Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa asal penciptaan manusia adalah dari tanah, baik secara
langsung seperti penciptaan Nabi Adam atau melalui proses penciptaan secara ilmiah seperti
anak cucu Adam. Firman Allah :
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati tanah”.
(QS. Al Mu’minun: 12)
Ayat tersebut menjelaskan tentang asal penciptaan manusia yaitu dari saripati tanah. Ada
beberapa riwayat yang menceritakan tentang proses penciptaan Nabi Adam :
• Riwayat Ibnu Abbas: ” Nabi Adam diciptakan dari tanah yang diambil dari daerah tertentu
antara lain kepala diambil dari tanah Ka’bah, dada diambil dari belahan bumi, perut diambil
dari tanah India, tangan diambil dari tanah bagian timur dan kaki diambil dari tanah bagian
barat “.
• Riwayat Wahab bin Munabbih: ” Nabi Adam diciptakan dari tujuh macam tanah,
kepalanya dari tanah pertama, lehernya dari tanah kedua, dadanya dari tanah ketiga,
tangannya dari tanah keempat, punggungnya dari tanah kelima, perutnya dari tanah keenam
dan paha dan anusnya dari tanah ketujuh “.
• Riwayat lain: ” Nabi Adam diciptakan dari tanah yang diambil dari tanah tertentu antara
lain: kepala dari tanah Baitul Maqdis, wajah dari tanah syurga, telinga dari tanah bukit
Tursina, dahi dan punggung dari tanah Irak, gigi dari tanah Kawtsar, tangan kanan dari tanah
Ka’bah, tangan kiri dari tanah Persia, kaki dari tanah India, tulang dari tanah gunung,
kemaluan dari tanah Babil, perut dari tanah Khurasan, hati dari tanah syurga Firdaus, lidah
dari tanah Thaif dan mata dari tanah Telaga Nabi “.
• Riwayat lain: ” Allah memerintahkan malaikat untuk membuat bentuk tubuh Adam
dengan tanah yang dicampur dengan empat macam air yaitu air tawar untuk liurnya, air asin
untuk air mata dan keringatnya, air manis untuk ingusnya dan air pahit untuk kotoran telinga.
Setelah bentuk selesai maka dibuatkan sembilan lubang: Dua lubang hidung, dua lubang
telinga, dua lubang mata, lubang anus dan lubang kemaluan dan lubang mulut. Setelah
sempurna maka ditiupkan ruh kedalam jasad “.
Firman Allah: ” Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari air mani yang
bercampur ” (QS. Addahr: 2), Ayat ini menjelaskan penciptaan manusia secara proses ilmiah
yaitu bercampurnya sperma laki-laki dengan ovum wanita. Air mani yang dihasilkan
manusia berasal dari makanan atau minuman yang dikonsumsi sedangkan makanan atau
minuman dihasilkan oleh bumi / tanah sebagai sumber kehidupan manusia.
Tidak diragukan lagi bahwasannya Allah Swt adalah Wujud Yang Maha Kaya (tidak
membutuhkan), jika demikian, mengapa manusia diciptakan? Apa tujuan dari penciptaanya?
Dengan kata lain; apa diballik tujuan penciptaan manusia? Tidakkah hal ini berarti bahwa Dia
(Allah Swt) adalah wujud yang melalui tujuan penciptaan manusia membutuhkan atas
sesuatu? Kalau seandainya tidak mempunyai tujuan, berarti perbuatan Allah Swt tsb adalah
sia-sia?
Untuk mengatasi persoalan diatas, tidaklah terlepas dari dua pokok proposisi:
1. Allah Swt, sebagai Wujud Yang Maha Sempurna, dan tidak membutuhkan, juga bagiNya
tidak mempunyai tujuan dalam pencapaian suatu kebutuhan.
2. Perbuatan Allah Swt tidaklah menuju kesia-siaan, haruslah bagiNya meraih tujuan. Tujuan
tersebut berkenaan dengan tindakan (objek),bukanlah bagi pelaku perbuatan(subjek).
Mereka yang memaparkan persoalan ini, tentunya menyakini bahwa perbuatan Allah sama
seperti mahlukNya dan menggambarkan bahwa Allah Swt sebagai Maha Sempurna Yang
Absolut yang tidak memiliki kekurangan , haruslah bertujuan dibalik tindakan perbuatanNya.
