DISUSUN OLEH:
DEWI ANGGRAINI 04081003006
MSY. HASTINI APRIANTI 04081003014
RAISA LAYASARI 04081003021
DINA FEBRINA 04081003042
ULFA TASKIRO 04081003044
NADIA 04081003049
DOSEN PENGASUH
DIAN WAHYUNI S,Kep.Ners.M,Kes
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1
DAFTAR ISI 2
KATA PENGANTAR 3
BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang 4
1. 2 Tujuan 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Teori Perkembangan Keluarga
2.1.1 Definisi Keluarga 6
2.1.2 Tahap Tumbuh Kembang Anak Usia Pra-sekolah 7
2.1.3 Tugas Perkembangan Anak Usia Pra-sekolah 11
2.1.4 Masalah Tumbuh Kembang Anak Usia Pra-sekolah 14
2.1.5 Alternatif Tindakan Tumbuh Kembang Anak Usia Pra-sekolah 23
2. 2 Teori Proses Keperawatan Keluarga
2. 2. 1 Pengkajian pada Keluarga dengan Anak Usia Pra-sekolah 26
2. 2. 2 Diagnosa Keperawatan Keluarga dengan Anak Usia Pra-sekolah 27
2. 2. 3 Rencana Tindakan Keluarga dengan Anak Usia Pra-sekolah 28
2. 2. 4 Implementasi Keperawatan Keluarga degan Anak Usia Prasekolah 29
2. 2. 5 Evaluasi Keperawatan Keluarga dengan Anak Usia Pra-sekolah 30
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian Keperawatan 32
3.2 Diagnosa Keperawatan 36
3.3 Rencana Tindakan 38
3.4 Evaluasi Keperawatan 39
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 41
4.2 Saran 42
DAFTAR PUSTAKA 43
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan , karena berkat rahmat dan
karunia-Nyalah, kami dapat meyelesaikan TUGAS KEPERAWATAN KELUARGA ini.
Pertama-tama kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya
kepada Ibu Dian Wahyuni selaku dosen serta pembimbing mata kuliah Keperawatan
Keluarga. Tak lupa terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman dan semua
orang yang berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi para
pembaca. Tentu saja makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan guna untuk menjadikan lebih baik ke
depannya nanti.
Penyusun
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 LATAR BELAKANG
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional serta individu mempunyai peran masing-masing yang
merupakan bagian dari keluarga (Friedman: 1998). Keluarga sebagai pranata sosial
terkecil dalam masyarakat dan negara selalu mencuri perhatian baik kalangan pimpinan
atau tokoh informasi maupun pemerintah. Banyak kejadian merisaukan sekarang ini,
seperti kenakalan remaja, kasus gizi kurang, selalu dikaitkan dengan makin kurang
berfungsinya pranata keluarga, antara lain dalam memfasilitsi tumbuh kembang anak dan
menanamkan nilai-nilai luhur seperti saling menghormati, cinta kasih, toleransi, dan
empati.
Anak merupakan bagian dari keluarga, sering dikatakan sebagai potret atau
gambaran dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah demikian karena anak
merupakan individu tersendiri yang tumbuh dan berkembang secara unik dan tidak dapat
diulang setelah usia bertambah.
4
Suatu peran penting keluarga terkait dengan perawatan anak adalah peran
pengasuhan (parenting role), yang sama dalam menjalankan peran ini keluarga sangat
dipengaruhi oleh faktor usia orang tua, keterlibatan ayah atau suami dala pengasuhan
anak, latar belakang pendidikan orang tua, pengalaman sebelumnya dalam mengasuh
anak, stress yang dialami orang tua, dan hubungan suami istri. Berkaitan dengan
perawatan anak di rumah sakit, keluarga punya tugas adaptif, yaitu menerima kondisi
anak, mengelola kondisi anak, memenuhi kebutuhan perkembangan anak, memenuhi
kebutuhan perkembangan keluarga, menghadapi stressor dengan positif, membantu
keluarga untuk mengelola perasaan yang ada, mendidik anggota keluarga yang lain
tentang kondisi anak yang sedang sakit, dan mengembangkan sistem dukungan social
keluarga dengan anak prasekolah.
1. 2 TUJUAN
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Friedman (1998)
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional serta individual mempunyai peran masing-masing yang
merupakan bagian dari keluarga.
