42 (tahun 2004 sebesar
Rp5.695.456.077,92 dan tahun 2005 sebesar Rp5.613.585.578,50).

Hal yang menyebabkan tingginya tingkat kehilangan air tersebut adalah :


a. Kehilangan air pada pipa distribusi dan pipa dinas yang rawan bocor.
b. Kurang berfungsinya water meter pelanggan (umur teknisnya sudah habis).
c. Kekeliruan pembaca meter dalam mencatat water meter pelanggan.
d. Pencurian air oleh pelanggan.

PDAM Kota Samarinda akan mengupayakan mengganti jaringan pipa-pipa dan


water meter yang umur teknisnya sudah habis secara bertahap sesuai dengan kemampuan
perusahaan guna mengurangi tingkat kehilangan air.

Saran BPK-RI
Direksi PDAM Kota Samarinda agar :
a. Melakukan perbaikan pada jaringan pipa yang mengalami kerusakan dan penggantian
pipa transmisi dan distribusi yang telah rusak
b. Mengupayakan mengganti water meter pelanggan yang umur teknisnya telah habis.
c. Mengupayakan untuk mengoptimalkan kinerja pembaca meter melalui pembinaan
dan pembekalan

2. Piutang Air Dalam Neraca Tahun Buku 2004 dan 2005 (per 31 Juli 2005) Disajikan
Lebih Tinggi Dari Seharusnya Sebesar Rp43.420.807,22

Piutang usaha yang disajikan dalam laporan keuangan adalah nilai tunai yang
dapat direalisasikan, baik yang berasal dari piutang rekening air maupun piutang rekening
non air.
Berdasarkan data laporan keuangan PDAM Kota Samarinda, Piutang Air per 31
Desember 2004 (audited) adalah sebesar Rp7.944.170.763,22, sementara posisi piutang
air per 31 Juli 2005 adalah sebesar Rp8.385.646.760,22.

21
Pemeriksaan lebih lanjut terhadap buku besar, laporan penerimaan bulanan dan
daftar penerimaan dan pendapatan selama tahun 2004 dan 2005 (s.d. Juli) dapat
dikemukakan beberapa hal sebagai berikut :
a) Saldo akhir piutang air per 31 Desember 2004 setelah koreksi yang tercatat dalam
buku besar adalah sebesar Rp7.944.170.763,22, dengan saldo awal piutang air
per 1 Januari 2004 sebesar Rp6.530.468.423,00. Sementara menurut data laporan
bulanan mengenai Piutang yang diterbitkan melalui DRD dan realisasi pembayaran
piutang tiap bulan dari seksi rekening dapat diperoleh data perkembangan saldo
piutang air selama tahun 2004 adalah sebagai berikut :
Piutang Rekening Air
Bulan
DRD Terbit DRD dibayar Saldo
Januari 2,923,043,480.00 2,799,933,882.00 123,109,598.00
Pebruari 2,951,921,740.00 2,746,357,628.00 205,564,112.00
Maret 2,642,481,745.00 2,864,855,697.00 (222,373,952.00)
April 2,910,460,646.00 2,819,547,554.00 90,913,092.00
Mei 2,919,289,923.00 2,823,300,147.00 95,989,776.00
Juni 2,991,904,279.00 2,962,960,148.00 28,944,131.00
Juli 2,947,605,000.00 2,910,167,113.00 37,437,887.00
Agustus 3,035,878,473.00 2,912,850,117.00 123,028,356.00
September 3,117,716,209.00 2,885,334,724.00 232,381,485.00
Oktober 3,086,183,727.00 3,088,329,212.00 (2,145,485.00)
Nopember 2,780,290,944.00 2,903,852,698.00 (123,561,754.00)
Desember 3,664,600,479.00 2,857,432,256.00 807,168,223.00
Jumlah 35,971,376,645.00 34,574,921,176.00 1,396,455,469.00
Keterangan : Data termasuk penerimaan dari Tangki (Lampiran 2)
Apabila saldo piutang air sebesar Rp1.396.455.469,00 tersebut dijumlahkan dengan
saldo awal piutang air per 1 Januari 2004 sebesar Rp6.530.468.423,00 maka jumlah
piutang air per 31 Desember 2004 menjadi sebesar Rp7.926.923.892,00. Dengan
demikian terdapat selisih antara saldo piutang per 31 Desember 2004 menurut
Neraca dengan laporan bulanan seksi rekening mengenai perkembangan
piutang air hingga 31 Desember 2004 sebesar Rp17.246.871,22
(Rp7.944.170.763,22- Rp7.926.923.892,00).
b) Menurut hasil rekonsiliasi dari seksi rekening dan seksi pembukuan diketahui bahwa
selama tahun 2004 terdapat piutang air yang dikembalikan karena kesalahan
pencatatan dan double bayar sebesar Rp20.096.891,00. Sementara selisih antara
Piutang Air menurut Buku Besar dengan hasil pencocokan antara pembukuan dan

22
rekening adalah sebesar Rp17.246.871,22, sehingga masih terdapat selisih sebesar
Rp2.850.019,78 yang merupakan pengurang pendapatan rekening air akibat
pengembalian double bayar.
c) Saldo piutang air per 31 Juli 2005 menurut Neraca adalah sebesar
Rp8.385.646.760,22, sementara saldo piutang per 1 Januari 2005 adalah sebesar
Rp7.994.170.763,22. Selama tahun 2005, menurut laporan bulanan dari seksi
rekening diperoleh perkembangan data piutang tiap bulan yang berasal dari DRD
yang diterbitkan dikurangi dengan DRD yang dibayar setiap bulan. Data tersebut
adalah sebagai berikut :
Piutang Air
Bulan
Debet Kredit Saldo
Januari 3,269,462,448.00 3,421,939,588.00 (152,477,140.00)
Pebruari 3,601,082,979.00 3,094,540,255.00 506,542,724.00
Maret 2,702,837,079.00 3,233,678,902.00 (530,841,823.00)
April 3,337,570,420.00 3,080,434,544.00 257,135,876.00
Mei 3,219,363,809.00 3,245,291,241.00 (25,927,432.00)
Juni 3,293,455,233.00 3,160,533,068.00 132,922,165.00
Juli 3,399,952,163.00 3,172,004,472.00 227,947,691.00
Jumlah 22,823,724,131.00 22,408,422,070.00 415,302,061.00
Keterangan : Data termasuk penerimaan dari Tangki (Lampiran 2)
Apabila saldo piutang air sebesar Rp415.302.061,00 ditambahkan dengan saldo
piutang air per 1 Januari 2005 sebesar Rp7.944.170.763,22 maka diperoleh jumlah
piutang air per 31 Juli 2005 sebesar Rp8.359.472.824,22. Dengan demikian terdapat
selisih sebesar Rp26.173.936,00 (Rp8.385.646.760,22 – Rp8.359.472.824,22) antara
saldo piutang per 31 Juli 2005 menurut Neraca bulanan dengan laporan bulanan seksi
rekening mengenai perkembangan piutang air hingga 31 Juli 2005.

Penjelasan Pokok-pokok Keputusan Menteri Negara Otonomi Daerah Nomor 18


Tahun 2000 tanggal 10 Agustus 2000 tentang Pedoman Akuntansi PDAM menyatakan
bahwa : Piutang harus disajikan dalam laporan keuangan sebesar nilai tunai yang dapat
direalisasikan.

Kondisi tersebut mengakibatkan penyajian piutang rekening air per 31 Desember


2004 dan per 31 Juli 2005 tidak dapat diyakini kebenarannya dan lebih saji sebesar
Rp43.420.807,22 (Rp17.246.871,22 + Rp26.173.936,00)

23
Hal tersebut disebabkan :
a. Kurang koordinasi antara seksi rekening dengan seksi pembukuan.
b. Lemahnya pengendalian terhadap piutang, khususnya piutang air.
c. Proses pencatatan piutang air kurang tertib.

Direksi PDAM Kota Samarinda menjelaskan bahwa selisih saldo piutang air
sebesar Rp26.173.936,00 (Rp8.385.646.760,22 – Rp8.359.472.824,22) akibat
pembayaran terjadi 2 (dua) kali pada bulan pemakaian yang sama dan terjadi kesalahan
pencatatan meter.

Saran BPK-RI
Direksi PDAM Kota Samarinda menginstruksikan kepada Seksi Rekening dan
Seksi Pembukuan untuk melakukan rekonsiliasi laporan piutang air setiap bulannya dan
dalam hal pencatatan piutang air diupayakan lebih tertib.

