Anda di halaman 1dari 23

Clinical Science Session

SPONDILITIS
TUBERCULOSA
Indriyani (0518011051)
Rekha Nova Iyos (0618011081)

Preceptor:
dr. Aswedi Putra, Sp. OT.
Definisi
Spondilitis tuberculosa 
infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi granulomatosis
disebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycubacterium
tuberculosa yang mengenai tulang vertebra. (Abdurrahman, et
al 1994; 144)

TB tulang belakang biasanya merupakan infeksi sekunder dari


focus ditempat lain dalam tubuh.

Spondilitis TB disebut juga penyakit Pott bila disertai


paraplegi atau defisit neurologis. (sering Th 8 – L 3, jarang C2)
Etiologi
Mycrobacterium tuberculosis

Dapat juga:
Mycobacterium africanum
bovine tubercle baccilus
non-tuberculous mycobacteria (banyak ditemukan pada
penderita HIV).
jenis spesies penting karena sangat
mempengaruhi pola resistensi obat.
Patogenesa

sangat tergantung dari kemampuan bakteri menahan


cernaan enzim lisosomal dan kemampuan host untuk
memobilisasi immunitas seluler.
Komponen lipid, protein serta polisakarida sel basil
tuberkulosa bersifat immunogenik,
sehingga akan merangsang pembentukan granuloma
dan mengaktivasi makrofag. Beberapa antigen yang
dihasilkannya juga dapat juga bersifat
immunosupresif.
Patogenesa
Pasien dengan infeksi berat  progresi cepat 
demam, retensi urine dan paralisis arefleksi dapat
terjadi dalam hitungan hari

Pasien dengan infeksi bakteri kurang virulen 


progresi lambat  jarang menimbulkan meningitis
serebral dan infeksinya bersifat terlokalisasi dan
terorganisasi.
patogenesa
Kekuatan pertahanan pasien untuk menahan infeksi
bakteri tuberkulosa tergantung :
Usia dan jenis kelamin
Nutrisi
Faktor toksik
Penyakit
Lingkungan yang buruk (kemiskinan)
Ras (eskimo atau amerika asli mempunyai daya tahan
tubuh yg kurang terhadap penyakit ini).
Tuberkulosa pada tulang belakang
Penyebaran hematogen
penyebaran langsung nodus limfatikus para aorta atau
melalui jalur limfatik ke tulang dari fokus tuberkulosa
yang sudah ada sebelumnya di luar tulang belakang.

Sumber infeksi yang paling sering adalah berasal


dari sistem pulmoner dan genitourinarius
Anak-anak (penyebaran dari fokus primer di paru)
Dewasa (penyebaran fokus primer
ekstrapulmoner: ginjal, usus, tonsil).
Bentuk spondilitis berdasarkan infeksi awal
korpus vertebre
Peridiskal / paradiskal
Infeksi pada daerah yang bersebelahan dengan diskus (di area metafise
di bawah ligamentum longitudinal anterior / area subkondral)
Banyak pada dewasa
kompresi, iskemia dan nekrosis diskus
Terbanyak regio lumbal

Sentral (pada sentral korpus vertebra)


 Sering disalah artikan tumor
 Sering pada anak2
 Kolaps vertebra dini  deformitas spinal yang lebih hebat
 Kompresi bersifat spontan atau akibat trauma
 Terbanyak regio torakal
Anterior
Infeksi yang terjadi karena perjalanan perkontinuitatum dari
vertebra di atas dan dibawahnya
Radiologis : adanya scalloped karena erosi bag anterior sejulah
vertebra (berbentuk baji)

Atipikal
terlalu tersebar luas dan fokus primernya tidak dapat
diidentifikasikan
Termasuk TB spinal dengan keterlibatan lengkung saraf saja
dan granuloma yg terjadi di canalis spinalis tanpa keterlibatan
tulang.
lesi di pedikel, lamina, prosesus transversus dan spinosus, serta
lesi artikuler yang berada di sendi intervertebral posterior
nekrosis perkijuan mencegah pembentukan tulang baru
dan pada saat yang bersamaan menyebabkan tulang menjadi
avascular  tuberculous sequestra

Suplai darah terganggu  tulang nekrosis

Destruksi progresif tulang di bagian anterior hilangnya


kekuatan mekanis tulang untuk menahan berat badan 
kolaps vertebra  timbul deformitas berbentuk kifosis
Kifosis : rogresifitasnya (angulasi posterior) tergantung :
derajat kerusakan,
 level lesi
 jumlah vertebra yang terlibat.