2. Sayekti (1994)
Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara
orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau
seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri
atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
4. Sumardjan (1993)
Keluarga adalah sekelompok manusia yang para warganya terikat dengan jalur
keturunan.
6
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau
suami, istri dan anaknya, suami dan anaknya, atau istri dengan anaknya.
Keluarga adalah unit sosial terkecil dari individu-individu yang diikat oleh
perkawinan (suami-istri), darah atau adopsi (orang tua-anak), dan dalam kasus keluarga
luas terlihat adanya nenek atau kakek dengan cucu.
1. Pertumbuhan (Growth)
Menurut Whaley dan Wong, pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah atau
ukuran sel tubuh yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan ukuran dan berat seluruh
bagian tubuh (Supartini, Yupi : 2004).
2. Perkembangan (Development)
7
Mencakup aspek-aspek lain dari deferensiasi bentuk termasuk perubahan emosi
atau sosial yang sangat ditentukan oleh interaksi dengan lingkungan
1. Pertumbuhan
Beberapa aspek pertumbuhan fisik terus menjadi stabil dalam tahun prasekolah.
Waktu rata-rata denyut jantung dan pernapasan menurun hanya sedikit mendekati
90x/menit dan pernapasan 22-24x/menit. TD meningkat sedikit ke nilai rata-rata
95/58mmH. Berat badan anak meningkat kira-kira 2,5 kg per tahun, berat rata-rata pada
usia 5 tahun adalah kira-kira 21 kg, hampir 6 kali berat badan lahir. Prasekolah
bertumbuh 2-3 inci per tahun, panjang mereka menjadi dua kali lipat panjang lahir pada
usia 4 tahun,dan berada pada tinggi rata-rata 43 inci pada ulang tahun kelima mereka.
Perpanjangan tungkai kaki menghasilkan penampilan yang lebih kurus. Kepala sudah
mencapai 90% dari ukuran orang dewasa pada ulang tahun ke enam.
Perbedaan kecil terjadi antara jenis kelamin, walaupun anak laki-laki sedikit lebih
besar dengan lebih banyak otot dan kurang jaringan lemak. Kekurangan nutrisi umunya
terjadi pada anak-anak berusia dibawah 6 tahun adalah kekurangan vitamin A dan C serta
zat besi. Konsumsi karbohidrat dan lemak dalam jumlah yang sangat besar dari makanan
yang berlemak bisa menimbulkan kegemukan dan menjadikan anak prasekolah dalam
kondisi sangat lapar. Orang tua dan penberi pelayanan perlu membuat asaha secara sadar
untuk membantu anak prasekolah mengembangkan kebiasaan makan yang sehat dan
mencegah defisiensi dan kelebihan.
2. Perkembangan
8
4. Penggunaan tangan primer terbentuk.
Fase berkembangan psikoseksual untuk anak usia sekolah masuk pada fase falik.
Selama fase ini, genitalia menjadi area yang menarik dan area tubuh yang sensitif. Anak
mulai mengetahui perbedaan jenis kelamin dengan mengetahui adanya perbedaan jenis
kelamin.
Oedipus compleks
Mempertahankan keinginan
Fase perkembangan psikososial pada anak usia prasekolah adalah inisiatif vs rasa
bersalah. Perkembangan ini diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan melalui
kemampuan bereksplorasi terhadap lingkungannya. Anak belajar mengendalikan diri dan
memanipulasi lingkungan. Inisiatif berkembang dengan teman sekelilingnya.
Kemampuan anak berbahasa meningkat. Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas.
Hasil akhir yang diperoleh adalah menghasilkan suatu prestasinya.
Perasaan bersalah akan timbul pada anak jika anak tidak mampu berpretasi. Rasa
bersalah dapat menyebabkan anak kurang bersosialisasi, lebih marah, mengalami regresi,
yaitu kembali ke perkembangan sebelumnya, misalnya mengompol dan menghisap
jempol.
9
5. Perkembangan kognitif ( Jean Piaget )
1. Prokonseptual ( 2- 4 tahun )
Anak mampu bermasyarakat namun masih belum mampu berpikir timbal balik.
Anak biasanya banyak meniru perilaku orangdewasa tetapi sudah bisa memberi alasan
pada tindakan yang dilakukan.
Baik dan buruk sebagai konsekuensi dari tindakan. Jika anka berbuat salah, orang
tua memberikan hukuman dan jika anak berbuat benar maka orang tua memberikan
hukuman
10
Anak berfokus pad motif yang menyenangkan sebagai suatu kebaikan
1. Personal / sosial
1. Upaya untuk menciptakan diri sendiri seperti orang tuanya, tetapi mandiri
2. Menggali lingkungan atas hasil prakarsanya
3. Membanggakan, mempunyai perasaan yang tidak dapat dirusak
4. Keluarga merupakan kelompok utama
5. Kelompok meningkatkan kepentingannya
6. Menerima peran sesuai jenis kelaminnya
7. agresif
8. Motorik
1. Meningkatnya kemampuan bergerak dan koordinasi jadi lebih
mudah
2. Mengendarai sepeda dengan dua atau tiga
3. Melempar bola, tetapi silit uintuk menangkapnya
9. Bahasa dan kognitif
1. Egosentrik
2. Ketrampilan bahsa makin baik
3. Mengajukan banyak pertanyaan; bagaimana, apa, dan mengapa?
4. Pemecahan masalah sedarhana; menggunakan fantasi untuk
memahami, mengatasi masalah.
10. Ketakutan
1. Pengrusakan diri
2. Gelap
3. Ketidaktahuan
4. Objek bayangan, tak dikenal.
11
Tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah
Pola pertumbuhan dan perkembangan secara normal antara anak yang satu dengan
yang lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi oleh interaksi banyak
faktor. Menurut Soetjiningsih (2002), faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang,
yaitu:
1.1 Genetika
Tinggi badan orang Eropa akan berbeda dengan orang Indonesia atau bangsa
lainnya, dengan demikian postur tubuh tiap bangsa berlainan.
b. Keluarga
Ada keluarga yang cenderung mempunyai tubuh gemuk atau perawakan pendek
c. Umur
12
Masa prenatal, masa bayi, dan masa remaja merupakan tahap yang mengalami
pertumbuhan cepat dibandingkan dengan masa lainnya.2
d. Jenis kelamin
e. Kelainan kromosom
2. Pengaruh hormon
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat janin berumur
empat bulan. Pada saat itu terjadi pertumbuhan yang cepat. Hormon yang berpengaruh
terutama adalah hormon pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar
pituitari. Selain itukelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna untuk
metabolisme serta maturasi tulang, gigi, dan otak.
3. Faktor lingkungan
4. Faktor pranatal
1) Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin, terutama
selama trimester akhir kehamilan
13
5) Infeksi TORCH atau penyakit menular sesksual
5. Faktor kelahiran
6. Faktor pascanatal
Masalah kesehatan
Masalah kesehatan yang sering muncul pada anak prasekolah seperti; diare, cacar
air, difteri, dan campak.
14
Malnutrisi energi
Masa inkubasi: BAB > 3
protein
x 24 jam
Obat:
MK: anak menangis,
gelisah, suhu tubuh Anti sekresi
meninggi, BAB cair Anti spasmolitik
kadang disertai darah dan Pengeras tinja
lender
Antibiotik
2. Varicela (cacar air) Kekhususan: biasanya tidakó Lakukan isolasi ketat di
ada agen anti viral (ecyclovir)RS
Agen pembawa:
untuk resiko tinggi anak
Variacell Zooster ó Isolasi anak di rumah
terinfeksi, Varicella Zooster
sampai vasikel mengering
imonoglobin (VZIG) setelah
Sumber: sekresi primer
(biasanya 1 minggu
pembukaan pada anak yang
saluran pernafasan dan
setelah terinfeksi) dan
beresiko tinggi.
organ terinfeksi, pada
isolasi anak yang beresiko
tingkatan lesi kulit yang
Obat: Diphenhidramin,tinggi infeksi
lebih rendah
hydoklorida, atau anti
ó Beri perawatan kulit:
histamin untuk menghilangkan
Transmisi: terkontaminasi
mandi dan berganti
gatal
oleh objek penularan.
pakaian setisp hari,
Perawatan kulit untukoleskan lation .
Masa inkubasi: 2-3
pencegahan infeksi bakteri
minggu/ 13-17 hari
ó Mengurangi gatal-gatal
kedua.
Masa penularan:
ó Hindari mengupas kulit
Komplikasi:
biasanya 1 hari setelah
kerak yang menggosok
erupsi lesi (masa awal)
Infeksi pada tahapdan membuat iritasi.
sampai 5 hari setelah
kedua (bisu, selulitis,
banyak muncul vesikel
pnemoni, sepsis)
ketika kerak kulit
Encephalitis
terbentuk.