3. Kurangnya Tingkat Keakurasian Pembacaan Meter Pelanggan

Salah satu sumber pendapatan PDAM kota Samarinda diperoleh dari hasil
penjualan air kepada pelanggan. Penerimaan pendapatan hasil penjualan air tersebut
didasarkan pada Daftar Rekening Ditagih (DRD) yang harus dibayar oleh pelanggan
sesuai dengan jumlah pemakaian air oleh pelanggan setiap bulan. Sebelum diterbitkan
DRD oleh Seksi Rekening terlebih dahulu diadakan pembacaan meter air pelanggan oleh
petugas pembaca meter yang dilakukan setiap bulan antara tanggal 1 s.d 15.
PDAM Kota Samarinda bekerjasama dengan Koperasi Karyawan Tirta Dharma
PDAM Kota Samarinda dalam melaksanakan pekerjaan pembacaan meter pelanggan,
sesuai dengan surat perjanjian kerjasama pembaca meter air pelanggan No. 602.690/424-
13/IV/2004 tanggal 15 April 2004 yang kemudian diganti dengan surat perjanjian
kerjasama pembaca meter air pelanggan No. 602.690388-12/IV/2005 tanggal 27 April
2005. PDAM Kota Samarinda menyerahkan pekerjaan pembacaan meter air pelanggan
kepada pihak Koperasi Karyawan Tirta Dharma, dengan memberikan imbalan jasa

24
tertentu kepada masing-masing pembaca meter untuk setiap pembacaan meter air
pelanggan per bulan yang dinyatakan valid oleh pihak PDAM Kota Samarinda.
Jumlah petugas pembaca meter lapangan sebanyak 30 orang dengan cakupan
pelayanan dalam tahun 2004 rata-rata/bulan sebanyak 59.044 pelanggan sehingga
pembacaan meter yang dikerjakan rata-rata terhadap 1.968 pelanggan. Di tahun 2005
(s.d. bulan Juli) pelanggan aktif rata-rata per bulan sebanyak 59.906 pelanggan dan
pembacaan meter yang dikerjakan rata-rata terhadap 1.996 pelanggan. Wilayah kerja
pembaca meter dibagi menjadi 6 wilayah yang masing-masing dikoordinir oleh satu
orang koordinator dari seksi pembaca meter.
Pada tahun 2004, seksi rekening telah menerbitkan DRD dari hasil pembacaan
meter pelanggan senilai Rp40.071.936.661,00, dan tahun 2005 (s.d Juli) senilai
Rp25.718.404.402,00 (DRD yang diterbitkan tidak termasuk data penjualan tangki air).
Berdasarkan DRD yang diterbitkan tersebut oleh seksi rekening, kemudian dilakukan
penagihan pembayaran untuk setiap beban pemakaian air yang digunakan oleh masing-
masing pelanggan. Pada saat dilakukan penagihan tiap bulan, selalu ada pelanggan yang
merasa keberatan dan mengajukan komplain atas jumlah tagihan yang harus dibayar. Hal
tersebut biasanya dilakukan karena mereka merasa beban pemakaian air yang digunakan
tidak sesuai dengan hasil bacaan meter yang dilakukan oleh pembaca meter sehingga
tagihan yang harus dibayar menjadi lebih besar. Atas dasar pengaduan keberatan
pelanggan tersebut maka Pihak PDAM melakukan tindak lanjut melalui pencocokkan
DRD dengan Daftar Pembaca Meter (DPM) langganan yang dibuat petugas pembaca
meter, kemudian melakukan pengecekan langsung ke lapangan dan mencocokan hasil
pembacaan meter dengan kondisi meter air yang bersangkutan melalui test meter air. Dari
hasil pengecekan tersebut kemudian dilaporkan kepada seksi rekening untuk diterbitkan
DRD revisi bulan bersangkutan.
Berdasarkan data DRD yang diterbitkan maupun DRD hasil revisi selama tahun
2004 hingga 2005 (s.d Juli) yang diperoleh dari seksi rekening dapat terlihat tingkat
akurasi kesalahan pencatatan meter pelanggan sebagai berikut:

25
DRD DRD Tingkat
Bulan Revisi
Sebelum Revisi Setelah Revisi Akurasi
Tahun 2004
Januari 3.269.916.048,00 63.221.908,00 3.206.694.140,00 1,93
Pebruari 3.290.372.614,00 47.376.007,00 3.242.996.607,00 1,44
Maret 3.068.185.819,00 128.259.978,00 2.939.925.841,00 4,18
April 3.219.671.571,00 34.100.592,00 3.185.570.979,00 1,06
Mei 3.267.424.197,00 60.781.110,00 3.206.643.087,00 1,86
Juni 3.321.466.022,00 55.090.228,00 3.266.375.794,00 1,66
Juli 3.293.286.239,00 63.321.704,00 3.229.964.535,00 1,92
Agustus 3.371.742.795,00 61.693.837,00 3.310.048.958,00 1,83
September 3.447.410.578,00 43.621.998,00 3.403.788.580,00 1,27
Oktober 3.415.814.451,00 47.879.911,00 3.367.934.540,00 1,40
Nopember 3.115.767.276,00 49.110.230,00 3.066.657.046,00 1,58
Desember 3.990.879.051,00 28.098.292,00 3.962.780.759,00 0,70
Jumlah 40.071.936.661,00 682.555.795,00 39.389.380.866,00 1,70

Tahun 2005
Januari 3.706.956.766,00 147.511.838,00 3.559.444.928,00 3,98
Pebruari 3.928.890.813,00 35.129.056,00 3.893.761.757,00 0,89
Maret 3.484.114.594,00 486.603.754,00 2.997.510.840,00 13,97
April 3.672.701.804,00 40.793.186,00 3.631.908.618,00 1,11
Mei 3.553.848.133,00 48.554.292,00 3.505.293.841,00 1,37
Juni 3.646.847.786,00 62.279.111,00 3.584.568.675,00 1,71
Juli 3.725.044.506,00 15.824.688,00 3.709.219.818,00 0,42
Jumlah 25.718.404.402,00 836.695.925,00 24.881.708.477,00 3,25
Keterangan : Data tidak termasuk penjualan air melalui tangki air (Lampiran 3)
Dari data di atas dapat dikemukakan bahwa tingkat ketidakakurasian pembacaan
meter pada tahun 2004 sebesar 1,70 % dan pada tahun 2005 (s.d Juli) sebesar 3,25 %,
sehingga terjadi peningkatan ketidakakurasian sebesar 1,55%.

Surat Perjanjian Kerjasama Pembaca Meter Air Pelanggan antara PDAM kota
Samarinda dengan Koperasi Karyawan Tirta Dharma PDAM kota Samarinda No.
602.690/388-12/IV/2005 tanggal 27 April 2005 Pasal 3 No. 9, menyatakan bahwa Jumlah
bacaan yang dibaca oleh setiap petugas pembaca meter maksimum hanya 1.600 buah
pelanggan. Hal ini dimaksudkan agar hasil bacaan akurat dan tidak terjadi komplain dari
pelanggan PDAM kota Samarinda.

Kurang akuratnya pembacaan meter tersebut mengakibatkan kehilangan air secara


non teknis dan banyaknya pelanggan yang komplain atas kesalahan penerbitan rekening
pelanggan sehingga rekening tersebut harus dikoreksi.

26
Kondisi tersebut disebabkan oleh:
1. Pembaca Meter kurang optimal dalam tugasnya.
2. Kekeliruan input data ke rekening penagihan dari hasil pencatatan dilapangan.
3. Terlalu tinggi dalam menaksir pemakaian air pelanggan dari hasil pembacaan meter
air yang tidak terbaca.

Direksi PDAM Kota Samarinda menyatakan akan tetap berupaya untuk


mengoptimalkan kinerja pembaca meter dan akan menambah personil pembaca meter.

Saran BPK-RI
Direksi PDAM Kota Samarinda agar mengoptimalkan kinerja pembaca meter
melalui pembinaan/pembekalan sehingga Pembaca Meter lebih teliti dan cermat lagi
dalam mencatat, mengawasi, dan melaporkan hasil kerjanya.

4. Hibah Asset Sistem Air Baku Intake Loa Kulu Sebesar Rp39.313.039.351,68 Belum
Diakui Sebagai Asset PDAM Kota Samarinda

Intake Loa Kulu berkapasitas 800 lt/dt dibangun dengan maksud untuk
mengantisipasi kebutuhan air bersih bila musim kemarau panjang tiba. Intake tersebut
Pembangunannya dibiayai oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur melalui Proyek
Sistem Air Baku Loa Kulu dengan nilai proyek sebesar Rp38.503.663.201,68. Untuk
mendukung pembangunan intake tersebut dikeluarkan dana pendamping melalui sharing
pembiayaan antara Pemerintah Kota Samarinda dengan PDAM Kota Samarinda sebesar
Rp809.376.150,00 (Pemerintah Kota Samarinda sebesar Rp500.000.000,00 dan PDAM
Kota Samarinda sebesar Rp309.376.150,00). Dana sebesar Rp809.378.150,00 untuk
Pekerjaan Penyempurnaan Tanah sebesar Rp257.460.400,00 dan Instalasi Sumber Air
sebesar Rp551.915.750,00. Dana pendamping sebesar Rp809.376.150,00 dalam neraca
tahun buku 2004 diakui sebagai Aktiva Dalam Penyelesaian, walaupun pekerjaan
tersebut telah selesai di tahun 2002. Nilai proyek sistem air baku Loa Kulu secara

27
keseluruhan menjadi sebesar Rp39.313.039.351,68 = (Rp38.503.663.201,68 +
Rp809.378.150).
Pembangunan intake tersebut menghasilkan asset berupa bangunan rumah pompa,
pompa berikut motornya, pompa transmisi, generator set, tanki bahan bakar, sistem
proteksi kafodik untuk perpipaan dan jalan akses.
Proyek Sistem Air Baku Loa Kulu selesai di Tahun 2002 dan diserahterimakan
dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur kepada Pemerintah Kota Samarinda melalui
Berita Acara Serah Terima Pengelolaan Sistem Air Baku Loa Kulu No.
610/7723/DPU/2002 tanggal 27 Desember 2002, dan pada tanggal 5 Januari 2004,
Pemerintah Kota Samarinda melalui Berita Acara Serah Terima No.028/0468/Porl-
III/2004 tanggal 5 Januari 2004 menghibahkan asset tersebut ke PDAM Kota Samarinda.
Atas hibah asset tersebut PDAM Kota Samarinda berkeberatan menerimanya,
karena asset tersebut saat ini masih digunakan PT Wahana Abdi Tirtatehnika Sejati (PT
WATS) untuk mendukung operasinal IPA Bendang dan serah terima asset tersebut tidak
dilampiri dengan bukti sah status kepemilikan tanah yang diserahkan baik yang berada di
intake Loa Kulu maupun di IPA Bendang serta belum ada kejelasan tanggung jawab
pemeliharaan jalan inspeksi yang berada diperbatasan antara wilayah Kota Samarinda
dengan wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, sehingga melalui surat Direktur Utama
No. 594/604-18/VI/2004 tanggal 9 Juni 2004 PDAM Kota Samarinda meminta agar
Pemerintah Kota Samarinda merevisi serah terima asset tersebut menjadi serah kelola dan
pihak Pemerintah Kota Samarinda menaggapinya melalui surat No. 028/0492/Perl-
III/IV/2005 tanggal 16 Maret 2005.

