Anda di halaman 1dari 12

Sumber: http://onlinebuku.

com/2009/01/15/limbah-tahu-cair-menjadi-biogas/comment-
page-1/#comment-1393

Tahu adalah salah satu makanan


tradisional yang biasa dikonsumsi setiap hari oleh orang Indonesia. Proses produksi tahu
menhasilkan 2 jenis limbah, limbah padat dan limbah cairan. Pada umumnya, limbah
padat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sedangkan limbah cair dibuang langsung ke
lingkungan. Limbah cair pabrik tahu ini memiliki kandungan senyawa organik yang
tinggi. Tanpa proses penanganan dengan baik, limbah tahu menyebabkan dampak negatif
seperti polusi air, sumber penyakit, bau tidak sedap, meningkatkan pertumbuhan nyamuk,
dan menurunkan estetika lingkungan sekitar.

Banyak pabrik tahu skala rumah tangga di Indonesia tidak memiliki proses pengolahan
limbah cair. Ketidakinginan pemilik pabrik tahu untuk mengolah limbah cairnya
disebabkan karena kompleks dan tidak efisiennya proses pengolahan limbah, ditambah
lagi menghasilkan nilai tambah. Padahal, limbah cair pabrik tahu memiliki kandungan
senyawa organik tinggi yang memiliki potensi untuk menghasilkan biogas melalui proses
an-aerobik. Pada umumnya, biogas mengandung 50-80% metana, CO2, H2S dan sedikit
air, yang bisa dijadikan sebagai pengganti minyak tanah atau LPG. Dengan
mengkonversi limbah cair pabrik tahu menjadi biogas, pemilik pabrik tahu tidak hanya
berkontribusi dalam menjaga lingkungan tetapi juga meningkatkan pendapatannya
dengan mengurangi konsumsi bahan bakar pada proses pembuatan tahu.

Bahan baku yaitu dali limbah tahu cair menjadi Biogas

Berdasarkan kondisi tersebut, maka permasalahan yang timbul adalah :


1. Bagaimana pengaruh perbandingan bahan baku untuk menghasilkan biogas
dari
limbah cair tahu?
2. Berapa lama waktu tinggal fermentasi untuk menghasilkan biogas
secara optimal
dari limbah cair industri tahu?
3. Bagaimana pengaruh penambahan bahan koagulan biji asam jawa dalam
menghasilkan biogas dari limbah cair tahu?

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh perbandingan bahan baku dalam pembentukan biogas
dari
limbah cair tahu.
2. Mengetahui lama waktu tinggal fermentasi untuk menghasilkan biogas
secara
optimal dari limbah cair industri tahu.
3. Mengetahui pengaruh penambahan koagulan biji asam jawa untuk
menghasilkan
biogas dari limbah cair tahu.

Universitas Sumatera Utara


6
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan
tentang pengolahan limbah cair industri tahu menjadi biogas. Penelitian
ini juga
diharapkan memberikan masukan kepada para pelaku industri tahu
khususnya di
wilayah Medan sebagai bahan pertimbangan dalam pengolahan limbah cair
yang
dihasilkannya sehingga pencemaran limbah cair organik yang dihasilkan
dapat
dikurangi.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di laboratorium Proses Teknik
Kimia,
Fakutas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini
menggunakan
limbah cair industri tahu yang terdapat disekitar jalan Bunga Asoka
Medan.
1. Kondisi operasi percobaan dilakukan pada temperatur dan tekanan
ruangan
dengan variasi percobaan sebagai berikut :
a. Perbandingan Limbah Cair Tahu dan Air (v/v) : 1:0 ; 1:0,25 ; 1:0,5
b. Waktu Fermentasi (Hari) : 7, 15, 21
c. Perbandingan koagulan Biji asam jawa
dan Air (v/v) : 1:0 ; 1:0,25 ; 1:0,5

2. Parameter uji yang diamati adalah :


Volume biogas, COD, pH, TSS, dan TDS.

