Anda di halaman 1dari 12

APAKAH SAYA PEMIMPIN YANG BAIK ATAU GEMBALA YANG BAIK?

A. Latar Belakang Masalah


Menjadi gembala yang memimpin suatu sidang bukanlah merupakan tugas
pelayanan biasa. Perlu panggilan dari Tuhan untuk dapat menjadi gembala yang
sesuai kehendak Tuhan. Dalam beberapa hal, pemimpin dan gembala memiliki
banyak kesamaan perihal tugas dan karakteristiknya. Namun, apabila ditelaah lebih
dalam, ada perbedaan yang sangat mendasar dari kedua jabatan tersebut. Pemimpin
belum tentu memiliki hati gembala, sehingga segala sesuatunya dikerjakan berdasar
tujuan organisasinya. Dampaknya, pemeliharaan jiwa dinomorduakan. Prioritasnya
adalah tujuan organisasi tercapai.
Dalam tulisan ini, penulis merefleksikan kehidupan penulis untuk dapat
melihat secara jujur apakah penulis adalah seorang gembala yang baik ataukah
seorang gembala yang baik. Untuk dapat mengambil kesimpulan, penulis akan
membandingkan ciri dan sikap hidup penulis dalam kehidupan sehari-hari dengan ciri
pemimpin dan gembala yang baik. Dari hasil perbandingan tersebut, akan dapat
terlihat sebenarnya penulis termasuk dalam kategori pemimpin yang baik atau
gembala yang baik.
Dengan mengenali diri sendiri, penulis berharap akan dapat menentukan
dengan benar arah hidup dan tujuan hidup penulis, serta meneguhkan panggilan apa
yang sebenarnya ditentukan Tuhan bagi penulis.

B. Mengapa Penting untuk Dibahas?


Kebutuhan untuk mengenali diri sendiri apakah termasuk pemimpin yang baik
atau gembala yang baik penulis anggap sangat penting. Sebab, dengan mengenali diri
sendiri, penulis akan dapat menempatkan diri pada posisi yang tepat dan sesuai
dengan kadar kecakapan serta panggilan penulis.
Penyebab lain adalah banyaknya realita di lapangan, di mana seorang gembala
tidak dapat berfungsi secara maksimal di dalam jemaatnya. Telisik punya telisik,
ternyata panggilan hidup orang tersebut bukan untuk menjadi seorang gembala
sidang. Ada juga gembala yang dapat mengorganisir gerejanya dengan baik tapi tidak
memperhatikan dengan seksama perkembangan hidup jemaatnya, baik secara rohani

1
maupun jasmani. Itu artinya dia hanya berfungsi sebagai pemimpin yang baik, namun
bukan gembala yang baik.
Lebih penting lagi, penulis ingin membahas hal ini karena penulis merasa
mendapatkan panggilan sebagai hamba Tuhan, walaupun usia penulis masih muda.
Penulis tidak ingin sembarangan dan salah langkah ketika menanggapi suatu
panggilan hidup. Keputusan salah dalam hidup ini dapat memberi pengaruh yang
cukup berarti ketika nantinya penulis harus menjalani umur-umur penulis dalam dunia
ini. Akan ada ketidaknyamanan, perasaan frustasi, perasaan bersalah, dan hal-hal
negatif lainnya. Sebaliknya, jika pilihan hidup penulis benar, maka walaupun dilanda
masalah, tentu penulis akan tetap merasa nyaman, sebab penulis berada di dalam
panggilan hidup penulis.
Beberapa indikasi yang membuat penulis merasa mendapat panggilan tersebut
adalah :
o Suara hati ketika penulis berada dalam satu ibadah doa
o Hati yang terbeban bagi jiwa-jiwa
o Lebih tertarik kembali ke kota asal penulis ketimbang menerima
tawaran kerja di luar kota sehabis lulus kuliah sekuler
o Merasa bertanggung jawab ketika ada jiwa yang mendapat
masalah
tidak cuek saja)
o Merasa bertanggung jawan untuk mempengaruhi kehidupan jiwa-
jiwa
agar mereka mengandalkan Tuhan dalam hidupnya

Namun demikian, tentu masih banyak hal yang kurang dalam kehidupan
penulis. Dengan menulis makalah ini, penulis berharap dapat lebih mengoreksi diri
dan panggilan penulis.
Penulis akan terlebih dahulu mendefinisikan arti peimimpin (termasuk dalam
kepemimpinan) dan juga gembala. Pengertian tersebut dapat ditelusuri dengan
memperhatikan karakteristik keduanya. Penulis tidak menggunakan pendapat pribadi
penulis mengenai pengertian-pengertian tersebut, melainkan penulis mengambil
pengertian dan karakteristik keduanya dari pendapat-pendapat orang-orang yang
berpengalaman di dalamnya, yang tertuang dalam buku-buku yang mereka tulis.

2
B.1 Pemimpin (Kepemimpinan)
Kepemimpinan memiliki banyak pengertian. Penulis mengambil referensi
pengertian dari beberapa sumber. Beberapa di antaranya, adalah:
1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan
langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa
tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).

2. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas


untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons,
1957, 7).

3. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok


yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46).

4. Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah


kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya.

5. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti


kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk
memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281).

John C.Maxwell mengatakan bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi.

Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:


1. Pemimpin bekerja dengan orang lain
Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah
satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi
sebaik orang diluar organisasi.

2. Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan


(akuntabilitas).

3
Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan
tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin
bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.
3. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas
Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun
tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan
pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf.
Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif,dan
menyelesaikan masalah secara efektif.

4. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual


Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan
konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat.
Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan
kaitannya dengan pekerjaan lain.

5. Manajer adalah seorang mediator


Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu,
pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah).

6. Pemimpin adalah politisi dan diplomat


Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi.
Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau
organisasinya.

7. Pemimpin membuat keputusan yang sulit


Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.

Menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah :


1. Peran hubungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai
pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.
2. Fungsi Peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
3. Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan
gangguan, sumber alokasi, dan negosiator

4
Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R.
Coney) sebagai berikut:
1. Seorang yang belajar seumur hidup
Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya,
belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai
pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.

2. Berorientasi pada pelayanan


Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin
dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam
memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan
yang baik.

3. Membawa energi yang positif


Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang
positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan
orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan
baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu
yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin
harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti ;

a. Percaya pada orang lain


Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya,
sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan
yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan
kepedulian.

b. Keseimbangan dalam kehidupan


Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya.
Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara
kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti
seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.

5
c. Melihat kehidupan sebagai tantangan
Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan negatif. Dalam hal ini
tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala
konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang
dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri.
Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan,
keberanian, dinamisasi dan kebebasan.

d. Sinergi
Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis
perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya.
Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah
pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary,
Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih
efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus
dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja.

e. Latihan mengembangkan diri sendiri


Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk
mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi
pada proses. Proses daalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa
komponen yang berhubungan dengan: (1) pemahaman materi; (2)
memperluas materi melalui belajar dan pengalaman; (3) mengajar
materi kepada orang lain; (4) mengaplikasikan prinsip-prinsip; (5)
memonitoring hasil; (6) merefleksikan kepada hasil; (7) menambahkan
pengetahuan baru yang diperlukan materi; (8) pemahaman baru; dan (9)
kembali menjadi diri sendiri lagi.

B.2 Gembala (Penggembalaan)


Sementara itu, mengenai pengertian dan karakteristik gembala, penulis
mengambil dari tulisan Charles Jefferson. Tugas gembala di Israel, berdasar tulisan
Charles Jefferson, dalam bukunya Pejabat Gereja sebagai Gembala Sidang (halaman
40-60) adalah :
1. Menjaga.

6
Gembala di Israel mempunyai sebuah menara penjaga. Tugasnya
membuka mata dan tetap memandang untuk dapat mengamat-amati
kemungkinan datangnya musuh-musuh. Sifat waspada sangat diperlukan.
Gembala saat haruslah berjaga-jaga, menyelidiki, mengawasi lapangan
dari jauh, memandang dengan tajam hari yang akan terbit kelak, memata-
matai keadaan dalam dari kuasa-kuasa yang sedang bekerja seperti ragi
beracun, memperkirakan datangnya badai.
Banyak orang gagal dalam jabatan sebagai gembala karena ia tidak
waspada dan berjaga-jaga. Ia membiarkan sidahng jemaatnya dirobek menjadi
tercerai berai karena ia sendiri dalam keadaan setengah tidur. Ide-ide palsu,
tafsiran-tafsiran yang merusak, pengajaran yang merusak moral, dan hal-hal
negative lain dapat dengan mudah mencerai beraikan jemaat. Seorang gembala
adalah seorang penjaga.

2. Mengawal
Seorang gembala bertugas melindungi. Ia menjadi pembela mereka.
Domba adalah binatang yang tidak berdaya. Domba sangat tergantung pada
gembalanya. Pengawalan domba juga merupakan fungsi dari penggembalaan.
Seorang gembala hendaknya mengetahui bagaimana membangun kandang
yang dapat menghalangi serbuan serigala-serigala. Ia seharusnya menciptakan
cara dan ukuran untuk menghadapi dan mengalahkan kuasa-kuasa jahat yang
senantiasa berusaha menyerang gereja.

3. Memandu
Domba-domba tidak dapat berjalan sendiri-sendiri. Domba tidak memiliki
pengertian tentang arah. Gembala tidak dapat menggiring domba-dombanya,
ia harus menggiring domba-dombanya, ia harus memimpin mereka. Sifat
domba adalah mengikut dari belakang.
Seorang gembala yang baik bukanlah seorang tukang tegur atau tukang
maki, atau pemakai kata-kata muluk, melainkan ia seroang yang berjalan di
muka, dan menjadi teladan dengan menunjukkan perkara-perkara tertentu
yang harus dilaksanakan.
Tidak akan ada gembala sungguh-sungguh yang tidak diikuti dari belakang
oleh orang-orangnya.

7
4. Menyembuhkan domba-dombanya
Domba dapat melukai dirinya sendiri, kakinya dapat luka atau patah.
Domba-domba dapat jatuh, menjadi korban dari penyakit dan bermacam
kelemahan tubuh.
Tugas seorang gembala adalah melayani penyakit pikiran, mengeluarkan
kesusahan-kesusahan dalam pikiran. Dalam sidang jemaat pasti ada yang
menderita, bukan hanya jasmani saja, tetapi juga menderita mental, moral, dan
rohaniah.
Gembala diharapkan memiliki pandangan yang menembus ke dalam jiwa
seseorang, kemampuan untuk membeda-bedakan, keahlian dalam membuat
diagnosis, dan kesanggupan untuk dapat melihat dengan tajam kuasa-kuasa
misterius pada orang-orang yang dilayani.

5. Menyelamatkan
Pekerjaan gembala yang berbahaya adalah tugas penyelamatan. Domba
mempunyai kecenderungan untuk hilang. Mereka kehilangan arah jalannya
karena kebodohan dan juga karena ketidakpeduliaannya terhadap tuntunan
gembala.
Pekerjaan penyelamatan merupakan pekerjaan yang indah. Gembala
seharusnya selalu mencari domba-domba yang sesat. Ia tidak merasa jemu
mencari orang-orang yang terhilang.
Gembala hendaknya tidak hanya memperhatikan urusan administrasi atau
sakramen-sakramen di gerejanya, namun juga memperhatikan jiwa-jiwa,
termasuk merindukan jiwa-jiwa baru untuk datang kepada Tuhan dan
diselamatkan.
Seorang gembala yang membiarkan seekor domba jatuh dan hilang dari
kawanannya tanpa merasa sakit dalam hatinya dan tanpa mengulurkan tangan
untuk berusaha membawa domba itu kembali, dapat disebut sebagai gembala
yang tidak baik.

6. Memberi makan

8
Memberi makan merupakan tugas pokok gembala. Domba-domba tidak
dapat mencari makanan atau minumnya sendiri. Sebuah khotbah bukan
dipandang sebagai sebuah bentuk yang dapat disajikan dengan selera tertentu
dan dibuat sedemikian rupa sehingga hanya dapat dicerna lambung tertentu.
Dalam tiap-tiap gereja terdapat bermacam jenis usia, watak, dan lainnya.
Persoalan yang rumit adalah bagaimana memberi makan kepada berbagai jenis
anak-anak domba dan kepada domba-domba dengan jenis makanan yang
sesuai dengan kebutuhan masing-masing
Gembala mengarahkan pandangan matanya kepada kawanan dombanya,
perhatiannya yang utama adalah agar domba-domba mendapat cukup
makanan.
Seorang gembala yang paham akan pekerjaannya tidak akan mengalami
kegagalan dalam memberi persoalan memberi makan kepada kawanan
dombanya.

7. Mengasihi domba-dombanya
Hubungan gembala dengan dombanya berbeda dengan hubungan seorang
peternak dengan ternaknya. Gembala dan domba menjalin hubungan yang
menunjukkan adanya keakraban. Gembala haruslah bersekutu dengan
dombanya, kadang bermain dengan mereka. Dengan demikian ia mencoba
sejauh mungkin memasuki kehidupan domba-domba yang masih memiliki
banyak kekurangan. Akibatnya tentu saja domba-domba akan sangat terikat
kepada gembalanya. Apabila hubungan sudah terjalin, tidaklah heran apabila
gembala berani untuk memberikan nyawa bagi domba-dombanya.
Kasih gembala akan melindungi domba-dombanya dari segala macam
bahaya. Kasih akan membuat seorang gembala dapat melakukan enam tugas
gembala yang sudah disebutkan sebelumnya.

C. Pendapat Firman Tuhan


Dari penjelasan tentang pemimpin dan gembala tersebut, penulis menilai
bahwa sebenarnya ada hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan antara
pemimpin dan gembala. Seorang gembala pastilah memiliki karakteristik seperti yang
dimiliki oleh seorang pemimpin. Demikian juga sebaliknya. Namun demikian, seperti

9
yang penulis kemukakan di awal, seorang pemimpin belum tentu memiliki hati
gembala dan belum tentu dapat menjadi gembala. Sebaliknya, seorang gembala
haruslah dapat menjadi pemimpin pula. Sebab, biasanya di lingkungan gereja,
khususnya pentakosta, peran gembala sangat penting, berbeda dengan gereja-gereja
yang tidak menggunakan konsep penggembalaan dalam tata gerejanya, di mana peran
pendeta seakan kurang berpengaruh, dibanding dengan di gereja-gereja yang
menggunakan konsep gembala sebagai pemimpinnya.
Berdasarkan firman Tuhan, ciri seorang pemimpin yang dikatakan Tuhan
Yesus adalah, pemimpin harus juga menjadi pelayan. “Lukas 22:26 Tetapi kamu
tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi
sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.”
Hal tersebut tentu berbeda dengan prinsip kepemimpinan pada umumnya, di
mana kebanyakan pemimpin bukannya ingin melayani, melainkan dilayani. Bila
dihubungkan dengan konteks gembala, maka seorang gembala jemaat haruslah juga
berperan sebagai pemimpin yang melayani. Bukan sebaliknya, ingin dilayani dan
mendapat 'susu' saja dari jemaatnya (Yeh 34:3).
Walau menurut penulis batas perbedaan antara pemimpin dan gembala tipis,
tentu ada karakteristik gembala yang membuatnya berbeda dengan pemimpin pada
umumnya. Penulis mengambil karakteristik pembeda tersebut dari alkitab.
1. Gembala merupakan panggilan khusus dari Tuhan
Dalam Efesus 4:11 dikatakan, “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun
nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-
pengajar,”. Ayat tersebut menunjukkan adanya panggilan-panggilan khusus dari
Tuhan bagi orang percaya, khususnya para pemimpin di gereja. Bila kita mengerti
panggilan khusus atas hidup kita, maka kita akan merasa tenang dan tidak akan iri
ketika melihat orang yang dipanggil Tuhan dalam bidang lain. Ketika kita mengerti
panggilan Tuhan, kita akan mengerti apa sebenarnya tujuan hidup yang Tuhan
inginkan untuk kita capai.

2. Tujuan gembala yang baik akan membawa umat kepada Tuhan Yesus,
Sang Gembala Agung
Gembala Agung kita adalah Tuhan Yesus Kristus (Ibr 13:20). Pemimpin pada
umumnya bertujuan mencapai sebuah sasaran, misalnya sasaran perusahaan.
Karenanya, pengikut atau bawahannya pun akan dimotivasi untuk mencapai tujuan

1
tersebut. Apabila ada pengikut yang dianggap tidak berfokus mencapai tujuan
tersebut, bisa saja pengikut atau bawahan tersebut dipecat. Berbeda dengan pemimpin
pada umumnya, gembala bertujuan untuk membawa umat kepada Tuhan Yesus
Kristus, Sang Gembala Agung.Gembala hanyalah alat yang dipakai untuk tujuan
kemuliaan-Nya. Gembala yang baik tidak membawa umat kepada dirinya sendiri,
melainkan pada Tuhan. Dengan demikian dia tidak akan mudah untuk kecewa dan
putus asa ketika menghadapi tantangan-tantangan dalam dunia penggembalaan.

3. Bertujuan melakukan kehendak Tuhan Sang Pengutus.


Gembala yang menyadari dirinya adalah utusan Tuhan, pasti mengerti bahwa tujuan
hidupnya adalah untuk melakukan kehendak Tuhan sendiri. Tuhan Yesuspun ketika
masih berada di dalam dunia bertujuan untuk melakukan kehendak pengutus-Nya,
yaitu Bapa (Yoh 4:34). Karenanya, gembala yang baik tidak boleh melakukan segala
sesuatu menurut kehendak dirinya sendiri. Sedangkan pemimpin pada umumnya
memiliki kebebasan untuk melakukan kehendak-Nya sendiri, dengan cara apapun,
asalkan tujuan kelompoknya tercapai.

4. Selalu terhubung dengan Sang Gembala Agung.


Tuhan Yesus memberi contoh bagaimana dia begitu terhubung dengan Bapa. Bahkan
dikatakan, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30). Sehingga tak heran segala
sesuatu yang dilakukan Yesus pastilah sesuai dengan kehendak Bapa. Gembala
jemaatpun haruslah selalu bersekutu dan berkomunikasi dengan Tuhan dalam
kehidupan sehari-hari, baik melalui doa maupun kegiatan lainnya. Dengan selalu
terhubung dengan Tuhan, kita akan dapat seirama dan sekehendak dengan Tuhan.
Hubungan yang intens antara kita dan Tuhan akan membuat kita sepikiran dan
seperasaan dengan Tuhan (Fil 2:5). Gembala yang sepikiran dan seperasaan dengan
Kristus tidak akan mudah kecewa bila dikecewakan, selalu memandang jiwa-jiwa
sebagai hal yang sangat berharga, sama seperti pikiran dan perasaan Kristus.

D. Kesimpulan (Jalan Keluar)

1
Dengan melihat paparan di atas, tentu tidak mudah untuk mengatakan bahwa
penulis adalah pemimpin yang baik atau gembala yang baik. Kalau toh harus memilih
antara pemimpin dan gembala, penulis memang merasa mendapat panggilan sebagai
gembala. Dan dari beberapa hal yang penulis pernah katakan di awal, hal-hal tersebut
dapat menunjukkan kecenderungan penulis pada sifat gembala.
Namun demikian, apakah penulis adalah gembala yang baik? Penulis belum
merasa sebagai gembala yang baik, karena masih banyak kekurangan di sana sini.
Belum lagi proses hidup penulis yang masih panjang dan butuh perbaikan hari demi
hari.
Melalui tulisan ini, penulis berikhtiar untuk dapat terus berhubungan intim
dengan Tuhan Yesus Sang Gembala Agung, sehingga kehidupan penulis dapat terus
dibentuk sesuai dengan kehendak-Nya, sesuai dengan panggilan-Nya atas hidup
penulis.

Anda mungkin juga menyukai