Berdasarkan Berita Acara Serah Kelola Sistem Air Baku Loa Kulu
No.028/0492/Perl-III/2005 tanggal 16 Maret 2005 yang intinya menyatakan bahwa
Pemerintah Kota Samarinda menyerahkan Sistem Air Baku Loa Kulu sebagai asset
PDAM Kota Samarinda dan menyerahkan tanggung jawab atas pengelolaan serta
pemeliharaan asset tersebut kepada PDAM Kota Samarinda.
Lampiran Keputusan Menteri Negara Otonomi Daerah No.8 Tahun 2000 tanggan
10 Agustus 2000 tentang Pedoman Akuntansi PDAM, Bab I - Kebijakan Akuntansi
Point; 17 Perlakuan Akuntansi Terhadap Aktiva Tetap Yang Dikelola Pihak Ketiga

28
menyatakan bahwa : “Aktiva Tetap PDAM yang disertakan dalam usaha kerjasama yang
statusnya dipinjamkan kepada pihak ketiga namun secara hukum masih dimiliki PDAM,
maka PDAM harus tetap memperlakukan aktiva tetap tersebut sebagai asset PDAM,
dengan tetap mencatat aktiva tetap tersebut berdasarkan harga perolehannya dan
mendepresiasikannya.

Nilai asset yang dicantumkan dalam laporan keuangan PDAM Kota Samarinda
menjadi lebih rendah.

PDAM Kota Samarinda berkeberatan menerima asset tersebut disebabkan karena


asset tersebut mempunyai nilai penyusutan yang tinggi dan berdampak negatif terhadap
kinerja perusahaan, selain itu asset tersebut dilimpahkan pengelolaannya kepada
PT. WATS dalam menunjang operasional IPA Bendang dan asset tanah yang
dilimpahkan belum disertai dengan surat-surat sebagai bukti kepemilikan. Di samping itu,
nilai asset keseluruhan Intake Loa Kulu termasuk di dalamnya nilai prasarana (jalan
inspeksi dan lahan jalur pipa) yang digunakan umum baik di wilayah Kota Samarinda
dan Kabupaten Kutai Kertanegara.

Direksi PDAM Kota Samarinda menjelaskan akan memasukkan nilai asset Pipa
Transmisi dan Intake Loa Kulu tidak termasuk sarana penunjang jalan.

Saran BPK-RI
Direksi PDAM Kota Samarinda agar menyurati kembali Pemerintah Kota
Samarinda dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur untuk meminta kejelasan tentang
status kepemilikan tanah beserta bukti surat-surat kepemilikan tanah yang berada di
intake Loa Kulu dan IPA Bendang serta meminta kejelasan tentang tanggungjawab
pemeliharaan dan pengelolaan jalan inspeksi dan lahan jalur pipa yang digunakan umum
baik di wilayah Kota Samarinda dan Kabupaten Kutai Kertanegara.
.

29
5. Persediaan Bahan Kimia Di Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air Tidak Dilaporkan
Dalam Laporan Keuangan Tahun 2004 Sebesar Rp131.950.676,59 Dan Per 31 Juli
2005 Sebesar Rp147.359.370,72

Salah satu kebutuhan unit-unit produksi atau Instalasi Pengolahan Air (IPA) untuk
mengolah air bersih adalah pemakaian bahan kimia yang terdiri dari : tawas, kapur
powder, gas kloor, kaporit, PE dan soda ash. Prosedur pemakaiannya diawali dari
pengajuan Bukti Permintaan Pengeluaran (BPP) masing-masing unit IPA yang telah
disetujui oleh Direktur Tehnik ke Seksi Gudang. Setelah memeriksa BPP tersebut, Seksi
Gudang mengeluarkan bahan kimia yang kemudian dikirim ke masing-masing unit IPA.
Pengeluaran tersebut dicatat dan dilaporkan oleh Seksi Gudang secara bulanan ke Seksi
Pembukuan. Selanjutnya Seksi Pembukuan mencatat mutasi persediaan bahan kimia
dengan menggunakan metode perpetual. yang mencatat pengeluaran tersebut sebagai
mutasi pemakaian/menambah biaya langsung usaha dan pengurang persediaan bahan
kimia.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2004 (audited) diketahui bahwa
persediaan bahan kimia sebesar Rp574.073.314,70 dan per 31 Juli 2005 sebesar
Rp653.565.022,00. Hasil pemeriksaan lebih lanjut terhadap jumlah persediaan di atas
belum termasuk sisa persediaan bahan kimia yang ada pada masing-masing unit IPA per
31 Desember 2004 sebesar Rp131.950.676,59 dan per 31 Juli 2005 sebesar
Rp147.359.370,72 dengan rincian sebagai berikut :

Per 31 Desember 2004 Per 31 Juli 2005


Jenis Bahan Harga Harga
Jumlah Jumlah
Kimia Kg Satuan Kg Satuan
(Rp) (Rp)
(Rp) (Rp)
Tawas 50.198,00 1.437 72,134,526.00 60.632,00 1.810 109,743,920.00
Kapur Powder 16.778,00 841 14,110,298.00 14.137,00 841 11,889,048.80
Gas Kloor 3.447,15 5.445 18,769,731.75 2.932,00 5.445 15,964,740.00
Kaporit 477,10 9.955 4,749,530.50 612,50 9.800 6,002,010.00
PE 295,29 74.481 21,994,090.34 50,48 74.481 3,759,651.92
Soda Ash 50,00 3.850 192,500.00 - - -
Jumlah 71.245,54 - 131,950,676.59 78.363,98 - 147,359,370.72

30
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :
1. Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Per 1 April 2002 No.14 yang
menyatakan bahwa persediaan adalah aktiva dalam bentuk bahan atau perlengkapan
(supplies) yang akan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
2. Pencatatan persediaan dengan menggunakan metode perpetual terutama untuk
perusahaan industri mencatat persediaan awal dan pembelian sebagai mutasi
penambah persediaan dan pengeluaran untuk pemakaian sebagai mutasi pengurang
persediaan.

Kondisi tersebut mengakibatkan belum diakuinya persediaan bahan kimia yang


ada di masing-masing unit IPA sebesar Rp131.950.676.59 pada laporan keuangan per 31
Desember 2004 (audited) dan per 31 Juli 2005 sebesar Rp147.359.370.72

Hal tersebut disebabkan Seksi Pembukuan mencatat pemakaian persediaan


berdasarkan pengeluaran bahan kimia dari gudang dan telah mengakui persediaan pada
masing-masing unit IPA sebagai biaya langsung (pemakaian bahan kimia).

Direksi PDAM Kota Samarinda menyatakan bahwa dimasa mendatang akan


mengkoordinasikan prosedur persediaan bahan kimia antara Seksi Gudang dengan
masing-masing unit IPA.

Saran BPK-RI
Direksi PDAM Kota Samarinda agar menginstruksikan kepada Seksi Gudang
dengan masing-masing unit IPA untuk saling berkoordinasi dalam hal pengelolaan
persediaan bahan kimia dan membuat laporan penerimaan, pemakaian dan sisa bahan
kimia setiap bulannya dan Seksi Pembukuan agar mencatat persediaan bahan kimia
berdasarkan laporan fisik persediaan yang ada pada Seksi Gudang maupun di unit-unit
IPA.

31
6. Lemahnya Pengendalian Atas Pengamanan Water Meter Yang Rusak

Meter air (water meter) merupakan alat yang paling penting peranannya dalam
mengukur kubikasi distribusi pemakaian air ke pelanggan. Didalam laporan keuangan
PDAM Kota Samarinda, water meter digolongkan sebagai persediaan suku cadang dan
assesories, karena sifatnya sebagai barang yang dipakai habis.
Water meter tersebut digunakan apabila terdapat pemasangan baru, penggantian
water meter yang telah rusak dan penyambungan kembali. Khusus untuk penggantian
water meter yang rusak, prosedurnya diawali dari laporan dari pembaca meter atau
keluhan dari pelanggan sendiri karena water meternya sudah tidak berfungsi dengan baik.
Selanjutnya water meter tersebut diuji melalui alat test meter air di bengkel meter.
Apabila water meter mengalami kerusakan kecil dan dapat diperbaiki maka water meter
tersebut akan digunakan kembali, namun apabila water meter tersebut mengalami
kerusakan berat, maka harus diganti dengan yang baru. Penggantian tersebut akan
menjadi tanggungan pelanggan sebesar harga water meter yang berlaku apabila
kerusakannya disebabkan oleh kecerobohan pelanggan dan menjadi tanggungan PDAM
Kota Samarinda apabila disebabkan hal-hal di luar kecerobohan pelanggan.
Hasil pemeriksaan fisik di Bengkel Meter pada Seksi Perawatan dan Perbaikan
Meter Air diketahui bahwa terdapat water meter bekas pakai yang rusak dalam jumlah
yang cukup banyak. Menurut keterangan Kepala Seksi Perawatan dan Perbaikan Meter
Air, jumlah water meter yang rusak tersebut belum dapat diketahui secara pasti karena
tidak adanya catatan inventarisir mengenai mutasi baik penambahan maupun
pengeluarannya terutama untuk penggantian water meter sebelum tahun 2004.
Data mengenai jumlah water meter yang rusak dalam tahun 2004 adalah 1.316 buah dan
tahun 2005 (s.d 31 Juli 2005) adalah 990 buah atau dengan jumlah total 2.306 buah
(1.316 + 990).
Komponen water meter terdiri dari alat ukur debit air, tutup meter air dan cup
meter air sebagai tempat alat ukur debit air. Sebagian besar cup meter air terbuat dari
campuran besi dan kuningan dan diperkirakan masih mempunyai nilai ekonomis yang
relatif cukup tinggi. Terhadap water meter yang telah rusak tersebut pernah diambil
kebijakan untuk ditukarkan dengan meter air baru dengan perbandingan 15 : 1 atau 15
meter air yang rusak ditukar 1 meter air baru, namun sekarang manajemen PDAM Kota