Dikarenakan, ketika perbuatan Allah Swt tanpa tujuan, akan melahirkan sebuah tindakan
yang sia-sia.
Allah Swt Maha Kaya dan Sempurna, tidaklah memiliki kekurangan yang mendasari sebuah
tindakan untuk mencapai tujuan. Sebagaimana ulama’ teologi berkata: “Sesungguhnya
perbuatan Allah tidaklah didasari oleh tujuan.” Pengertiannya adalah; sesungguhnya manfaat
dan tujuan tersebut bukanlah akan kembali pada zat Allah, dikarenakan bagaimana mungkin
Dia sebagai Pemilik Kesempurnaan yang Absolut menjadikan dan menutupi diriNya dengan
kekurangan.
Namun, seandainya kita katakan bahwa Allah Swt tidaklah mempunyai tujuan dalam
penciptaan makhluk dan alam, berbeda kalau kita katakan bahwa hasil ciptaannya adalah
perbuatan yang sia-sia. Disini adanya perbedaan antara lain kaum materalisme berpendapat
tidaklah mempunyai tujuan dari penciptaan alam dan manusia. Adapun dalam kalangan
muslim mengatakan dibalik penciptaan alam dan manusia dari sisi Allah Swt dibalik hikmah
penciptaan adanya maksud dan tujuan,dan dengan keyakinan yang jelas menyatakan adanya
maksud dan tujuan dibalik semua perubahan dan pergerakan alam sekitar. Dalam alqur’an
Allah Swt berfirman: “ Maka apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya kami menciptakan
kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?(QS
Al-Mukminun ayat 115) dalam surat lain, Allah Swt berfirman:. “…………..Dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa
neraka.”(QS Al-Imran ayat 191), juga dalam ayatNya : “ Dan tidaklah kami ciptakan Iangit
dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main”. (QS Anbiya’ ayat
16)
Maksud dan kandungan ayat-ayat diatas bahwasanya Allah Swt menciptakan langit dan bumi
dan apa yang ada di antara keduanya itu adalah dengan maksud dan tujuan yang mengandung
hikmat. Poin penting adalah tidaklah maksud dan tujuan tersebut kecuali untuk kesempurnaan
makhluk tidaklah bagi kesempurnaan zatNya (Allah Swt). Oleh karenanya, tujuan dari
penciptaan, menyampaikan pada semua makhlukNya akan kesempurnaannya, tanpa manfaat
bagiNya sehingga tidaklah menjadikan perbuatanNya sia-sia.
Dan manusia akan meraih kesempurnaan dirinya melalui jalan ibadah dan beramal, dan di
dalam ibadah dan amal itu sendiri mengandung sifat kesempurnaan, dan kesempurnaan ini
akan dicapai manusia setelah kematian menjemputnya. Yang merupakan kehidupan yang
terbaik dari sisi jasmani dan rohani. Dengan kata lain, dunia tempat bercocok tanam dan
akhirat tempat memetik hasilnya.
Rasulullah saw. sebagai orang yang jujur dan dipercaya bercerita kepada kami:
Sesungguhnya setiap individu kamu mengalami proses penciptaan dalam perut ibunya selama
empat puluh hari (sebagai nutfah). Kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga
kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula. Selanjutnya Allah mengutus malaikat
untuk meniupkan roh ke dalamnya dan diperintahkan untuk menulis empat perkara yaitu:
menentukan rezekinya, ajalnya, amalnya serta apakah ia sebagai orang yang sengsara ataukah
orang yang bahagia. Demi Zat yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya salah seorang dari
kamu telah melakukan amalan penghuni surga sampai ketika jarak antara dia dan surga
tinggal hanya sehasta saja namun karena sudah didahului takdir sehingga ia melakukan
perbuatan ahli neraka maka masuklah ia ke dalam neraka. Dan sesungguhnya salah seorang
di antara kamu telah melakukan perbuatan ahli neraka sampai ketika jarak antara dia dan
neraka tinggal hanya sehasta saja namun karena sudah didahului takdir sehingga dia
melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga