Anda di halaman 1dari 15

BAB II

AKHLAKUL KARIMAH

A. Hakikat Pembinaan Akhlakul Karimah

1. Pengertian Akhlakul Karimah

Akhlakul karimah merupakan keadaan jiwa yang kokoh, dari mana

timbul berbagai perbuatan dengan mudah tanpa menggunakan pikiran dan

perencanaan. Bilamana perbuatan-perbuatan yang timbul dari jiwa yang baik,

maka keadaannya disebut akhlak yang baik. Jika yang ditimbulkan kebalikan

dari itu, maka keadaannya disebut akhlak yang buruk. Apabila keadaan itu

tidak mantap dalam jiwa, maka ia tidak disebut dengan akhlak. Untuk itu

akhlak bisa dihasilkan dengan latihan dan perjuangan pada awal hingga

akhirnya menjadi watak. Maka dari itu penulis akan memberikan pengertian

tentang akhlakul karimah.

Dengan pengertian akhlak secara etimologis berasal dari bahasa Arab

( ˲ϕΎϠ˴˸Χ˴΍ ) bentuk jamak dari mufrodnya


˲ϖϠ˵˵Χ ) yang berarti ìBudi

Pekertiî. Sinonimnya etika dan moral. Etika dari bahasa latin etos yang berarti

id4150593 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! -
http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com 14

kebiasaan. Dan moral berasal dari bahasa latin juga. Mores berarti

ìkebiasaan.î

Dalam kamus ilmiah, akhlak diartikan budi pekerti, tingkah laku atau

perangai seseorang.

Ismail Thaib mengatakan bahwa dalam pengertian


sehari-hari perkataan ìakhlakî umumnya disamakan dengan sopan santun

atau kesusilaan.

Di dalam Ensyiklopedia Britannica: ìEthis is the syistimatic study of the

nature of value concept, ìgood.

ìbadî, ìoughtî, rightî, ìwrongî, etc. and of the general principles which

justify us inappliying them to anything; also called ì moral philosophyî.

Artinya: ìIlmu akhlak adalah studi yang sistematik tentang tabiíat dari

pengertian-pengertian nilai ìbaikî, ìburukî, ìseharusnyaî, ì:benarî, ìsalahî,

dan sebagainya dan tentang prinsip-prinsip yang umum yang membenarkan

kita dalam mempergunakannya terhadap sesuatu; ini juga disebut ìfilsafat

moralî.

Adapun pengertian akhlak menurut terminology (istilah) dapat

disebutkan berikut beberapa pengertian dari pada ahli ilmu.

1. Menurut Imam Ghazali

˶˵ϝΎ˴ό˸ϓ˴ϻ˸΍ ˵έ˵Ϊ˸μΗ˴ Ύ˴Ϭ˸Ϩ˴ϋ ˲Δ˴Ψ˶γ΍˴έ ˶β˸ϔϨ͉ϟ΍ ϰϓ˶ ˳ΔΌ˴˸ϴ˴ϫ ˸Ϧ˴ϋ Γ˲˴έΎΒ˴˶ϋ

˳Δϳ˴˶ϭ˵έ˴ϭ ˳ή˸Ϝϓ˶ ϰϟ˴˶΍ ˳Δ˴ΟΎ˴Σ ˵ή˸ϴ˴Ϗ ˳ή˸δϳ˵˴ϭ ˳Δϟ˴˸Ϯ˵Ϭ˵δΑ˶

Rahmat Djatmika, Sistem Ethika Islam, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996), Cet. Ke-3, h. 26

Pius A Partanto, et.el., Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,1994), Cet. Ke-1, h. 14

Ismail Thaib, Risalah Akhlak, (Yogyakarta: CV. Bina Usaha, 1984), Cet. Ke-1, h. 4