32
Samarinda belum mengambil langkah-langkah lebih lanjut terhadap water meter yang
telah rusak tersebut.

Hal tersebut di atas tidak sesuai dengan Keputusan Walikota Samarinda No.02.A
Tahun 1999 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Samarinda Pasal 11 ayat (2) yang menyatakan bahwa salah satu tugas
Seksi Pengadaan dan Inventaris adalah melaksanakan pencatatan, membuat laporan
secara periodik serta memberikan saran kepada Kabag. Umum tentang langkah-langkah
yang perlu diambil tentang barang-barang inventaris PDAM.

Kondisi tersebut dapat membuka peluang hilangnya water meter yang rusak dan
hilangnya potensi untuk mendapatkan keuntungan dengan pemanfaatan water meter yang
rusak tersebut.

Hal tersebut disebabkan Manajemen PDAM Kota Samarinda tidak melakukan


pengendalian atas water meter rusak baik dari sisi pencatatan (inventarisir) maupun
pengamanan fisik .

Direksi PDAM Kota Samarinda menyatakan bahwa akan membenahi


pengelolaan/pencatatan water meter yang rusak sesuai laporan dari Seksi Bengkel Meter
Segel.
Saran BPK-RI
Direksi PDAM Kota Samarinda agar menginventarisir water meter yang rusak
dan mengupayakan solusi yang terbaik untuk memanfaatkan water meter yang rusak
sehingga dapat mendatangkan nilai tambah bagi perusahaan.

7. Terdapat Proses Pengadaan Barang Dan Jasa Di PDAM Kota Samarinda Belum
Sepenuhnya Mempedomani Ketentuan Yang Berlaku

Dalam usaha mengembangkan sarana dan prasarana serta memenuhi kebutuhan


untuk kegiatan operasionalnya, PDAM Kota Samarinda melaksanakan proses pengadaan
barang dan jasa. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut PDAM Kota Samarinda

33
bekerjasama dengan pihak ketiga (rekanan), dimana PDAM sebagai pihak pemberi kerja
dan rekanan sebagai pihak yang memasok barang atau penyedia jasa.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen-dokumen kontrak kerja dan surat
perintah kerja antara PDAM dengan rekanan dalam tahun 2004 dan tahun 2005 (s.d Juli),
dapat dikemukakan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Proses tender penyelesaian pembangunan IPA Bendang 400 l/dt dengan nilai
kontrak sebesar Rp1.686.295.000,00 melalui penunjukan langsung.
Sebagaimana masalah yang telah dikemukakan dalam temuan Kerjasama
BOT, PDAM Kota Samarinda melakukan kerjasama investasi dengan PT.WATS
dalam membangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Bendang. Pembangunan IPA
Bendang rencana diselesaikan dalam 12 bulan yaitu 8 bulan untuk tahap pertama 200
lt/dt (mulai tanggal 19 Maret 2003 s.d 19 Nopember 2003) dan 4 bulan untuk tahap
kedua 400 lt/dt. Pembangunan tahap I tidak dapat diselesaikan sesuai dengan waktu
yang direncanakan, maka PT WATS meminta perpanjangan waktu dari tanggal 20
Nopember 2003 s.d. 31 Januari 2004. Setelah diberikan perpanjangan waktu
penyelesaian pekerjaan, namun hasil pekerjaan tidak memperlihatkan kemajuan
berdasarkan pemeriksaan fisik dilapangan yang dilaksanakan oleh pihak PDAM. Atas
keterlambatan pekerjaan tersebut, PDAM Kota Samarinda telah mengenakan sanksi
denda kepada PT WATS, namun sanksi tersebut tidak dipatuhi.
Dalam rangka mempercepat proses penyelesaian IPA Bendang dan mengatasi
kondisi diatas, pada tanggal 1 Mei 2004 diadakan rapat pembahasan penyelesaian
IPA Bendang yang dihadiri PT WATS, Sekretaris Kota Samarinda, Direktur Utama
PDAM dan Badan Pengawas PDAM. Hasil rapat diperoleh kesepakatan membentuk
manajemen baru dengan struktur organisasi yang baru diketuai oleh Direktur PDAM,
menghitung bobot pekerjaan yang telah dilaksanakan dan menilai sisa pekerjaan yang
belum diselesaikan. Pada tanggal 22 Juni 2004, Walikota Samarinda melalui surat no.
900/0904/C-KS/VI/2004 memerintahkan Manajemen baru mengambil alih
penyelesaian pekerjaan IPA Bendang, dan ditindak lanjuti dengan menunjuk langsung
CV. Panca Putra Utama sebagai kontraktor untuk melaksanakan sisa pekerjaan yang

34
belum diselesaikan oleh PT WATS. Sesuai dengan kontrak no.605.3/80-06/SPPP-
PPU/VII/04 tanggal 3 Juli 2004 nilai kontrak sebesar Rp1.686.295.000,00.
Hasil pemeriksaan lebih lanjut terhadap isi perjanjian kontrak kerja, tidak
diketemukan adanya pasal yang menyebutkan bahwa harga kontrak belum termasuk
pajak-pajak yang harus dibayar oleh perusahaan. Pajak-pajak tersebut adalah PPN
sebesar 10% X Rp1.686.295.000,00 = Rp168.629.500,00 dan PPh pasal 23 sebesar
{(13,33% X Rp1.686.295.000,00) X 15 % = Rp33.717.468,52.

2. Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang ditawarkan Rekanan tidak dilengkapi


spesifikasi jenis barang yang jelas dan penilaian kewajaran harga penawaran
tidak didukung dengan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang memadai
Hasil pemeriksaan terhadap dokumen kontrak pengadaan barang dalam tahun
2005, diketahui bahwa ada 2 dokumen kontrak Pengadaan Suku Cadang Pompa
WPIL dikerjakan oleh kontraktor yang sama yaitu PT. Universal Sinergi Dinamika
Bogor dengan jenis pekerjaan yang sama namun lokasi berbeda, ada beberapa jenis
barang yang ditawarkan sama, volume/satuan sama, namun satuan harga berbeda.
Jenis barang yang ditawarkan dalam RAB tersebut tidak diberikan keterangan yang
jelas mengenai spesifikasinya, seperti dalam tabel berikut :

Pengadaan suku cadang pompa WPIL untuk IPA Pengadaan suku cadang
Cendana dan Intake Karang Asam pompa WIPL untuk Intake
No Vol/ No.602.694.2/81-06/SPPP-USD/VI/2005 Loa Kulu No.602.691.8/90-
Uraian
Sat tanggal 21 Juni 2005 06/SPPP-USD/VI/2005
IPA Cendana Intake Karang Asam tanggal 21 Juni 2005
Sat. Harga Jumlah Sat. Harga Jumlah Sat. Harga Jumlah
1. Impeller 2 set 35.700.000 71.400.000 49.980.000 99.960.000 59.500.000 119.000.000
Impeller seal
2. 2 set 6.902000 13.804.000 8.092.000 16.184.000 6.545.000 13.090.000
ring
Impeller lock
3. 2 set 1.190.000 2.380.000 1.190.000 2.380.000 952.000 1.904000
collet
4. Bowl Bearing 2 set 6.545.000 13.090.000 9.282.000 18.564.000 29.750.000 59.500.000
Line shaft
5. 2 set 4.282.000 8.568.000 4.284.000 8.568.000 10.234.000 20.468.000
coupling
Line shaft
6. 2 set 8.330.000 16.660.000 8.330.000 16.660.000 14.042.000 28.048.000
sleeve
Split packing
7. 1 no - - 2.618.000 1.618.000 1.309.000 1.309.000
gland

Disamping hal tersebut, untuk menilai kewajaran harga penawaran dari setiap
item pengadaan hanya didasarkan pada konfirmasi harga ke toko atau agen. Konfirmasi

35
harga tersebut dilakukan setiap ada pekerjaan pengadaan barang dan jasa, harga hasil
konfirmasi dijadikan patokan dalam menilai kewajaran harga. Hal tersebut menunjukan
bahwa PDAM Kota Samarinda belum membuat harga perkiraan sendiri (HPS) dengan
dasar yang kuat berupa price list dari distributor atau pabrikan kemudian ditambah biaya
transportasi dan keuntungan bagi rekanan yang berlaku untuk periode tertentu.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


