Anda di halaman 1dari 45

SPESIFIKASI TEKNIS

BAB. I
PEKERJAAN PENDAHULUAN

Pasal 1
Uraian Pekerjaan

1.1. Lingkup Pekerjaan.

Pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi :

1.1.1. Pembangunan gedung sekolah, Pagar, Gudang, KM/WC dengan bentuk dan ukuran seperti yang ditunjukan pada
gambar dan dokumen lainnya.

1.1.2. Selain pekerjaan utama yang disebut diatas, maka Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaan lain yang merupakan
pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mendukung terlaksananya pekerjaan tersebut atas biaya kontraktor,
misalnya :

a. Membuat papan nama pekerjaan.


b. Mobilisasi material
c. Quality Cotrol
d. As Build drawing
e. Foto dokumentasi
f. Pengurusan Ijin, jika ada

1.1.3 Pekerjaan-pekerjaan yang tidak disebutkan satu persatu, tetapi merupakan suatu kesatuan sistem yang tak bisa
dipisahkan.

1.2. Sarana Bekerja dan Tata Cara Pelaksanaan

1.2.1. Untuk kelancaran pekerjaan Kontraktor harus menyediakan pelaksana yang dianggap memadai sebagai
penanggung jawab penuh dan dengan wewenang penuh dilapangan. Pelaksana harus memenuhi kualifikasi
minimal sebagai Tenaga Ahli yang berpengalaman dalam Pembangunan gedung Bertingkat yang ditunjukkan dalam
Curriculum Vitae yang bersangkutan. Kontraktor harus mengajukan Curriculum Vitae Site Manager yang
bersangkutan untuk memperoleh persetujuan tertulis dari Direksi.
Direksi Proyek/Konsultan Pengawas berhak untuk menolak/meminta agar personil Site Manager dan Personil
Kontraktor lainnya diganti jika ternyata dianggap tidak memenuhi kualifikasi atau tidak bisa bekerja sama
membentuk team work demi suksesnya proyek ini.

1.2.2. Kontraktor harus menyediakan semua peralatan yang nyata-nyata diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. Direksi
berhak meminta kepada Kontraktor untuk mengadakan peralatan pembantu pekerjaan yang dianggap perlu untuk
menjamin kecepatan, mutu dan ketepatan pekerjaan.

Semua biaya mobilisasi dan sewa pakai peralatan dianggap telah diperhitungkan dalam penawaran Kontraktor.
Sebagai gambaran, peralatan minimal yang harus digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah :

a. Alat pancang
b. Mesin Las
c. Beton Molen
d. Mesin Listrik (Gen-set)
e. Mesin Pemadat (Stamper Compaction Equipment)
f. Pompa Air
g. Alat-alat ukur lengkap
h. Bor Listrik
i. Alat-alat pertukangan sederhana wajib dimiliki oleh setiap tukang
j. Dan alat-alat lainnya yang diperlukan

Jenis, jumlah, kondisi dan pemilikan alat-alat harus tercermin dalam lampiran penawaran kontraktor.

1.2.3. Kontraktor wajib meneliti situasi Tapak-Job Site dan hal lain yang dapat mempengaruhi penawaran.

SPEK SMP 18 I/1


Untuk itu sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor wajib melakukan survey ulang guna memperoleh akurasi data
yang up to date. Kelalaian atau kekurang telitian Kontraktor dalam hal ini tidak dapat diajukan sebagai alasan untuk
mengajukan claim.

Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Spesifikasi
Teknis, Gambar Rencana, Berita Acara Penjelasan, Berita Acara Rapat Lapangan, serta petunjuk dari Konsultan
Perencana, Konsultan Pengawas dan Tim Teknis Pengelola Proyek.

1.2.4. Dalam melaksanakan pekerjaan Kontraktor wajib melakukan pendekatan dengan Masyarakat setempat untuk
memperoleh dukungan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.

1.2.5. Selama pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus bisa mengatur dan menjamin bahwa kegiatan belajar dan
mengajar tidak terganggu.

Pasal 2
Persyaratan Khusus

2.1. Standar-standar yang berlaku.

Semua pekerjaan dalam kontrak ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi persyaratan-persyaratan
teknis yang tertera dalam Persyaratan Normalisasi Indonesia (NI) dan peraturan-peraturan setempat lainnya yang
berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang bersangkutan yaitu :

2.1.1. SK.SNI.T-15-1991-03
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung

2.1.2. SK.SNIS-04-1989-F
SK.SNIS-05-1989-F
SK.SNIS-06-1989-F
Tentang Spesifikasi Bahan Bangunan

2.1.3. American Society For Testing & Materials (ASTM)

2.1.4. Standar Industri Indonesia (SII)

2.1.5. AV 1941/SU 41 : Algemene Voorwarden Voor De Uitvoering Bij


Aanneming Van Openbare Werken.

2.1.6. American Institute of Steel Construction (AISC)

2.1.7. American Welding Society (AWS)

2.1.8. Petunjuk-petunjuk dari Direksi/Pengawas Lapangan

Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standar-standar yang tersebut diatas, maupun standar-
standar Nasional lainnya maka diberlakukan standar Internasional yang berlaku atas pekerjaan-pekerjaan tersebut
atau setidak-tidaknya berlaku standar-standar persyaratan teknis dari negara-negara asal bahan pekerjaan yang
bersangkutan.

Persyaratan lain yang mengikat adalah :


2.1.9. Dokumen Lelang berupa gambar-gambar rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).

2.1.10. Berita Acara Aanwijzing

2.1.11. Berita Acara Rapat Lapangan

2.1.12. Perintah tertulis Direksi Lapangan / Konsultan Pengawas yang disampaikan pada Buku Harian Lapangan atau surat
resmi.

2.1.13. Brosur resmi (user manual) dari Produsen yang materialnya digunakan.

2.1.14. Pada prinsipnya semua material yang akan digunakan harus mendapat izin/persetujuan tertulis dari

SPEK SMP 18 I/2


Direksi/Konsultan Pengawas yang diaplikasikan dalam bentuk “Surat Persetujuan Bahan”.
Material yang masuk tanpa persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas adalah tanggung jawab Kontraktor dan Direksi
berhak untuk menolak atau memerintahkan pembongkaran dan tidak diprogress.

2.1.15. Semua material yang masuk kedalam area proyek (digudang dan dilapangan terbuka) tidak bisa
dikeluarkan dari area proyek tanpa izin dari Direksi Proyek/Konsultan Pengawas.

2.1.16. Semua pekerjaan hanya bisa dilaksanakan atas izin dari Direksi / Konsultan Pengawas yang
diaplikasikan dalam bentuk “Surat Ijin Kerja”. Pekerjaan yang dilaksanakan tanpa izin Direksi/Konsultan Pengawas
adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak akan diprogress.

2.2. Ukuran dan Patokan.

Ukuran-ukuran dalam pekerjaan ini menggunakan sistem metrik, sebagai peil + 0,00 (datum line) dari pekerjaan ini
mengikuti peil pada pekerjaan tahap I yang telah ditentukan. Apabila BM yang dipasang berubah letak atau rusak
maka dibawah pengawasan Konsultan Pengawas, Kontraktor wajib membuat BM yang baru, dimana BM yang
dibuat harus kokoh/kuat dan tidak bergerak selama masa pelaksanaan. Kontraktor wajib menambahkan jika
diperlukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas. BM yang baru tersebut terbuat dari balok beton dengan titik yang
terbuat dari besi dia. 24 cm.

Selama pelaksanaan pekerjaan, surveyor/juru ukur Kontraktor harus selalu standby di Job Site lengkap dengan
peralatannya. Semua pekerjaan yang akan dimulai harus diukur bidik ulang sebelum diizinkan secara tertulis oleh
Direksi untuk dilaksanakan.

Pasal 3
Pagar Pengaman dan Papan Nama Proyek

3.1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor lebih dulu membuat pagar untuk pengaman, atas biaya kontraktor.

3.2. Papan Nama Proyek dipasang sesuai dengan petunjuk Direksi dan menjadi beban Kontraktor dan telah
diperhitungkan dalam penawaran Kontraktor.

Pasal 4
Pekerjaan Persiapan

4.1. Sebelum Pekerjaan Dimulai.

Kontraktor harus melaksanakan pembersihan lapangan sebelum memulai pekerjaan sehingga semua kotoran,
puing-puing, sampah, rumput, batang kayu dan lain-lain tidak ada lagi di Job Site. Dengan demikian seluruh Job
Site terlihat denga jelas. Demikian pula seluruh bekas pondasi, baik dari kayu maupun pasangan batu atau beton
harus dicabut/dibersihkan.

4.2. Setelah Pekerjaan Selesai.

Setelah pekerjaan selesai sebelum diadakan penyerahan pekerjaan kepada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan,
Kontraktor harus membersihkan seluruh site dari segala macam kotoran, puing-puing dan semua peralatan yang
digunakan selama masa konstruksi.
Kotoran-kotoran tersebut harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan sehingga bila hal ini belum diselesaikan secara
tuntas, maka pekerjaan tidak akan dianggap selesai 100 (seratus) %.

4.3. Selama Pekerjaan Berlangsung.

4.3.1. Kontraktor bertanggung jawab atas kebersihan dan kerapian job site selama pekerjaan berlangsung.

4.3.2. Kontraktor bertanggung jawab atas kebersihan jalan raya yang dilalui oleh kendaraan yang mengangkut material
dari dan ke job site.

4.3.3. Kontraktor bertanggung jawab atas kelancaran lalu lintas umum di sekitar job site.

SPEK SMP 18 I/3


4.3.4. Kontraktor bertanggung jawab atas kerusakan jalan raya di sekitar job site yang jelas-jelas diakibatkan oleh kegiatan
Kontraktor.

4.3.5. Kontraktor harus berupaya sedemikian rupa, sehingga selama masa pelaksanaan, bangunan-bangunan disekitar
pekerjaan tidak mengalami kerusakan. Kontraktor harus menangani hingga tuntas semua claim dari tetangga akibat
pelaksanaan pekerjaan ini.

4.3.6. Kontraktor harus menjamin bahwa selama pekerjaan berlangsung kegiatan Proses belajar mengajar tidak
tergannggu.

4.3.7. Kebersihan yang dimaksud dalam pasal ini meliputi :

4.3.7.1. Kebersihan terhadap kotoran-kotoran yang ditimbulkan oleh sisa-sisa pembuangan berbagai jenis
sampah.

4.3.7.2. Kebersihan terhadap jenis kotoran-kotoran yang disebabkan oleh sampah sisa-sisa bahan
bangunan, pecahan-pecahan batu bata dan serpihan kayu, dll.

4.3.7.3. Kebersihan dalam arti kata kerapihan pengaturan material dan peralatan sehingga menunjang
mobilisasi pelaksanaan di job site.

4.5. Gudang Material.

Kontraktor wajib membuat gudang material dan peralatan, Gudang tersebut terutama dimaksudkan untuk
penyimpanan material dan peralatan yang memerlukan perlindungan dari alam ataupun terhadap pencurian.

4.6. Generator Set & Penyediaan Air Sementara.

4.6.1. Genset.

Untuk keperluan perlengkapan pada malam hari dan untuk keperluan bekerja, Kontraktor wajib menyediakan dan
mengoperasikan satu set Generator dengan kapasitas sesuai keperluan.

4.6.2. Untuk keperluan pekerja dan Direksi, Kontraktor wajib menyediakan tempat penampungan air yang bersih. Kualitas
air harus memenuhi syarat kesehatan sesuai standar WHO. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya akan akibat
yang timbul dari pemakaian air yang tidak memenuhi syarat tersebut.

4.7. Jalan Masuk Sementara.

Jika dianggap perlu, direksi berhak memerintahkan Kontraktor untuk membuat jalan masuk sementara yang
memungkinkan kelancaran pemasukan material dan sebagainya. Sejauh mungkin jalan masuk sementara tersebut,
dapat ditingkatkan sebagai jalan yang memang menjadi bagian dari lingkup pekerjaan Kontraktor.

Pasal 5
Metode Pelaksanaan dan Gambar Kerja

5.1. Metode Pelaksanaan.

Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor yang diwakili oleh Site Manager harus memberikan rencana
tertulis mengenai Metode Pelaksanaan. Metode pelaksanaan harus dipresentasikan dihadapan Direksi, Konsultan
Perencana dan konsultan pengawas. Hasil dari presentasi metode pelaksanaan setelah disetujui bersama oleh
Direksi, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas merupakan keputusan yang mengikat didalam pelaksanaan
pekerjaan ini.

5.2. Gambar Kerja.

5.2.1. Kontraktor wajib membuat gambar kerja/shop drawing atas rencana pekerjaan yang akan dilaksanakan.

5.2.2. Direksi pekerjaan dan Konsultan Pengawas, berhak untuk memerintahkan Kontraktor untuk membuat gambar kerja
(shop drawing) atas bagian-bagian pekerjaan yang memerlukan penjelasan lebih detail.

SPEK SMP 18 I/4


5.2.3. Pelaksanaan pekerjaan yang dimaksud baru bisa dilaksanakan jika shop drawing telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan/Konsultan Pengawas, yang ditandai dengan “tanda tangan” diatas gambar tersebut.

SPEK SMP 18 I/5


BAB II
PEKERJAAN STRUKTUR

Pasal 1
Pekerjaan Pendahuluan

1.1. Pengukuran

1. Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang sebenarnya, harus segera
dilaporkan kepada pemberi tugas untuk dimintakan keputusan.
2. Segala pengukuran tapak menjadi tanggung jawab Pemborong.

1.2. Pekerjaan Bongkaran.

1. Pekerjaan ini terdiri dari pengambilan, pengangkutan, penempatan hasil bongkaran dari rumah genset dan rangka
atap Gedung Uji Kendaraan.
2. Sebelum dilakukan pembongkaran, pemborong harus mendapatkan ijin pembongkaran dari Pemberi Tugas serta
ijin-ijin lain dari Pemkot setempat termasuk pembuangan puing dan lain-lain.
3. Dalam pelaksanaan pembongkaran ini, pemborong wajib membuat usulan rencana pembongkaran minimal
menyebutkan : metode pembongkaran, lokasi pembuangan puing, pengamanan terhadap instalasi M/E dan genset
serta jangka waktu pelaksanaan.
4. Puing bekas bongkaran tidak diijinkan untuk dipakai sebagai bahan bangunan.

Pasal 2
Pekerjaan Timbunan Dan Pemadatan

2.1. Umum.

2.1.1. Uraian.

1. Pekerjaan ini mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan berbutir
yang disetujui untuk konstruksi timbunan.
2. Segala perubahan dan spesifikasi ini harus dikonsultasikan secara tertulis kepada Konsultan dan harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan untuk memulai pekerjaan.
3. Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam pasal ini adalah timbunan dari tanah lempung. Adapun tanah
lempung yang digunakan harus memenuhi spesifikasi yang ditentukan oleh Konsultan. Timbunan tanah lempung
akan digunakan untuk stabilitas lereng sehingga kekuatan timbunan adalah faktor yang sangat kritis.

2.1.2.Survei.

1. Sebelum pekerjaan timbunan dimulai, harus dilakukan survei topografi. Level yang disepakati harus dicatat dan
ditandatangani oleh Konsultan dan Kontraktor.
2. Kontraktor harus memuat hasil survei dalam bentuk gambar tampak dan penampang dengan skala yang disetujui
oleh Konsultan. Gambar penampang harus pada interval 10 m. Konsultan akan memverifikasi dan memeriksa
gambar tampak dan penampang.

2.1.3. Peralatan.

Kontraktor harus mengajukan metode kerja termasuk output kerja harian, jumlah, type dan kapasitas peralatan yang
akan dioperasikan kepada Konsultan.
Pemilihan peralatan harus mempertimbangkan kondisi lapangan dan lingkungan.

2.2. Pekerjaan Timbunan.

2.2.1. Lingkup.

SPEK SMP 18 I/6


1. Pekerjaan ini terdiri dari pengambilan, pengangkutan, penempatan dan pemadatan tanah untuk timbunan. Galian
dan timbunan pada umumnya diperlukan sesuai garis kelandaian dan ketinggian dari penampang melintang yang
telah disetujui.
2. Timbunan/urugan kering (diatas elevasi air) menggunakan material lempung sesuai gambar rencana dan harus
memenuhi kepadatan yang diisyaratkan pada spesifikasi ini.
3. Pekerjaan timbunan kering (lempung) harus dilakukan sesuai elevasi gambar rencana.

2.2.2. Toleransi Dimensi

1. Kelandaian dan ketinggian yang diselesaikan setelah pemadatan tidak akan melebihi tinggi 10 mm atau 20 mm
lebih rendah dari yang ditentukan atau disetujui.
2. Semua permukaan timbunan akhir yang tidak terlindung harus cukup halus dan rata serta mempunyai kemiringan
yang cukup untuk menjamin pengaliran bebas dari air permukaan.
3. Permukaan lereng timbunan yang selesai tidak akan berbeda dari garis profil yang ditentukan dengan melebihi 100
mm dari ketebalan yang dipadatkan.
4. Timbunan tidak boleh dihamparkan dalam ketebalan lapisan yang dipadatkan melebihi 300 mm.

2.2.3. Standar Rujukan.

1. Kontraktor harus menyelesaikan semua pengujian dibawah pengawasan Konsultan dan harus mengajukan laporan
dalam waktu 1 (satu) minggu setelah masing-masing pengujian dilaksanakan.
2. Pengujian mencakup :
a. Analisis Saringan : AASHTO T 88 – 78
b. Pemadatan Lapangan : AASHTO T 99 – 74
c. Penetapan Batas Cair Tanah : AASHTO T 89 – 69
d. Penetapan Batas Plastis dan Indeks Plastisitas Tanah : AASHTO T 90 – 70
e. CBR : AASHTO T 193 – 72
f. Unit Weight :
g. Water Content : ASTM d 2216

2.2.4. Pengajuan Persetujuan Pekerjaan.

1. Kontraktor harus mengajukan hal-hal berikut kepada Konsultan sebelum suatu persetujuan untuk memulai
pekerjaan dapat diberikan oleh Konsultan.
a. Gambar penampang melintang terinci yang menunjukkan permukaan yang dipersiapkan bagi timbunan yang akan
ditempatkan.
b. Hasil pengujian kepadatan yang memberikan hasil pemadatan yang baik dari permukaan yang dipersiapkan dimana
timbunan tersebut akan ditempatkan.

2. Kontraktor harus mengajukan hal-hal berikut kepada Konsultan sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari sebelum
tanggal yang diusulkan dari penggunaan bahan-bahan yang diajukan untuk digunakan sebagai timbunan :
a. Dua contoh material timbunan masing-masing seberat 50 kg dari bahan-bahan, salah satu akan ditahan oleh
Konsultan untuk rujukan selama periode kontrak.
b. Pernyataan tentang asal dan komposisi dari setiap bahan-bahan yang diusulkan untuk digunakan sebagai timbunan
bersama dengan data pengujian laboratorium yang membuktikan bahwa bahan-bahan tersebut memenuhi sifat
yang ditentukan.