Berbagai macam industri rumah tangga atau home industry banyak yang mulai
dikembangkan di berbagai daerah, contohnya adalah industri produksi tahu di Kecamatan
Srandakan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Walaupun kenyataannya industri tersebut
menghasilkan pendapatan yang minim tapi tetap saja usaha tersebut tetap berjalan, hal itu
karena kurangnya modal untuk mengembangkan usaha sehingga ketika permintaan tahu
meningkat tetap tidak bisa terpenuhi. Namun sekarang setelah dengan didirikannya
koperasi sangat membantu dalam proses pendanaan produksi sehingga usaha rumah
tangga tersebut dapat berkembang seiring terpenuhinya permintaan tahu dari berbagai
daerah. Selanjutnya saat segi modal telah terpenuhi maka diperlukan mekanisasi produksi
untuk memperlancar kerja.
Mekanisasi produksi perlu dilaksanakan disuatu industri kecil sekalipun, hal ini
penting karena mekanisasi produksi tentunya akan memberikan keuntungan disegi
efisiensi kerja yaitu efisien waktu, biaya dan tenaga kerja yang nantinya juga dapat
meningkatkan jumlah produksi dibandingkan dengan kerja produksi manual. Mekanisasi
produksi termasuk pada pengolahan limbah produksi yang dihasilkan karena jumlah
limbah cair dari ampas tahu ini terbilang besar per harinya agar dari sisa hasil produksi
tetap bisa dimanfaatkan kembali untuk hal yang berguna dengan meneliti kandungan
yang terdapat dalam limbah tahu. Karena ampas dari pengolahan tahu tersebut
mencemari lingkungan dan menghasilkan bau yang menyengat. Dengan melihat
kandungan limbah tahu yaitu metana maka ampas tahu bisa dimanfaatkan agar bisa
menjadi biogas, biogas tersebut bermanfaat sebagai pengganti bahan bakar pengganti gas
LPG, minyak tanah, ataupun kayu bakar untuk memasak memasak pada rumah tangga
karena setelah didiamkan selama beberapa hari akan menghasilkan gas metana.

Limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu adalah cairan kental
yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut air dadih. Cairan ini mengandung kadar
protein yang tinggi dan dapat segera terurai. Limbah cair ini sering dibuang secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan
mencemari sungai. Sumber limbah cair lainnya berasal dari pencucian kedelai, pencucian
peralatan proses, pencucian lantai dan pemasakan serta larutan bekas rendaman kedelai.
Jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuat tahu kira-kira 15-20 l/kg bahan
baku kedelai. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan berasal dari lokasi pemasakan
kedelai, pencucian kedelai, alat produksi dan lantai. Pengolahan limbah menjadi sangat
penting ketika industri tersebut dikelola hampir disetiap rumah seperti industri produksi
tahu di Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.

Proses pengolahan limbah dapat menggunakan proses berikut:


Reuse:

Limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan tahu dapat digunakan sebagai alternatif
pakan ternak. Hal tersebut dilakukan karena dalam ampas tahu terdapat kandungan gizi.
Yaitu, protein (23,55 persen), lemak (5,54 persen), karbohidrat (26,92 persen), abu
(17,03 persen), serat kasar (16,53 persen), dan air (10,43 persen). Salah satu alasannya,
selain untuk mengurangi pencemaran lingkungan.

Recycle:
Larutan bekas pemasakan dan perendaman dapat didaur ulang kembali dan digunakan
sebagai air pencucian awal kedelai. Perlakuan hati-hati juga dilakukan pada gumpalan
tahu yang terbentuk dilakukan seefisien mungkin untuk mencegah protein yang terbawa
dalam air dadih.

Biasanya biogas dibuat dari limbah peternakan yaitu kotoran hewan ternak
maupun sisa makanan ternak, namun pada prinsipnya biogas dapat juga dibuat dari
limbah cair. Biogas sebenarnya adalah gas metana (CH4). Gas metana bersifat tidak
berbau, tidak berwarna dan sangat mudah terbakar. Pada umumnya di alam tidak
berbentuk sebagai gas murni namun campuran gas lain yaitu metana sebesar 65%,
karbondioksida 30%, hidrogen disulfida sebanyak 1% dan gas-gas lain dalam jumlah
yang sangat kecil. Biogas sebanyak 1000 ft3 atau 28,32 m3 biasanya dapat digunakan
untuk memasak pada rumah tangga dengan 4-5 anggota keluarga cukup 150 ft3 atau
4,248 m3 per hari. sedangkan untuk proses perubahan limbah cair menjadi biogas
memerlukan waktu sekitar 8-10 hari.

Biogas sebenarnya adalah gas metana (CH4). Gas metana bersifat tidak berbau, tidak
berwarna dan sangat mudah terbakar. Pada umumnya di alam tidak berbentuk sebagai gas
murni namun campuran gas lain yaitu metana sebesar 65%, karbondioksida 30%,
hidrogen disulfida sebanyak 1% dan gas-gas lain dalam jumlah yang sangat kecil. Biogas
sebanyak 1000 ft3 (28,32 m3) mempunyai nilai pembakaran yang sama dengan 6,4 galon
(1 US gallon = 3,785 liter) butana atau 5,2 gallon gasolin (bensin) atau 4,6 gallon minyak
diesel. Untuk memasak pada rumah tangga dengan 4-5 anggota keluarga cukup 150 ft3
per hari.

Proses dekomposisi limbah cair menjadi biogas memerlukan waktu sekitar 8-10 hari.
Proses dekomposisi melibatkan beberapa mikroorganisme baik bakteri maupun jamur,
antara lain :

a. Bakteri selulolitik

Bakteri selulolitik bertugas mencerna selulosa menjadi gula. Produk akhir yang
dihasilkan akan mengalami perbedaan tergantung dari proses yang digunakan. Pada
proses aerob dekomposisi limbah cair akan menghasilkan karbondioksida, air dan panas,
sedangkan pada proses anaerobik produk akhirnya berupa karbondioksida, etanol dan
panas.

b. Bakteri pembentuk asam

Bakteri pembentuk asam bertugas membentuk asam-asam organik seperti asam-asam


butirat, propionat, laktat, asetat dan alkohol dari subtansi-subtansi polimer kompleks
seperti protein, lemak dan karbohidrat. Proses ini memerlukan suasana yang anaerob.
Tahap perombakan ini adalah tahap pertama dalam pembentukan biogas atau sering
disebut tahap asidogenik.

c. Bakteri pembentuk metana

Golongan bakteri ini aktif merombak asetat menjadi gas metana dan karbondioksida.
Tahap ini disebut metanogenik yang membutuhkan suasana yang anaerob, pH tidak boleh
terlalu asam karena dapat mematikan bakteri metanogenik.

4. Biaya:

• Biaya Langsung
karbohidrat, dan 10% lemak. Semakin lama jumlah dan jenis bahan organik ini
semakinbanyak, dalam hal ini akan menyulitkan pengelolaan limbah, karena beberapa zat
sulitdiuraikan oleh mikroorganisme di dalam air limbah tahu tersebut. Untuk
menentukanbesarnya kandungan bahan organik digunakan beberapa teknik pengujian
seperti BOD,COD dan TOM. Uji BOD merupakan parameter yang sering digunakan
untuk mengetahui tingkat pencemaran bahan organik, baik dari industri ataupun dari
rumahtangga. Gas-gas yang biasa ditemukan dalam limbah adalah gas nitrogen (N
2
), oksigen(O
2
), hidrogen sulfida (H
2
S), amonia (NH
3
), karbondioksida (CO
2
) dan metana (CH
4
).Dari gas- gas yang ditemukan dalam limbah tahu, diketahui bahwa ada dari gastersebut
yang bisa dimanfaatkan, yaitu metana (CH
4
) dapat digunakan sebagai bahanbakar. Sehingga bahan limbah buangan tahu ini dapat
dimanfaatkan, dengan melakukanpenampungan limbah dan diendapkan sehingga gas
metana yang diharapkan dapatkeluar. Namun pada pabrik yang kami kunjungi limbah
belum dimanfaatkan sebagaibiogas, limbah hanya diolah agar tidak mencemari
lingkungan yaitu dengan cara dialirkan ke bak penampungan dan dilakukan penyaringan
berkali-kali.
B.

PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK SEBAGAI BIOGAS


Reaktor biogas merupakan salah satu solusi teknologi energi untuk mengatasikesulitan
masyarakat akibat kenaikan harga BBM, teknologi ini bisa segera diaplikasikan,terutama
untuk kalangan peternak sapi. Dalam rangka pemenuhan keperluan energirumah tangga.
Salah satu upaya terobosan yang dilakukan adalah melaksanakan programBio Energi
Perdesaan (BEP), yaitu suatu upaya pemenuhan energi secara swadaya (
self production
) oleh masyarakat khususnya di perdesaan.Tetapi pemanfaatan kotoran ternak selama ini
belum optimal, pada hal kotoranternak dapat dijadikan sebagai bahan baku untuk
menghasilkan energi terbarukan(
renewable
) dalam bentuk biogas. Permasalahan yang terjadi di pedesaan adalah belummampu
memanfaatkan limbah kotoran ternak sebagai penghasil energy alternatif pengganti kayu
dan BBM, dimana kegiatan sehari-hari mereka sangat tergantung padaBBM dan kayu
baik untuk memasak maupun penerangan. Hal ini sangat berdampak terhadap pendapatan
dari masyarakat desa (peternak) itu sendiri.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pemanfaatan kotoran ternak sebagaibiogas di
daaerah Berbah, Sleman, Yogyakarta masih dilakukan dengan sangat sederhanayaitu
dengan penampungan kotoran sapi yang tidak lebih dari sepuluh ekor sapi.Penampungan
ini dilakukan didalam suatu lubang yang dibuat sedemikian rupa sehinggadibuat pada
bagian atasnya dibuat suatu keran yang digunakan untuk mengalirkan gas(biogas) ke
rumah warga.
Proses pengolahan kotoran sapi sebagai biogas
Kotoran hewan dari kandang dialirkan ke dalam suatu bak kemudian diendapkan
agar kotoran dapat diurai oleh bakteri yang kemudian akan membentuk gas-gas
yangdiharapkan yaitu CH
4
yang dimanfaatkan sebagai biogas atau pengganti bahan bakar.Gas-gas ini dialirkan
melalui pipa-pipa ke rumah-rumah. Diagram alir pengolahan kotoran sapi sebagai
biogas Gambar proses pengolahan kotoran hewan sebagai biogas
BAB IIIPENUTUP
Dalam proses pembuatan tahu terdapat proses pemisahan berupa ekstaksi proteinsari
kedelai dari kacang kedelai selain itu terdapat berbagai macam proses
untuk menghasilkan kualitas yang baik seperti pemilihan kedelai, pemasakan dengan
uap,penyaringan, proses penggumpalan dengan asam serta pencetakan dengan
pengepresan.Sedangkan pada proses pembuatan biogas, proses pemisahan yang
berlangsungadalah pengendapan. Yaitu pengendapan kotoran hewan yang kemudian
diurai olehbakteri dan menghasilkan gas metana yang diguna

o Log Out

/ 2
SOAL FLUIDA DINAMIS
Buku Supiyanto hal 212 No 24.
 Soal

Sebuah pipa memiliki penampang A sebesar 9x10-4 m2 dan penampang B sebesar 1x10-4 m2 .Pipa tersebut
terletak mendatar dan berisi air penuh dengan kecepatan air di Pipa A sama dengan 0,20 m/s.

a) Berapa kecepatan air di B?


b) Berapakah debit air di A dan B?
 Gambar
 Penyelesaian
D1

∆A= 9.10-4 m2

∆B = 1.10-4 m2

V∆ = 0,2 m/s

D2
a) VB……?

b) QA…….?

c) QB………?

D3 Persamaan Kontinuitas
a)QA
= QB
∆A . VA
= ∆B . VB
9.10-4 . 0.2
= 1.104 .VB
VB
= 1,8 m/s
b)QA
= ∆A . VA
= 9.10-4 . 0.2
= 1,8 .10-4 m3/s
c)QB
= 1.104 . 1,8
= 1,8 . 10-4 m3/s
 Dikerjakan oleh Conny Danesia F. (06) kelas XI IA 3.

Warga Brojolan Barat, Kelurahan Temanggung I, Kabupaten Temanggung, Jawa


Tengah mengolah air limbah pabrik tahu menjadi biogas dan dimanfaatkan sebagai bahan
bakar pengganti minyak tanah atau gas elpiji untuk menyalakan kompor.

<a href='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?
n=a3126491&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img
src='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/avw.php?
zoneid=951&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&amp;n=a3126491'
border='0' alt='' /></a>

Bendahara Kelompok Swadaya Masyarakat Tirta Guna, Brojolan Barat selaku pengolah
limbah, Bambang Kusnanto di Temanggung, Senin (5/7/2010) mengatakan penggunaan
bahan bakar dari biogas limbah pabrik tahu itu dilakukan sejak Desember 2008.