4
Nurfarida, ìPembinaan Akhlakul Karimah Melalui Aktifitas Pengajian Sekolahî, Skripsi

Pendidikan, (Jakarta: Perpustakaan UIJ, 2000), h. 1115

Artinya: ìSifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macammacam perbuatan dengan gampang
dan mudah tanpa memerlukan

pemikiran dan pertimbangan.î

2. Menurut Ibrahim Anis

˳ή˸ϴ˴Χ ˸Ϧ˶ϣ ˵ϝΎ˴Ϥ˸ϋ˴Ϸ˸΍ Ύ˴Ϭ˸Ϩ˴ϋ ˵έ˵Ϊ˸μΗ˴ ˳Δϳ˴˸΅˵έ˴ϭ ˲Δ˴Τ˶γ΍˴έ ˶β˸ϔϨ͉Ϡ˶ϟ ˲ϝΎ˴Σ

˳Δϳ˴˶ϭ˵έ˴ϭ ˳ή˸Ϝϓ˶ ϰϟ˴˶΍ ˳Δ˴ΟΎ˴Σ ˶ή˸ϴ˴Ϗ ˸Ϧ˶ϣ ˳˷ή˴η ˸ϭ˴΍

Artinya: ì Sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengannya lahirlah

macam-macam perbuatan, baik atau buruk tanpa membutuhkan pemikiran

dan pertimbangan.î

3. Ibnu Maskawaih merumuskan akhlak adalah keadaan jiwa yang

mendorong untuk melakukan suatu perbuatan tanpa dipikir dan diteliti.

4. Ahmad Amin menyebutkan bahwa : ìSetengah dari mereka mengartikan

akhlak ialah kebiasaan kehendak. Berarti kehendak itu apabila

membiasakan sesuatu maka disebut akhlak.î

Al-Ghazali, Ahklak Seorang Muslm, (Semarang: Wicaksana, 1985), h. 56

Ibrahim Anis, Al-Muíjam Al-Wasith, (Mesir: Darul Maíarif, 1972), h. 81

Nurfarida, Op.Cit., h.12


8

Ahmad Amin, Ethika (Ilmu Akhlak), (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), Cet. Ke-2, h. 6216

Kehendak itu sendiri itu adalah beberapa keinginan manusia setelah

bimbang, sedangkan kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang sehingga

melakukannya. Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan itu mempunyai

kekuatan, gabungan dari dua kekuatan itu menimbulkan yang lebih besar

inilah yang bernama ìakhlakî.

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut bahwa akhlak adalah suatu keadaan atau kebiasan atau kehendak

seseorang yang dapat mendorong melakukan perbuatan baik atau perbuatan

buruk tanpa berpikir terlebih dahulu. Jadi kalau pengertian akhlak

digabungkan dengan pengertian karimah yang artinya mulia, maka arti

akhlakul karimah adalah perilaku manusia yang mulia atau perbuatanperbuatan yang dipandang baik
atau mulia yang dibiasakan dan perbuatan

yang dipandang baik atau mulia oleh akal serta sesuai dengan ajaran Islam

(syaraí) yang bersumber dari Al-Qurían dan Sunnah Nabi Muhammad saw.

Akhlak ini disebut akhlak mahmudah atau hasanah, yakni akhlak yang bagus

atau baik.

Di dalam Al-Qurían kata-kata akhlakul karimah mengandung

beberapa pengertian, di antaranya adalah:

1. Ihsan

2. Menyampaikan amanat

3. Etika terhadap Allah

4. Etika terhadap Nabi17

5. Istiqamah

6. Mendamaikan
7. Inabah (taubat)

8. Infaq

9. Mendahulukan kepentingan orang lain

10. Menyempurnakan takaran dan timbangan

11. Berbuat baik

12. Rendah hati dan khusyuk

13. tolong-menolong

14. Berserah diri (tawakal)

15. Takwa

16. Tawadhuí

17. Cinta karena Allah

18. Menjaga rahasia

19. Hikmah

20. Sabar

21. Malu

22. Takut kepada Allah

23. Barharap (rajaí)

24. Kasih sayang

25. Ridha

26. Lemah lembut

27. Zuhud

28. Ketenangan

29. Lapang dada

30. Mengadu kepada Allah

31. Bersyukur
32. Bersabar

33. Jujur

34. Mematuhi pemimpin18

35. Adil

36. Menjaga kehormatan diri

37. Memaafkan yang bersalah

38. Kepuasan (qanaíah)

39. Memuliakan dan menerima tamu

40. pujian

41. Siaga

42. Waspada

43. Nasihat

44. Keyakinan.

2. Dasar-dasar Pembinaan Akhlakul Karimah

Dalam agama Islam yang menjadi dasar atau alat pengukur yang

menyatakan bahwa sifat-sifat seseorang itu dapat dikatakan baik atau buruk

adalah Al-Qurían dan As-Sunnah. Apa yang baik menurut Al-Qurían atau asSunnah itulah yang biak
untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan seharihari. Sebaliknya apa yang buruk menurut Al-Qurían
dan As-Sunnah berarti

itu tidak baik dan harus dijauhi.