3. Kontraktor harus mengajukan hal berikut secara tertulis kepada Konsultan segera setelah penyelesaian setiap
bagian pekerjaan dan sebelum setiap persetujuan diberikan untuk penempatan bahan-bahan lain diatas timbunan :
a. Hasil pengujian kepadatan.
b. Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data pengukuran membuktikan bahwa permukaan berada dalam
toleransi yang ditentukan.

2.2.5. Kondisi Tempat Kerja.

1. Kontraktor harus menjamin lahan pekerjaan selalu kering sebelum dan selama pekerjaan pemadatan.

SPEK SMP 18 I/7


2. Timbunan harus mempunyai kemiringan yang cukup untuk menunjang sistem drainase dari aliran air hujan dan
pekerjaan yang diselesaikan mempunyai drainase yang baik. Air dari tempat kerja harus dikeluarkan kedalam
sistem drainase permanen. Penjebak lumpur harus disediakan pada sistem drainase sementara yang mengalirkan
kedalam sistem drainase permanen.
3. Kontraktor harus menjamin pada tempat kerja suatu persediaan air yang cukup untuk pengendalian kadar air
timbunan selama operasi pemadatan.

2.2.6. Perbaikan Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Syarat.

1. Timbunan akhir yang tidak sesuai dengan penampang melintang yang ditentukan atau disetujui atau dengan
toleransi permukaan yang ditentukan, harus diperbaiki dengan mengupas permukaan tersebut dan membuang atau
menambah material sebagaimana diperlukan, disusul dengan pembentukan pemadatan kembali.
2. Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan dalam batas kadar air yang ditentukan atau sebagaimana diarahkan
oleh Konsultan, harus dikoreksi dengan mengupas material disusul dengan penyiraman dengan jumlah air
secukupnya dan mencampur secara keseluruhan dengan sebuah mesin perata (grader) atau peralatan lain yang
disetujui.
3. Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan dalam batas kadar air yang ditetapkan atau sebagaimana diarahkan
oleh Konsultan, harus dikoreksi dengan pengupas material disusul dengan pengerjaan dengan mesin perata
(grader) berulang-ulang atau peralatan lainnya yang disetujui, dengan selang istirahat antara pekerjaan, dibawah
kondisi cuaca kering. Jika tidak atau jika pengeringan yang cukup tidak dapat dicapai dengan pengerjaan dan
membiarkan material terlepas, maka Konsultan dapat memerintahkan agar material tersebut dikeluarkan dari
pekerjaan dan diganti dengan material kering yang memadai.
4. Timbunan yang menjadi jenuh karena hujan atau banjir atau sebaliknya setelah dipadatkan secara memuaskan
sesuai dengan spesifikasi ini, pada umumnya tak akan memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan sifat bahan-bahan
dan kerataan permukaan masih memenuhi persyaratan dari spesifikasi ini.
5. Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi persyaratan sifat atau kepadatan bahan-bahan dari spesifikasi ini
sebagaimana yang diarahkan oleh Konsultan, harus dilakukan pemadatan tambahan, penggarukan kemudian
disusul dengan pengaturan kadar air dan pemadatan kembali atau pembuangan dan penggantian bahan-bahan.

2.2.7. Pemulihan Pekerjaan Setelah Pengujian.


Semua lubang pada pekerjaan akhir yang dibuat oleh pengujian kepadatan atau lainnya harus ditimbun kembali
oleh Kontraktor tanpa penundaan dan dipadatkan sampai persyaratan toleransi permukaan dan kepadatan dari
spesifikasi ini.

2.2.8. Pembatasan Cuaca.


Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan turun, dan tak ada pemadatan yang
boleh dilakukan setelah hujan atau sebaliknya bila kadar air bahan-bahan material berada di luar batas yang
ditentukan.
2.2.9. Royalti Bahan-bahan.
Bila bahan-bahan timbunan didapat dari luar daerah milik, Kontraktor harus membuat semua pengaturan yang
diperlukan dan membayar semua biaya dan royalti kepada pemilik tanah dan pejabat sebelum mengeluarkan
bahan-bahan.

2.2.10.Bahan-Bahan.

1. Sumber Bahan-bahan.
Bahan-bahan timbunan harus dipilih dari sumber yang disetujui.

2. Bahan Timbunan.
a. Bahan timbunan terdiri dari timbunan tanah yang digali dan disetujui oleh Konsultan sebagai bahan-bahan yang
memenuhi syarat untuk penggunaan dalam pekerjaan permanen. Material yang digunakan adalah material silty clay
yang memenuhi klasifikasi USCS sebagai material CL, ML, atau SM (khusus untuk timbunan di bawah muka air
tanah). Clay fraction (< 0.002 mm) bahan-bahan timbunan harus memenuhi minimal 25% yang ditunjukkan dari
hasil analisis saringan.
b. Tanah yang mempunyai sifat mengembang (shrinkage) sangat tinggi yang mempunyai suatu nilai aktivitas lebih
besar daripada 1,0 atau suatu derajat pengembangan yang digolongkan oleh AASHTO T 258 sebagai sangat tinggi

SPEK SMP 18 I/8


atau ekstra tinggi, tidak akan digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai Aktivitas harus diukur sebagai Indeks
Plastisitas, IP (AASHTO T90) dan Persentase Ukuran Tanah Liat (AASHTO T88).
c. Indeks Plastisitas, IP (AASHTO T90) dari material timbunan harus lebih kecil dari 15 % dan batas cair, LL harus
lebih kecil dari 45 % (AASHTO T90).
d. Bahan-bahan timbunan tidak mengandung mineral Montmorillonite yang ditunjukkan dari hasil test mineralogi.
e. Material yang telah dipadatkan menurut Modified Proctor, harus memiliki :

¾ Undrained Shear Strength (Cu) untuk sample tanah yang dijenuhkan lebih besar dari 60 kPa atau sample tanah
kering setelah dipadatkan > 120 kPa.
¾ Specific Grafity (Gs) lebih besar dari 2,6.
¾ Kepadatan kering minimum harus mencapai kepadatan minimal 95 % Modified Proctor maximum density untuk
bahan timbunan umum, dan 98 % Modified Proctor maximum density untuk bahan timbunan subgrade jalan.

2.2.11. Penempatan dan Pemadatan Timbunan.

1. Persiapan Tempat Kerja.


a. Sebelum menempatkan timbunan pada suatu daerah maka semua operasi pembersihan dan pembongkaran,
termasuk penimbunan lubang yang tertinggal pada waktu pembongkaran akar pohon harus telah diselesaikan dan
bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat harus telah dikeluarkan sebagaimana telah diperintahkan oleh Konsultan.
Seluruh areal harus diratakan secukupnya sebelum penimbunan dimulai.
b. Di mana ukuran tinggi timbunan adalah satu meter atau kurang, maka daerah pondasi timbunan tersebut harus
dipadatkan secara penuh (termasuk penggarukan dan pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai
lapisan atas 150 mm dari tanah memenuhi persyaratan kepadatan yang ditentukan untuk timbunan yang akan
ditempatkan di atasnya.
c. Bila timbunan tersebut akan dibangun di atas tepi bukit atau ditempatkan pada timbunan yang ada, maka lereng-
lereng yang ada harus dipotong untuk membentuk terasering dengan ukuran lebar yang cukup untuk menampung
peralatan pemadatan sewaktu timbunan ditempatkan dalam lapisan horisontal.

2. Penempatan Timbunan.
a. Timbunan harus ditempatkan pada permukaan yang dipersiapkan dan disebarkan merata serta bila dipadatkan
akan memenuhi toleransi ketebalan lapisan yang diberikan. Di mana lebih dari satu lapisan yang akan ditempatkan,
maka lapisan tersebut harus sedapat mungkin sama tebalnya.
b. Timbunan tanah harus dipindahkan segera dari daerah galian tambahan ke permukaan yang dipersiapkan dalam
keadaan cuaca kering. Penumpukan tanah timbunan tidak akan diizinkan selama musim hujan, dan pada waktu
lainnya hanya dengan izin tertulis dari Konsultan.
c. Dalam penempatan timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan-bahan drainase porous lainnya, maka
harus diperhatikan untuk menghindari pencampuran adukan dari kedua bahan-bahan tersebut. Dalam hal
pembentukan drainase vertikal, maka suatu pemisah yang luas antara kedua bahan-bahan tersebut harus dijamin
dengan menggunakan acuan sementara dari lembaran baja tipis yang secara bertahap akan ditarik sewaktu
penempatan timbunan dan bahan drainase porous dilaksanakan.
d. Di mana timbunan akan diperlebar, maka lereng timbunan yang ada harus dipersiapkan dengan mengeluarkan
semua tumbuhan permukaan dan harus dibuat terasering sebagaimana diperlukan sehingga timbunan yang baru
terikat pada timbunan yang ada hingga disetujui oleh Konsultan. Timbunan yang diperlebar kemudian harus
dibangun dalam lapisan horisontal sampai pada ketinggian tanah dasar. Tanah dasar harus ditutup dengan
sepraktis dan secepat mungkin dengan lapis pondasi bawah sampai ketinggian permukaan jalan yang ada untuk
mencegah pengeringan dan kemungkinan peretakan permukaan.
e. Sebelum sebuah timbunan ditempatkan, seluruh rumput dan tumbuhan harus dibuang dari permukaan atas di mana
timbunan tersebut ditempatkan dan permukaan yang sudah dibersihkan dihancurkan dengan pembajakan atau
pengupasan sampai kedalaman minimum 20 cm.
3. Pemadatan
a. Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan maka setiap lapisan harus dipadatkan secara
menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan layak serta disetujui oleh Konsultan sampai suatu kepadatan
yang memenuhi persyaratan yang ditentukan.
b. Pemadatan tanah timbunan akan dilakukan hanya bila kadar air bahan-bahan berada dalam batas antara 2 % lebih
daripada kadar air optimum (wet of optimum). Kadar air optimum tersebut harus ditentukan sebagai kadar air di
mana kepadatan kering maksimum diperoleh bila tanah tersebut dipadatkan sesuai dengan AASHTO T-180.

SPEK SMP 18 I/9


c. Semua timbunan batuan harus ditutup dengan lapisan dengan tebal 200 mm dari bahan-bahan yang bergradasi
baik yang berisi batu-batu tidak lebih besar dari 50 mm dan mampu mengisi semua sela-sela bagian atas timbunan
batuan. Lapisan penutup ini harus dibangun sesuai dengan persyaratan untuk timbunan tanah.
d. Setiap lapisan timbunan yang ditempatkan harus dipadatkan sebagaimana ditentukan, diuji untuk kepadatan dan
diterima oleh Konsultan sebelum lapisan berikutnya ditempatkan.
f. Timbunan harus dipadatkan dimulai dari tepi luar dan dilanjutkan ke arah sumbu areal reklamasi dengan suatu cara
yang sedemikian rupa sehingga setiap bagian menerima jumlah pemadatan yang sama.
g. Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai/dimasuki oleh alat pemadat biasa, harus ditempatkan dalam lapisan
horisontal dari bahan-bahan lepas tidak lebih dari 150 mm tebal dan seluruhnya dipadatkan dengan menggunakan
alat pemadat tangan mekanis (mechanical tamper) yang disetujui. Perhatian khusus harus diberikan guna menjamin
pemadatan yang memuaskan di bawah dan di tepi pipa untuk menghindari rongga-rongga dan guna menjamin
bahwa pipa ditunjang sepenuhnya.

4. Perlindungan Timbunan Yang Sudah Dipadatkan


a. Kontraktor harus menjaga dan melindungi timbunan yang sudah dipadatkan dari segala pengaruh yang merusak
mutu timbunan.
b. Kontraktor harus memelihara talud dan timbunan terhadap terjadinya longsoran lokal pada talud. Apabila terjadi
kelongsoran lokal pada talud, maka Kontraktor harus memperbaikinya dalam waktu 24 jam setelah ada instruksi dari
Direksi Teknik/Konsultan. Semua biaya perbaikan talud yang diperlukan menjadi tanggungan Kontraktor.
c. Apabila Direksi Teknik memandang perlu, maka Direksi Teknik berhak memerintahkan pengujian tambahan pada
sebagian atau keseluruhan timbunan yang sudah diuji dan diterima. Apabila terbukti bahwa timbunan tersebut
mengalami penurunan mutu sehingga tidak memenuhi Spesifikasi Teknik ini, maka Kontraktor wajib atas biayanya
sendiri memperbaiki timbunan tersebut sampai memenuhi Spesifikasi Teknik ini, maka Kontraktor wajib atas
biayanya sendiri memperbaiki timbunan tersebut sampai memenuhi Spesifikasi Teknik ini dan menanggung biaya
pengujian yang diperintahkan Direksi Teknik.

2.2.12. Jaminan Kualitas.

1. Pengawasan Kualitas Bahan


a. Jumlah data penunjang untuk hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal kualitas bahan-bahan harus
sebagaimana diarahkan oleh Konsultan, tetapi harus termasuk semua pengujian yang relevan yang telah
ditentukan, sekurang-kurangnya tiga contoh yang mewakili sumber bahan-bahan yang diajukan yang terpilih untuk
mewakili serangkaian kualitas bahan-bahan yang akan diperoleh dari sumber tersebut.
b. Menyusul persetujuan mengenai kualitas bahan-bahan timbunan yang diajukan, maka pengujian kualitas bahan-
bahan tersebut harus diulangi lagi atas kebijaksanaan tenaga Konsultan, dalam hal mengenai perubahan yang
diamati pada bahan-bahan tersebut atau pada sumbernya.
c. Suatu program rutin pengujian pengawasan mutu bahan-bahan harus dilaksanakan untuk mengendalikan
keanekaragaman bahan yang dibawa ke tempat proyek. Jangkauan pengujian tersebut harus sebagaimana
diarahkan oleh Konsultan tetapi untuk setiap 1000 meter kubik timbunan yang diperoleh dari setiap sumber.

2. Persyaratan Pemadatan untuk Timbunan Tanah


a. Ketebalan hamparan untuk setiap lapisan yang akan dipadatkan adalah 300 mm.
b. Pemadatan setiap lapis (lift) yang telah ditentukan harus mencapai kepadatan minimal 95 % Modified Proctor
maximum density pada kadar air optimum + 2%.
c. Lapisan yang lebih dari 300 mm di atas ketinggian elevasi muka air rata-rata harus dipadatkan sampai 95 % dari
standar maksimum kepadatan kering yang ditentukan sesuai dengan AASHTO T-180. Untuk tanah yang
mengandung lebih dari 10 % bahan-bahan yang tertahan pada ayakan 3/4 inch, kepadatan kering maksimum yang
dipadatkan harus disesuaikan untuk bahan-bahan yang berukuran lebih besar sebagaimana diarahkan oleh Tenaga
Ahli/Insinyur.
d. Pengujian kepadatan dengan uji sand cone harus dilaksanakan untuk setiap 500 m2 pada setiap lapisan timbunan
yang dipadatkan sesuai dengan ASTM D-1556 dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan bahwa kepadatan
kurang dari kepadatan yang disyaratkan maka Kontraktor harus membetulkan pekerjaan tersebut.

3. Percobaan Pemadatan
a. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk pemilihan peralatan dan metoda untuk mencapai tingkat pemadatan
yang ditentukan. Dalam hal bahwa Kontraktor tidak mampu untuk mencapai kepadatan yang disyaratkan, maka
pemadatan berikutnya belum boleh dilaksanakan, kecuali dengan seizin Konsultan Pengawas.

SPEK SMP 18 I/10


b. Suatu percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan jumlah lintasan alat pemadat dan kadar air harus diubah-
ubah sampai kepadatan yang ditentukan tercapai dan disetujui Konsultan. Hasil percobaan lapangan ini kemudian
harus digunakan untuk menentukan jumlah lintasan yang disyaratkan, jenis alat pemadat dan kadar air untuk semua
pemadatan yang selanjutnya.

2.2.13.Pengukuran.

1. Timbunan akan diukur sebagai jumlah meter kubik bahan-bahan yang dipadatkan yang diterima lengkap di tempat.
Volume yang diukur harus didasarkan pada gambar penampang melintang yang disetujui dari profil tanah atau profil
galian sebelum suatu timbunan ditempatkan serta pada garis, kelandaian dan ketinggian dari pekerjaan timbunan
akhir yang ditentukan dan disetujui. Metoda perhitungan volume bahan-bahan harus merupakan metoda luas
bidang ujung rata-rata, dengan menggunakan penampang melintang dari pekerjaan yang berjarak tidak lebih dari 25
meter.
2. Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang yang disetujui, termasuk setiap tambahan
timbunan yang diperlukan sebagai akibat pekerjaan terasiring atau pengikatan timbunan pada lereng yang ada atau
sebagai akibat penurunan pondasi, tidak akan diukur untuk pembayaran, kecuali :
a. Timbunan diperlukan untuk mengganti bahan-bahan yang kurang sesuai atau lunak atau untuk mengganti bahan-
bahan batuan atau keras lainnya.
b. Tambahan timbunan diperlukan untuk membetulkan pekerjaan yang kurang memuaskan atau kurang stabil atau
gagal dalam hal bahwa Kontraktor tidak dianggap bertanggung jawab.

3. Pekerjaan timbunan kecil yang menggunakan timbunan biasa dinyatakan sebagai bagian dari pos pekerjaan tanah
tidak akan diukur untuk pembayaran sebagai timbunan di bawah bab ini.
4. Timbunan yang digunakan di luar batas kontrak dari konstruksi timbunan atau untuk mengubur bahan-bahan yang
tidak memenuhi syarat atau tidak terpakai, tidak akan dimasukkan dalam pengukuran timbunan.
5. Bila bahan-bahan galian yang digunakan untuk timbunan, maka bahan-bahan ini akan dibayar sebagai timbunan di
bawah bab ini.
6. Jumlah hasil kerja yang diukur dengan cara di atas akan dibayarkan berdasarkan mata pembiayaan di bawah ini.
Biaya tersebut sudah termasuk pekerjaan persiapan, penyelesaian dan penempatan material, keuntungan jasa
kontraktor serta semua kegiatan untuk mencapai hasil kerja yang sebaik-baiknya.
7. Jumlah timbunan yang diukur akan dibayar untuk setiap meter kubik timbunan.
8. Timbunan yang telah disetujui dan diterima oleh Konsultan sebagi drainase porous akan diukur dan tidak akan
dimasukkan ke dalam pengukuran timbunan di dalam bab ini.

Pasal 3
Pekerjaan Beton Bertulang

3.1. Lingkup Pekerjaan.

Pekerjaan beton bertulang dilaksanakan untuk pekerjaan atau pemasangan sambungan kolom, ring balok, balok
sloof dan bangunan lain yang ditunjukkan dalam gambar.

