Anda di halaman 1dari 2

"Senyumku Untuk Musik Indonesia"

Beberapa Kali aku tersenyum..


Menghayati..sebuah fenomena apakah ini??
Anak umur 5-7 tahun di suatu acara..
berlantun...
"bertahan satu cinta,bertahan satu c-i-n-t-a"
hahaha aku tertawa,dan mereka para orang tua pun bertepuk tangan..
wow...
 
Dalam suatu kelas tiba2 ku dengar..
"Mau dibawa kemana..hubungan kita"
hehe..anak kuliah ..
 
tetapi..
lagi2 anak2 SD... melantun..
"cinta satu malam oh buat ku melayang..
bla bla.."
bahkan aku saja tidak hafal..
sekali lagi mereka para orang tua tersenyum..
 
Aku terus merenung??
Lagu "cinta" begitu laku ya??
Apakah ini karena kompetisi para label music...
yang mengikuti selera??
 
selera pasar??
Kebutuhan pasar...apakah kebutuhan pasar saat ini cuma cinta??
atau mereka tenggelam pada cinta..
 
Aku terngiang oleh para pendahuluku..
salah satu walisongo,,ntah mereka para fans wali songo menyadari hal
ini atau tidak...
 
Masih inget
lagu lir ilir??
Lagu ini punya makna yang sangat dalam...
Nuansa ajakan kebaikan..
Nuansa religius..
Nuansa yang tidak hanya sekedar mengikuti pasar..
tapi nuansa yang justru ingin merubah paradigma..
 
mari kita simak bersama :
 Ilir-ilir, ilir-ilir tandure wus sumilir tak ijo royo-royo tak sengguh temanten anyar
Bait di atas secara harfiah menggambarkan hamparan tanaman padi di sawah yang menghijau, dihiasi oleh
tiupan angin yang menggoyangkannya dengan lembut. Tingkat ke-muda-an itu dipersamakan pula dengan
pengantin baru. Jadi ini adalah penggambaran usia muda yang penuh harapan, penuh potensi, dan siap untuk
berkarya.
  
 Bocah angon, bocah angon penekno blimbing kuwi lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dodot-
iro
Anak gembala, panjatlah [ambillah] buah belimbing itu [dari pohonnya]. Panjatlah meskipun licin, karena buah
itu berguna untuk membersihkan “pakaian”mu.
Buah belimbing yang seringkali bergigir lima itu melambangkan lima rukun Islam; dan sari-pati buah itu
berguna untuk membersihkan perilaku dan sikap mental kita. Ini harus kita upayakan betapapun licinnya pohon
itu, betapapun sulitnya hambatan yang kita hadapi. 
Anak gembala dapat diartikan sebagai anak remaja yang masih polos dan masih dalam tahap awal dari
perkembangan spiritualnya. Konotasi inilah yang sering muncul seketika bila orang Jawa menyebut
'bocahangon'. Namun pengertiannya dapat pula ditingkatkan menjadi pemimpin, baik pemimpin keluarga, tokoh
masyarakat, ataupun pemimpin formal dalam berbagai tingkatan.
  
 Dodot-iro, dodot-iro kumitir bedah ing pinggir dondomono, jlumatono kanggo sebo mengko sore
 Pakaianmu berkibar tertiup angin, robek-robek di pinggirnya. Jahitlah dan rapikan agar pantas dikenakan untuk
"menghadap" nantisore. "Sebo" adalah istilah yang dipergunakan untuk perbuatan 'sowan' atau menghadap raja
atau pembesar lain di lingkungan kerajaan. Makna pakaian adalah perilaku atau sikap mental kita. Menghadap
bermakna menghadap Allah.Nanti sore melambangkan waktu senja dalam kehidupan, menjelang kematian kita.
  
 Mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane
Manfaatkan terang cahaya yang ada, jangan tunggu sampai kegelapan tiba. Manfaatkan keluasan kesempatan
yang ada, jangan menunggu sampai waktunya menjadi sempit bagi kita.
  
Wow lihatlah!!orang dulu ajah bisa buat lagu sefilosof itu??
kita org sekarang??
bukankah bangsa yang baik adalah bangsa yang belajar dari para pendahulunya..
entahkah apakah rekan menganggap ini sesuatu yang esensial..
bahwa terjadinya perubahan nuansa lagu menjadi indikasi perubahan selera pasar..perubahan selera
mengindikasikan perubahan kondisi pasar.. kondisi ini bisa berupa lingkungan, nilai-nilai..atau entah apakah
itu..
mari kita renungi itu...
Bukankah kita bagian dari Pasar tersebut?? 
Sebuah senyumku untuk musik indonesia...^_^

Anda mungkin juga menyukai