15
Varicela pnemoni
MK:
Peredaran varicela
Distribusi: sentrifetal,
menyebar ke wajah dan
tubuh, tapi jarang pada
tungkai dan lengan.
16
untuk mengetes
anatomi Pseudomembran jika ada
sensitifitas terhadap
serum)
Nasal : ó Beri antibiotik, amati
Antibiotik (penisillin
sensitifitas terhadap
Menyerupai flu, nasal atau erythromycin).
penisilin
mengeluarkan serosan Bedrest total
guineous mukous purulent (pencegahan ó Gunakan suction jika
tanpa gejala-gejala pokok: miokarditis) perlu
tampak seperti epitaksis. Tracheostomy untuk
ó Beri perawatan komplit
penahambatan jalan
Tonsilar pharingeal : untuk memperoleh
udara.
bedrest
Perawatan carrier dan
Malaise, anorexia,
kontak terhadap orang
tenggorokan sakit, sedikit ó Atur kelembaban untuk
yang terinfeksi.
demam, pulse meningkat pencairan optimum
dari yang diharapkan sekresi.
Komplikasi :
selama 24 jam, membran
ó Amati respirasi untuk
melembut, putih atau abu-Miokarditis (minggu ke 2)
tanda-tanda
abu; timbulnyaNeuritis
penghambatan
limfadenitis jika
penyakitnya parah timbul
toximea, septik syok, dan
meninggal dalam 6-10
hari.
Lharyngeal :
17
dyspniec.
4. Rubeola (campak) Tidak ada perawatan lain yangó Yakinkan orangtua
perlu kecuali antipiretik untukbahwa vesikel-vesikel
Agen pembawa :
demam dan analgesik untukadalah suatu proses
nyeri. panyakit yang alami pada
Virus
anak-anak yang
Komplikasi :
Sumber : terinfeksi.
Masa inkubasi :
10-20 hari
Periode penularan :
Manifestasi klinis :
Fase prodromal:
18
pada orang remaja dan
dewasa yang ditandai
dengan demam ringan,
sakit kepala, malaise,
anorexia, konjungtivitis
ringan, coryza, sakit
kerongkongan, batuk, dan
limfadenofaty. Paling
sedikit 1-5 hari,
menghilang 1 hari setelah
terjadinya ruam.
Ruam :
19
2.4.2 Hubungan keluarga
Pada usia prasekolah biasanya anak merasa cemburu dengan kehadiran anggota
keluarga baru (adik). Anak merasa tidak diperhatikan lagi oleh orang tua sehingga anak
sering membuat olah untuk mendapatkan perhatian orang tua.
Bahaya fisik
1. Kecelakaan
2. Keracunan
Pada dasarnya usia prasekolah suka mencoba segala sesuatu yang dia lihat tanpa
mengetahui apakah itu berbahaya atau tidak.
Bahaya Psikologis
Perasaan bersalah akan timbul pada anak jika anak tidak mampu berprestasi. Rasa
bersalah dapat menyebabkan anak kurang bersosialisasi, lebih pemarah, mengalami
regresi, yaitu kembali ke perkembangan sebelumnya, misalnya mengompol dan
menghisap jempol.
Gangguan tidur
Mimpi buruk adalah mimpi menakutkan yang terjadi selama tidur REM (rapid
eye movement). Seorang anak yang mengalami mimpi buruk biasanya akan benar-benar
terbangun dan dapat mengingat kembalimimpinya secara terperinci. Mimpi buruk yang
20
terjadi sewaktu-waktu adalah hal yang normal, dan satu-satunya tindakan yang perlu
dilakukan orang tua adalah menenangkan anak. Tetapi mimpi buruk yang sering terjadi
adalah abnormal dan bisa menunjukkan masalah psikis.
Tidur sambil berjalan adalah suatu keadaan dimana dalam keadaan tertidur anak
bengkit dsari tempat tidurnya dan berjalan-jalan. Teror dimalam hari dan tidur sambil
berjalan biasanya berlangsung selama tidur dalam (Non REM) dan terjadi dalam 3 jam
pertama setelah anak tertidur. Tiap episode berlangsung dari beberapa detik sampai
beberapa menit. Teror dimalam hari sifatnya dramatis karena nak menjerit-jerit dan
panik, keadaan ini paling sering ditemukan pada anak yang berumur 3-8 th.