1. Surat Keputusan Direksi PDAM Kota Samarinda No : 510.2/1095-32/X/2003 tanggal
27 Oktober 2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Perusahaan Daerah
Air Minum Kota Samarinda menyatakan bahwa :
a. Paragraf Kedua – Pemilihan Metode Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan/Jasa
Lainnya – Pasal 7 ; Metode Pelelangan yaitu pengadaan barang/jasa
pemborongan/jasa lainnya yang dilakukan secara terbuka melalui media cetak dan
pengumuman resmi PDAM dengan ketentuan bahwa nilai pengadaan
(berdasarkan nilai OE) di atas Rp 1 milyar.
b. Paragraf Kesebelas – Bentuk Ikatan Kerja- Pasal 16 ; Macam bentuk ikatan kerja
antara PDAM dan rekanan adalah Surat Perjanjian (kontrak) digunakan apabila
nilai pengadaan barang atau jasa pemborongan/jasa lainnya di atas Rp 100,- juta
termasuk PPN.
2. Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 140 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan
Atas Penghasilan Dari Usaha Kontruksi Pasal 1 Ayat (2) “Atas penghasilan wajib
pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap dengan kualifikasi usaha kecil termasuk
orang perseorangan yang diterima atau diperoleh dari usaha dibidang jasa konstruksi
dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final. Dalam hal wajib pajak telah
memenuhi kualifikasi sebagai usaha kecil berdasarkan sertifikat yang dikeluarkan
oleh lembaga yang berwenang, tetapi nilai pengadaannya lebih dari
Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah), atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dikenakan pajak penghasilan berdasarkan ketentuan umum Undang-
Undang Pajak Penghasilan.
3. Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah

36
Pasal 13 ayat (1) yang menyatakan bahwa pengguna barang/jasa wajib memiliki
harga perkiraan sendiri (HPS) yang dikalkulasikan secara keahlian dan berdasarkan
data yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pasal 13 ayat (3) HPS digunakan sebagai alat untuk menilai kewajaran harga
penawaran termasuk rinciannya dan untuk menetapkan besaran tambahan nilai
jaminan pelaksanaan bagi penawaran yang dinilai terlalu rendah.
Pasal 29 ayat (1) menyebutkan antara lain:
a. Pokok pekerjaan yang diperjanjikan dengan uraian yang jelas mengenai jenis dan
jumlah barang/jasa yang diperjanjikan.
c. Persyaratan dan spesifikasi teknis yang jelas dan terinci.

Kondisi tersebut dapat mengakibatkan :


1. Tidak adanya kompetisi dan transparansi dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa
untuk mendapatkan harga penawaran yang rendah dengan kwalitas yang sama.
2. Tertundanya penerimaan negara yang berasal dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
sebesar Rp168.629.500,00 dan PPh Pasal 23 sebesar Rp33.717.468,52.
3. Berpotensi menimbulkan kesalahan interprestasi dalam menilai kewajaran harga
yang ditawarkan rekanan dalam RAB.

Hal tersebut disebabkan PDAM Kota Samarinda belum sepenuhnya


mempedomani ketentuan yang berlaku dalam pengadaan Barang dan Jasa.

Direksi PDAM Kota Samarinda menyatakan bahwa proses tender penyelesaian


IPA Bendang dengan penunjukan langsung karena waktu yang mendesak dan dana yang
digunakan untuk pembangunan IPA Bendang berasal dari investor, apabila dipotong
pajak, dana untuk penyelesaian proyek tidak mencukupi, PDAM hanya sebagai perantara
dengan mengambil alih manajemen saja dan atas saran BPKP Prop.Kaltim, PDAM Kota
Samarinda telah melaksanakan pembuatan HPS yang diberlakukan sejak bulan Agustus
s/d Desember 2005, dan akan diperbaharui terus setiap akhir tahun berjalan.

37
Saran BPK-RI
Direksi PDAM Kota Samarinda agar :
1. Menegur panitia lelang pengadaan barang dan jasa karena dalam proses pengadaan
barang dan jasa tidak mempedomani ketentuan yang berlaku.
2. Melakukan koordinasi dengan pihak investor (PT WATS) dan kontraktor CV. Panca
Putra Utama, untuk memperhitungkan kembali kewajiban pajak dan menyetor PPN
sebesar Rp168.629.500,00 dan PPh pasal 23 sebesar Rp33.717.468,52 ke Kas
Negara.
3. Memerintahkan kepada panitia pengadaan barang dan jasa untuk membuat harga
perhitungan sendiri (HPS) untuk menilai kewajaran harga penawaran.

8. Kewajiban Jangka Panjang Yang Telah Jatuh Tempo Sebesar Rp46.642.700.658,58


Belum Dapat Diselesaikan.

Seiring dengan perkembangan kebutuhan air bersih bagi penduduk Kota


Samarinda yang semakin meningkat, PDAM Kota Samarinda sebagai penyedia
kebutuhan air bersih memerlukan pengembangan sarana dan prasana untuk pengambilan
air baku, produksi serta distribusi. Salah satu upaya untuk membiayai pengembangan
sarana dan prasarana tersebut, PDAM Kota Samarinda memperoleh pinjaman baik dari
dalam negeri maupun dari luar negeri. Pada perkembangannya PDAM Kota Samarinda
memperoleh 6 (enam) pinjaman berupa 4 (empat) pinjaman dalam negeri dan 2 (dua)
pinjaman luar negeri dengan rincian sebagai berikut :
1. Perjanjian pinjaman PRJ-01/MD-4/1987 Tanggal 11 Juni 1987, dengan plafond
Rp2.000.000.000,00 dan realisasi penarikan Rp1.999.990.000,00 serta tingkat bunga
9% / Th. Jangka waktu pinjaman selama 20 tahun dan jatuh tempo pada tanggal 1
Februari 2007.
2. Perjanjian pinjaman RDA-06/DD/1988 Tanggal 14 Oktober 1988, dengan plafond
Rp2.968.510.000,00 dan realisasi penarikan Rp2.963.955.250,00 serta tingkat bunga
9% / Th. Jangka waktu pinjaman selama 20 tahun dan jatuh tempo pada tanggal 15
Februari 2008.

38
3. Perjanjian pinjaman RDA-109/DP3/1993 Tanggal 17 Maret 1993, dengan plafond
Rp3.750.750.000,00 dan realisasi penarikan Rp3.644.813.000,00 serta tingkat bunga
11,5% / Th. Jangka waktu pinjaman selama 18 tahun dan jatuh tempo pada tanggal
17 Maret 2011.
4. Perjanjian pinjaman Ex IBRD 1049-INO Tanggal 25 Februari 1975 (SLA-BI),
dengan plafond US$ 2.400.000 dan realisasi penarikan Rp1.342.995.387,00 serta
tingkat bunga sebesar 8,75% / Th. Adapun jangka waktu pinjaman 30 tahun dan jatuh
tempo pada tanggal 1 Februari 2005.
5. Perjanjian pinjaman IBRD LA-3854-IND Tanggal 6 April 1995, dengan plafond
US$ 136.000.000 dan realisasi penarikan Rp17.647.707.996,00 serta tingkat bunga
11,75% / Th. Jangka waktu pinjaman selama 20 tahun dan jatuh tempo pada tanggal
20 Juni 2015.
6. Perjanjian RDI-055/DDI/1983 Tanggal 3 Juni 1983, dengan plafond
Rp.771.804.000,00 dan realisasi penarikan Rp771.804.000,00 serta tingkat bunga
9%/Th. Jangka waktu pinjaman 20 tahun dan jatuh tempo pada tanggal 25 November
2002. Pinjaman ini telah dilunasi pada tanggal 6 Juni 2005 dan sesuai hasil
rekonsiliasi antara Direktorat Pengelolaan Penerusan Pinjaman dan PDAM Kota
Samarinda, terdapat kelebihan bayar sebesar Rp19.442.604,16
Kewajiban PDAM Kota Samarinda yang telah jatuh tempo sampai dengan 31 Juli
2005 sebesar Rp55.682.240.182,71 dan telah dibayarkan sebesar Rp9.039.539.524,13
atau 16 % dari kewajiban jatuh tempo, sehingga masih terdapat kewajiban yang masih
harus dibayar sebesar Rp46.642.700.658,58. Apabila kewajiban tersebut pembayarannya
melebihi batas waktu yang ditetapkan, maka akan dikenakan bunga, jasa bank, bunga
komitmen, denda bunga, denda hutang pokok dan denda komitmen yang dapat
menambah basar nilai kewajiban yang harus dibayar.
Rincian kewajiban jatuh tempo, realisasi pembayaran dan kewajiban yang masih
harus dibayar dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

39
No. Perjanjian Kewajiban Jatuh Kewajiban yang Masih
No Realisasi Pembayaran
Pinjaman Tempo Harus Dibayar
1. PRJ-01/MD-4/1987 Rp7.025.404.534,13 Rp788.637.398,33 Rp6.236.767.135,80
2 RDA-06/DD/1988 Rp11.031.606.918,40 Rp117.117.011,48 Rp10..913.930.906,92
3. RDA-109/DP3/1993 Rp9.885.322.093,60 Rp5.524.146.166,62 Rp4.331.175.976,98
4. Ex IBRD 1049-INO Rp3.785.895.661,74 Rp2.343.685.865.40 Rp1.442.209.796,34
5. IBRD LA-3854-IND Rp23.984.010.974,84 Rp265.394.132,30 Rp23.718.616.842,54
Jumlah Rp55.682.240.182,71 Rp9.039.539.524,13 Rp46.642.700.658,58

*Rincian pokok pinjaman, bunga, denda dan biaya-biaya yang timbul dari masing-masing
perjanjian pinjaman dapat dilihat pada Lampiran 4.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