Ia mengatakan, di wilayah Brojolan Barat terdapat delapan pabrik tahu dan selama ini air
limbah pabrik tahu cenderung membuat pencemaran lingkungan. "Berawal dari kondisi
tersebut maka muncul pemikiran untuk mengolah limbah tersebut menjadi bahan bakar,"
katanya.
Bambang menyebutkan, saat ini ada 29 kepala keluarga Brojolan Barat yang bisa
memanfaatkan bahan bakar biogas itu untuk memasak. "Baru 29 kepala keluarga yang
bisa memanfaatkannya, karena kapasitas pengolahan limbah masih terbatas," katanya.

Secara ekonomis, katanya, penggunakan bahan bakar biogas ini lebih irit dibanding
menggunakan gas elpiji dan lebih aman. Menurut dia, dengan menggunakan bahan bakar
secara tidak terbatas untuk keperluan rumah tangga, setiap kepala keluarga ditarik iuran
Rp30 ribu per bulan untuk operasional dan pemeliharaan instalasi.

Proses pengolahan limbah, yakni air "manyon" atau air limbah pabrik tahu dialirkan
masuk inlet kemudian masuk degister dan terjadi proses fermentasi yang menimbulkan
gas metan atau biogas. "Biogas tersebut disalurkan ke rumah tangga dengan
menggunakan pipa paralon dan siap digunakan sebagai bahan bakar," katanya.

Ia mengatakan, agar air limbah itu bisa ramah lingkungan maka dari degister masuk ke
bak pelimpah dan dialirkan ke instalasi pengolah air limbah, setelah itu baru dibuang ke
sungai.

Seorang warga yang menggunakan biogas tersebut, Ny. Asmirah (63) mengatakan
dengan menggunakan biogas harga lebih murah. "Dengan harga Rp30 ribu perbulan,
kami bisa menggunakan bahan bakar sepanjang hari dengan tidak terbatas sehingga
pengeluaran uang bisa lebih irit," katanya

mpas tahu merupakan hasil limbah dari pabrik tahu, jumlah ampas tahu yang
dihasilkan berselang dari 25 sampai 67% dengan rata-rata adalah 39,02%.
Ampas tahu berasal dari kedele dan anti nutrisinya sama dengan kedele.
Ampas tahu tidak mempunyai sifat pencahar, tapi penanganan ampas tahu
harus segar. Ampas tahu tersedia dalam bentuk basah dan kandungan ampas
tahu tinggi yaitu sekitar 88,96%. Dilapangan ampas tahu digunakan berkisar
12 sampai 95% dari campuran kosentrat. Kandungan TDN dari ampas tahu
berkisar antara 21-24% tergantung dari cara pengolahan dan kualitas bahan
baku. Sebaiknya ampas tahu tidak diberikan kepada ternak lebih dari 41%.

Biasanya ampas tahu hanya untuk makanan ternak saja atau paling-paling digunakan
untuk membuat “tempe gembus”. Sebenarnya kandungan ampas tahu ini masih cukup
tinggi, karena mengandung protein 2,47%, karbohidrat 3,03%, air mineral dan sedikit
lemak. Ampas tahu yang masih cukup bergizi ini bisa kita konsumsikan ke masyarakat
kalangan rendah, menengah maupun kalangan atas, yaitu kita buat “susu kedelai”. Rasa
susu ampas tahu ini sama dengan susu kedelai dan bermanfaat bagi kesehatan kita.

Cara membuat kedelai dengan ampas tahu ini adalah sebagai berikut:
- pilihlah ampas tahu segar, bersih dari kotoran, bau normal tidak basi.
- Ampas tahu diencerkan dulu dengan air mendidih. Untuk 8 liter ampas tahu diberi 4
liter air mendidih. Aduk-aduk terus hingga 15 menit lamanya.
- Sekarang ampas tahu diperas sambil disaring dengan kain bersih. Boleh juga dipres
dengan alat kempa. Tampung air perasannya di tempat wadah yang bersih.
- Setelah itu tambahkan gula pasir secukupnya (menurut selera) sedikit garam dapur dan
esen vanili secukupnya. Aduk-aduk sampai semua gula larut dalam air susu.
- Nah, susu kedelai ini siap diminum atau dikemas dalam botol untuk dipasarkan.

Sumber: http://id.shvoong.com/lifestyle/food-and-drink/2127933-manfaat-ampas-
tahu/#ixzz1Lp1sBbvu

Anda mungkin juga menyukai