Untuk anak yang susah tidur bisa dilakukan beberapa tindakan berikut:
Pelatihan buang air besar biasanya mulai dilakukan pada saat anak berumur 2-3
tahun, sedangkan pelatihan buang air kecil dilakukan pada umur 3-4 tahun. Pada umur 5
tahun, kebanyakan anak sudah dapat melakukan buang air sendiri; melepas pakaian
dalamnya sendiri, membersihkan dan mengeringkan penis, vulva maupun anusnya sendiri
serta kembali memakai pakaian dalamnya sendiri. Tetapi sekitar 30% anak berusia 4 th
dan 10% anak berusia 6 th masih mengompol pada malam hari.
21
Cara terbaik untuk menghindari masalah pelatihan buang air (toilet training)
adalah dengan mengenali kesiapan anak.
Metode toilet training yang banyak digunakan adalah metode timing. Anak yang
tampaknya sudah siap diperkenalkan kepada potty chair dan secara bertahap diminta
untuk duduk diatasnya sebentar saja dalam keadaan berpakaian lengkap. Kemudian anak
diminta untuk melepaskan pakaian dalamnya sendiri, lalu duduk di atas potty chair
selama tidak lebih dari 5-10 mnt. Hal itu dilakukan sambil ibu memberikan penjelasan
bahwa swkarang sudah saatnya anak untuk melakukan BAB/BAK ditempatnya
(maksudnya pada potty chair/kloset) buka di pakaian dalam atau popok. Jika Anak sudah
bisa melakukannya, ibu boleh memberikan pujian ataupu hadiah. Tetapi jika anak belum
bisa melakukannya, ibu sebaiknya tidak memarahi ataupun menghukum anak. Metode
timing efektif untuk anak-anak yang memiliki jadwal BAB/BAK yang teratur.
Metode toilet training lainnya menggunakan boneka sebagai alat bantu. Kepada
anak yang sudah siap diajarkan cara-cara toilet training dengan menggunakan boneka
sebagai model. Ibu memberikan pujian kepada boneka karena pakaian dalamnya kering
dan telah berhasil melewati setiap proses toilet training. Kemudian ibu meminta anak
untuk menirukan proses toliet training dengan bonekanya secara berulang-ulang, anak
juga diajari untuk memuji bunekanya. Selanjutnya anak menirukan apa yang telah
dilakukan oleh bonekanya dan ibu memberikan pujian kepada anak. Jika anak tetap
bertahan duduk di toilet sebaiknya diangkat dan toilet training dicoba kembali setelah
22
anak makan. Tetepi jika hal ini berlangsung selama beberapa hari sebaiknya tolet traing
ditunda selama beberapa minggu.
Sangat penting untuk memberika pujian kepada anak yang telah berhasil
melakukan toilet training. Setelah pola BAB/BAK stabil secara perlahan pujian mulai
dikurangi. Memaksa anak untuk BAB/BAK di toilet dengan kekerasan tidak efektif dan
bisa menyebabkan ketegangan pada hubungan ibu-anak.
2. 1.5. Alternatif tindakan Dalam Pemecahan Masalah TumBang Anak Pra Sekolah
1. Usia 3 tahun
2. Usia 4 tahun
23
1. Persiapkan pada tingkah laku anak yang lebih agresif, termasuk aktifitas
motorik dan penggunaan bahasa-bahasa yang mengejutkan.
2. Eksplorasi perasaan oreng tua berkenaan dengan tingkah laku anak.
3. Masukkan anak ke TK
4. Persiapkan untuk peningkatan keingintahuan anak tentang seks
5. Tekankan tentang pentingnya menanamkan disiplin pada anak
6. Anjurkan orang tua untuk melatih anak berenang jika belum dilakukan
diusia sebelumnya
3. Usia 5 tahun
1. Definisi bermain
1. Perkembangan sensori-motorik
2. Perkembangan intelektual
24
3. Perkembangan sosial
4. Perkembangan kreativitas
5. Perkembangan kreasi diri
6. Perkembangan moral
7. Bermain sebagai terapi
8. Tujuan bermain
Melalui fungsi yang terurai diatas pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan
sebagai berikut:
1) Untuk melanjutkan tumbang yang normal pada saat sakit anak mengalami
gangguan dalam tumbang.
4) Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat di RS.
Stress yang dialami anak di RS tidak dapat dihindarkan sebagai mana juga yang
dialami orang tuanya untuk itu yang penting adalah bagaimana menyiapkan
anak dan orang tua untuk dapat beradaptasi denga stresor yang dialaminya di
RS secara efektif.
1. Alat dan jenis permainan yang cocok untuk anak usia prasekolah (>3-6 th)
25
kreatif dan imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dan berhubungan sosial
dengan temannya semakin meningkat.
Oleh karena itu jenis permainan yang sesuai adalah asosiatif play, dramatik play
dan skill play. Anak melakukan permainan bersama-sama dengan temannya denga
komunikasi yang sesuai dengan kemampuan bahasanya. Anak juga sudah mampu
memainkan peran orang tertentu yang diidentifikasikannya seperti ayah, ibu dan bapak
atau ibu gurunya. Permainan yang menggunakan kemampuan motorik (skill play) banyak
dipilih anak prasekolah. Untuk itu jenis alat pewrmainan yang diberikan pada anak,
misal: sepeda, mobil-mobilan, alat olah raga, berenang dan permainan balok-balok besar,
dll.
3. faktor lingkungan
5. psikososial keluarga
26
tahapan perkembangan keluarga. Sedangkan riwayat keluarga adalah mengkaji kesehatan
keluarga inti dan riwayat kesehatan keluarga.
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak terua dari keluarga
inti
b. Tahap perkembangan yang belum terpenuhi, menjelaskan bagaimana tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.
c. Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi
riwayat penyakit ketururnan, riwayat kesehatan masing-masing anggota, dan
semuber pelayanan yang digunakan keluarga seperti perceraian, kematian dan
keluarga yang hilang.
d. Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal kedua orang tua (seperti apa
kehidupan keluarga asalnya), hubungan masa silam dan saat dengan orang tua
dari kedua orang tua.
27
a. Problem atau masalah (P)
b. Etiologi atau penyebab (E)
c. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi kesehatan.
Misalnya bila instansi kesehatan pada daerah tersebut tidak memungkinkan
pemberian pelayanan cuma-cuma, maka perawat harus mempertimbangkan hal
tersebut dalam menyusun perencanaan.
d. Renacana keperawatan dibuaty bersama keluarga. Hal ini sesuai dnegan prinsip
bahwa perawat bekerja bersama keluarga. Bukan untuk keluarga.
e. Rencana asuhan keperawatan sebaiknya secara tertulis. Hal ini selain berguna
untuk perawat juga akan berguna bagi anggota tim kesehatan lainnya, khususnya
perencanaan yang telah disusun untuk keluarga tersebut. Selain itu, dengan
28
membuat askep secara tertulis akan membantu mengevaluasi perkembangan
masalah keluarga.
29
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan
cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilistas yang
ada di rumah dan mengawasi keluarga melakukan perawatan
Tahap evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian dilakukan
untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/ belum berhasil, maka perlu disusun rencana
baru yang sesuai. Semua tindakan keperwatan mungkin tidak dapat dilakukan dalam satu
kali kunjungan ke keluarga. Oleh karena itu, kunjungan dapat dilaksanakan secara
bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga. Langkah-langkah dalam
mengevaluasi pelayanan keperawatan yang diberikan, baik kepada individu maupun
keluarga adalah sebagai berikut.
1. Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan bagaimana keluarga
mengatasi masalah tersebut.
3. Tentukan kriteria dan standar untuk evaluasi. Kriteria dapat berhubungan dengan
sumber-sumber proses atau hasil, bergantung kepada dimensi evalusi yang diinginkan.
4. Tentukan metode atau teknik evalusi yang sesuai serta sumber-sumber data yang
diperlukan.
30
5. Bandingkan keaadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan kriteria dan standar
untuk evaluasi.
6. Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang tidak optimal atau pelaksanaan
yang kurang memuaskan.
7. Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai, perlu ditentukan alasan
kemungkinan tidak reaalistis, tindakan tidak tepat, atau kemungkinan ada faktor
lingkungan yang tidak dapat diatasi.
31
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
Identitas
1. Nama pasien
Dimaksudkan agar dapat mengenali klien sehingga mengurangi kekeliruan dengan pasien
lain.
1. Umur
Mengetahui umur pasien sehingga dapat mengklarifikasi adanya faktor resiko pada
epilepsi karena faktor umur dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam penatalaksanaan
untuk epilepsi.
Mengetahui kepercayaan dan adat istiadat pasien dan keluarga sehingga dapat
mempermudah dalam melaksanakan tindakan sesuai dengan agama dan kepercayaan dari
pasien dan keluarganya.
1. Pendidikan
32
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman dari anggota keluarga terutama
orang tua dalam memberi informasi perencanaan pulang bagi anak sekolah dengan
masalah kesehatan epilepsi.
1. Komposisi keluarga
Dimaksudkan untuk mengetahui silsilah dari beberapa generasi, apakah terdapat anggota
keluarga yang terkena penyakit yang serupa/penyakit turunan.
1. Tipe keluarga
Pengkajian tipe keluarga dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar perhatian dan
peraswatan yang diberikan pada anggota atau anak yang mengalami sakit.
1. Pekerjaan
Mengetahui tingkat ekonomi keluarga pasien. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui
kesanggupan keluarga untuk memodifikasi proses penyembuhan penyakit pada anak dan
pemanfaatan sarana kesehatan bagi anak yang sakit.
1. Alamat
Untuk megetahui pasien tinggal dimana dan untuk menghindari kekeliruan bila ada dua
orang pasien dengan nama yang sama serta untuk keperluan kunjungan rumah bila
diperlukan.
Untuk mengetahui seberapa jauh keluarga memenfaatkan aktifitas rekreasi keluarga yang
digunakan untuk menghilangkan kepenatan dalam kehidupan sehari-harinya.
33
3. Riwayat keluarga inti.
4. Riwayat keluarga sebelumnya.
Lingkungan
1. Karakteristik rumah.
2. Karakteristik lingkungan.
3. Mobilitas keluarga.
4. Hubungan keluarga dengan lingkungan.
5. Sistem sosisl yang mendukung.
Struktur keluarga
1. Pola komunikasi.
2. Pengambilan keputusan.
3. Peran anggota keluarga.
4. Nilai-nilai yang berlaku di keluarga.
5. Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah
1. Identitas anak.
2. Riwayat kehamilan sampai kelahiran.
3. Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini.
4. Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari).
5. Tumbang saat ini (termasuk kemampuan yang dicapai).
6. Pemeriksaan fisik.
34
7. Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak.
8. Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini.
9. Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah.
10. Sudahkah anak memperoleh imunisasi ulangan selain di sekolah.
11. Pernahkah mendapat kecelakaan selama di sekolah atau di rumah saat bermain.
12. Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini.
13. Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah, apa jenisnya.
14. Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luang.
15. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarganya.
KASUS
Seorang ibu membawa anaknya (An. T) yang berusia 5 tahun ke puskesmas dengan
keluhan anak BAB encer dan buang air besar lebih dari 8 kali dalam 10 jam terakhir dan
di sertai gatal gatal anak lemas dan tidak mau makan dari hasil pemeriksaan di dapat
TTV anak tidak normal /kurang dari normal dan pada kulit anak di temukan bercak
putih,jamur pada kulit punggung .dari penuturan ibu,bahwa anaknya hipeeraktif dalam
beraktivitas,dan lingukungan rumah dari ibu berada dekat dengan sungai yaitu 50 meter
sehingga sebagian besar aktifitas warga di sekitar termasuk ibu penderita d lakukan di
sungai tersebut seperti menycuci,mandi dll.
35
3.2. Diagnosa Keperawatan
SKORING:
DIAG NOSA
Ancaman kesehatan
2
Keadaan sejahtera
1
2 Kemungkinan masalah dapat di 2 2
ubah:
1
Skala: mudah
0
Sebagian
Tidak dapat
3 Kemungkinan masalah dapat di 1
cegah:
36
Skala: tinggi
3
Cukup
2
Rendah
1
Menonjolnya msalah:
Diagnosa I
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada anak b/d ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal masalah diare.
TOTAL= 1+2+2/3+1=11/3=4.7
Diagnosa II
Gangguan tumbuh kembang pada An. T berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga
mengenal dampak hospitalisasi
37
3. Potensi msalah dapat di cegah : 2/3×1=2/3
4. Menonjolnya msalah : 2/2×1=1
TOTAL= 1+1+2/3+1=11/3=3,7
Diagnosa Intervensi
Gangguan keseimbangan 1. Memberikan penjelasan tentang diare
cairan dan elektrolit pada kepada keluarga
anak b/d ketidakmampuan 2. Membantu keluarga dalam mengenal
keluarga dalam mengenal masalah diare
masalah diare. 3. Membantu keluarga untuk mengambil
tindakan terhadap penanganan diare
4. Membantu keluarga dalam menciptakan
lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan untuk mencegah diare
38
hospitalisasi
Intervensi Evaluasi
1. Memberikan penjelasan tentang 1. Keluarga mampu mengenal masalah diare
diare kepada keluarga
1. Keluarga mampu untuk mengambil tindakan
2. Membantu keluarga dalam terhadap penanganan diare
mengenal masalah diare
1. Keluarga mampu dalam menciptakan
3. Membantu keluarga untuk lingkungan yang dapat meningkatkan
mengambil tindakan terhadap kesehatan untuk mencegah diare
penanganan diare
1. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
4. Membantu keluarga dalam kesehatan di lingkungan setempat untuk
menciptakan lingkungan yang dapat pengobatan diare
meningkatkan kesehatan untuk 2. 1. Memberikan penjelasan tentang
mencegah diare hospitalisasi kepada keluarga
3. 2. Membantu keluarga dalam mengenal
5. Membantu keluarga
masalah hospitalisasi
memanfaatkan fasilitas kesehatan di
4. 3. Membantu keluarga untuk mengambil
lingkungan setempat untuk
tindakan terhadap penanganan hospitalisasi
pengobatan diare
5. Membantu keluarga dalam menciptakan
lingkungan yang dapat meningkatkan
6. Keluarga memahami tentang diare
kesehatan untuk mengatasi dampak
hospitalisasi
39
1. Keluarga mampu mengenal masalah
hospitalisasi
40
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama atas dasar
perkawinan, kelahiran atau adopsi dengan keterikatan aturan dan emosional serta
individual mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Setiap anggota keluarga mempunyai perannya masing.-masing begitu juga dengan anak
memiliki peranan sesuai tahap pertumbuhan dan perkembangannya baik perkembangan
secara umum, psikososial, psikoseksual, kognitif dan moral. Untuk mengatasi
kemungkinan masalah yang muncul pada gangguan tumbuh kembang anak pkra-
sekolah.keluarga memiliki tugas dalam perkembangan anaknya serta mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhinya.
Adapun masalah kesehatan yang sering muncul pada anak pra-sekolah seperti diare,
cacar air dan campak. Selain dalam masalah kesehatan, anak juga sering mengalami
masalah dalam hubungan dengan keluarganya, seperti merasa cemburu dengan
kehadiran anggota keluarga baru atau adiknya. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah
tumbuh kembang anak pra-sekolah dapat dilakukan berbagai alternatif tindakan misalnya
bimbingan anak selama fase pra-sekolah yang disesuaikan dengan usia anak, seperti pada
usia 3 tahun maka hal yang perlu dilakukan adalah menganjurkan orang tua untuk
mendaftarkan anak di play group atau TK. Hal ini membuat anak lebih bersosialisasi
dengan lingkungan atau dengan stimulasi bermain untuk tumbuh kembang anak yang
lebih optimal.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, hal yang pertama kali dilakukan adalah
melakukan pengkajian data fokus seperti mengkaji karakteristik teman bermain anak,
41
lingkungan bermain anak dan mengkaji bagaimana pola orang tua menghadapi
permintaan anak. Dari data fokus tersebut maka dapat ditentukan masalah dan
etiologinya. Dari data diatas dapat diketahui bahwa masalah tumbuh kembang anak pra-
sekolah yang paling sering muncul adalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
di karenakan diare, dan lain-lain. Dari diagnosa keperawatan tersebut maka dapat
ditentukan intervensi atau rencana keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat, orang
tua dan anak untuk mengatasi masalah tumbuh kembang pada anak pra-sekolah misalnya
perawat memberikan penjelasan pada orang tua mengenai diare sehingga orang tua
memahami apa yang harus dilakukan dalam mengatasi masalah diare pada anak serta
membantu orang tua untuk mengambil tindakan atau keputusan yang tepat. Setelah
melaksanakan intervensi, maka perawat keluarga dapat mengevaluasi asuhan
keperawatan yang telah diberikan.
4.2. Saran
42
DAFTAR PUSTAKA
43