1. Perjanjian Pinjaman Antara Pemerintah Pusat dengan Perusahaan Daerah Air Minum
Kotamadya Dati II Samarinda Nomor PRJ-01/MD.4/1987 tanggal 11 Juni 1987 :
a. Pasal 7 yang menyatakan bahwa PDAM wajib melakukan pembayaran kembali
pokok pinjaman kepada Pemerintah ;
b. Pasal 8 ayat (2) huruf b yang menyatakan bahwa terhitung sejak terjadinya
tunggakan atau kelambatan pembayaran kembali pokok pinjaman dikenakan
denda 18% per tahun atas jumlah yang tertunggak ;
c. Pasal 8 ayat (2) huruf c, yang menyatakan bahwa terhitung sejak terjadinya
tunggakan atau kelambatan pembayaran bunga, maka bunga yang tertunggak
tersebut dikenakan denda 18% per tahun atas jumlah yang tertunggak.
2. Perjanjian Pinjaman Antara Pemerintah Pusat dengan Perusahaan Daerah Air Minum
Kotamadya Dati II Samarinda Nomor RDA-06/DD/1988 tanggal 14 Oktober 1988 :
a. Pasal 7 ayat (1) yang menyatakan bahwa pembayaran kembali pokok pinjaman
dilakukan dalam 28 kali angsuran setiap setengah tahun ;
b. Pasal 8 ayat (2) huruf b yang menyatakan bahwa terhitung sejak terjadinya
tunggakan atau kelambatan pembayaran kembali pokok pinjaman dikenakan
denda 9% per tahun atas jumlah yang tertunggak ;
c. Pasal 8 ayat (2) huruf c, yang menyatakan bahwa terhitung sejak terjadinya
tunggakan atau kelambatan biaya administrasi, maka dikenakan denda 18% per
tahun atas jumlah yang tertunggak.

40
3. Perjanjian Pinjaman Antara Pemerintah Pusat dengan Perusahaan Daerah Air Minum
Kotamadya Dati II Samarinda Nomor RDA-109/DP3/1993 tanggal 17 Maret 1993 :
a. Pasal 7 ayat (1) yang menyatakan bahwa pembayaran kembali pokok pinjaman
dilakukan dalam 28 kali angsuran setiap setengah tahun ;
b. Pasal 8 ayat (2) huruf b yang menyatakan bahwa terhitung sejak terjadinya
tunggakan atau kelambatan pembayaran kembali pokok pinjaman dikenakan
denda 6,5% per tahun atas jumlah yang tertunggak ;
c. Pasal 8 ayat (2) huruf c, yang menyatakan bahwa terhitung sejak terjadinya
tunggakan atau kelambatan biaya administrasi dan biaya komitmen, maka
terhitung sejak terjadinya tunggakan atau kelambatan biaya administrasi dan
biaya komitmen tersebut dikenakan denda 18% per tahun atas jumlah yang
tertunggak.
4. Agreement Between The Government Of Indonesia and Perusahaan Daerah Air
Minum Kotamadya Samarinda For The Financing of A Water Supply Investment
Project, tanggal 24 Februari 1975 :
a. Pasal 3 ayat (3.05) yang menyatakan bahwa pembayaran kembali pokok pinjaman
dilakukan sebanyak 48 (empat puluh delapan) kali angsuran setiap setengah
tahun.
b. Pasal 3 ayat (3.06) yang menyatakan bahwa bunga yang dikenakan atas pokok
pinjaman sebesar 9% per tahun.
5. Perjanjian Penerusan Pinjaman Antara Pemerintah Pusat dengan Perusahaan Daerah
Air Minum Kotamadya Dati II Samarinda Nomor 3854-IND tanggal 6 April 1995 :
a. Pasal 2 ayat (2.05) Jumlah hutang pokok pinjaman ini wajib dibayar kembali oleh
PDAM Kodya Samarinda dalam 30 kali angsuran per setengah tahunan ;
b. Pasal 2 ayat (2.10) Setiap terjadi kelambatan atau tunggakan pembayaran hutang
pokok pinjaman, bunga dan biaya komitmen maka PDAM Kodya Samarinda
dikenakan denda sebesar 2% per tahun.

Kondisi tersebut mengakibatkan adanya keterlambatan dan belum dibayarkannya


pengembalian pinjaman dalam negeri maupun pinjaman luar negeri sebesar
Rp.46.642.700.658,58 dan akan semakin memperbesar akumulasi denda, bunga,
administrasi dan komitmen pada masa yang akan datang.

41
Hal tersebut disebabkan PDAM Kota Samarinda mengalami kesulitan likuiditas
akibat adanya kenaikan biaya produksi air bersih dan belum direalisasikan kenaikan tarif
air bersih sejak tahun 2002.

Direksi PDAM Kota Samarinda meminta kepada Stekholder agar penyesuaian


tarif dapat diberlakukan sehingga PDAM dapat membayar cicilan kewajibannya yang
jatuh tempo.

Saran BPK-RI
Direksi PDAM Kota Samarinda agar melakukan upaya penyelesaian pinjaman
baik melalui Pemeritah Provinsi Kalimantan Timur, Pemerintah Kota Samarinda maupun
Pemerintah Pusat.

9. Kerjasama Build, Operate And Transfer (BOT) IPA Bendang Kurang


Menguntungkan Bagi PDAM Kota Samarinda

Untuk meningkatkan kapasitas produksi air dan pelayanan kepada pelanggan di


Kota Samarinda, PDAM Kota Samarinda bekerjasama dengan Wahana Abdi Tirtatehnika
Sejati (PT WATS) membangun Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) di lokasi Bendang
dengan kapasitas 400 liter per detik. PT WATS sebagai pelaksana pembangunan
berkewajiban membangun IPA Bendang sesuai D.E.D (Detail Engineer Design) yang
telah disepakati oleh kedua belah pihak dan kemudian mengelola IPA dan Intake di
lokasi Loa Kulu. Air hasil pengolahan di IPA Bendang tersebut wajib dibeli oleh PDAM
Kota Samarinda dengan tarif yang telah disepakati.
Pembangunan IPA Bendang sebagaimana yang tertuang dalam SPKS (Surat
Perjanjian Kerja Sama) nomor Pihak Pertama : 602.693/04-01/SPKS-WATS/I/2003 dan
nomor Pihak Kedua : WATS.252/SPK-SMR/I/2003 ini dilakukan dengan sistem Build,
Operate and Transfer (BOT) atau Bangun Kelola Alih, dengan hak kelola selama 22 (dua
puluh dua) tahun.

42
Dalam pelaksanaan operasionalnya, terdapat beberapa permasalahan sebagaimana
diuraikan sebagai berikut :

a. Terdapat kerugian operasional akibat tingginya biaya produksi.


1. Tarif air PDAM Kota Samarinda ke pelanggan sampai dengan bulan Juli 2005
rata-rata masih sebesar Rp1.400,00/m3.
2. PT WATS sesuai dengan surat nomor : 383/Wats/Dir/Smrd/VII/05 tanggal 22 Juli
2005 mengajukan harga jual air ke PDAM Kota Samarinda tahun ke dua sebesar
Rp1.875,00/m3. Dasar pengenaan harga jual adalah biaya produksi rutin (O/M)
ditambah keuntungan sebesar 12 %. Adapun biaya produksi rutin tersebut terdiri
dari : gaji pegawai (bulanan & mingguan), biaya bahan kimia, biaya administrasi
kantor, biaya administrasi umum, biaya sewa genset, biaya pemeliharaan IPA &
Intake, biaya solar, dan bunga Bank atas kerugian.
3. Dari komponen biaya di atas, biaya sewa genset dan biaya solar merupakan
komponen biaya terbesar. Biaya aktual sewa genset dan solar yang dikeluarkan
perbulan sebesar Rp630.300.000,00 dengan menggunakan asumsi harga solar
sebesar Rp2.200,00/liter. Pada saat pemeriksaan berlangsung harga solar telah
mencapai Rp5.350,00/liter. Disamping biaya-biaya tersebut, PT WATS
membebankan biaya bunga Bank atas kerugian sebesar Rp89.169.231,00/bulan.
4. Sampai dengan pemeriksaan berlangsung, belum tercapai kesepakatan antara
pihak PDAM Kota Samarinda maupun PT WATS mengenai harga jual air
tersebut.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa selisih antara harga jual air ke
pelanggan dengan harga beli air dari PT WATS merupakan kerugian operasional
yang harus ditanggung oleh PDAM Kota Samarinda.

b. Proyeksi Keuangan IPA Bendang yang kurang cermat.


