“Kenapa ya hidup ini begitu berat?”, aku seringkali berpikir tentang hal tersebut. Aku merasa bahwa beban yang ditanggungkan padaku terlalu berat dan aku harus menanggungnya seorang diri. “Hey, namaku Megi…!!!”, itulah kata yang harus Megi katakan setiap kali ia berada di tempat baru, dan memang saat ini ia harus kembali memulai hidup dari nol. Lingkungan yang baru, gaya hidup yang baru, orang-orang yang baru ternyata tidak semudah yang Megi pikirkan. Terkadang ia harus menjadi bukan seperti dirinya sendiri agar ia dapat diterima orang lain. Lima bulan pertama...Megi berusaha begitu keras untuk meraih prestasi terbaik di setiap hal, termasuk dalam studinya. Dan ia berhasil meraihnya. Megi sangat berterima kasih pada Tuhan dan bangga atas kemampuannya sendiri. Megi sudah berhasil memperoleh ”citra” yang baik di lingkungannya yang baru. Ia sudah berhasil membuat orang lain melihat kemampuannya. Sesaat Megi merasa yang paling hebat...ia sombong. Tiga bulan berikutnya...Megi mulai merasakan bentukan Tuhan atas dirinya. Masalah demi masalah mulai datang dan ia hanya memendamnya seorang diri. Megi baru merasakan bagaimana rasanya duri dalam dagingnya, bagaimana rasanya disakiti dan tetap berusaha mengasihi, bagaimana harus mengambil keputusan yang tepat. Hal tersebut benar-benar mempengaruhi dirinya. Banyak orang mulai menyadari perubahannya..”kamu kenapa akhir-akhir ini murung, Megi?”. Dan dengan berusaha tanpa beban dan senyum lebar di wajahnya, Megi menjawab,”I am fine!”. Dan sebenarnya dalam hatinya Megi berteriak, ” I AM NOT FINE AT ALL...!!” Prestasi Megi juga mulai menurun. Ia sangat sulit berkonsentrasi pada studinya karena masalah-masalahnya selalu mengalihkan pikirannya. Tapi satu hal baik yang masih ia alami dari semua hal buruk yang terjadi, ia menjadi lebih dekat dengan Tuhan. “Memang masalah akan kembali mengingatkan kita untuk kembali pada Tuhan”, pikirnya. Setiap malam Megi berlutut, menangis, dan berdoa untuk setiap permasalahan yang ia alami. Ia meminta jalan keluar dari Tuhan. Megi terus mencari hadirat Tuhan. Memang benar, saat kita meminta Tuhan pasti memberi. Megi pun mulai mengalami kuasa Tuhan yang luar biasa. Ia mulai menemukan jalan keluar bagi setiap persoalannya, sukacitanya mulai kembali penuh, dan ia juga memperoleh semangat baru untuk meperbaiki prestasi studinya dan mewujudkan semua mimpinya. Tuhan Allah adalah Bapa yang penuh kasih dan adil. IA tidak pernah memanjakan anak-anakNya. Terkadang IA harus mendidik anak-anakNya dengan keras, seperti IA harus mendidik Megi. Dan akhirnya mereka yang taat sampai akhir, akan timbul seperti emas murni. Satu pembelajaran besar yang Megi peroleh adalah MENGAMPUNI, karena Tuhan telah mengampuninya terlebih dahulu. Mengampuni adalah seperti bunga yang memberikan keharumannya kepada orang yang menginjaknya. Dan air mata kita tidak seharusnya untuk menangisi keadaan kita sendiri, karena hidup kita telah dijamin dalam tangan Tuhan. Yang harus kita tangisi dan tolong adalah jiwa-jiwa di luar Kristus. Megi telah mendapat pembelajaran yang amat sangat berharga dalam hidupnya, melewati lembah tapi ia akan mencapai puncak gunung kelak. Semua hal yang telah Megi alami adalah salah satu bentukan Tuhan untuk mempersiapkannya menghadapi tanggung jawab yang lebih besar. Megi benar- benar sudah mengalami ”God is my victory”, apakah kamu sudah mengalaminya sobat...??? The best is not yet came. We have to wait in faith and obedience…!!! Trouble is a friend… Big smile… Big faith in Jesus Christ… Life is too incredible…,so DO NOT thinking about how big your problem is… But…think about HOW GREAT IS OUR GOD…!!!