Menurut pendapat Mahmud Yunus bahwa: ìPokok-pokok akhlak dalam

Islam ialah Al-Qurían. Ditanyakan orang kepada ëAisyah: ìApakah akhlak

Nabi Muhammad saw.? Jawabnya akhlak Nabi Muhammad saw ialah AlQurían. Akhlak-akhlak di dalam
Al-Qurían mengatur perbuatan manusia

buka www. alqurían digital, com., 2004, tentang akhlakul karimah menurut Al-Qurían19
terhadap dirinya sendiri dan perbuatan manusia terhadap orang lain atau

masyarakat.

10

Menurut Athiyah Al-Abrasyi, beliau mengatakan bahwa tujuan utama

dari pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang

sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral, baik laki-laki maupun

perempuan, jiwa yang bersih, kemauan yang keras, cita-cita yang benar,

akhlak yang tinggi, tahu arti kewajiban dan pelaksanaannya, menghormati

hak-hak yang tinggi, dan tahu membedakan yang baik dan yang buruk.

11

Jika ada orang yang menjadikan dasar akhlak itu adat kebiasaan yang

berlaku dalam suatu masyarakat maka untuk menentukan atau menilai baikburuknya adat kebiasaan itu,
harus dinilai dengan norma-norma yang ada

dalam Al-Qurían dan As-Sunnah, kalau sesuai terus dipupuk dan

dikembangkan, dan kalau tidak harus ditinggalkan.

12

Pribadi Nabi Muhammad adalah contoh yang paling tepat untuk

dijadikan teladan dalam membentuk kepribadian. Begitu juga sahabat-sahabat

beliau yang selalu mempedomani Al-Qurían, dan ajaran-ajaran Nabi

Muhammad saw dalam kesehariannya dengan demikian kita pun patut

mematuhi ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad saw.

10

Nurfarida, ìPembinaan Akhlakul Karimah Melalui Aktifitas Pengajian Sekolahî, Skripsi

Pendidikan, (Jakarta: Perpustakaan UIJ, 2000), h. 13, t.d.

11

Ibid , h. 14
12

M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983), Cet. Ke- 3, h. 1120

Nabi Muhammad saw bersabda:

˵Ϳ΍ ϰϠ͉˴λ ˶Ϳ΍ ˵ϝ˸Ϯ˵γ˴έ ˴ϝΎϗ˴ ˴ϝΎϗ˴ ˵Ϫ˸Ϩ˴ϋ ˵Ϳ΍ ˴ϲ˶ο˴έ ˴Γ˴ή˸ϳ˴ή˵ϫ ˸ϲΑ˶˴΍ ˸Ϧ˴ϋ

˶Ϳ΍ ˴ΏΎΘ˴˶ϛ Ύ˴Ϥ˵ϫ˴Ϊ˸όΑ˴ ΍˸ϮϠ͊˶πΗ˴ ˸Ϧϟ˴ ˶Ϧϴ˴Ό˴˸ϴ˴η ˸Ϣ˵Ϝ˸ϴϓ˶ ˵Ζ˸ϛ˴ήΗ˴ ˴ϢϠ͉˴γ˴ϭ ˶Ϫ˸ϴϠ˴˴ϋ

ϰΘϨ͉˵γ˴ϭ

Artinya: ìDari Abu Hurairah RA. Berkata: Rasulullah saw bersabda: Aku

tinggallkan untuk kamu dua hal yang kamu tidak akan sesat sesudahnya,

ialah Kitab Allah Sunnahku.î (H.R. Hakim).

Dari keterangan hadits di atas jelaslah, bahwa yang menjadi dasar ideal

bagi seluruh aktifitas manusia dalam kehidupannya adalah Al-Qurían dan AsSunnah Nabi Muhammad
saw, karena keduanya adalah kitab undang-undang

yang paling sempurna memuat petunjuk-petunjuk praktis untuk menjadi

pedoman bagi umat Islam.