3.2. Persyaratan Material.

3.2.1. Referensi.

SKBI-2.3.53.1987
SNI 03-1727-1989
SNI 03-1728-1989
SNI 03-1736-1989
SNI 03-1750-1990
SNI 03-1756-1990
SNI 03-2461-1991
SNI 03-2495-1991
SNI 03-2834-1992
SNI 03-2847-1992
SNI 03-2854-1992

SPEK SMP 18 I/11


SNI 03-2914-1992
SNI 03-3976-1995
SK SNI S-36–1990–03
SK SNI T-28-1991-03
SK SNI T-15-1992-03

3.2.2. Persyaratan Material.

1. Portland Cement (PC).


Semua PC yang digunakan harus PC dengan merk standar yang disetujui oleh badan yang berwenang dan
memenuhi persyaratan PC tipe I sesuai spesifikasi yang termuat dalam SNI dan harus sesuai dengan kondisi di
lapangan. Semua pekerjaan harus menggunakan satu macam merk PC, PC harus disimpan dengan baik,
dihindarkan dari kelembaban sampai tiba saatnya untuk dipakai. PC yang telah mengeras atau membatu tidak boleh
digunakan, PC harus disimpan sedemikan rupa sehingga mudah untuk diperiksa dan diambil contohnya.

2. Batu Split/Kerikil.
Batu split/kerikil dan pasir harus keras, tahan lama dan bersih serta tidak mengandung bahan yang merusak dalam
bentuk ataupun jumlah yang cukup banyak, yang dapat memperlemah kekuatan beton. Split/kerikil harus
memenuhi syarat-syarat yang terdapat pada SNI 1734-1989, atau daftar berikut ini :

Split/Kerikil Pasir
Ayakan % Lewat Ayakan Ayakan % Lewat Ayakan
(Berat Kering) (Berat Kering)
30 mm 100 10 mm 100
25 mm 90 – 100 5 mm 90 – 100
15 mm 25 – 60 2.5 mm 80 – 100
5 mm 0 – 10 1.2 mm 50 – 90
2.5 mm 0 – 5 0.6 mm 25 – 60
0.3 mm 10 – 30
0.15 mm 2 – 10

3. Air.
Air harus bersih dan bebas dari bahan organik, alkali, garam, asam dan sebaiknya air tersebut dapat diminum.

4. Bahan Pembantu (Admixture).


Atas pilihan Kontraktor atau permintaan Direksi/Konsultan Pengawas, bahan pembantu boleh ditambahkan pada
campuran beton untuk mengatur pengerasan beton, efek penggunaan air atau penambahan mutu beton, biaya
penambahan bahan pembantu ditanggung oleh Kontraktor.
Bahan pembantu yang digunakan harus berkualitas baik dan dapat diterima dan disetujui oleh Direksi/Konsultan
Pengawas, dan penggunaannya sesuai dengan petunjuk penggunaan dari produk tersebut dan yang disyaratkan
dalam “BAHAN PEMBANTU” sesuai dengan SNI 03-2495-1991.
Jumlah penggunaan PC dalam adukan adalah tetap dan tidak tergantung ada atau tidak adanya penggunaan bahan
pembantu dan pencampurannya harus sesuai dengan petunjuk dari pabrik.

5. Tulangan Baja.
Tulangan baja harus mempunyai diameter yang sesuai dengan gambar rencana dan bebas dari karat. Untuk
tulangan baja dengan diamater ∅ ≥ 13 mm menggunakan baja tulangan deform/ulir (BjTD 40), dan untuk tulangan
baja dengan diamater ∅ < 13 mm menggunakan baja tulangan polos (BjTP 24), dan dapat ditunjukkan dengan
sertifikasi dari pabrik.
Harus dilakukan pengujian minimum 2 sampel untuk tiap macam diameter dari setiap 20 ton besi. Pengujian ini
dilakukan pada laboratorium yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas atas biaya Kontraktor.
Semua pembengkokan, penyambungan dan panjang penyaluran harus sesuai dengan SK SNI T-15-1992-03.

3.2.3. Kualitas beton yang diinginkan.

Mutu beton/kuat tekan beton yang diinginkan adalah K-225. Dengan persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan
Pengawas, Kontraktor dapat melaksanakan pekerjaan cor beton dengan menggunakan sistem beton siap pakai
(ready mix concrete) yang terlebih dahulu memberikan data spesifikasi mutu beton yang dikehendaki kepada
Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan pengecoran dilaksanakan.

SPEK SMP 18 I/12


3.3. Syarat dan Pengecoran.

Semua persyaratan bahan dan pelaksanaan harus memenuhi standar yang berlaku di Indonesia dan merupakan
pemilihan bahan yang terbaik dengan pengawasan yang ketat dari Direksi/Konsultan Pengawas. Pemilihan bahan
dan pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan standar pelaksanaan akan mendapatkan hasil yang sempurna.

3.3.1. Rencana Kerja, Metode Pelaksanaan dan Ijin Pengecoran.


Kontraktor harus menyerahkan secara tertulis rencana kerja dan metode pelaksanaan pengecoran caping beam
kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis, sebelum pekerjaan pengecoran dimulai.
Sebelum dilaksanakan pengecoran, dilaksanakan pemeriksaan bersama Kontraktor dan Konsultan Pengawas dan
apabila telah memenuhi syarat ijin pengecoran dapat dikeluarkan.

3.3.2. Trial Mix Design dan Perbandingan Adukan.

1. Sebelum dilaksanakan pekerjaan pengecoran, Kontraktor harus melaksanakan rencana pengadukan beton/trial mix
design untuk mendapatkan mutu beton yang dikehendaki. Untuk itu Kontraktor perlu melakukan pengujian material
di laboratorium yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas untuk semua material beton, atas biaya kontraktor.
Berdasarkan analisa dan hasil test sampel tersebut, laboratorium akan merencanakan suatu campuran beton (mix
design) dengan slump yang telah disyaratkan.
Sebagai kontrol suatu campuran beton, data-data yang harus tertulis dalam laporan mix design mencakup :

a. Tipe dan gradasi material agregat.


b. Aspal agregat.
c. Hasil pengujian material air dan agregat (berat jenis dan berat isi agregat, modulus halus butir pasir, kadar lumpur,
dll.
d. Tipe dan merk PC.
e. Tipe, merk dan komposisi bahan additives (apabila digunakan).
f. Komposisi takaran beton dan takaran dalam 1 m3.
g. Keterangan tentang beton (kemudahan pekerjaan, segregasi kohesi dan lain-lain).
h. Hasil test silinder beton.

2. Faktor air semen dari beton (tidak terhitung air yang terhisap oleh agregat) tidak boleh melampaui 0.50
(perbandingan berat). Perbandingan campuran tersebut dapat diubah jika diperlukan untuk mendapatkan mutu
beton yang dikehendaki dengan kepadatan, kekedapan, keawetan dan kekuatan yang lebih baik dengan
persetujuan dari Konsultan Pengawas. Kontraktor tidak berhak atas penambahan kompensasi yang disebabkan
oleh perubahan tersebut di atas.

3. Percobaan kekuatan beton di lapangan dalam N/mm2 (MPa) dibuat dengan percobaan beton silinder (∅ 15 cm
tinggi 30 cm), atas biaya kontraktor. Jumlah silinder percobaan yang dibuat harus sesuai dengan SNI 03-2834-1992.
Copy hasil test harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas.

4. Percobaan yang dilakukan di lapangan, pengambilan contoh campuran dan pengujian harus mengundang dan
disaksikan oleh Konsultan Pengawas. Suatu kali jika kekuatan beton umur 7 hari kekuatannya kurang dari 70 % dari
beton umur 28 hari, maka Konsultan Pengawas berhak untuk memerintahkan Kontraktor untuk menambah PC ke
dalam campuran beton. Dan apabila terdapat beton dengan umur 28 hari yang tidak mencapai mutu beton yang
dikehendaki, maka pengecoran selanjutnya harus dihentikan sampai persoalan tersebut dapat diselesaikan oleh
Kontraktor dan Konsultan Pengawas.

5. Banyaknya air yang digunakan dalam adukan beton harus cukup. Waktu pengadukan beton harus tetap dan normal
sehingga menghasilkan beton yang homogen tanpa adanya bahan-bahan yang terpisah satu dengan yang lainnya.
Jumlah air dapat diubah sesuai dengan keperluannya dengan melihat perubahan keadaan cuaca atau kelembaban
bahan adukan (agregat) untuk mempertahankan hasil yang homogen, kekentalan dan kekuatan beton yang
dikehendaki.

6. Pengujian kekentalan adukan beton (slump) dan pelaksanaannya sesuai dengan SNI-3976-1995. Slump yang
digunakan dalam proyek ini adalah 8 – 12 cm sesuai yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas. Untuk maksud dan
alasan tertentu, dengan persetujuan Konsultan Pengawas dapat dipakai nilai slump yang menyimpang dari
ketentuan di atas asal dipenuhi hal-hal sebagai berikut :

a. Mutu beton yang disyaratkan tetap terpenuhi.


b. Tidak terjadi pemisahan dari adukan.
c. Beton yang dapat dikerjakan dengan baik (workability).

SPEK SMP 18 I/13


3.3.3. Persyaratan Bekisting.

1. Bekisting atau perancah harus digunakan bila diperlukan untuk membatasi adukan beton dan membentuk adukan
beton menurut garis dan permukaan yang diinginkan. Kontraktor harus bertanggungjawab atas perencanaan yang
memadai untuk seluruh bekisting.
2. Pada bagian tertentu Konsultan Pengawas akan memerintahkan Kontraktor untuk membuat shop drawing dari
bekisting.
3. Semua bahan yang akan digunakan/dipasang harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
4. Papan bekisting harus terbuat dari plywood, papan yang rata dan halus, dalam keadaan baik sebagaimana
dikehendaki untuk menghasilkan permukaan yang sempurna seperti terperinci dalam spesifikasi ini.
5. Toleransi yang diijinkan adalah ± 3 mm untuk garis dan permukaan. Bekisting harus demikian kuat dan kaku
terhadap beban dan lendutan adukan beton yang masih basah dan getaran terhadap beban konstruksi. Bekisting
harus tetap menurut garis dan permukaan yang disetujui oleh Konsultan Pengawas sebelum pengecoran.
6. Bekisting harus kedap air, sehingga dijamin tidak akan timbul sirip atau adukan kelur dari sambungan.
7. Pembongkaran dilakukan setelah beton telah mencapai kekuatan setara dengan umur beton 28 hari dan harus
dengan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Pembongkaran dilaksanakan dengan statis, tanpa
goncangan atau kerusakan pada beton.

3.3.4. Pengecoran Beton.

1. Pengecoran harus dengan ijin tertulis dari Konsultan Pengawas dan dilaksanakan pada waktu Konsultan Pengawas
atau wakilnya yang ditunjuk serta Pengawas Kontraktor yang setara ada di tempat kerja.
2. Beton tidak boleh dicor bilamana keadaan cuaca buruk, panas yang dapat menggagalkan pengecoran dan
pengerasan yang baik, seperti ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
3. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian atau ke dalam papan bekisting yang tinggi/dalam, yang
dapat menyebabkan terlepasnya split/kerikil dari adukan beton. Beton juga tidak boleh dicor dalam bekisting yang
dapat mengakibatkan penimbunan adukan pada permukaan bekisting di atas beton yang sudah dicor.

3.3.5.Peralatan Ready Mix..

Kontraktor dapat menggunakan beton ready mix setelah mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
Semua data spesifikasi dan peralatan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas.
Peralatan yang digunakan seperti truk molen, concrete pump dan lain lain harus dalam keadaan baik, terawat dan
berfungsi dengan baik apabila digunakan.

3.3.6. Pemadatan dan Penggetaran.

1. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai mencapai kepadatan maksimum sehingga bebas dari
kantong/sarang kerikil dan menutup rapat pada semua permukaan dari cetakan dan material yang melekat.
2. Semua beton harus dipadatkan dengan vibrator dengan kekecepatan minimum 7000 rpm yang bergetar pada
bagian dalam (dari jenis alat “tenggelam”) dalam waktu maksimal 10 detik setiap kali dibenamkan. Pada waktu yang
sama dilakukan pengetukan pada dinding bekisting sampai betul-betul mengisi pada bekisting atau lubang galian
dan menutupi seluruh permukaan bekisting.
3. Penggunaan vibrator harus dilakukan dengan benar atau dengan petunjuk dari Konsultan Pengawas dan tidak
boleh mengenai bekisting maupun penulangan.

3.3.7. Perawatan Beton.

Beton yang selesai dicetak harus dijaga dalam keadaan basah selama sekurang-kurangnya 14 hari setelah dicor,
yaitu dengan cara penyiraman air, karung goni basah, atau cara-cara lain yang ditentukan oleh Konsultan
Pengawas.
Air yang yang digunakan dalam perawatan harus memenuhi spesifikasi air untuk campuran beton.

SPEK SMP 18 I/14


BAB III

PEKERJAAN ARSITEKTUR

Pasal 1
Pekerjaan Adukan Dan Campuran

1.1. Lingkup Pekerjaan.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi :


1.1.1. Pekerjaan Adukan Pasangan Batu gunung.
1.1.2. Pekerjaan Adukan Pasangan Batu Bata.
1.1.3. Pekerjaan Adukan Lain Seperti Tercantum Dalam Gambar Kerja.

1.2. Persyaratan Bahan.

1.2.1. Semen.
Sesuai persyaratan dalam Bab II Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Struktur.

1.2.2. Pasir.
Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam, keras, bersih dari tanah dan lumpur
dan tidak mengandung bahan-bahan organis.

1.2.3. Air.
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik, basa, garam dan kotoran lainnya dalam
jumlah yang dapat merusak.

1.3. Persyaratan Pelaksanaan.

1.3.1. Campuran Dalam Adukan.


Campuran dalam adukan yang dimaksud adalah campuran dalam volume. Cara pembuatannya menggunakan
Mixer selama 3 (tiga) menit.

1.3.2. Jenis Adukan.

1. Adukan biasa adalah campuran 1Pc : 4Ps


Adukan ini untuk pasangan batu bata serta untuk menutup semua permukaan dinding pasangan bagian
dalam bangunan, yang dinyatakan tidak kedap air seperti tercantum didalam gambar kerja.
2. Adukan kedap air adalah campuran 1Pc : 2Ps.
Adukan plesteran ini untuk :
Menutup semua bagian permukaan dinding pasangan pada bagian luar/tepi luar bangunan. Semua
bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan yang disyaratkan harus kedap air seperti tercantum
di dalam gambar kerja hingga ketinggian 150 cm dari permukaan lantai.
Semua pasangan bata dibawah permukaan tanah hingga ketinggian sampai 20 cm dari permukaan lantai,
kecuali ditentukan lain dalam gambar kerja.

1.3.3. Jenis Adukan.


Semua jenis adukan tersebut diatas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga selalu dalam keadaan masih segar
dan belum mengering pada waktu pelaksanaan pemasangan.

1.3.4. Adukan Kedap Air.


Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu pencampuran adukan dengan pemasangan
tidak melebihi 30 menit, terutama untuk adukan kedap air.

SPEK SMP 18 I/15


Pasal 2
Pekerjaan Pasangan Batu Gunung

2.1. Lingkup Pekerjaan.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi :


2.1.1. Pekerjaan Pondasi Pasangan Batu gunung.
2.1.2. Pekerjaan pasangan batu gunung lainnya seperti tercantum dalam gambar kerja.

2.2. Persyaratan Bahan.

2.2.1. Batu gunung.


Batu gunung yang digunakan harus batu pecah dari jenis yang keras, bersudut runcing dan tidak porous.

2.2.2. Semen.
Sesuai Pasal 1 Butir 1.2.1 bab ini.

2.2.3. Pasir.
Sesuai Pasal 1 Butir 1.2.2 bab ini.

2.2.4. Air.
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik, basa, garam dan kotoran lainnya dalam
jumlah yang dapat merusak.
2.3. Persyaratan Pelaksanaan.

2.3.1. Profil atau Bentuk Pondasi.


Sebelum pelaksanaan pekerjaan pondasi, harus dibuat profil/bentuk pondasi dari bambu atau kayu pada setiap
ujung yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan gambar kerja dan telah mendapat persetujuan dari
Direksi/Konsultan Pengawas.

2.3.2. Galian Pondasi.


Galian pondasi harus telah disetujui secara tertulis oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Kemudian dasar galian harus
diurug dengan pasir urug setebal 10 cm, disiram sampai jenuh, diratakan dan dipadatkan sampai benar-benar
padat. Di atas lapisan pasir tersebut diberi pasangan batu gunung kosong yang dipasang sesuai dengan gambar
kerja.

2.3.3. Pasangan Batu gunung.


Pasangan batu gunung untuk pondasi menggunakan adukan dengan campuran 1Pc: 4Ps, terkecuali disyaratkan
kedap air seperti tercantum dalam gambar kerja. Untuk kepala pondasi batu belah digunakan adukan kedap air 1Pc
: 2Ps.

2.3.4. Adukan.
Adukan harus membungkus batu gunung sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian dan pondasi yang berongga
atau tidak padat khususnya pada bagian tengah.

2.3.5. Jarak.
Pada perletakan kolom beton atau kolom praktis harus ditanamkan stek-stek tulangan kolom dengan diameter dan
jumlah besi yang sama dengan jumlah tulangan pokok pada kolom beton atau kolom praktis tersebut. Stek-stek
harus tertanam dengan baik dalam pondasi sedalam minimum 40-d atau sesuai dengan ukuran dalam gambar
kerja. Demikian pula dengan bagian stek yang tidak tertanam atau mencuat keatas sepanjang minimum 40-d atau
sesuai dengan ukuran dalam gambar kerja.

SPEK SMP 18 I/16


Pasal 3
Pekerjaan Pasangan Batu Bata

3.1. Lingkup Pekerjaan.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi :

3.1.1. Pekerjaan Dinding Bata ½ Batu.


3.1.4. Pekerjaan pasangan batu lainnya seperti tercantum dalam gambar kerja.

3.2. Persyaratan Bahan.

3.2.1. Batu Bata.


Batu bata yang dipakai adalah batu bata merah dari mutu yang terbaik, dengan pembakaran sempurna dan merata.

3.2.3. Semen.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.1 bab ini

3.2.4. Pasir.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.2 bab ini.

3.2.5. Air.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.3 bab ini.

3.3. Persyaratan Pelaksanaan Pasangan Batu Bata.

3.3.1. Detail Bentuk Profil.


Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan detail bentuk profil, sambungan dan hubungan
dengan material lain dan melaksanakannya sesuai dengan yang tercantum didalam gambar kerja.

3.3.2. Sebelum Pemasangan.


Sebelum pemasangan, batu bata harus direndam dalam air bersih dulu sehingga jenuh. Pada saat diletakkan, tidak
boleh ada genangan air di atas batu bata tersebut.

3.3.3. Aduk Perekat/Spesi.

1. Aduk perekat/spesi untuk pasangan batu bata kedap air adalah campuran 1Pc : 2Ps untuk :
a. Dinding pasangan bata daerah basah.
b. Dinding pasangan bata yang langsung berhubungan dengan luar.
c. Saluran.

2. Untuk semua pasangan batu bata terhitung dari P + 0.20 ke atas, dipakai aduk perekat/spesi campuran
1Pc : 4Ps, terkecuali yang disyaratkan kedap air seperti yang tercantum di dalam gambar kerja.
3. Persyaratan pembuatan adukan harus sesuai dengan Pasal 1 dalam bab ini.

3.3.4. Ketebalan Aduk Perekat/Spesi.


Pemasangan harus sedemikiin rupa sehingga ketebalan aduk perekat/spesi harus sama setebal 1 cm. Semua
pertemuan horizontal dan vertikal harus terisi dengan baik dan penuh.

3.3.5. Pemasangan Dinding Pasangan Bata.


Pemasangan dinding pasangan bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum 24 lapis setiap harinya,
diikuti dengan cor kolom dan balok praktis.

SPEK SMP 18 I/17


Persyaratan pelaksanaan kolom dan balok praktis, mengacu pada pelaksanaan pekerjaan beton di bab lain dalam
buku ini.

3.3.6. Pelaksanaan Pemasangan Batu Bata.


Pelaksanaan pemasangan batu bata harus rapih, sama tebal, Iurus, tegak dan pola ikatan harus terjaga baik
diseluruh pekerjaan. Pertemuan sudut antara dua dinding harus rapih dan siku seperti tercantum dalam gambar
kerja.

3.3.7. Pekerjaan Pemasangan Batu Bata Vertikal dan Horizontal.


Pekerjaan pemasangan batu bata harus benar vertikal dan horizontal. Pengukuran dilakukan dengan tiang lot dan
harus diukur tepat. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan bidang tidak
boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 200 cm vertikal dan horizontal.
Jika melebihi, Kontraktor harus membongkar/memperbaiki dan biaya untuk pekerjaan ini ditanggung Kontraktor,
tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah.

3.3.8. Pasangan Bata Lapis Aduk Kasar.


Semua pasangan bata yang tertanam dalam tanah harus dilapis aduk kasar sampai setinggi permukaan tanah.

3.3.9. Siar-Siar.
Setelah bata terpasang dengan adukan, siar-siar harus dikerok dengan kedalaman 1 cm dengan rapi dan
dibersihkan dengan sapu lidi, kemudian disiram air dan siap menerima plesteran.

3.3.10. Plesteran.
Sebelum diplester, permukaan pasangan bata harus dibasahi dahulu dan siar-siar telah dikerok dan dibersihkan.

3.3.11. Lubang Dinding Pasangan Bata.


Pembuatan lubang pada dinding pasangan bata untuk perancah sama sekali tidak diperkenankan.

3.3.12. Bata Yang Patah.


Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari 5 %. Bata yang patah lebih dari 2 (dua)
bagian tidak boleh dipergunakan.

3.3.14. Pemeliharaan :
Selama pasangan dinding belum difinish, Kontraktor wajib untuk memelihara dan menjaga atas kerusakan atau
pengotoran oleh bahan lain. Apabila pada saat difinish terdapat kerusakan, berlubang dan lain sebagainya,
Kontraktor harus memperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
Biaya ini ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat diklaim sebagai pakerjaan tambah.

Pasal 4
Pekerjaan Beton Non Struktural

4.1. Lingkup Pekerjaan.

4.1.1. Pekejaan Beton Bertulang.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
1. Pembuatan kolom praktis 13 x 13 cm.
2. Pembuatan balok praktis/balok latai, ring balok dengan ukuran sesuai yang tercantum
dalam gambar kerja.

4.1.2. Pekerjaan Beton Tumbuk.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
1. Pembuatan lantai kerja beton tumbuk pada lantai dasar.

SPEK SMP 18 I/18


4.2. Persyaratan Bahan.

4.2.1. Besi Beton.


Besi beton yang dipakai adalah dari mutu U-24 untuk diameter yang lebih kecil dari 16 mm. Besi beton harus bersih
dari lapisan minyak, lemak, dan bebas dari cacat seperti serpih-serpih. Penampang besi harus bulat serta
memenuhi persyaratan NI-2. Diameter besi beton yang dipasang harus sesuai dengan gambar kerja.
Besi beton yang tidak memenuhi persyaratan harus segera dikeluarkan dari lapangan kerja dalam waktu 24 jam
setelah ada perintah tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas. Kawat pengikat besi beton adalah baja lunak dan
tidak disepuh/dilapis seng. Diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0.4 mm. Kawat pengikat harus memenuhi
syarat-syarat dalam NI-2 (PBI-1971).

4.2.2. Semen.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.1 bab ini.

4.2.3. Pasir.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.2 bab ini.
Pasir yang dipakai harus pasir beton.

4.2.4. Koral beton/split.


Koral beton/split yang dipakai harus barsih, bersudut tajam, tidak berpori serta mempunyai gradasi kekerasan
sesuai dengan syarat-syarat NI-2. Penyimpanan/ penimbunan koral beton/split dengan pasir harus dipisahkan satu
dengan yang lain, sehingga kedua bahan tersebut dijamin mendapatkan perbandingan adukan beton yang
disyaratkan.

4.2.5. Air.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.3 bab ini.
4.2.6. Acuan Bekisting dan Perancah.
Papan acuan/bekisting dibuat dari multiplex tebal 10 mm. Balok-balok pengaku dan pengikat papan acuan dari kaso
5/7. Perancah disyaratkan memakai perancah besi, tidak diperkenankan memakai bambu.

4.3. Persyaratan Pelaksanaan.

4.3.1. Beton Bertulang.


1. Campuran dan Mutu Beton.
Mutu beton yang disyaratkan dalam pekerjaan bertulang non struktural ini adalah K-175.

2. Pembesian.
Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan, sambungan, kait-kait dan
sengkang (ring), persyaratannya harus sesuai dengan NI-2 (PBI-1971). Pemasangan dan penggunaan
tulangan beton harus sesuai dengan gambar kerja. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk
menjamin agar besi-besi tersebut tidak berubah selama pengecoran dan harus bebas dari papan
acuan/bekisting atau lantai kerja dengan memasang selimut beton dan bantalan tahu beton sesuai
dengan NI-2 (PBI-1971).

3. Pekerjaan Acuan/Bekisting.
Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan dalam gambar
kerja. Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan, sehingga cukup kokoh dan
dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya selama pengecoran berlangsung. Acuan harus rapat
(tidak bocor), permukaan licin, bebas dari kotoran tahi gergaji, potongan kayu, tanah lumpur dan
sebagainya.

4. Cara Pengadukan.
Cara pengadukan menggunakan beton molen.

SPEK SMP 18 I/19


Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus seijin Direksi/Konsultan Pengawas. Beton harus
dilindungi dari sinar matahari langsung, hingga terjadi penguapan terlalu cepat. Persiapan perlindungan
atas kemungkinan datangnya hujan harus diperhatikan.

5. Pengecoran Beton.
Sebelum pelaksanaan pangecoran, Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan
membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran dan ketinggian,
pemeriksaan panulangan, dan penempatan penahan jarak. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan
atas persetujuan Direksi/ Konsultan Pengawas. Pengecoran harus dilakukan dengan menggunakan alat
panggetar beton untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan dari terjadinya cacat pada
beton seperti keropos dan sarang-sarang koral/split yang dapat memperlemah konstruksi. Apabila
pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya, maka tempat penghentian
tersebut harus disetujui Direksi/Konsultan Pengawas. Penyambungan beton lama dengan baton baru
harus memakai adukan perekat CALBOND. Permukaan beton lama yang akan diteruskan pengecorannya
harus dikasarkan, dilapis dengan adukan perekat CALBOND yang pembuatannya sesuai dengan
persyaratan pabrik pembuat, selanjutnya langsung dilakukan pengecoran baru.
6. Pekerjaan Pembongkaran Acuan/Bekisting.
Pekerjaan pembongkaran acuan/bekisting hanya boleh dilakukan dengan ijin tertulis dari
Direksi/Konsultan Pengawas. Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan mengadakan perubahan apapun
pada permukaan baton tanpa persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas.

7. Pekerjaan Pembuatan Kolom Praktis.


Pemasangan kolom praktis untuk :
a. Setiap pertemuan dinding pasangan batu bata.
b. Dinding pasangan batu bata ½ batu pada bagian dalam bangunan setiap luas 9 m2.
c. Dinding pasangan batu bata ½ batu pada bagian luar dan tepi luar bangunan setiap luas 9 m2.
d. Dan atau seperti yang tercantum dalam gambar kerja.
e. Ukuran kolom praktis adalah sesuai pada gambar.

8. Pekerjaan Pembuatan Balok Praktis/Latei dan Ring balok.


a. Pemasangan balok praktis/latei dan ring balok.
b. Di atas lubang pintu, jendela dan bovenlicht.
d. Di tepi atas/akhir dari dinding pasangan batu bata yang bebas sebagai ring balok.
e. Setiap luas 9 m2 pasangan dinding yang tinggi.
f. Dan atau superti yang tercantum dalam gambar kerja.
Ukuran balok praktis adalah sesuai gambar kerja.

9. Penulangan beton kolom dan balok praktis sesuai dengan gambar kerja dan atau seperti yang terurai
dalam pekerjaan beton dalam bab lain dalam buku ini.

10. Pemasangan kolom praktis dan balok praktis/lintel separti yang tercantum dalam butir 7 dan 8 di atas,
terlepas apakah pekerjaan tersebut tergambar atau tidak dalam gambar kerja.

11. Pada setiap pertemuan dinding pasangan bata dengan kolom praktis, ring balok beton maupun beton
lainnya seperti tercantum dalam gambar kerja harus diperkuat angker diameter 8 mm tiap jarak 50 mm,
yang terlebih dahulu telah ditanam dengan baik pada bagian kolom dan balok praktis ini. Bagian yang
tertanam dalam pasangan bata minimal sedalam 30 cm kecuali ditentukan lain.

4.3.2. Pekerjaan Beton Tumbuk.


Campuran beton tumbuk adalah 1Pc : 3Ps : 5Kr. Lapisan beton tumbuk harus padat, tidak berongga, tidak retak dan
rata permukaan/waterpass dan atau seperti tercantum didalam gambar kerja. Tebal lapisan beton tumbuk adalah 6
cm, dan atau sesuai dengan gambar kerja.

SPEK SMP 18 I/20


Pasal 5
Pekerjaan Plesteran

5.1. Lingkup Pekerjaan.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
5.1.1. Plesteran aci halus untuk dinding pasangan bata dan permukaan beton.
5.1.2. Plesteran kedap air.
5.1.3. Plesteran biasa.
5.1.4. Plesteran kasar untuk dinding pasangan bata yang tertanam dalam tanah dan untuk dinding batas dengan tetangga
yang terlihat.
5.1.5. Pekerjaan plesteran lainnya seperti terurai dalam gambar kerja.

5.2. Perawatan Bahan.

5.2.1. Semen.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.1 bab ini.

5.2.2. Pasir.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.2 bab ini.

5.2.3. Air.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.3 bab ini.

5.3. Persyaratan Pelaksanaan.

5.3.1. Campuran Plesteran.


Campuran plesteran yang dimaksud adalah campuran dalam volume. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan
bilamana pekerjaan dinding pasangan bata atau bidang beton telah disetujui secara tertulis oleh Direksi/Konsultan
Pengawas.

5.3.2. Jenis Plesteran.

1. Plesteran kasar adalah pesteran permukaan tidak dihaluskan.


Campuran plesteran kasar adalah campuran kedap air, yaitu 1Pc : 2Ps dipakai untuk menutup permukaan
dinding pasangan yang tertanam didalam tanah hingga kepermukaan tanah dan atau lantai.
2. Plesteran biasa adalah campuran 1Pc : 4Ps.
Adukan plesteran ini untuk pasangan batu bata dan batu tempel serta untuk menutup semua permukaan
dinding pasangan bagian dalam bangunan, yang dinyatakan tidak kedap air seperti tercantum didalam
gambar kerja.
3. Plesteran kedap air adalah campuran 1Pc : 2Ps.
Adukan plesteran ini untuk :
a. Menutup semua adukan dinding pasangan pada bagian luar dan tepi luar
bangunan.
b. Semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan yang disyaratkan harus kedap air
seperti tercantum didalam gambar kerja hingga ketinggian 150 cm dari permukaan lantai.
c. Semua pasangan bata dibawah permukaan tanah hingga ketinggian minimal 20 cm dari
permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalam gambar kerja.
4. Plesteran halus/aci adalah campuran Pc dengan air yang dibuat sedemikan rupa sehingga mendapatkan
campuran yang homogen. Plesteran halus ini merupakan pekerjaan penyelesaian akhir dari dinding
pasangan. Pekerjaan plesteran halus ini dilaksanakan sesudah aduk plesteran sebagai lapisan dasar
berumur 8 (delapan) hari atau sudah kering benar.

SPEK SMP 18 I/21


5.3.3. Waktu Pencampuran Aduk Plesteran.
Semua jenis plesteran tersebut diatas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga selalu dalam keadaan masih
segar dan belum mengering pada waktu pelaksanaan pemasangan. Kontraktor harus mengusahakan agar
tenggang waktu antara waktu pencampuran aduk plesteran dengan pemasangan tidak melebihi 30 menit, terutama
untuk plesteran kedap air. Kontraktor harus menyediakan pekerja/tukang yang ahli untuk pelaksanaan plesteran ini,
khususnya untuk plesteran aci halus. Terkecuali plesteran kasar, permukaan semua aduk plesteran harus diratakan.
Permukaan plesteran tersebut khususnya plesteran halus/aci halus, harus rata, tidak bergelombang, penuh dan
padat, tidak berongga dan berlubang, tidak mengandung kerikil ataupun benda-benda lain yang membuat cacat.
Untuk permukaan dinding pasangan sebelum diplester harus dibasahi terlebih dahulu dan siar-siarnya dikerok
sedalam 1 cm. Sedang untuk permukaan beton yang akan diplester, permukaannya harus dibersihkan dari sisa-sisa
bekisting, kemudian dikasarkan (scratched). Semua lubang-lubang bekas pengikat bekisting atau formtie harus
tertutup aduk plesteran. Untuk semua bidang dinding yang akan dilapis dengan cat/wallpaper dipakai plesteran aci
halus diatas permukaan plesterannya. Untuk bidang dinding pasangan yang menggunakan bahan/material akhir
lain, permukaan plesterannya harus diberi alur-alur garis horizontal untuk memberikan ikatan yang lebih baik
terhadap bahan/material yang akan digunakan tersebut.
Untuk setiap pertemuan bahan/material yang berbeda jenisnya pada satu bidang datar, harus diberi naat/celah
dengan ukuran lebar 0.7 cm dalam 0.5 cm.
Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pecembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mm,
untuk setiap jarak 2 m. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom seperti yang
dinyatakan dan dicantumkan dalam gambar kerja. Tebal plestetan adalah minimal 1,5 cm dan maksimum 2,5 cm.
Jika ketebalan melebihi 2,5 cm, maka diharuskan menggunakan kawat yang diikatkan/dipaku kepermukaan dinding
pasangan yang bersangkutan, untuk memperkuat daya lekat plesteran. Pekerjaan plesteran dinding hanya
diperkenankan setelah selesai pemasangan instalasi pipa listrik, pipa plumbing untuk seluruh bangunan.

5.3.4. Pemeliharaan.
Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan wajar. Hal ini dilaksanakan dengan
membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindunginya dari terik panas matahari langsung
dengan bahan penutup yang dapat mencegah penguapan air secara cepat.
Pembasahan tersebut adalah selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai. Kontraktor harus selalu menyiram
dengan air sekurang-kurangnya 2 (dua) kali sehari sampai jenuh, selama plesteran belum dilapis dengan
bahan/material akhir, Kontraktor wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan dan pengotoran
dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor, dan tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah. Tidak dibenarkan
pakerjaan peyelesaian dengan bahan/material akhir di atas permukaan plesteran dilakukan sebelum plesteran
berumur lebih dari 2 (dua) minggu, cukup kering, bersih dari retak, noda dan cacat lain superti yang disyaratkan
tersebut diatas. Apabila hasil pekerjaan tidak memenuhi semua yang disyaratkan oleh Direksi/Konsultan Pengawas,
maka Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki sampai disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Biaya
untuk perbaikan tersebut ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat dijadikan sebagai pekerjaan tambah.

Pasal 6
Pekerjaan Kayu

6.1. Lingkup Pekerjaan.

6.1.1. Pekerjaan Kayu Kasar.

1. Pekerjaan kayu kasar saperti tercantum dalam gambar kerja.

6.1.2. Pekerjaan Kayu Halus.

1. Kusen.
2. Daun Pintu
2. Listplank
3. Pekerjaan kayu halus lainnya seperti tercantum dalam gambar kerja.

SPEK SMP 18 I/22


6.2. Persyaratan Bahan.

6.2.1. Mutu dan Kualitas Kayu.


Mutu dan kualitas kayu yang dipakai sesuai persyaratan yang terurai pada butir berikut ini. Semua kayu yang
dipakai harus tua, benar-benar kering, lurus, tanpa cacat mata kayu, tidak putih kayu dan tidak retak.

6.2.2. Pekerjaan Kayu Kasar.


Kayu bangkirai atau sekualitas.
Referensi bahan sesuai dengan SII No. 0458/81, mutu kelas A, kelas keawetan II dan kelas kekuatan II.

6.2.3. Pekerjaan Kayu Halus.


Kayu bangkirai untuk listplank, kusen serta kayu halus lainnya.

6.2.4. Kelembaban.
Untuk ketebalan kayu lebih kecil dari 3 cm, disyaratkan kelembaban kayu tidak lebih dari 14 % terpasang. Untuk
ketebalan kayu tidak lebih dari 7 cm, diijinkan kelembaban kayu 25 % maximum.
Untuk ketebalan kayu lebih kecil dari 7 sampai 3 cm diijinkan kelembaban kayu 18 % maximum. Kelembaban kayu
atau kadar air kayu (moisture content) tersebut diatas diperiksa dengan alat pemeriksa kelembaban kayu.

6.2.5. Bahan dan Alat Bantu.


Bahan dempul yang dipakai adalah tipe B dengan referensi SII 0282/80.Bahan perekat adalah lem putih untuk kayu
produk HENKEL atau yang setara. Semua pangikat berupa paku, sekrup, bout, dynabolt, kawat dan lain-lain harus
digalvanisasi.

6.3. Persyaratan Pelaksanaan.

6.3.1. Sebelum Pelaksanaan Pekerjaan Kayu.


Sebelum pelaksanaan pekerjaan kayu ini, kepada Kontraktor diwajibkan untuk :
1. Mempelajari bentuk, pola penempatan, cara pemasangan dan detail sesuai gambar
kerja.
2. Pengukuran keadaan lapangan untuk mendapatkan ketepatan pemasangan dilapangan.
3. Khususnya untuk pekerjaan kayu halus Kontraktor harus membuat shop drawing untuk
detail pemasangan dan sistem perkuatan.

Selama pelaksanaan pekerjaan kayu ini, Kontraktor harus selalu mengkoordinasikan dengan paket pekerjaan
elektrikal, mekanikal, sanitasi khususnya apabila didalam pekerjaan ini terdapat pemasangan fixtures dan armatur
maupun jalur-jalur dari pekerjaan tersebut. Agar diusahakan pelaksanaan pemasangan instalasi sebelum
pelaksanaan kayu sehingga tidak terjadi pembongkaran.

Kontraktor harus menyediakan manhole untuk pemeliharaan/perawatan instalasi pekerjaan lain tersebut yang
tersembunyi di balik permukaan kayu yang luas. Bentuk, ukuran, profil, pola, nat dan peil yang tercantum dalam
gambar kerja adalah hasil jadi/finish. Bila ada penyimpangan tanpa persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas, maka
Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki kembali tanpa mengurangi mutu yang disyaratkan. Biaya untuk hal
ini adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat di klaim sebagai pekerjaan tambah.

Pelaksanaan sambungan seperti pemasangan klos, baut, plat panggantung, angker, dynabolt, sekrup, paku dan
lem perekat harus sudah diberi lapisan anti karat yang memenuhi parsyaratan dalam Pasal Pekerjaan Pengecatan
di buku ini. Khusus pada permukaan bidang tampak/exposed tidak diperkenankan pemasangan paku tetapi harus
disekrup atau cara lain yang disetujui Direksi/Konsultan Pengawas.

Bilamana pada sistem perkuatan yang tertera dalam gambar dianggap kurang kuat oleh Kontraktor, maka menjadi
kewajiban dan tanggungan Kontraktor untuk menambahkannya setelah disetujui Direksi/Konsultan Pengawas.

SPEK SMP 18 I/23


Dalam hal ini Kontraktor tidak dapat meng-klaim sebagai pekerjaan tambah. Kontraktor harus memperhatikan dan
melaksanakan sesuai gambar kerja atau petunjuk Direksi/ Konsultan Pengawas untuk sambungan dan hubungan
kayu dengan bahan/material lain terutama pada pekerjaan kayu halus.

Semua pekerjaan pendempulan harus rapi, rata dan halus. Setelah dempul kering kemudian digosok dengan
ampalas halus. Sebelum pemasangan untuk semua logam yang melekat pada kayu, semua logam tersebut harus
sudah diberi lapisan perlindungan atau lapisan cat seperti yang diisyaratkan.

6.3.2. Pekerjaan Kayu Halus.


Semua pekerjaan kayu halus khususnya permukaan kayu yang akan diperlihatkan/ exposed dan permukaan kayu
yang akan dilapis/ditempel dengan bahan/material finishing harus diserut halus dan rata. Proses pengerjaan semua
kayu untuk pekerjaan kayu halus harus menggunakan mesin tanpa kecuali dan tidak diperkenankan mengerjakan di
tempat pemasangan. Persyaratan ini mencakup pula untuk penyerutan. Setelah penyerutan mesin, baru kemudian
diperkenankan penyerutan tangan. Sambungan-sambungan harus dikerjakan dengan ketelitian yang tepat dan
rapih terutama pada bagian yang diperlihatkan (exposed).

Sambungan list-list pada sudut harus berupa sambungan adu manis dan siku. Sambungan antara papan kearah
memanjang harus berupa sambungan ekor burung. Pekerjaan kayu ini harus dilaksanakan menurut pola dan urutan
pengerjaan sesuai dengan yang ditentukan/disyaratkan dalam gambar kerja atau oleh Direksi/Konsultan Pengawas.

6.3.3. Perlindungan Terhadap Pekerjaan Kayu Yang Tersembunyi.


Semua kayu yang telah terpasang harus dilindungi dari segala kerusakan baik berupa benturan, pecah, retak, noda
dan cacat lainnya.
Apabila hal tersebut diatas ditemui, maka Kontraktor harus membongkar dan mangganti tanpa mengurangi mutu.
Biaya untuk pekerjaan ini adalah tanggung jawab Kontraktor, tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah.

6.3.4. Pekerjaan Penyelesaian (Finishing) Kayu.


Pekerjaan “finishing” kayu lihat Pasal Pengecatan pada buku ini.

Pasal 7
Pekerjaan Panel Daun Pintu

7.1. Lingkup Pekerjaan.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi :


Pekerjaan panel daun pintu lengkap pada ruangan, atau ruang lain seperti tercantum dalam gambar kerja.

7.2. Persyaratan Bahan.

7.2.1. Rangka Daun Pintu.


Penggunaan bahan rangka daun pintu Kayu bangkirai oven, referensi bahan sesuai dengan yang diuraikan pada
Pasal 7 butir 7.2.3 diatas.

7.2.2. Bahan dan Alat Bantu.


Bahan dempul yang dipakai adalah tipe B dengan referensi SII 0282/80, bahan perekat adalah lem putih untuk
kayu, produk HENKEL atau yang setara, semua pengikat berupa paku, sekrup, baut, dynabott, kawat, dan lain-lain
harus digalvanized.

7.3. Persyaratan Pelaksanaan.

7.3.1. Pekerjaan Kayu.


Pada dasarnya semua pelaksanaan pekerjaan harus memenuhi persyaratan pelaksanaan pekerjaan kayu halus
seperti terurai dalam Pasal 8 butir 8.3.

SPEK SMP 18 I/24


7.3.2. Daun Pintu.
Semua pembuatan daun pintu harus dilaksanakan secara fabrikasi. Semua sambungan siku/sudut untuk rangka
kayu dan panguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya harus memperhatikan/menjaga kesikuannya
dan kerapihan terutama untuk bidang-bidang tampak tidak boleh ada lubang-lubang atau cacat bekas penyetelan.
Semua kayu tampak harus diserut halus, rata, lurus dan siku-siku satu sama lain sisi-sisinya, dan dilapangan sudah
dalam keadaan siap untuk penyetelan/pemasangan. Pembuatan dan pemotongan profil kayu dilakukan dengan
mesin di luar tempat pekerjaan/pemasangan. Semua ukuran harus sesuai gambar dan merupakan ukuran jadi.

Pasal 8
Pekerjaan Pasangan Keramik

8.1. Lingkup Pekerjaan.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi :

8.1.1. Pekerjaan Urugan Pasir di Bawah Pasangan Lantai.


8.1.2. Pekerjaan Lantai Kerja di Bawah Pasangan Keramik.
8.1.3. Pekerjaan Keramik Pada Dinding Km/Wc.
8.1.4. Pekerjaan Keramik Lainnya Seperti Tercantum Dalam Gambar Kerja.

8.2. Persyaratan Bahan.

8.2.1. Semen.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.1 bab ini.

8.2.2. Pasir.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.2 bab ini.

8.2.3. Air.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.3 bab ini.

8.2.4. Keramik (Ceramic Tile).


Jenis Ubin keramik
Permukaan : Non slip untuk km/wc, lazed untuk dinding reservoir dan dinding km/wc.
Ketebalan : 6 mm.
Warna : Ditentukan kemudian.
Ukuran : 30 x 30 cm untuk lantai, 20 x 25 cm untuk dinding reservoir dan 20x20 km/wc.
Kualitas : Kelas 1
Produk : Setara Mulia

8.2.5. Contoh Bahan.


Kontraktor harus mengajukan contoh bahan sebanyak 3 (tiga) set kepada Pemberi Tugas untuk mendapatkan
persetujuan (tekstur dan warna), selanjutnya dipakai sebagai standard dalam memeriksa/menerima bahan yang
dikirim ke lapangan.

8.2.6. Keramik.
keramik yang akan dipasang, ukuran diagonalnya harus benar-benar sama, masing-masing tepinya benar-benar
menyiku dan tidak cacat.

8.3. Persyaratan Pelaksanaan Ubin Keramik.

8.3.1. Pemasangan.
Pada saat pemasangan, ubin keramik harus dalam keadaan baik, tidak retak, tidak cacat atau ternoda dan warna
sesuai dengan yang disyaratkan.

SPEK SMP 18 I/25


8.3.2. Direndam Sampai Jenuh Air.
Seluruh pemasangan ubin keramik harus dengan merendam sampai jenuh air, kemudian ditiriskan berbaris sampai
kering.

8.3.4. Pola Pemasangan.


Pola pemasangan ubin keramik harus sesuai dengan gambar kerja/shop drawing atau sesuai dengan petunjuk
Direksi/Konsultan Pengawas.

8.3.5. Pemotongan.
Bila diperlukan pemotongan ubin keramik, maka harus terlebih dahulu dipergunakan alat pemotong khusus sesuai
dengan petunjuk pabrik. Hasil pemotongan harus siku dan lurus (tidak bergerigi), bagian sisi yang terpotong
dihaluskan dengan ampelas, sehingga membentuk pinggiran yang serupa dengan sebelum dipotong.

8.3.6. Ketebalan Finish.


Pemasangan ubin keramik harus benar-benar rata. Permukaannya harus tepat pada peil finish atau ketebalan finish
dan sesuai dengan kemiringan seperti disyaratkan dalam gambar kerja.

8.3.7. Ubin Keramik Bersih Dari Bercak Noda.


Ubin keramik yang telah terpasang harus segera dibersihkan dari bercak noda aduk parekat dan aduk pengisi siar
dengan lap/kain yang dibasahi dengan air bersih dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat pekerjaan lain.

8.3.8. Setelah Pemasangan.


Selama 3 x 24 jam setelah pemasangan, ubin keramik harus dihindarkan dari injakan/ pemberian beban.

8.3.9. Kerusakan atau Cacat.


Bila terjadi kerusakan/cacat, Kontaktor diwajibkan untuk memperbaiki kembali dengan tidak mengurangi mutu
pekerjaan. Biaya untuk pekerjaan ini adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan
tambah.

8.3.10. Pipa Sparing Dan Atau Jaringan Pipa.


Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, semua pipa sparing dan atau jaringan pipa sudah harus terpasang pada
tempatnya. Kontraktor harus mempelajari gambar kerja dan koordinasi dengan pekerjaan plumbing dan mekanikal
dibawah pengarahan Konsultan Pengawas.

Pasal 9
Pekerjaan Pengecatan

9.1. Lingkup Pekerjaan.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi :


1. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding.
Pekerjaan pengecatan permukaan dinding pasangan batu bata, beton yang ditampakkan.
2. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Logam.
Pekerjaan pengecatan permukaan logam seperti tercantum dalam gambar kerja.
3. Pekerjaan Pengecatan Kayu.

9.1.1. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding.


Pekerjaan pengecatan permukaan dinding pasangan batu bata, beton yang ditampakkan dan langit-langit. Semua
permukaan dinding pasangan batu dan permukaan beton yang tampak/exposed seperti yang tercantum dalam
gambar kerja.

9.1.2. Pekerjaan Pengecatan Logam.


Semua pekerjaan logam yang terpasang seperti yang tercantum dalam gambar kerja dengan ketentuan sebagai
berikut :

SPEK SMP 18 I/26


1. Semua bagian/permukaan yang tampak/exposed dicat sampai dengan cat finish.
2. Semua bagian/permukaan yang tidak ditampakkan/unexposed dicat hanya sampai dengan cat dasar.

9.1.3. Pekerjaan Pengecatan Kayu.


Cat politur akhir (finish) untuk panel pintu dan atau seperti tercantum dalam gambar kerja. Cat dasar/meni kayu
untuk pekerjaan kayu kasar dan kayu halus yang tidak ditampakkan, seperti rangka langit-langit, dan atau seperti
yang tercantum dalam gambar kerja.

9.2. Persyaratan Bahan.

9.2.1. Cat Tembok.


- Ekterior : ICI Dulux atau setara.
- Interior : ICI Dulux atau setara.

9.2.2. Cat Logam dan Kayu.


Bahan dari jenis synthetic enamel super gloss kualitas utama.
Produk Platon atau yang setara.

9.2.3. Cat Politur.


Memakai melamik bahan dari produk IMPPA, ULTRAN atau yang setara.

9.2.4. Plamir.
Bahan dan kualitas utama, produk ex lokal mutu terbaik.

9.2.5. Keaslian Cat.


Kontraktor wajib membuktikan keaslian cat dan produk tersebut diatas mengenai kemurnian cat yang akan
dipergunakan.
Pembuktian berupa :
1. Segel kaleng.
2. Test BD.
3. Test laboratorium.
4. Hasil akhir pengecatan.
Biaya untuk pembuktian ini dibebankan kepada Kontraktor. Hasil tes kemurnian ini harus mendapatkan
rekomendasi tertulis dari produsen dan diserahkan ke Direksi/Konsullan Pengawas.

9.2.6. Contoh Pengecatan.


Kontraktor harus menyiapkan contah pengecatan tiap warna dan jenis cat pada bidang-bidang transparan ukuran 30
x 30 cm2. Pada bidang-bidang tersebut harus dicantumkan dengan jelas warna, formula cat, jumlah lapisan dan
jenis lapisan (dari cat dasar sampai dengan lapisan terakhir).

9.2.7. Cat Cadangan.


Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas, untuk kemudian diteruskan ke Pemberi Tugas,
minimal 5 Galon tiap warna dan jenis cat yang dipakai. Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan
mencantumkan dengan identitas cat yang ada di dalamnya. Cat ini akan dipakai sebagai cadangan oleh Pemberi
Tugas untuk perawatan.

9.3. Persyaratan Pelaksanaan.

9.3.1. Tebal Cat.


Lakukan dengan cara terbaik yang umum dilakukan kecuali apabila dispesifikasikan lain. Tebal minimum dari tiap
lapisan jadi (finish) minimum sama dengan syarat yang dispesifikasikan pabrik. Pengecatan harus rata, tidak
bertumpuk, tidak bercucuran, atau ada bekas yang menunjukkan tanda-tanda sapuan, roller maupun semprotan.

SPEK SMP 18 I/27


9.3.2. Peralatan Pelindung.
Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar beracun atau membahayakan keselamatan
manusia, maka Kontraktor harus menyediakan peralatan pelindung, misalnya : masker, sarung tangan dan
sebagainnya, yang harus dipakai waktu pelaksanaan pekerjaan.

9.3.3. Keadaan Cara Pengecatan.


Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini dalam keadaan cuaca yang lembab atau hujan atau dalam
keadaan angin berdebu bertiup. Terutama untuk pelaksanaan di dalam ruangan bagi cat dengan bahan dasar
beracun atau membahayakan manusia, maka dalam ruangan tersebut harus mempunyai ventilasi yang cukup atau
pergantian udaranya lancar. Di dalam keadaan tertentu, misalnya untuk ruangan tertutup, Kontraktor harus
memakai kipas angin/fan untuk memperlancar pergantian/aliran udara.

9.3.4. Peralatan.
Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat, kape, pompa udara tekan/vacuum cleaner, semprotan dan sebagainya
harus tersedia dari mutu/kualitas terbaik dan jumlahnya cukup untuk pekerjaan ini.

9.3.5. Cat Dasar.


Khusus untuk semua cat dasar harus disapukan dengan kuas. Penyemprotan hanya boleh dilakukan bila disetujui
Direksi/Konsultan Pengawas.

9.3.6.1. Pemakaian ampelas, pencucian dengan air maupun pembersihan dengan kain kering terlebih dahulu harus
mendapatkan persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas terkecuali
disyaratkan lain dalam spesfikasi ini.

9.3.7. Pelaksanaan pekerjaan ini khususnya pengecatan cat dasar untuk komponen bahan/material
logam, harus dilakukan sebelum komponen tersebut terpasang.

9.3.8. Standard Pengejaan (Mock-Up)


Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus melakukan pengecatan pada satu bidang untuk setiap warna dan
jenis cat yang diperlukan. Bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, tekstur, material dan cara
pengerjaan. Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai “mock-up” ini ditentukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
Jika masing-masing bidang tersebut telah ditentukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas dan Perencana, maka
bidang ini akan dipakai sebagai standard minimal keseluruhan Pekejaan Pengecatan.

9.3.9 Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Direksil Konsultan Pengawas harus diulang dan diganti. Kontraktor harus
melakukan pengecatan kembali bila ada cat dasar atau cat finish yang kurang menutupi atau lepas sebagaimana
ditunjukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor dan tidak dapat di-klaim
sebagai pekerjaan tambah.

9.3.10. Selama pelaksanaan, Kontraktor harus diawasi oleh tenaga ahli/supervisi dari pabrik pembuat. Biaya untuk hal ini
ditanggung Kontraktor, tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.

9.3.11. Pekejaan Pengecatan Permukaan Dinding Pasangan Bata, Beton, Langit-langit dan Tripleks :
1. Sebelum pelaksanaan :
Seluruh permukaan harus dibersihkan dari debu, lemak, kotoran atau noda lain, bekas- bekas cat yang
terkelupas bagi permukaan yang pernah dicat dan dalam kondisi kering.
2. Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
Pemakaian kuas hanya untuk permukaan dimana tidak mungkin menggunakan roller.

Pasal 10
Pekerjaan Kusen Aluminium

10.1. Lingkup Pekerjaan.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi :


1. Pekerjaan kusen aluminium untuk pintu dan jendela.
2. Pekerjaan rangka daun pintu dan daun jendela aluminium.
3. Pekerjaan kusen, rangka daun pintu dan jendela lengkap lainnya sesuai tercantum dalam gambar kerja.

SPEK SMP 18 I/28


10.2. Persyaratan Bahan.

10.2.1. Kusen dan Rangka Daun Pintu/Jendela Aluminium.


Spesifikasi bahan kusen dan rangka daun jendela.
Jenis : Aluminium extrusion powder coating warna.
Ketebalan : Minimum 1,3 mm.
Produk : YKK.
Tipe : Shop Front lebar 4”
Seri 70 E (30 x 70) mm.
Dan lain-lain sesuai gambar kerja/shop drawing

Persyaratan untuk konstruksi kusen :


- Defleksi maksimum 2 mm untuk 1/1500 bentang antara 2 tumpuan.
- Ketahanan terhadap beban angin (120 kg/cm2)
- Ketahanan terhadap udara (minimum 15 m3/jam)
- Ketahanan terhadap air harus disertai dengan hasil test.

Untuk bahan pelengkap lainnya :


- Sekrup terbuat dari Stainless steel.
- Weather strip dari neopron rubber gasket.
- Caulking dan sealant sebagai penutup pengikat alat penggantung dengan alluminium.
- Angker rangka kusen dati steel plate, tebal 2 mm dengan lapisan zinc mimimal 13 mikron. Penempatan pada
setiap jarak 30 mm.
- Untuk rangka/profil kusen yang berhubungan dengan udara luar harus diberi bahan kedap air dari jenis
polysol sealant.

10.3. Persyaratan Pelaksanaan.

10.3.1. Umum.
Sebelum memulai pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan meneliti gambar kerja dan melakukan pengukuran
lapangan. Tipe jendela yang terpasang harus sesuai dengan Daftar Tipe yang tertera dalam gambar kerja dengan
memperhatikan ukuran-ukuran, bentuk profil, material, detail arah bukaan dan lain-lain. Sebelum pekerjaan
dimulai, Kontraktor diwajibkan membuat “shop drawing” dan membuat contoh jadi (mock-up) detail hubungan
bagian tertentu yang dimintakan oleh Direksi/Konsultan Pengawas untuk disetujui dengan petunjuk sebagai
berikut :

Gambar : Uraian/Informasi.
Denah : Lokasi, jenis bukaan, engsel-engsel.
Daftar jenis pintu : Merk, kualitas, bentuk, material, finish, tipe, jendela, bovenlicht anti karat, anti
yap, glass hardware, dll.
Shop drawing detail : Tipe/jenis ukuran, finish permukaan, glazing metode, lokasi, metoda instalasi,
hardware, dll.

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor wajib memperhatikan persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan
Perlengkapan Pintu dan Jendela. Semua kusen dan rangka daun harus dikerjakan selain pabrikasi dengan teliti
sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.
Kusen dan rangka daun harus dilindungi dari kerusakan, retak, bercak, noda, lubang, goresan-goresan, pada
permukaan yang tampak selama fabrikasi maupun pemasangan.
Apabila ditemui kerusakan, cacat, salah pemasangan, ketidak tepatan pemasangan, karena Kontraktor kurang
cermat dan teliti, maka Kontraktor harus memperbaiki/ membongkar/mengganti hingga memenuhi spesifikasi
dengan biaya ditanggung Kontraktor tanpa dapat di klaim sebagai pekerjaan tambah. Pemasangan kusen
bersamaan dengan pelaksanaan pekerjaan dinding dan kolom praktis, khususnya pada kusen-kusen yang
langsung diapit oleh kolom praktis.
Prinsip pelaksanaan ini perlu diperhatikan dan dijaga agar angker kusen tetap dapat barfungsi.

SPEK SMP 18 I/29


10.3.2. Kusen, Rangka Daun Pintu/Jendela Aluminium.
Semua profil aluminium dikerjakan secara fabrikasi dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar
hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. Bahan yang akan diproses pabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu
sesuai dengan bentuk, toleransi ukuran, ketebalan, kesikuan dan kelengkungan yang dipersyaratkan.
Pemotongan aluminium hendaknya dikerjakan pada tempat yang aman terlindung dari benda-benda yang dapat
menyebabkan kerusakan pada permukaan, terutama material besi. Hasil pemotongan dengan mesin potong,
mesin punch, drill setelah dirangkaikan untuk pintu, jendela mempunyai toleransi ukuran untuk tinggi dan lebar
adalah 1 mm dan untuk diagonal adalah 2 mm.
Profil aluminium harus dilindungi terutama dari retak, bercak noda atau goresan pada permukaan yang tampak
selama pabrikasi maupun pemasangan. Pengelasan diperkenankan menggunakan Non Activated Gas (Argon)
dari arah bagian dalam agar dalam sambungan tidak tampak oleh mata.
Sekrup harus dipasang sedemikian rupa, sehingga tidak terlihat dari luar, menggunakan sekrup anti
karat/stainless steel, tiap sambungan harus kedap air.
Untuk pemegang profil dan perlengkapan lain dari profil aluminium yang akan kontak dengan permukaan metal
(besi, tembaga dan lain-lain), maka permukaan metal bersangkutan harus diteri lapisan chromium untuk
menghindari kontak korosi.
Toleransi pemasangan profil aluminium dengan dinding adalah 10-25 mm, kemudian celah yang terjadi diberi
beton ringan (grout).
Agar kedap air dan kedap suara sekeliling tepi profil diberi lapisan sealant, profil yang bersentuhan dengan bahan
alkaline seperti beton, aduk atau plesteran diberi lapisan “Anti Corrosive Treatment” dengan insulating varnish
seperti Asphaltic Varnish. Setelah pemasangan profil-kusen aluminium dan jendela, maka sekeliling kusen yang
berhubungan langsung dengan permukaan dinding perlu diberi lapisan Vynil tape untuk mencegah korosi selama
masa pembangunan.
Profil aluminium harus terpasang dengan kuat pada setiap hubungan bersudut 90 derajat Apabila tidak terpenuhi,
Kontraktor harus membongkar, biaya yang timbul adalah tanggungan Kontraktor. Semua sistem dan mekanisme
yang disyaratkan dalam gambar kerja harus berfungsi dengan sempurna.

Daun pintu dan jendela harus dapat dibuka dengan sempurna, apabila terjadi kemacetan Kontraktor harus
membongkar dan memperbaiki, biaya yang timbul adalah tanggungan Kontraktor. Pada daun pintu ganda/double
door, untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran udara terutama pada ruang yang dikondisikan,
hendaknya dipasang Mohair, jika perlu dapat digunakan Synthetic Rubber atau bahan dari Synthetic Resin. Kaca
harus diteliti dengan seksama pada saat terpasang, tidak boleh menimbulkan getaran. Apabila masih terjadi
getaran, maka “Profil Rubber Seal’ pemegang kaca harus diganti atas biaya Kontraktor. Pemasangan bahan
kedap air antara kaca dan profil aluminium disyaratkan tebal minimum 5 mm. Bahan sealant yang tampak harus
merupakan garis Iurus, sejajar garis profil, bahan yang mengenai kaca terpasang tidak melebihi 5 mm dari garis
profil.

Kotor akibat noda-noda pada permukaan profil, setelah pemasangan harus dibersihkan dengan “Volatile olie".
Pintu-pintu dan jendela harus dilindungi dengan “Corrugated Card Board” dengan hati-hati agar terlindung dari
bentutan alat-alat pada waktu pembangunan.
Bila profil ternoda oleh semen, adukan dan bahan lainnya, bahan pelindung harus digunakan.
Kemudian bercak noda tersebut dicuci dengan air bersih, sebelum kering sapu dengan kain yang halus kemudian
diberi material pelindung.

Pasal 11
Pekerjaan Dinding Partisi

11.1. Lingkup Pekerjaan.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi :


Pekerjaan partisi dengan rangka metal aluminium untuk bagian bangunan yang merupakan sekat-sekat ruang,
antar RKB, sesuai dengan gambar kerja.

SPEK SMP 18 I/30


11.2. Persyaratan Bahan.

11.2.1. Spesifikasi Bahan Rangka Partisi.


Bahan rangka yang digunakan adalah aluminium), tipe steel stud “Drywall System” beserta kelengkapannya wall
touch dan stud tebal 4,5 mm dengan lebar 75 mm.

11.2.2. Persyaratan Untuk Konstruksi Rangka Partisi.

1. Masing-masing rangka disambung dengan sekrup (flat join), setiap penyambungan harus siku dan lurus.
2. Rangka partisi harus benar-benar kuat, tegak lurus dan menurut peil yang dikehendaki.

11.2.3. Untuk Bahan Pelengkap Lainnya.

1. Sekrup terbuat dari stainless steel.


2. Weather strip dari neopron rubber gasket.
3. Caulking dan sealant sebagai penutup pengikat alat panggantung dengan alluminium.
4. Angker rangka kusen dari steel plate, tebal 2 mm dengan lapisan zinc mimimal 13 mikron. Penempatan pada
setiap jarak 30 mm.

11.2.4. Panel Partisi.


- Panel plywood 9 mm.
- Kualitas baik, mempunyai bidang datar yang halus.
Ketebalan seragam, permukaan tidak melengkung, cukup keras.

11.3. Persyaratan Umum.

11.3.1. Pengukuran Lapangan.


Sebelum memulai pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan meneliti gambar kerja dan melakukan pengukuran
lapangan.

11.3.2. Tipe Partisi.


Tipe partisi yang terpasang harus sesuai dengan tipe yang tertera dalam gambar kerja dengan memperhatikan
ukuran-ukuran, untuk profil, material, detail, arah bukaan pintu dan lainnya.

11.3.3. Pelaksanaan Pekerjaan Kunci dan Alat Gantung.


Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan pelaksanaan pekerjaan kunci dan alat
gantung.

11.3.4. Rangka Partisi.


Semua rangka partisi, panel dan daun harus dikerjakan secara pabrikasi.

11.3.5. Rangka dan Panel.


Rangka dan panel harus dilindungi dari kerusakan, retak, bercak, noda, lubang, goresan-goresan pada
permukaan selama pabrikasi maupun pemasangan.

11.3.6. Kerusakan dan Cacat.


Apabila ditemui kerusakan, cacat, salah pemasangan, ketidak tepatan pemasangan karena Kontraktor kurang
cermat dan teliti maka Kontraktor harus mernperbaiki/ membongkar/mengganti hingga memenuhi spesifikasi
dengan biaya ditanggung Kontraktor, tanpa dapat dituntut sebagai biaya pekerjaan tambah.

SPEK SMP 18 I/31


11.4. Persyaratan Pelaksanaan.

11.4.1. Rangka Partisi.


Semua rangka partisi dikerjakan secara pabrikasi dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar
hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. Bahan yang akan diproses prabikasi harus diseleksi terlebih dahulu
sesuai dengan bentuk, toleransi ukuran, ketebalan, kesikuan, dan perlengkapan yang disyaratkan.
Sebelum pemasangan lembaran-lembaran panel, Kontraktor wajib memeriksa bahwa kerangka partisi untuk
tumpuan pemasangan telah sesuai dengan baik letak, bentuk, maupun ukuran.

11.4.2. Sekrup Anti Karat/Stainless Steel.


Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti karat/stainless steel, sedemikian rupa
sehingga tiap sambungan harus tahan air.

11.4.3. Rangka Partisi.


Rangka partisi harus terpasang dengan kuat pada setiap hubungan bersudut 90 derajat. Apabila tidak terpenuhi
Kontraktor harus membongkar, biaya yang timbul adalah tanggungan Kontraktor. Semua sistem dan mekanisme
yang disyaratkan dalam gambar kerja harus berfungsi dengan sempurna.

11.4.4. Material Pelindung.


Bila rangka partisi ternoda oleh semen, adukan dan bahan lainnya, bahan pelindung harus digunakan. Kemudian
bercak noda tersebut dicuci dengan air bersih, sebelum kering sapu dengan kain yang halus, kemudian beri
material pelindung.

Pasal 12
Pekerjaan Perlengkapan Pintu Dan Jendela
(Alat Penggantung Dan Kunci)

12.1. Lingkup Pekerjaan.


Pekerjaan ini meliputi :

12.1.1. Pekerjaan Perlengkapan Pintu dan Jendela Aluminium.

12.1.2. Pekerjaan Perlengkapan Pintu dan Jendela Kayu.


Pekerjaan perlengkapan pintu dan jendela kayu dan binnya seperti tercantum dalam gambar kerja.

12.2. Persyaratan Bahan.

Semua alat penggantung dan pengunci (hardware) yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam buku spesifikasi ini. Apabila terjadi perubahan atau penggantian, harus mendapatkan
persetujuan terlebih dahulu secara tertulis dari Pemberi Tugas.
Kontraktor wajib mengajukan contoh bahan untuk mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas dan
Direksi/Konsultan Pengawas. Dalam pengajuan tersebut harus dengan komponen yang lengkap (anak kunci).
Pemilihan “hardware” pintu dan jendela disesuaikan dengan jenis bahan pintu.

12.2.1. Perlengkapan Pintu Ayun.

1. Engsel (Hinge)
Mekanisme : Ayun satu arah (single swing).
Spesifikasi : Tipe kupu-kupu dengan ring nylon
Memenuhi standard SII -0407-80.
Pemakaian : Pintu kayu dan aluminium.
Ukuran : Standard produk (45 x 75 mm).
Jumlah : 3 (tiga) set per daun pintu.

SPEK SMP 18 I/32


Produk : setara KEND.
Warna : Ditentukan kemudian.

2. Kotak Kunci (Lockcase).


Mekanisme : Ayun satu arah (single swing).
Pemakaian : Pintu kayu dan aluminium.
Spesifikasi : Lockcase yang mempunyai lidah siang (latch bolt)
Dan mempunyai lidah malam (tolling dead bolt)
Produk : setara KEND/CISA
Warna : Ditentukan kemudian.
3. Silinder (Cylinder).
a. Spesiflkasi : Sistem anak kunci dua arah.
Pemakaian : Pintu kayu pada setiap bangunan.
Produk : setara KEND/CISA.
b. Spesifikasi : Pegangan dalam/luar yang dapat diputar dengan tombol penekan pada pegangan dalam
Jika dalam keadaan darurat, pintu dapat dibuka dan sisi luar dengan “emergency pin”
Pemakaian : Pintu kamar mandi.
Produk : setara KEND/CISA.

4. Pegangan Pintu (Handle).


Spesiflkasi : Pegangan dalam yang dapat diputar dengan tombol penekan pada pegangan dalam,
indikator isi/kosong H pada sisi luar
Pemakaian : Pintu km/wc umum.
Produk : KEND atau setara.
Spesifikasi : Pegangan dalam/luar dengan handle biasa
Pemakaian : Semua pintu kayu dan aluminium.
Produk : KEND atau setara.

5. Penahan Pintu (Door Stopper).


Spesifikasi : Bahan galvanized steel dengan panahan karet pada salah satu ujungnya. Panjang total + 9
cm.
Pemakaian : Pintu yang tidak menggunakan door closer.
Produk : KEND atau setara.

6. Door Closer.
Spesifikasi : - Lengan dapat disetel untuk menahan pintu tetap terbuka (hold open”) pada posisi
tertentu sesuai dengan pilihan.
- Memiliki pengatur kecepatan menutup sehingga kecepatan tersebut konstan.
- Tipe Hidroulik “Automatic back-check”.
Pemakaian : Semua pintu ruang ber- AC atau sesuai dengan gambar kerja.
Produk : KEND, Warna ditentukan kemudian.

7. Grendel Tanam Putar.


Pemakaian : Pintu kayu dengan dua daun/pintu ganda sesuai dengan gambar kerja.
Produk : KEND atau setara.

12.2.2. Perlengkapan Pintu Dorong.

1. Rel Pintu
Spesifikasi : - Rel pintu dipasang di bagian atas lengkap dengan roda penggantung
- Pada bagian bawah dipasang rel dan roda penahan pintu.
- Besar rel disesuaikan dengan berat pintu yang digantungnya.
Pemakaian : - Semua pintu ruang yang memakai pintu jenis dorong
- Pintu plat baja pada bangunan gudang
Produk : - Henderson, Hillaldam atau setara

12.2.3. Perlengkapan Jendela Jungkit.

1. Casement.
Mekanisme : Kombinasi dari prinsip engsel dan hak angin, sudut bukaan hingga 135 derajat
Pemakaian : Jendela Aluminium Jungkit
Spesifikasi : Bahan dari baja difinish dengan Elektor Galvanized

SPEK SMP 18 I/33


Ukuran : 900 mm.
Kemampuan menahan beban daun jendela untuk :
Maks. Tinggi : 1525 mm, Maks. berat : 14,50 kg.
Agar dapat sesuai dengan jendela, Kontraktor harus meminta kejelasan tipe ini kepada
pabrik pembuat.
Produk : KEND atau setara.

2. Slot.
Spesifikasi : Spring knip.
Pemakaian : Semua jendela jungkit.
Produk : KEND atau setara.
Warna : Ditentukan kemudian.

12.2.4. Kehandalan Kerja.

Seluruh perangkat perlengkapan pintu dan jendela ini harus bekerja dengan baik sebelum dan sesudah
pemasangan. Untuk itu, harus dilakukan pengujian secara kasar dan halus.

12.3. Persyaratan Pelaksanaan.

12.3.1. Shop Drawing.


Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan gambar dokumen kontrak
yang telah disesuaikan dengan keadaan dilapangan. Di dalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data
yang diperlukan termasuk keterangan produk, cara pemasangan atau detail-detail khusus yang belum tercakup
secara lengkap didalam gambar dokumen kontrak sesuai dengan standarisasi pabrikasi, dan pemasangannya
untuk setiap pintu dan jendela.
Shop drawing harus disetujui dahulu oleh Direksi/Konsultan Pengawas sebelum dilaksanakan. Pemasangan
semua perangkat perlengkapan pintu, jendela dan bovenlicht khususny lockcase, handle dan blackplate harus
rapi dan sesuai dengan letak posisi yang telah ditentukan dalam gambar kerja dan atau petunjuk
Direksi/Konsullan Pengawas. Apabila hal tersebut tidak tercapai, maka Kontraktor wajib memperbaiki tanpa
tambahan biaya.

12.3.2. Engsel.
Pemasangan :
Engsel atas : + 28 cm (as) dari permukaan atas pintu.
Engsel bawah : + 28 cm (as) dari permukaan bawah pintu.
Khusus pintu toilet/peturrasan dan janitor ,adalah + 32 cm (as) dari permukaan bawah pintu.

12.3.3. Door Stopper.


Pemasangan :
Untuk pintu toilet/peturrasan, dipasang pada dinding dengan minimum ketinggian 155 cm dan 6 cm dari tepi daun
pintu.
Untuk pintu lain dipasang pada lantai, letaknya diatur agar daun pintu dan kunci tidak membentur dinding pada
saat pintu terbuka.

Pasal 13
Pekerjaan Langit-Langit

13.1. Lingkup Pekerjaan.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi :

SPEK SMP 18 I/34


13.1.1. Pekerjaan Plafon plywood
Pekerjaan langit-langit plywood untuk seluruh ruang dan atau sesuai gambar kerja.

13.2. Perawatan Bahan.

13.2.1. Plywood.
- Tebal : 3,4 mm.
- Ukuran panel : 60 x 120 cm.

13.2.2. Rangka Langit-langit.


- Balok kayu Meranti.
- Ukuran sesuai dengan gambar kerja.
- Bahan harus memenuhi persyaratan bahan di Pasal 7 Pekerjaan Kayu butir 7.2.

13.2.3. List Langit-langit.


Bahan : Kayu Bangkirai diprofil.
Ukuran lis : sesuai dengan gambar kerja.
Bahan harus memenuhi persyaratan bahan di Pasal 7 Pekerjaan Kayu butir 7.2.

13.3. Persyaratan Pelaksanaan.

13.3.1. Rangka Langit-langit.


Persyaratan pelaksanaan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
- Bahan rangka yang digunakan untuk pemasangan plafond adalah kayu meranti. Pola rangka
penggantung langit langit sesuai dengan gambar rencana dan diperhatikan benar-benar peilnya. Bagian
permukaan rangka langit-langit yang akan dipasang rangka langit-langit harus rata permukaan, dan
diketam halus. Penggantung rangka langit-langit adalah klem besi strip dengan kawat/kabel baja yang
diikatkan ke stek penggantung langit-langit dengan wartelmur. Stek penggantung langit-langit dari besi
beton berdiameter 6 mm, diikatkan ketulangan pelat lantai atau balok beton, telah dipasang pada saat
pengeoxan. Panjang stek dan jarak penggantungan sesuai dengan gambar kerja.

13.3.2. Langit-langit .
Plafon plywood yang dipasang adalah plywood yang telah dipilih dengan baik, bentuk, dan ukuran masing-masing
unit sama, tidak ada bagian yang retak, gompal atau cacat lainnya dan telah mendapat persetujuan dari
Direksi/Konsultan Pengawas.
Plafon plywood dipasang dengan cara pemasangan sesuai dengan standard yang dikeluarkan oleh pabrik
pembuatnya, pemakuan dengan paku khusus untuk Plafon plywood, dan pola pemasangan sesuai gambar kerja.
Setelah selesai terpasang, bidang permukaan langit-langit harus lurus, rata waterpass dan tidak bargelombang,
sambungan antar panel saling tegak lurus. Toleransi kecembungan adalah 0,5 mm untuk jarak 2 m. Penyelesaian
akhir (finishing) adalah dicat. Pekerjaan pengecatan harus sesuai dengan Pasal Pekerjaan Cat.

13.3.3. List Langit-langit.


Persyaratan pelaksanaan harus memenuhi Pasal 7 Pekerjaan Kayu butir 7.3.
Pemakuan kepala paku harus dipipihkan dan dipaku hingga tertanam serta diisi dempul, setiap jarak tertentu
sedemikaian rupa sehingga lis langit-langit menempel kuat, lurus dan rata. Setiap sambungan sudut rnerupakan
sambungan adu manis. Pada setiap sambungan harus memakai lem putih sebelum pemakuan. Penyelesaian
akhir (finishing) adalah Melamic. Pekejaan pengecatan harus sesuai dengan Pasal Pekerjaan Cat.

13.3.4. Peralatan-peralatan Yang Terpasang.


Pada pekerjaan ini, Kontraktor harus mengadakan koordinasi dari berbagai disiplin lain untuk dapat
mengkoordinasikan peralatan-peralatan yang harus terpasang pada panel langit-langit tersebut, seperti armatur
lampu, grill AC. Titik Penginderaan Kebakaran, Sprinkler dan lain-lain.

SPEK SMP 18 I/35


Pasal 14
Pekarjaan Sanitair

14.1. Lingkup Pekerjaan.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi pengadaan dan pernasangan :

14.1.1. Pekerjaan Kloset Jongkok Lengkap Dengan Fixtures.


14.1.2. Pekerjaan Kran.

14.2. Persyaratan Bahan.

Jenis, ukuran, warna sesuai dengan petunjuk gambar serta buku RKS ini dan telah disetujui oleh Pemberi Tugas.
SegaIa contoh yang telah disetujui oleh Pemberi Tugas harus diserahkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas.
Semua bahan yang terpasang sesuai dengan contoh yang telah disetujui.
Pemasangan semua unit sanitair harus lengkap dengan fixtures (kran, pipa drain dan sebagainya)

14.2.1. Kloset Jongkok.


Produk : TOT0 atau setara
Bahan : Porselin
Warna : Ditentukan kemudian.

14.2.2. Kran.
Produk : SAN-EI

14.2.3. Floor Drain.


Produk : SAN-E1 atau setara.
Tipe : H 510.

14.3. Persyaratan Pelaksanaan.

14.3.1. Koordinasi Kerja.


Pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti gambar, uraian dan persyaratan pekerjaan, spesifikasi serta patunjuk
Direksi/Konsultan Pengawas.
Diperlukan koordinasi kerja dengan disiplin lain terutama yang bersangkutan dengan pekerjaan pemasangan,
baik jadwal pekerjaan maupun posisi meletakkan peralatan ditempat.

14.3.2. Peralatan Yang Disetujui.


Semua peralatan sebelum dan sesudah dipasang harus disetujui Direksi/Konsultan Pengawas dan dijaga dari
kerusakan atau hilang sebelum masa penyerahan tiba. Pada saat pemasangan peralatan, perhatikan semua
ukuran, peil, pola dan syarat lain untuk pemasangan di lantai maupun di dinding/meja beton.
Peralatan harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak ada sumbatan-sumbatan. Pemasangan unit saniter
dan “accesoriesnya” harus dilakukan dengan hati-hati dan cermat agar tidak terdapat bekas carat atau noda.
Semua peralatan yang sudah tertanam dalam beton harus bersih dari kotoran dan tidak cacat.

14.3.3. Sambungan Ulir.


Sambungan pipa dengan “accessories” unit saniter pada umumnya menggunakan sambungan ulir.
Penyambungan dengan ulir ini terlebih dahulu dilapisi dengan “Red Lead Cement” dan memakai pintalan serat
halus.Pada tempat-tempat khusus digunakan sambungan “flanged”.
Pada penyambungan dengan “Ranged” perlu dilengkapi dengan “ring type gasket” untuk lebih menjamin
kekuatan sambungan.

SPEK SMP 18 I/36


14.3.4. Pemeriksaan atau Pengujian
Dilarang menutup dengan plesteran sebelum diadakan pemeriksaan/pengujian oleh Direksi/Konsultan Pengawas.

14.3.5. Fires.
Semua “fires” yang terpasang di dinding harus diusahakan tepat ditengah atau pada naad ubin keramik.

Pasal 15
Pekerjaan Perlindungan

15.1. Lingkup Pekerjaan.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi pengadaan dan pemasangan :


- Pekerjaan Sealant.
- Pekerjaan Grouting.
- Pekerjaan Waterprofing.

15.1.1. Pekerjaan Sealant.


1. Semua celah pada sambungan unit saniter dan “accesoriesnya” terhadap dinding lantai maupun antara pipa.
2. Semua celah pada kaca dengan rangka dan dinding.
3. Semua celah pada kusen alluminium.

15.1.2. Pekerjaan Grouting.


Semua pekerjaan penutup celah yang terjadi pada bahan material metal yang tertanam dalam beton maupun
pasangan bata.

15.1.3. Pekerjaan Waterprofing.


Pelapisan dengan bahan/material waterprofing untuk :
1. Bahan/material waterprofing lembaran untuk permukaan atas plat atap beton.
2. Bahan/material waterprofing cair untuk permukaan atas lantai 1 (satu) semua km/wc.

15.2. Persyaratan Bahan.

15.2.1. Pekerjaan Sealant.


Bahan sealant harus sesuai dengan kegunaan, fungsi dan bahan/material, tahan cuaca, kedap air, tahan
terhadap garam dan alkali, bersifat elastis untuk menghadapi perubahan temperatur, tahan benturan, dan
berdaya lekat tinggi dan berbahan dasar dari silikon. Produk : DDW CORNING atau setara.

15.2.2. Pekerjaan Grouting.


Bahan grouting dari jenis non shrink dan non-metalic dengan pemakaian dicampur semen. Produk : ABC, BETEK
atau setara.

15.2.3. Pekerjaan Waterprofing.


Tipe lembaran dengan bahan dasar Bituthene,
Produk : Tipe cair, fibre glass.

15.2.4. Penyerahan Bahan/Material.


Penyerahan bahan/material ditempat pekejaan harus dalam keadaan masih utuh, tertutup baik dan tersegel
dalam kemasannya serta berlabel seperti waktu diterima dari distributor/pabrik. Jika dalam keadaan cacat atau
rusak, maka bahan/material tersebut tidak diperkenankan untuk dipakai.

15.3. Persyaratan Pelaksanaan.

SPEK SMP 18 I/37


15.3.1. Kebersihan Bahan/Material.
Sebelum pelaksanaan, permukaan dan semua bahan/material yang termasuk dalam pekerjaan harus bersih dan
bebas dari debu, minyak, air dan noda maupun kotoran lainnya, pail atau elevasi permukaan tersebut sudah
disetujui Direksi/Konsultan Pengawas.
Apabila dari bahan/material yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar yang beracun atau membahayakan
kesehatan keselamatan manusia, maka Kontraktor harus menyediakan peralatan pelindung (seperti : masker,
sarung tangan, dan sebagainnya) yang harus dipakai pada waktu pelaksanaan pekerjaan.
Selama pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus diawasi oleh tenaga ahli/supervisi dari pabrik pembuat.
Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor, tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah. Prosedur palaksanaan
harus sesuai dengan spesifikasi pabrik.

15.3.2. Pekerjaan Sealant.


Sepanjang permukaan yang akan diberi sealant harus kering betul, bersih bebas dari debu, minyak, lemak,
pecahan atau bubuk adukan, partikel bahan/material yang terlepas maupun noda dan kotoran lainnya.
Permukaan bahan harus sudah difinish. Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini di dalam ruangan
tertutup karena sealant memerlukan kelembaban atmosfir untuk mengeras. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini,
Kontraktor harus memperhatikan cara pemasangan dan jenis sealant yang dibedakan berdasarkan macam/jenis
material yaitu :
1. Material keramik/kaca.
2. Material metal.
3. Material kayu.
4. Material beton.
5. Permukaan aduk plestetan dan lain-lain.

Kontraktor harus mengikuti semua persyaratan/spesifika pabri. Konraktor harus melaksanakan pekerjaan ini
dengan cermat dan teliti sehingga sealant yang terpasang mempunyai permukaan yang rapih, halus, rata
permukaan dan bersih dari segala noda, kotoran maupun goresan.

15.3.3. Pekerjaan Grouting.

1. Persiapan Permukaan.
Metal yang tertanam telah diberi cat dasar atau cat anti karat, terkecuali untuk baja stainless steel, persyaratan ini
tidak berlaku. Permukaan lubang pada beton maupun pasangan batu bata harus bersih dan bebas dari debu,
minyak, lemak, pecahan atau bubuk adukan/semen, partikel bahan/material yang terlepas maupun noda dan
kotoran lainnya. Sebelum pemberian grouting, permukaan lubang harus dibasahi terlebih dahulu tetapi tidak
diperkenankan ada butiran air diatas permukaan tersebut pada waktu pelaksanaan grouting.
2. Pelaksanaan.
Aduk grouting diisikan dari satu arah menerus hingga seluruh celah/lubang tertutup padat, tidak ada rongga, rata
permukaan agar tidak terbentuk rongga udara.
Apabila celah/lubang berukuran kecil, pengisian aduk grouting dapat mempergunakan corong/alat lain.
3. Perawatan/curing dan Perbaikan.
Permukaan aduk grouting harus dilindungi dari pengeringan dan pengerasan yang terlalu cepat dengan cara
ditutup dengan kain basah.

15.3.4. Pekerjaan Waterprofing.

1. Persiapan permukaan.
Bekisting pada bagian/sisi bawah pelat lantai dan pelat atap beton harus sudah dilepas agar tidak menghambat
butir-butir air dalam beton untuk keluar. Perawatan beton minimum telah melewati 7 hari dari yang disyaratkan
pekerjaan beton struktural.
Permukaan harus betul-betul kering sebelum pelaksanaan lapisan waterprofing. Seluruh permukaan harus sudah
bebas dari minyak, retak atau lubang, serbuk beton, debu gumpalan/aduk beton, atau bagian-bagian yang
menonjol tajam, permukaan halus dan rata. Retak, lubang yang tidak berguna dan sebagainya harus ditutup
dengan adukan kedap air 1Pc : 3Psr hingga padat dan diratakan permukaannya.

SPEK SMP 18 I/38


2. Pekerjaan Waterprofing Lembaran.

a. Lapisan Dasar/Primer.
Pelaksanaan dengan semprot atau kuas dengan daya tutup 6 - 8 m2 per liter.
Lapisan Dasar/Primer harus langsung ditutup dengan lembaran waterprofing. Jika dalam satu hari keja ada area
yang telah diberi lapisan dasar/primer tetapi belum sempat ditutup dengan lembaran waterprofing, rnaka areal
tersebut harus diberi lapisan dasar/primer kembali pada hari kerja berikutnya.

b. Lapisan Lembaran Waterprofing.


¾ Permukaan horizontal.
- Lembaran waterprofing harus dipasang mulai dari titik terendah permukaan ke arah titik tertinggi.
- Tumpang-tindih (overlap) antara lapisan minimum 65 mm dan atau sesuai dengan spesifikasi pabrik.
- Pemasangan berlangsung dari gulungan, ditekan dengan roller (berat + 35 kg dan lebar + 70 cm) dengan
seksama, menerus, dan secara merata sehingga tidak terdapat gelembung udara.
- Di atas sepanjang siar dilatasi, pelapisan lembaran waterprofing dua kali.

¾ Permukaan Vertikal.
- Lembaran waterprofing harus dipasang dari titik terendah hingga titik tertinggi menerus dalam 1 (satu)
lembar, kemudian baru dipasang lapisan baru.
- Tumpang-tindih (overlap) antara lapisan minimum 65 mm dan atau sesuai dengan spesifikasi pabrik.
- Pemasangan barlangsung dari gulungan, ditekan dengan roller (berat +- 35 kg dan lebar + 70 cm) dengan
seksama, menerus, dan secara merata sehingga tidak terdapat gelembung udara.
- Jika diperlukan, dapat memakai paku beton ukuran terkecil untuk mengikat.

¾ Pertemuan Sudut/Dinding/Parapet.
Semua pertemuan sudut harus dibuat tumpul 45 derajat, yaitu dengan menutup sepanjang sudut tersebut
dengan aduk kedap air 1Pc : 3Ps, selanjutnya pelaksanaan pakerjaan waterprofing.

¾ Lubang Pipa Talang.


- Setiap lubang pipa talang harus dikerjakan dua lapis lembaran waterprofing.
- Lapisan pertama, lembaran waterprofing di dinding lubang kebawah sejauh minimal 150 mm, kemudian
dari bibir lubang kesegala arah sejauh minimal 150 mm.
- Lapisan kedua, lembaran waterprofing permukaan atap harus diteruskan masuk kedalam lubang talang
sampai kedalaman minimum 150 mm dari bibir lubang lakang.

¾ Berupa lapisan (screed) kedap air 1Pc : 3Ps dengan tulangan kawat kasa ayam. Tebal lapisan minimal + 3
cm dan maksimal + 8 cm. Setelah selesai palapisan, perrnukaan ditabur dengan aspal hingga merata.

¾ Pengujian.
Kontraktor harus melaksanakan pengujian kebocoran setelah selesai pekerjaan lapisan waterprofing dan
sebelum pekerjaan lapisan pelindung.
Cara pengujian dengan menuangkan air kepermukaan yang telah tertutup lapisan waterprofing hingga
ketinggian + 50 mm dan dibiarkan selama 3 x 24 jam.

¾ Perbaikan Lapisaan Waterprofing.


Jika terdapat kebodoran, lapisan waterprofing diatas kebocoran disobek secukupnya. Lekatkan potongan
lapisan waterproofing baru diatas bagian yang sobek sejauh minimal 150 mm kesegala arah. Pekerjaan ini
dilaksanakan setelah pengujian, dan permukaan harus kering betul.

c. Pekerjaan Waterprofing Cair.


Perbandingan campuran semen dengan waterprofing cair adalah 2:1 tanpa menggunakan air. Pelaksanaan
pekerjaan waterprofing cair dilakukan dengan dituangkan atau memakai kuas dengan volume 1 galon untuk 10 -
15 m2.

¾ Aplikasi/pemasangan pada pelat beton.


- Plat beton harus sudah berumur 28 hari, atau bila memakai bahan pemadat (densifier) plat beton telah
benar-benar mengeras, sesuai dengan hasil tes laboratorium.
- Kemiringan ideal menuju arah roof drain (sesuai yang dicantumkan da!am gambar kerja).
- Semua dudukan instalasi/pipa dan lain-lain harus sudah terpasang.
- Ujung pemberhentian sepanjang bidang tegak/parapet/dinding dibuat groove + 2 mm.

SPEK SMP 18 I/39


- Pada bidang pertemuan antara plat lantai dan dinding atau parapet serta semua dudukan beton atau
instalasi akan diisi adukan 5 x 5 cm.

¾ Lapisan pelindung.
Apabila diperlukan lapisan pelindung, dibuat dari lapisan (screed) kedap air 1Pc : 3Ps dengan tulangan
kawat kasa ayam. Tebal lapisan minimal 3 cm dan maksimal 8 cm.

¾ Pengujian.
Kontrator harus melaksanakan pengujian kebocoran setelah selesai pekerjaan lapisan waterprofing.
Cara pengujian dengan menuangkan air kepermukaan yang telah tertutup lapisan waterprofing hingga
ketinggian + 50 mm dan dibiarkan selama 3 x 24 jam.

¾ Perbaikan Lapisan Waterprofing.


Apabila terjadi ketidak sempurnaan dalam pelaksanaan (terjadi) kebocoran, maka Kontraktor diwajibkan
memperbaiki kembali pekerjaan tersebut hingga sempurna dan disetujui Direksi/Konsultan Pengawas dan
biaya perbaikan tersebut menjadi tangung jawab Kontraktor. Metoda pelaksanaan parbaikan waterprofing
harus mengikutl petunjuk dan saran dari pakarnya dan disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas.

16.3.5. Jaminan/Garansi.

Kontraktor wajib menyerahkan jaminan/garansi tertulis bahwa pekerjaan, perbaikan dan perawatan dari bagian-
bagian pekerjaan perlindungan ini telah dilaksanakan dengan standard sesuai spesifikasi teknis dari pabrik
pembuat. Jaminan/garansi untuk pekerjaan perlindungan tersebut tidak kurang dari 5 tahun setelah masa
pemeliharaan.

SPEK SMP 18 I/40


BAB 4
SYARAT - SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN ELEKTRIKAL

Pasal 1
Sistem Elektrikal

1.1. Lingkup Pekerjaan.

1.1.1. Umum.
Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam spesifikasi ini maupun yang
tertera dalam gambar, dimana bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada
spesifikasi ini. Bila ternyata terdapat perbedaan-perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang dipasang
dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal dibawah ini, maka merupakan kewajiban Kontraktor untuk
mengganti bahan atau peralatan tersebut sehinggai sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan disetujui
Direksi/Pengawas Lapangan.

1.1.2. Uraian Lingkup (Scope) Pekerjaan Tenaga & Penerangan.


Sebagai tertera dalam gambar-gambar rencana, Kontraktor pekerjaan instalasi listrik ini harus melakukan
pengadaan dan pemasangan serta menyerahkan dalam keadaan baik dan siap dipergunakan.
Garis besar lingkup pekerjaan yang dimaksud adalah sebagai betikut :
Pengadaan dan Pemasangan :
1. Pengadaan dan pemasangan Panel Distribusi Penerangan.
2. Instalasi pengkabelan.
3. Instalasi penerangan dan kotak kontak.
4. Armature lampu dan lampu-lampu lainnya seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana.
5. Insfalasi penerangan luar.
6. Instalasi penangkal petir.
7. Instalasi grounding.
8. Melakukan testing dan commissioning.

1.2. Standard/Rujukan.

1.2.1. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 1987)


1.2.2. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP)
1.2.3. International Electrotechnical Commission (IEC)
1.2.4. SPLN.
1.2.5. Spesifikasi Teknis Penangkal Petir dan Pentanahan.

1.3. Ketentuan Bahan dan Peralatan.

1.3.1. Panel Tegangan Rendah.


1. Panel tegangan rendah harus mengikuti standard VDE/DIN dan juga harus mengikuti peraturan IEC dan PUIL.
2. Konstruksi dalam parel-panel serta letak dari komponen-komponen dan sebagainya harus diatur sedemikian rupa
dan setiap kabel diberikan nomor terminal/kabel, sehingga bila akan dilaksanakan perbaikan-perbaikan,
penyambungan-penyambungan pada komponen-komponen dapat dengan mudah dilaksanakan tanpa mengganggu
komponen-komponen lainnya. Pengaturan/penempatan komponen atau peralatan harus mempertimbangkan juga
kemungkinan kenaikan temperatur yang ditimbulkan, baik oleh komponen-komponen itu sendiri ataupun karena
keterbatasan ruang panelnya.
3. Setiap panel harus mempunyai 5 busbar copper terdiri dari 3 busbar phase R-S-T, 1 busbar neutra1 dan 1 busbar
untuk grounding, kecuali untuk panel 1 phasa, cukup menggunakan 3 busbar. Besarnya busbar harus
diperhitungkan untuk besar arus tanpa menyebabkan suhu yang lebih dati 650 C
4. Setiap busbar copper harus diberi warna sesuai peraturan PLN, lapisan yang dipergunakan untuk memberi warna
busbar dan saluran harus dari jenis yang tahan terhadap kenaikan suhu yang diperbolehkan.
5. Alat ukur yang dipergunakan adalah jenis semi flush mounting dalam kotak tahan getaran, untuk Ampermeter dan
Voltmeter dengan ukuran 96 x 96 mm dengan skala linear dan ketelirian 1% dan bebas dari pengarus induksi serta
ada sertifikasi tera dari LMK/PLN (minimum 1 buah untuk setiap jenis alat ukur).
6. Ukuran dari tiap-tiap panel harus disesuaikan dengan keadaan dan keperluan serta semua persyaratan yang
berlaku sesuai dengan yang telah disetujui Perencana.

SPEK SMP 18 I/41


1.3.2. Kabel Tegangan Rendah.

1. Kabel-kabel yang dipakai harus dapat dipergunakan untuk tegangan min. 0,6 KV untuk kabel NYM, NYY & NYFGbY
dengan spesifikasi :
a. Conductor : Plain wpper (NYM & NYY), solid or stranded (NYY), Copper/sector
shape (NYFGbY).
b. Insultaion : PVC
c. Core Filter : Compound Elastic/Soft PVC
d. Sheat : PVC.
2. Pada prinsipnya kabel-kabel yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
a. Untuk kabel-kabel instalasi daya dipergunakan jenis NYFGbY dan NYY.
b. Untuk kabel-kabel instalasi penerangan dipergunakan jenis NYM.
3. Kabel-kabel daya yang ke sub-sub panel harus disertai dengan kabel BC atau NYA sebagai kawat pentanahan
dengan diameter sama dengan diameter kabel feedernya.
4. Sebelum dipergunakan, kabel dan peralatan bantu lainnya harus dimintakan persetujuan terlebih dahulu.
5. Penampang kabel minimum yang dapat dipakai 2,5 mm2.

1.3.3. Syarat Khusus (lampu, saklar, kotak kontak, cable ladder/tray, dll).

1 . Lampu TLD
a. Pada RKB.
b. TebaI plat besi untuk lighting fixtures tersebut minimum 0,7 mm.
c. Ballast (Transformator) untuk lampu TLD harus dari bahan Low Loss Type.
d. Condensor yang dipasang seri pada lampu-lampu TLD harus dapat memberikan koreksi factor (cos phi) total
minimal 0,85.
e. Fitting lampu TLD (lamp Holder) type.
f. Finishing untuk lampu TLD harus di Cat Oven/Powder Coating.

2. Syarat Umum.
a. Semua lighting fixtures harus dicat dengan cat bakar bebas dan karat, dengan ICI acrylic paint warna putih,
contoh harus disetujui deh Perencana/Direksi Pengawas.
b. Konstruksi lighting fixtures pada umumnya harus memberikan efisiensi penerangan yang maksimal, rapih kuat
sera sedemikian rupa hingga pekerjaan-pekerjaan seperti panggantian lampu, pembersihan, pemeriksaan dan
pekerjaan pemeliharaan dengan mudah dapat dilaksanakan.
c. Pada semua lighting fixtures harus ditanahkan (grounding).

6. Kotak Kontak dan Saklar.


a. Kotak-kontak dan saklar yang akan dipasang pada dinding tembok bata adalah type pemasangan
masuk/inbow (Rush-mounting).
b. Kotak-kontak rating 16 A dan mengikuti standard VDE.
c. Flush-box (inbouw doss) untuk tempat saklar, kotak-kontak dinding dan push button harus dipakai dan jenis
bahan bakely atau metal dari produk yang sama.
d. Kotak-kontak dinding yang dipasang 30 cm dan permukaan lanlai. Pada ruang-ruang yang basah/lembab
harus dan jenis water dicht (WD) sedang untuk saklar dan isolating switch dipasang maksimal 130 cm dan
permukaan lantai.
e. Kodak kontak khusus/Industrial type, untuk area tertentu, akan ditentukan kemudian.
Spesifikasi dan kotak kontak industrial type adalah sebagai barikut :
¾ Type : Surface mounting socket Outlets c/w plug
¾ Material : Polyester-polyamide cover slainless steel screw parts Protection Index
: IP 66
¾ Operation temperature : - 600 - + 600 C
¾ Vollage operation : 220-240 V atau 380-415 V
¾ Rated Current : 16 A & 63 A.
¾ Pole of Configurations : 2P + E, 3P + E atau 3P + E + N.

7. Konduit.
a. Konduit yang digunakan, harus memenuhi standard yang berlaku (British Standard-BS dan Elecbonical
Standardization CENELEC) untuk pengujian karakteristik bahan antara lain, tahan terhadap bahaya kebakaran
tingan kelenturannya dan lahan terhadap getaran mekanis (tidak mudah pecah) pada saat pengecoran lantai
atau kolom beton.
b. Konduit yang dipakai adalah dan jenis PVC High Impact atau metal conduit, dimana diameter dalam dari
konduit minimum 1,5 kali diameter kabel dan minimum diameter dalam adalah 10 mm, atau dinyatakan lain

SPEK SMP 18 I/42


pada gambar. Sedangkan untuk FRC (Fina Recistance Cable) menggunakan G.1.P dengan diameter 2 ½ kali
diameter kabel.
c. Konduit yang dipasang harus dilengkapi dengan segala Accessoriesnya dan material/ bahan yang sama
dengan konduitnya seperti; coupling, saddles, inspecbon elbows, reducens, locknuts, terminal boxes dan
berbagai perlengkapan lainnya, untuk memudahkan baik pada saat pelaksanaan maupun saat perawatan.

9. Grounding.
a. Kawat grounding menggunakan kawat telanjang (Bare Copper Conductor).
b. Besarnya kawat grounding minimal berpenampang sama dengan penampang kabel masuk (incoming feeder).
c. Elektroda pentanahan untuk grounding digunakan pipa galvanized minimal berdiameter 11/4”, diujung pipa
dipasang copper rod sepanjang 0,5 meter.
d. Nilai tahanan grounding untuk panel-panel maksimum 2 ohm, diukur setelah tidak turun hujan selama 3 hari
berturut-turut.
e. Kedalaman grounding minimum 6 meter.

1.4. Perawatan Teknis Pemasangan.

1.4.1. Panel-panel.

1. Panel-panel harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatnya dan harus rata (horizontal/waterpas).
2. Setiap kabel yang masuk/keluar dan panel harus dilengkapi dengan gland dan karet atau panutup yang rapat tanpa
adanya permukaan yang tajam.
3. Pada lokasi-lokasi yanq khusus (shaft listrik, gudang atau penerangan luar), panel-panel harus diperlengkapi
dengan lubang-lubang ventilasi yang cukup.
4. Khusus untuk panel-panel type free standing, harus diberi alas dengan menggunakan besi kanal UNP 100 x 50 x 5
mm.
5. Untuk panel-panel yang banyak menggunakan komponen kontroll/busbar atau banyak menggunakan alat ukur
harus dilengkapi dengan terminal blok yang baik mutunya (lihat item produk).
6. Panel-panel yang dilengkapi dengan magnetic contactor dan start/stop push button, harus dibuat sedemikian rupa
sehingga mudah dalam mengoperasikannya dan estetik.
7. Ketinggian panel-panel type wall mounting harus menurut PUIL 1987.
8. Semua panel harus ditanahkan.

1.4.2. Kabel-kabel.

1. Semua kabel dikedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel mark yang jelas dan tidak mudah lepas untuk
mengidentifikasikan arah beban.
2. Setiap kabel daya pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna untuk mengidentifikasikan phasanya sasuai dengan
WIL 1987 pasal 701. Sedangkan untuk kabel instalasi penerangan (NYM) yang digunakan harus terdiri dari 4
macam warna sesuai dengan ketentuan PUIL (R, S, T, Neutra1 dan grounding).
3. Kabel daya yang dipasang pada shaft/dinding bangunan harus diletakkan diatas tangga kabel (cable leadder) atau
cable tray yang semuanya ditata dan diklem dengan rapi.
4. Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan, kecuali pada kabel penerangan.
5. Untuk kabel dengan diameter 16 mm2 atau lebih harus dilengkap dengan sepatu kabel untuk terminasinya.
6. Pemasangan sepatu kabel yang berukuran 70 mm2 atau lebih harus mempergunakan alat pres hidraulis yang
kemudian disolder dengan timah pateri.
7. Semua kabel yang ditanam harus pada kedalaman 80 cm minimum, dimana sebelum kabel ditanam ditempatkan
lapisan pasir setebal 15 cm dan diatasnya diamankan dengan batu tata Cikarang sebagai pelindungnya. Lebar
galian minimum adalah 40 cm atau disesuaikan dengan jumlah kabel.
8. Untuk kabel feeder yang dipasang didalam trench harus mempergunakan kabel support, minimum setiap jarak 50
cm.
9. Pada route kabel setiap 25 m dan disetiap belokan harus ada tanda arah jalannya kabel.
10. Kabel yang ditanam dan menyeberangi selokan atau jalan atau instalasi lainnya harus ditanam lebih dalam dan 60
cm dan diberikan pelindung pipa galvanized dengan diameter minimum 2 ½ kali panampang kabel.
11. Semua kabel yang dipasang diatas langit-langit harus diletakkan pada Cable Ladder.
12. Semua kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beron harus dibuatkan sleeve dan pipa galvanis dengan
diameter minimum 2 ½ kali penampang kabel.
13. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak kontak harus didalam kotak terminal yang terbuat dan bahan
yang sama dengan bahan konduitnya dan dilengkapi dengan skrup untuk tutupnya dimana tebal kotak terminal tadi
minimum 4 cm.
14. Setiap pamasangan kabel daya harus diberikan cadangan kurang lebih 1 m disetiap ujungnya.
15. Penyusunan konduit diatas cable leadder harus rapi dan tidak saling menyilang.

SPEK SMP 18 I/43


16. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak kontak harus didalam kotak penyambungan dan memakai alat
penyambung barupa las-dop merk Legrand atau 3 m dengan memberi isolasi terlebih dahulu. Warna isolasi harus
sama dengan warna kabelnya.

1.4.3. Lampu Penerangan.

1. Pemasangan lampu penerangan harus disesuaikan dengan rencana plafond dan arsitek dan disetujui oleh
Direksi/Pengawas Lapangan.
2. Lampu tidak diperkenankan memberikan beban kepada rangka plafond yang terbuat dari bahan aluminium.

1.4.4. Kotak Kontak dan Saklar.

1. Kotak kontak dan saklar yang akan dipakai adalah type pemasangan masuk dan dipasang pada ketinggian 300 mm
dari level lantai, untuk kotak kontak dan 1500 mm untuk saklar.
2. Kotak kontak dan saklar yang dipasang pada tempat yang lembab harus type water dicht (bila ada).

1.4.5. KWH Meter.

1. Penempatan KWH meter baik dalam panel-panel utama maupun yang terpasang dalam sub-sub panel harus
diletakkan sedemikian rupa sehingga mudah dilihat/dibaca dengan baik.
2. Koordinasi penempatan KWH meter ditentukan kemudian dilapangan setelah disepakati barsama Arsitek.

1.4.6. Lampu Penerangan.

1. Pemasangan lampu penerangan disesuaikan dengan rencana plafond Arsitek dan disetujui Pengawas Lapangan.
2. Lampu tidak diperkenankan memberi beban pada rangka plafond yang terbuat dan bahan aluminium.
3. Tiang lampu penerangan luar dipasang tegak lurus.
4. Lampu penerangan luar dibuat dengan pondasi dan dipasang kotak pengaman (fuse box ) pada ketinggian
maximum 500 mm dari tanah.

1.5. Pengujian.

1.5.1. Umum.

Sebelum semua peralatan utama dan sistem dipasang, harus diadakan pengujian secara individual. Peralatan
tersebut baru dapat dipasang setelah dilengkapi dengan sertifikatkat pangujian yang baik dari pabrik yang
bersangkutan dan LMK/PLN sarta instansi lain yang berwenang untuk itu. Setelah paralatan tersebut dipasang,
harus diadakan pengujian secara menyeluruh dari sisbm, untuk menjamin bahwa sistem berfungsi dengan baik.
Semua biaya untuk mendapatkan sertifikat Iulus pengujian dan peralatan untuk pengujian yang perlu disediakan
oleh Kontraktor menjadi tanggung jawab Kontraktor sandiri.

1.5.2. Peralatan dan Bahan.

Peralatan dan bahan Instalasi Listrik yang harus diuji.

1. Panel-panel tegangan rendah.


Panel-panel tersebut harus dilengkapi dengan sertifikat Iulus pengujian dan pembuat panel yang menjamin bahwa
setiap peralatan dalam panel tersebut berfungsi baik dan bekerja sempurna dalam keadaan operasional maupun
gangguan berupa undervoltage, over current, overthennis, short circuit dan lain-lain serta merger antara fasa, fasa
netral, fasa nol.
2. Kabel-kabel tegangan rendah.
Untuk kabel tegangan rendah, sertifikat Iulus pengujian harus dari PLN yang terutama menjamin bahan isolasi kabel
baik serta tidak melanggar ketentuan-ketentuan PLN tentang isolasi kabel tegangan rendah, pengujian dengan
megger tetap harus dilaksanakan, dengan nilai tahan isolasi minimum 50 mega Ohm. Penyalaan baru boleh
diiaksanakan apabila dinyatakan Iulus oleh Direksi Lapangan yang didasarkan pada hasil pergukuran (data)
langsung dari semua instalasi.
3. Lighting Fixtures.
Setiap lighting fixtures yang menggunakan ballast dan kapasitor harus dilakukan pengujian atau pengukuran faktor
daya (cos phi). Dalam hal ini faktor daya yang diperbolehkan minimal 0,85.
4. Motor-motor Litrik.
a. Motor-motor listrik yang terpasang, harus dari type yang sesuai dengan pemakaian dan lokasi dimana motor-motor
tersebut dipasang.

SPEK SMP 18 I/44


b. Pengukuran tahanan isolasi motor-motor listrik harus dilakukan.
c. Pemasangan motor-motor listriik bisa dilaksanakan setelah penunjukkan hasil pengukuran tidak melanggar
ketentuan-ketentuan PUIL 1987.

1.6. Peralatan Maintenance.

Kontraktor diwajibkan menyerahkan peralatan Maintenace (Tools kit) untuk semua system yang terpasang sesuai
dengan produknya masing-masing. Semua peralatan tersebut harus baru dan asli.

1.7. Produk.

Bahan atau peralatan harus memenuhi spesifikasi.


Kontraktor dimungkinkan untuk mengajukan alternatif lain yang setara dengan yang dispesifikasikan ke MK.
Kontraktor baru bisa mengganti bila ada persetujuan resmi dan tertulis.

Produk bahan dan peralatan pada dasarnya adalah sebagai berikut :

Bahan/Peralatan Merk/Pembuat
1. Terminal Block : Phoenix Contact Legrand
2. MCCB, MCB dll : ABB, MG, Siemens, GE
3. Pembuat Panel : Otessa, Panelindo, Simetri, Unimakmur
4. Kabel : Kabelindo, Kabelmetal, Supreme, Tranka
5. Conduit High Impact : Ega, Clipsal
6. Konduit PVC, AW : Wavin, Rucika
7. GIP Med. Class : Bakrie, PPI
8. Cable Mark : 3 M, Legrand
9. Lampu TLD & PLC :
- Fluorescent : Philips, Osram, GE
- Starter : Philips, Osram, GE
- Lamp Holder : Philips, Osram, GE
- Ballast low loss : Philips, Osram, GE
- Pembuat : Philips, Artolite, Interlite, Spectra.
10. Kotak Kontak : Legrand, MK, Clipsal
11. Kotak Kontak Industry/Isolating Switch : Legrand, MK, Clipsal
12 Saklar : Legrand, MK,Clipsal.
13. Metal Conduit : Maruichi, National, Matshuhita
14. Cable Leadder/Tray : Three Star, Interack

BAB 5
PENUTUP

5.1. Semua sisa-sisa bahan bangunan dan sampah lainnya serta alat-alat bantu harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan,
segera setelah pekerjaan selesai atas biaya Kontraktor.
Untuk itu Kontraktor harus memperhitungkannya dalam penawaran khusus mengenai mobilisasi/demobilisasi
peralatan serta pembersihan seluruh lokasi sebelum dan setelah pekerjaan selesai.

5.2. Bila terdapat hal-hal yang belum tercakup dalam RKS ini dan memerlukan penyelesaian di lapangan, maka akan
diatur/dibicarakan kemudian dalam rapat-rapat koordinasi lapangan oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor,
Konsultan Perencana dan atas persetujuan PemimpinProyek.

Balikpapan, Maret 2010


Menyetujui, Konsultan Perencana
Kepala Seksi Sarana dan Perpustakaan CV. LOGIS SAKTI KONSULTAN
Pendidikan Dasar

Muh. Syakir, SH Harnik Kusumawati, SH


Nip. 19611231 199010 1 002 Direktris

SPEK SMP 18 I/45

Anda mungkin juga menyukai