Anda di halaman 1dari 6

I.

Pendahuluan

Halitosis berasal dari bahasa latin “Halitus” yang berarti “nafas” dan bahasa
Yunani “osis” yang berarti “keadaan medis”. Halitosis merupakan keadaan
dimana terdapat bau yang tidak enak dari nafas seseorang. Halitosis juga
sering disebut malodor, breath odor, mouth odor, foul breath maupun fetor
oris. Halitosis bukan merupakan penyakit, tapi merupakan symptom akan
keadaan oral maupun sistemik kita. Halitosis merupakan masalah klinis yang
paling sering dijumpai pada praktek dokter gigi dan lebih sering disebabkan
oleh karena adanya lesi karies, abses periodontal maupun abses perikoronal.
Tetapi apabila tidak dijumpai lesi intraoral seperti yang disebutkan diatas,
maka dapat dicurigai adanya factor sistemik. Terdapat beberapa kasus
dimana pasien merasa adanya bau mulut pada rongga mulut mereka
sementara petugas medis yang memeriksa tidak menemukan kelainan dan
halitosis pada pasien tersebut, kasus ini dinamakan delusional halitosis.
II. Klasifikasi
Terdapat bermacam-macam penyebab halitosis, seperti :
o Fisiologis
o Dapat disebabkan oleh karena kehamilan, kelaparan (hunger
breath), Xerostomia, makanan, pemakaian obat-obatan
o Patologis
o Oral
o Extraoral / sistemik
o Psikogenik
o Halitosis delusional termasuk dalam tipe psikosis dimana pasien
menganggap diri sendiri mempunyai bau mulut (halitosis).

III. Halitosis Extra-oral / Sistemik


Keadaan extra-oral / sistemik yang dapat menyebabkan halitosis adalah :
a. Kelainan pada darah
o Sering terjadi pada penderita kelainan pada darah seperti
hemofilia dan trombocitopenia
b. Kelainan pada telinga
o Terjadi pada pasien dengan otitis media
c. Perubahan hormonal
o Seperti saat ovulasi, menstruasi, kehamilan dan menopause
d. Sistem pernafasan
o Terjadi pada penderita Rhinitis, Sinusitis kronis, Laringitis,
Abses paru-paru, bronchitis, dan tumor.
o Penderita abses paru-paru dan bronchitis akan mempunyai
nafas seperti daging busuk.
e. Gastro-intestinal tract
o Terjadi pada penderita faringitis, herniam karsinoma dan
pencernaan yang tidak lancar.
f. Cardiac
o Terjadi pada penderita cor pulmonale dan demam reumatik
g. Renal
o Terjadi pada penderita gagal ginjal dan uremia kidney failure
o Pada penderita uremia kidney failure, nafas akan berbau seperti
urine (ammonia)
h. Endokrin & metabolic
o Terjadi pada penderita hypothyroidism dan hyperthyroidism
o Penderita Diabetes Melitus akan mempunyai bau nafas seperti
aseton dikarenakan ekskresi aseton melalui paru-paru.
o Penderita yang mempunyai laju metabolic basal yang rendah
sewaktu tidur.

IV. Diagnosa Halitosis


a) Memeriksa riwayat medis, dental dan pribadi pasien
b) Pemeriksaan Klinis
i. Tongue coating

ii. Apakah pasien bernafas melalui mulut


iii. Xerostomia
c) Pengukuran Halitosis
Pasien diinstruksikan agar tidak makan, mengunyah, kumur-kumur dan
merokok 2 jam sebelum pemeriksaan. Pasien dalam pengobatan
dengan antibiotik diminta menghentikan penggunaan obat antibiotik
selama 2 minggu sebelum pemeriksaan.
Pemeriksaan halitosis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. High Performance Gas Chromatography (HPGC)
 Alat ini di desain untuk mengukur Hidrogen sulfat, methyl
mercaptan dan dimetil sulfid yang sering ditemukan pada
penderita halitosis.
 Alat ini akurat dalam mengukur kadar sulfur dalam nafas
dan mempunyai kelebihan hasil pengukuran dapat dilihat
melalui monitor dan grafik.

2. Pengukuran Organoleptic
 Merupakan pengukuran dengan mencium bau rongga
mulut pasien berdasarkan persepsi penguji. Walaupun
keakuratan teknik ini tidak terjamin, tetapi teknik ini
mudah dan tidak memerlukan alat khusus.
 Pasien menghembuskan nafas ke dalam pipet / tube
(diameter 24 mm ; panjang 10 mm) dan penguji mencium
dari sisi pipet lainnya.
Kategori Deskripsi
0 : Absence of odor Tidak terdeteksi adanya bau mulut
1 : Questional Odor Terdeteksinya bau pada rongga mulut tetapi belum
masuk ke kategori malodot (bau mulut)
2 : Slight malodor Bau hampir mendekati malodor
3 : Moderate malodor Terdeteksinya malodor
4 : Strong malodor Malodor yang kuat tetapi masih dapat ditoleransi penguji
5 : Severe malodor Malodor yang terlalu kuat sehingga tidak dapat
ditoleransi oleh penguji

Tabel level pengukuran Organoleptic

3. Halimeter
 Merupakan alat untuk mengukur kadar gas sulfid yang
terdapat di nafas.
 Alat ini sangat sensitive terhadap alcohol, karena itu,
pasien yang hendak diperiksa menggunakan alat ini
diharuskan menghindari penggunaan alcohol selama 12
jam sebelum pemeriksaan.

V. Perawatan
Sebelum dilakukan perawatan pada halitosis, dokter gigi harus mengetahui
penyebab halitosis terlebih dahulu. Apabila penyebab halitosis berasal dari
extra-oral atau sistemik, maka dokter gigi harus merujuk pasien ke dokter
spesialis agar dapat dilakukan perawatan.

VI. Kesimpulan
Walaupun kelihatan sebagai masalah sepele, tetapi halitosis dapat
mempengaruhi kehidupan seseorang secara mental. Halitosis juga dapat
membantu dalam mengungkapkan penyakit sistemik dan kesehatan rongga
mulut seseorang.

Anda mungkin juga menyukai