Dengan demikian dasar akhlakul karimah adalah ajaran agama Islam

yang bersumber dari Al-Qurían dan As-Sunnah sebagai pedoman dalam

kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungan kepada Allah maupun sesama

makhluk.21

3. Manfaat Akhlakul Karimah

Akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang paling

penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan

bangsa. Sebab suatu bangsa akan maju atau hancur sangat tergantung dari

akhlak masyarakatnya. Apabila akhlaknya baik maka bangsanya akan baik

pula dan sebaliknya bila akhlak telah hancur maka hancur pula bangsa itu.

Akhlak merupakan sesuatu yang penting dan merupakan bagian yang

tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia tanpa akhlak yang
mulia akan hilang derajat kemanusiaannya sebagai mahluk Allah yang paling

mulia dan meluncur turun kepada martabat hewani. Manusia yanmg telah

tiada sifat kemanusiaannya adalah sangat berbahaya daripada binatang buas.

Imam Ghazali dalam bukunya ìMukasyafatul Qulubî menyatakan

bahwa:

Ada seorang lelaki datang kepada Nabi saw. dan bertanya: ìApa yang

disebut agama, ya Rasul!?î Nabi saw menjawab : ìAkhlak yang muliaî.

Kata Fudhail ra. : Ia berkata kepada Nabi saw. : ìSesungguhnya si fulan

berpuasa di siang hari dan beribadah di malam hari, namun dia wanita

yang akhlaknya jelek, yang selalu menyakiti tetangga dengan mulutnya.î

Nabi saw. bersabda : ìUntuk dia tidak ada kebaikan, dan dia termasuk

penghuni neraka.î

13

13

Al-Imam Al-Ghazali, Rahasia Ketajaman Mata Hati, (terj.) Fatihuddin Abdul Yasin, dari

judul asli Mukasyafatul Qulub, (Surabaya: Terbit Teran), Cet. Ke-1, h. 28322

Kutipan tersebut di atas dengan jelas berisikan manfaat dan pentingnya

akhlakul karimah (akhlak mulia) yang dalam hal ini melakukan amal saleh

disertai dengan keimanan dijanjikan oleh Allah swt, yakni akan mendapatkan

sesuatu yang lebih baik dari apa yang telah dikerjakan, yaitu pahala yang

berlipat ganda dan kehidupan yang lebih baik. Hal ini menggambarkan bahwa

manfaat dari akhlakul karimah itu adalah keberuntungan hidup di dunia dan di

akhirat. Keberuntungan atau manfaat lain dari akhlakul karimah di antaranya

adalah:

1. Memperkuat dan menyempurnakan agama.


2. Mempermudah perhitungan amal di akhirat

3. Menghilangkan kesulitan.

4. Selamat hidup di dunia dan akhirat.

14

Sebaliknya jika akhlak yang mulia itu sirna dan berganti dengan

akhlak yang tercela (akhlak madzmumah), maka kehancuran pun akan segera

datang. Pribadi seseorang tidak punya arti jika akhlak karimah telah sirna dari

dirinya, begitu juga suatu masyarakat atau bangsa akan mengalami proses

kehancuran bila akhlak mulia telah tiada. Penyair Syauqi Bei mengatakan:

΍˸ϮΒ˵˴ϫ˴Ϋ ˸Ϣ˵Ϭϗ˵ ˴ϼ˸Χ˴΍ ΍˸ϮΒ˵˴ϫ˴Ϋ΍˸Ϯ˵Ϥ˵ϫ ˸ϥ˶΍˴ϭ ˸Ζϴ˴Ϙ˶ Α˴ Ύ˴ϣ ˵ϕ˴ϼ˸Χ˴ϻ˸˴΍˴˵Ϣ˴ϣ˵ϻ˸΍ Ύ˴Ϥϧ͉˶΍

14

Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. Ke-5,

h.173-17523

Artinya: ìHanya saja bangsa itu kekal, selama berakhlak mulia, bila akhlak

mulia telah lenyap punahlah bangsa itu.î

15

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pembinaan Akhlak

Perbuatan dan kelakuan yang berbeda di antara manusia pada prinsipnya

ditentukan dan dipengaruhi oleh dua faktor:

a. Faktor dari dalam yakni yang dibawa sejak lahir dan ini merupakan tabiat

yang dibawa sejak lahir.

b. Faktor dari luar misalnya pengaruh lingkungan keluarga, lingkungan tempat ia

bermain, atau lingkungan sekolah.