Proyeksi keuangan sebagaimana terdapat dalam lampiran SPKS
Pembangunan IPA Bendang ini merupakan perkiraan perhitungan pendapatan, biaya-
biaya serta keuntungan yang akan diperoleh selama masa BOT. Proyeksi ini juga
yang menjadi dasar baik bagi PDAM Samarinda maupun PT WATS dalam

43
menjalankan kegiatan operasionalnya. Namun dalam kegiatan operasionalnya
terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan proyeksi, yaitu :
1. Tarif air PDAM Kota Samarinda ke pelanggan sesuai proyeksi keuangan pada
tahun pertama adalah Rp.1.500,00/m3 dan setiap dua tahun sekali disesuaikan
yang pada akhir masa BOT akan menjadi Rp.11.889,00/m3 atau meningkat rata-
rata 23% per dua tahun. Tarif rata-rata saat ini adalah sebesar Rp.1.400,00/m3 dan
kenaikan tarif air terakhir dilaksanakan pada tahun 2002.
2. Harga jual air kepada PDAM Kota Samarinda sesuai proyeksi keuangan pada
tahun pertama adalah sebesar Rp860,00/m3, dan tahun kedua sebesar
Rp1.088,00/m3 atau meningkat 26,51% per tahun. Sedangkan harga jual dari
PT WATS untuk tahun pertama sebesar Rp860,00/m3 dan tahun kedua sebesar
Rp1.875,00/m3, atau meningkat sebesar 118,02%. Selama pemeriksaan
berlangsung, PT WATS telah mengajukan penyesuaian harga jual air untuk bulan
Juli 2005 sebesar Rp2.379,00/m3, atau meningkat sebesar 176,62% dan bulan
Agustus 2005 sebesar Rp2.531,74/m3, atau meningkat sebesar 194,38%.
3. Biaya produksi (OM) sesuai proyeksi keuangan meningkat sebesar 15% per
tahun. Di lain pihak, biaya produksi aktual untuk tahun kedua meningkat sebesar
145%.
4. Peningkatan biaya produksi aktual terutama dari peningkatan biaya tenaga listrik
dan BBM sebesar Rp430.300.000,00/bulan baik dari biaya produksi aktual tahun
pertama maupun proyeksi biaya produksi tahun kedua. Asumsi yang digunakan
untuk membuat proyeksi biaya ini adalah penggunaan tenaga listrik dari PLN,
ternyata dalam pelaksanaannya instalasi PLN belum dapat masuk ke daerah IPA
Bendang. Di samping itu, dalam biaya produksi aktual terdapat bunga Bank atas
kerugian yang dibebankan oleh PT WATS sebesar Rp89.169.231,00/bulan
dimana dalam proyeksi biaya tidak memasukkan biaya ini.

c. PT WATS mengalami kesulitan likuiditas keuangan.


Sejak awal operasional IPA Bendang, PT WATS mengalami kesulitan likuiditas
keuangan sehingga mempengaruhi penyelesaian pembangunan dan pengelolaan
operasionalnya. Untuk menyelesaikan pembangunan IPA Bendang, maka dibentuklah

44
struktur organisasi penyelesaian IPA Bendang, yang dinamakan Manajemen Baru dan
diketuai oleh Ir. H.S. Fathurrachman, Direktur Utama PDAM Kota Samarinda.
Manajemen Baru ini menyelesaikan beberapa item dalam D.E.D (Detail Engineer
Design) yang belum dikerjakan. Pada saat pemeriksaan berlangsung masih dilakukan
penghitungan biaya investasi yang telah dikeluarkan baik oleh PT WATS selaku
pihak yang bertanggung jawab atas pembangunan IPA Bendang dengan Manajemen
Baru selaku pihak yang meneruskan pembangunan IPA tersebut.
Sedangkan untuk mengatasi kesulitan dalam pengelolaan operasional, PDAM Kota
Samarinda bersedia membayar biaya operasional IPA tersebut terlebih dahulu, yang
kemudian akan diperhitungkan dengan nilai pembelian air. Sampai dengan 31 Juli
2005, biaya operasional yang telah dibayar terlebih dahulu oleh PDAM Samarinda
dan belum diperhitungkan dengan pembelian air sebesar Rp2.657.436.574,00. Atas
pembayaran tersebut, pihak PDAM Kota Samarinda tidak membebankan bunga.

d. PT WATS belum mengasuransikan seluruh fasilitas IPA Bendang.


Sebagai pihak yang bertanggung jawab atas pembangunan dan pengelolaan IPA
Bendang, PT WATS sampai dengan pemeriksaan berakhir belum mengasuransikan
seluruh fasilitas baik di Intake Loa Kulu dan IPA Bendang, karyawan, kendaraan
serta perlengkapannya.

Keadaan tersebut di atas tidak sesuai dengan SPKS (Surat Perjanjian Kerja Sama)
nomor Pihak Pertama : 602.693/04-01/SPKS-WATS/I/2003 dan nomor Pihak Kedua :
WATS.252/SPK-SMR/I/2003 :
• Pasal 4, yang menyatakan bahwa perjanjian kerjasama ini dilaksanakan dengan
berdasarkan azas manfaat dan saling menguntungkan dalam melayani kebutuhan air
minum bagi masyarakat Kota Samarinda.
• Pasal 7.2.5 yang menyatakan bahwa pihak pertama (PDAM Kota Samarinda)
berkewajiban membayar air yang disalurkan pihak kedua (PT WATS) berdasarkan
pembacaan pada water meter induk dengan harga yang telah disepakati kedua belah
pihak, sesuai perhitungan komponen biaya operasional dan perawatan serta biaya-
biaya lain yang wajar yang disetujui kedua belah pihak ditambah keuntungan sebesar

45
12 % (dua belas prosen) per tahun dari biaya O/M selama kerja sama sebagai
keuntungan bersih pihak kedua yang harus diterima.
• Pasal 7.4.7 yang menyatakan bahwa PT WATS bertanggung jawab atas seluruh biaya
pembangunan IPA serta bangunan penunjang kapasitas 400 (empat ratus) liter per
detik, serta pemasangan / penyambungan listrik PLN atau genset.
• Pasal 7.4.9 yang menyatakan bahwa PT WATS bertanggung jawab atas seluruh biaya
pengelolaan operasional dan pemeliharaan di lingkungan Intake Loa Kulu dan IPA di
lokasi Bendang Kota Samarinda, selama pengelolaan sebelum diserahkan kepada
pihak pertama.
• Pasal 9.1 yang menyatakan bahwa tarif air minum untuk tahun pertama sebesar
Rp.860/m3, sedangkan untuk tahun kedua dan selanjutnya akan diperhitungkan sesuai
komponen biaya produksi aktual pada saat itu sebagaimana perhitungan untuk
mendapatkan harga permeterkubik berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
• Pasal 12 yang menyatakan bahwa PT WATS, atas biaya sendiri, harus
mengasuransikan seluruh fasilitas Intake Loa Kulu dan IPA Bendang dan kerusakan
semua peralatan mesin dan listrik dalam jumlah yang cukup untuk mengganti baru
seluruh peralatan tersebut yang meliputi Asuransi Umum, Asuransi Kendaraan
Bermotor dan Asuransi Tenaga Kerja dan kemudian menyerahkan polis asuransinya
ke PDAM Kota Samarinda.
• Pasal 14 yang menyatakan bahwa perjanjian kerja sama ini berakhir apabila kedua
belah pihak sepakat untuk mengakhiri kerjasama sebelum jangka waktu berakhir, jika
terjadi wanprestasi oleh salah satu pihak yang dapat mengakibatkan pemutusan
perjanjian kerja sama, dan jangka waktu kerja sama telah berakhir.

Hal tersebut mengakibatkan :


1. Menambah kerugian bagi PDAM baik sekarang maupun masa mendatang.
2. Proyeksi keuangan sebagaimana terdapat dalam SPKS Pembangunan IPA Bendang
tidak dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan IPA Bendang.
3. Terdapat dana/uang dari PDAM Kota Samarinda yang digunakan untuk menalangi
biaya operasional IPA Bendang.

46
4. Tidak ada pihak yang mengganti kerugian apabila terjadi kerusakan atau musibah
seluruh fasilitas, perlengkapan, kendaraan, karyawan di Intake Loa Kulu dan IPA
Bendang.

Kondisi tersebut disebabkan :


1. PDAM Kota Samarinda belum menaikkan tarif dan PT WATS membebankan biaya
operasional yang tinggi, terutama biaya sewa genset, biaya solar dan bunga Bank
atas kerugian.
2. Pembuatan proyeksi keuangan IPA Bendang sebagaimana terdapat dalam SPKS
dibuat kurang cermat.
3. PT WATS sebagai pihak yang bertanggung jawab mengelola IPA Bendang
mengalami kesulitan likuiditas sehingga PDAM Kota Samarinda harus menalangi
biaya operasional.
4. PT WATS tidak mengasuransikan fasilitas, perlengkapan, kendaraan, karyawan di
Intake Loa Kulu dan IPA Bendang.

Direksi PDAM Kota Samarinda menyatakan bahwa karena keterbatasan sumber


pembiayaan untuk penambahan kapasitas produksi maka salah satu alternatif untuk
mempercepat hal tersebut dipilihlah sistim kerjasama BOT dengan melibatkan semua
unsur terkait, dimana dalam tahap pelaksanaan pembangunan dan operasionalnya
mengalami kendala, namun dilain sisi PDAM bisa memberikan pelayanan kepada
masyarakat yang sangat membutuhkan (melayani penambahan pelanggan baru).

Saran BPK-RI
Direksi PDAM Kota Samarinda agar :
1. Berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Samarinda dan PT WATS (investor) untuk
meninjau kembali kerja sama BOT dan mencari solusi pemecahan masalah
berdasarkan azas manfaat dan saling menguntungkan.
2. Menginstruksikan kepada PT WATS untuk mengasuransikan fasilitas, perlengkapan,
kendaraan, karyawan yang ada di Intake Loa Kulu dan IPA Bendang.

47
10. Surat Keputusan Walikota Samarinda Tentang Kenaikan Tarif Air PDAM Kota
Samarinda Belum Diberlakukan

PDAM Kota Samarinda didirikan dengan tujuan untuk turut serta melaksanakan
pembangunan ekonomi nasional dan pembangunan daerah khususnya dalam rangka
memenuhi kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat. Sebagai perangkat dari
Pemerintah Kota Samarinda diharapkan kelangsungan usahanya. PDAM dalam
melaksanakan tugas sehari-harinya dituntut agar dapat menghasilkan pendapatan bagi
daerah untuk menunjang kelangsungan pembangunan dan perkembangan daerah dalam
rangka pelaksanaan otonomi yang dinamis dan bertanggungjawab serta dapat memenuhi
kebutuhan air bersih bagi masyarakat Kota Samarinda.
Perkembangan usaha PDAM Kota Samarinda dalam lima tahun terakhir (mulai
tahun 2000 s.d. tahun 2004) cenderung terus meningkat. Namun demikian biaya usaha
juga terus meningkat, ditambah dengan biaya umum, penyusutan dan biaya bunga
pinjaman yang jatuh tempo. Sehingga selama lima tahun terakhir perusahaan masih
mengalami kerugian. Berdasarkan Laporan Keuangan (Audited) tahun 2004, PDAM
Kota Samarinda memperoleh pendapatan dari kegiatan usahanya sebesar
Rp40.330.685.158,00 dan pendapatan lainnya sebesar Rp459.170.869,00 disamping itu
perusahaan harus mengeluarkan beban usaha sebesar Rp27.959.166.217,38 ditambah
dengan beban administrasi dan umum sebesar Rp19.107.657.560,10, sehingga PDAM
mengalami kerugian sebesar Rp6.276.987.750,08. Kerugian PDAM dalam tahun 2004
meningkat 1,46% dari kerugian ditahun 2003 sebesar Rp4.309.005.229,95. Dan
akumulasi kerugian sampai dengan tahun 2004 sebesar Rp41.125.971.866,56 atau 1,38%
dari modal sebesar Rp29.835.155.849,39. Kerugian tersebut mengakibatkan modal
sendiri menjadi defisit sebesar Rp11.290.816.017,19.
Melalui penilaian kinerja aspek keuangan tahun buku 2004 dengan analisa rasio:
1. Laba biaya operasi tehadap pendapatan operasi adalah perbandingan biaya operasi
sebesar Rp41.900.975.725,41 terhadap pendapatan operasi sebesar
Rp40.330.665.158,00 diperoleh nilai 1,039 sedangkan nilai kinerja yang
dipersyaratkan adalah 1. Hal ini menunjukan masih belum optimalnya program
efisiensi biaya yang dilaksanakan perusahaan.

48
2. Laba operasi sebelum biaya penyusutan terhadap angsuran pokok dan bunga jatuh
tempo adalah perbandingan laba operasi sebelum penyusutan sebesar
Rp1.266.148.388,04 terhadap angsuran pokok dan bunga jatuh tempo sebesar
Rp44.490.601.518,97 diperoleh nilai 0,028 sedangkan nilai kinerja yang
dipersyaratkan adalah 1. Hal ini menunjukan bahwa laba operasi sebelum biaya
penyusutan belum dapat mencukupi untuk membayar angsuran pokok, bunga jatuh
tempo dan denda pokok dan bunga pinjaman.
PDAM Kota Samarinda telah melakukan upaya untuk tetap mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan, meningkatkan pendapatan dan pelayanan serta
mengurangi beban biaya antara lain dengan cara :
1. Membuat kerjasama investasi dengan PT WATS dalam membangun Instalasi
Pengolahan Air (IPA) Bendang dengan mendapat dukungan dana dari Pemerintah
Kota Samarinda, pembangunan dimaksudkan untuk menambah kapasitas produksi air
bersih dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
2. Meminta bantuan kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur untuk dapat
membantu menyelesaikan pembayaran pinjaman jangka panjangnya sesuai dengan
resume rapat No.598/PDAM.3/BPP/VI/2001 tanggal 25 Juni 2001 yang dihadiri
wakil Pemprov. Kaltim dan Panitia Anggaran DPRD Tk.I permintaan tersebut
disetujui, namun hingga tahun 2005 belum direalisasikan.
3. Mengupayakan kenaikan tarif secara bertahap, namun dalam tahun 2004 belum dapat
direalisasikan. Kenaikan tarif terakhir dilaksanakan tahun 2002.
Diantara upaya yang dilakukan PDAM Kota Samarinda tersebut, yaitu upaya
untuk menaikan tarif diharapkan dapat dilaksanakan tahun 2004 ternyata belum dapat
direalisasikan meskipun DPRD Kota Samarinda melalui Surat No.690/1017/DPRD-
Smd/2003 tanggal 31 Desember 2003 telah menyetujui adanya kenaikan tarif tersebut
yang dituangkan dalam Surat Keputusan Walikota Samarinda tentang Besarnya Tarif Air
Minum dan Biaya Abonemen PDAM Kota Samarinda No.05 tahun 2004 tanggal
20 Januari 2004.
Sebagaimana rencana kerja dan anggaran perusahaan PDAM Kota Samarinda
tahun 2004 dan 2005, dengan adanya kenaikan tarif pada tahun 2004 diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan usaha untuk mengimbangi peningkatan biaya produksi yang

49
disebabkan adanya kenaikan harga bahan baku, tingkat inflasi, rencana pengembangan
pelayanan distribusi, biaya kenaikan harga listrik dan kenaikan harga bahan bakar serta
mengurangi pokok hutang dan bunga pinjaman yang jatuh tempo.

Kriteria
Peraturan menteri dalam negeri nomor 2 tahun 1998 tentang Pedoman Penetapan

Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum Bab II Dasar Penetapan Tarif,

Pasal 3 :

1. Pendapatan PDAM dari air terdiri dari:

a. Hasil penjualan air;


b. Beban tetap;
2. Pendapatan PDAM sebagaimana dimaksud ayat (1) harus mencukupi untuk

pemulihan biaya;

3. Pemulihan biaya sebagaimana dimaksud ayat (2) serendah-rendahnya sama dengan

Biaya Akunting dan setinggi-tingginya sama dengan Biaya Finansial.

Dengan tidak direalisaikanya kenaikan tarif tersebut mengakibatkan :


1. Pendapatan tidak mencapai target yang dianggarkan.
2. Pendapatan usaha yang diperoleh belum mampu menutup beban usaha yang terus
meningkat sehingga kerugian perusahaan terus bertambah.
3. Perusahaan mengalami kesulitan likuiditas, sehingga tidak mampu membayar pokok
hutang dan bunga sesuai dengan jumlah tagihan.

Keadaan ini disebabkan oleh PDAM Kota Samarinda kurang berhasil dalam
mensosialisasikan tujuan dari dikenaikannya tarif air minum kepada masyarakat Kota
Samarinda.

50
Direksi PDAM Kota Samarinda menyatakan bahwa dengan mengacu kepada
komitmen bersama antara PEMKOT, DPRD serta PDAM tentang penyesuaian Tarif bisa
diberlakukan dengan catatan apabila pelayanan IPA Bendang kepada pelanggan sudah
maksimal, namun sampai saat ini dengan pertimbangan tehnis ternyata belum beroperasi
secara optimal terutama untuk segi pelayanan secara Kwantitas dan Kontinuitas.

Saran BPK-RI

Direksi PDAM Kota Samarinda agar berkoordinasi dengan Pemerintah Kota


Samarinda dan DPRD Kota Samarinda untuk mengupayakan kenaikan tarif secara
bertahap.

51
Jumlah Nilai Yg Kode Total Penyimpangan Indikasi Kekurangan Uang Tidak Dapat Ketertiban Kehematan Ket
Anggaran Realisasi Diperiksa Rincian Penyimpangan Kelompok Jml Nilai % Kerugian Penerimaan Dipertanggung- dan dan Efektivitas
Negara Negara jawabkan Ketaatan Efisiensi
TB 2005 (s.d. JULI) A. Penyimpangan yang dapat mengganggu 01
AKTIVA kewajaran penyajian laporan keuangan.
19,998,369,780.00 56,899,199,816.33 56,094,376,850.65
98.59% 1. Piutang Air Dalam Neraca Tahun Buku 2004 dan 2005 1 26,173,936.00 0.05% 26,173,936.00
PASIVA (per 31 Juli 2005) Disajikan Lebih Tinggi Dari
19,998,369,780.00 56,899,199,816.33 53,852,267,773.33 Seharusnya Sebesar Rp43.420.807,22
94.65%
PENDAPATAN 2. 1 147,459,370.72 0.10% 147,459,370.72
Persediaan Bahan Kimia Di Unit-Unit Instalasi
36,816,888,458.00 30,236,026,471.65 22,969,721,905.65 Pengolahan Air Tidak Dilaporkan Dalam Laporan
75.97% Keuangan Tahun 2004 Sebesar Rp131.950.676,59 Dan
BIAYA Per 31 Juli 2005 Sebesar Rp147.359.370,72
61,999,361,082.00 25,600,551,848.49 21,628,623,469.68
84.48% B. Penyimpangan terhadap kriteria/peraturan yang 02
telah ditetapkan.

C. Penyimpangan yang Mengganggu Asas 03


Kehematan

D. Penyimpangan yang Mengganggu Asas 04


Efisiensi

E. Penyimpangan yang Dapat Mengakibatkan 05


Tidak Tercapainya Program yang Direncanakan
1. Kurangnya Tingkat Keakurasian Pembacaan Meter 1 836,695,925.00 0.54% 836,695,925.00
Pelanggan

2. Kerjasama Build, Operate And Transfer (BOT) IPA 1 2,657,436,574.00 1.72% 2,657,436,574.00
Bendang Kurang Menguntungkan Bagi PDAM Kota
Samarinda
Jumlah 154,544,989,999.31 3 3,667,765,805.72 2.37% 173,633,306.72 - 3,494,132,499.00

Anda mungkin juga menyukai