Di atas telah diuraikan bahwa akhlakul karimah merupakan perbuatan atau

perilaku seseorang yang menggambarkan budi pekerti baik, dalam hal ini akhlak
tidak bisa lepas dari 2 faktor di atas, dan yang sangat dominan dalam

pembentukan dan pembinaan akhlak adalah pengaruh dari luar, yakni keluarga.

Oleh karena itu pembinaan akhlak anak harus dilaksanakan secara terus-menerus

dan dilakukan sedini mungkin.

Anak akan memiliki akhlak atau budi pekerti yang baik apabila dididik atau

mendapat pendidikan budi pekerti yang baik atau diberi contoh yang baik. Baik

disaat ada dalam lingkungan keluarga, maupun di lingkungan di mana dia

bermain, dan bagi siswa sudah barang tentu termasuk lingkungan sekolah.

15

Nurfarida, ìPembinaan Akhlak Melalui Aktivitas Pengajian Sekolahî, Skripsi

Pendidikan, (Jakarta: Perpustakaan UIJ 2000), h. 17, t.d.24

Terutama penanaman pendidikan budi pekerti yang harus ditanamkan sejak dini

(sejak kecil) seperti halnya Luqmanul Hakim berwasiat pada putranya:

Surat Luqman ayat13:

˴ϙ˸ή͋θϟ΍ ϥ
͉ ·˶ ˶ϪϠ͉ϟΎΑ˶ ˸ϙ˶ή˸θΗ˵ Ύϟ˴ ϲ͉ Ϩ˴Α˵Ύϳ˴ ˵Ϫ˵ψ˶όϳ˴ ˴Ϯ˵ϫ˴ϭ ˶ϪϨ˶˸ΑΎϟ˶ ˵ϥΎ˴Ϥ˸Ϙϟ˵ ˴ϝΎϗ˴ ˸Ϋ·˶˴ϭ

˴Ϣϴ˶ψ˴ϋ ˲ϢϠ˸˵ψϟ˲ .

Artinya: ìDan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, ìHai anakku

janganlah engkau mempersekutukan Allah sesungguhnya mempersekutukan Allah

adalah benar-benar kedzaliman yang besar.î (QS. Luqman:13)

Dan di dalam Firman Allah Taíala yang lain:

ϲϓ˶ ˵Ϫϟ˵Ύ˴μϓ˶ ˴ϭ ˳Ϧ˸ϫ˴ϭ ϰϠ˴˴ϋ ΎϨ˱˸ϫ˴ϭ ˵Ϫ͊ϣ΃˵ ˵Ϫ˸ΘϠ˴˴Ϥ˴Σ ˶Ϫ˸ϳ˴Ϊϟ˶΍˴ϮΑ˶ ˴ϥΎ˴δ˸ϧ˶Έϟ˸΍ ΎϨ˴˸ϴ͉λ˴ϭ˴ϭ

ήϴ˶μ˴Ϥϟ˸΍ ͉ϲϟ˴·˶ ˴Ϛ˸ϳ˴Ϊϟ˶΍˴Ϯϟ˶˴ϭ ϲϟ˶ ˸ή˵Ϝ˸η΍ ˶ϥ΃˴ ˶Ϧ˸ϴ˴ϣΎ˴ϋ˵ .

Artinya: ìDan Kami perintahkan pada manusia berbuat baik kepada dua orang

tua ibu dan bapaknya yang telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang

bertambah dan bertambah dan menyapihnya dalam dua tahun, beryukurlah


pada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku-lah kamu kembali.î

(QS. Luqman:14)

Maka dari ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa akhlak (budi pekerti yang

baik) pada anak bisa dimiliki melalui pendidikan yang baik. Adapun yang dapat

mempengaruhi akhlak adalah insting (naluri), keturunan, azam/kemauan yang

keras, dan pendidikan, dengan uraian sebagai berikut:.25

1. Instink (Naluri)

Instink menurut Rahmat Djatmika termasuk salah satu hidayah yang

ada pada manusia, instink suatu kepandaian yang dimilki mahluk Tuhan tanpa

belajar. Sedangkan menurut Hamzah Yaíqub bahwa instink adalah

ìSetiap kelakuan manusia lahir dari suatu kehendak yang

digerakkan oleh naluri (instink), yang merupakan tabiat yang dibawa

sejak lahir dan lebih lanjut Hamzah Yaíqub menerangkan bahwa

naluri yang ada pada manusia adalah pendorong tingkah laku, di

antaranya naluri makan, berjodoh, ke-ibu-bapak-an, berjuang dan

naluri bertuhan. Di antara naluri satu dan yang lainnya berbeda dan

mengakibatkan daya pendorong dan daya kesanggupan berbeda.

16

Menurut Hamzah Yaíqub salah satu faktor penting di dalam

tingkah laku manusia adalah kebiasaan atau adat kebiasaan. Yang

dimaksud dengan kebiasaan adalah perbuatan-perbuatan yang selalu

diulang-ulang sehinga menjadi mudah dikerjakannya contoh:

merokok, minum minuman keras, bangun tengah malam, mengerjakan

shalat tahajud. Contoh tersebut di atas dapat memberi kesan bahwa

segala pekerjaan jika dilakukan secara berulang-ulang dengan penuh


kegemaran akan menjadi kebiasaan.

17

2. Keturunan

Keturunan adalah cabang yang menyerupai pokok atau yang

menyebabkan anak menyerupai orang tuanya. Menurut Hamzah Yaíqub

sudah merupakan sunnatullah yang berlaku pada alam ini sehingga dapat

diketaui bahwa cabang itu menyerupai pokoknya dan pokok menghasilkan

16

Hamzah Yaíqub, Ethika Islam, (Bandung: CV. Diponogoro, 1993), Cet. Ke-6, h. 57

17

Ibid, h. 6126

yang serupa atau hampir serupa dengannya hal ini terjadi pada sejumlah

mahluk, misalnya tumbuh-tumbuhan, hewan dan pada manusia itu sendiri.

18

Lingkungan pergaulan menurut Hamzah Yaíqub adalah lingkungan

keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, lingkungan organisasi,

lingkungan kehidupan ekonomi dan lingkungan pergaulan yang bersifat

umum dan bebas. Demikian faktor lingkungan yang dipandang cukup

menentukan pematangan watak dan tingkah lau seseorang.

3. Azam/Kemauan

Kemauan atau azam merupakan kekuatan atau dorongan yang

menimbulkan manusia bertingkah laku. Menurut Rachmat Djatmika kekuatan

kemauan dapat mengarah kepada melaksanakan sesuatu atau juga mengarah

kepada menolak atau meninggalkan sesuatu.

Selain itu Hamzah Yaíqub menyatakan bahwa kemauan atau kehendak


ini merupakan faktor penting di dalam akhlak karena kehendak yang

mendorong manusia berkelakuan dan berakhlak, dari kehendak itulah

menjelma niat yang baik dan yang buruk yang selanjutnya akan menentukan

baik dan buruknya suatu perbuatan.

19

18

Ibid, h. 66

19

Ibid, h. 4627

4. Pendidikan

Dalam bukunya Prof. H. M. Arifin yang berjudul ìIlmu Pendidikan

Islamî dikatakan bahwa ìPendidikan adalah latihan mental, moral dan fisik

(jasmaniah) yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi.î

20

Pendidikan yang pada dasarnya adalah upaya pembinaan jasmani dan

rohani kepada anak menuju terbentuknya kepribadian yang utama, hal ini

mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap akhlak karena dengan

pendidikan, seseorang akan mengetahui perbuatan baik dan perbuatan buruk,

bahkan naluri dan bakat seseorang dapat disalurkan atau diarahkan dan

dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Pendidikan merupakan tuntunan dan

pengajaran yang diterima seseorang dalam membina kepribadian.

Pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap akhlak

karena pendidikan turut mematangkan kepribadian manusia sehingga tingkah

lakunya sesuai dengan pendidikan yang lazim diterima meliputi pendidikan

formal, non formal dan informal. Sementara itu pergaulan dengan orang-orang
baik dapat dimasukkan sebagai pendidikan tidak langsung karena pengaruh

pula terhadap kepribadian.

21

Dari keterangan tersebut di atas dapat diketahui bahwa dalam proses

pembinaan akhlak itu terkait dengan dengan hal-hal di atas baik itu datangnya

20

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet. Ke-5, h.10

21

Hamzah yaíqub, Op. Cit, h. 8628

dari diri sendiri atau pun dari luar, dan dilakukan secara kontinue (terusmenerus) agar dapat melekat
pada setiap individu terutama pada saat usia prasekolah dan masa-masa usia sekolah29

Anda mungkin juga menyukai