Bila sudah timbul deformitas ini, maka hal tersebut merupakan


tanda bahwa penyakit ini sudah meluas
Pott’s Paraplegia
Sorrel-Dejerine mengklasifikasikan Pott’s paraplegia
menjadi:
Early onset paresis : Terjadi kurang dari dua tahun sejak
onset penyakit
Late onset paresis : Terjadi setelah lebih dari dua tahun
sejak onset penyakit
Pott’s Paraplegia
Seddon dan Butler memodifikasi klasifikasi Sorrel:
Type I (paraplegia of active disease) / berjalan akut: dini,
2 tahun setelah onset pertama penyakit, berhubungan
dengn penyakit aktif, (tidak permanen)
Type II : dini, berhubungan dengan penyakit aktif,
permanen
Tipe III (kronis): Onset paraplegi terjadi pada fase lanjut
Penyebab timbulnya paraplegia pada tipe I dan II :
Tekanan eksternal pada korda spinalis dan duramater
Invasi duramater oleh tuberkulosa
penyebab Pott’s paraplegia oleh Hodgson
Penyebab ekstrinsik :
Pada penyakit yang aktif
 Abses
 jaringan granulasi

 sekuester tulang dan diskus

 subluksasi patologis

 dislokasi vertebra

Pada penyakit yang sedang dalam proses penyembuhan


 transverse ridge dari tulang anterior ke corda spinalis
 fibrosis duramater

Penyebab intrinsik : Menyebarnya peradangan tuberkulosa melalui


duramater melibatkan meningen dan corda spinalis.
Penyebab yang jarang :
Trombosis corda spinalis yang infektif
Spinal tumor syndrome
Manifestasi

Klinis
mirip gejala TBC pada umunya
dapat dijumpai
nyeri radikuler yang mengelilingi dada atau perut
paraparesis yang lambat laun makin memberat,
Spastisitas
 klonus
 hiper-refleksia dan refleks Babinski bilateral
Pada tuberkulosis vertebra servikal
 nyeri di daerah belakang kepala,
 gangguan menelan
gangguan pernapasan akibat adanya abses retrofaring
penekanan mulai dari bagian anterior sehingga gejala
klinis yang muncul terutama gangguan motorik.
Pemeriksaan Fisik
Tampak adanya deformitas,: kifosis (gibbus/angulasi
tulang belakang), skoliosis, bayonet deformity,
subluksasi, spondilolistesis, dan dislokasi.
Bila terdapat abses maka akan teraba massa yang
berfluktuasi dan kulit diatasnya terasa sedikit hangat
(cold abcess)
Spasme otot protektif disertai keterbatasan
pergerakan di segmen yang terkena
Pemeriksaan Penunjang:
Laboratorium :
LED meningkat (tidak spesifik), dari 20 sampai lebih dari
100mm/jam.
Tuberculin skin test / Mantoux test / Tuberculine Purified
Protein Derivative (PPD) positif
Kultur urin pagi (bila terdapat keterlibatan ginjal), sputum, dan
bilas lambung (positif)
Apus darah tepi menunjukkan leukositosis dengan limfositosis
yang bersifat relatif
Cairan serebrospinal dapat abnormal (pada kasus dengan
meningitis tuberkulosa)
Radiologis
. Tanda radiologis di tulang belakang baru dapat terlihat setelah
3-8 minggu onset penyakit.
jarang melibatkan pedikel, lamina, prosesus transversus atau
prosesus spinosus
Pemeriksaan Penunjang:
Computed Tomography (CT Scan)
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Membedakan kompresi dan non kompresi
Menentukan terapi konservatif atau opersi
menilai respon terapi.
Namun, dapat terlewatinya fragmen tulang kecil dan
kalsifikasi di abses.
Neddle biopsi
aspirasi pus paravertebral
Komplikasi
Cedera corda spinalis (spinal cord injury)
Empyema tuberkulosa karena rupturnya abses
paravertebral
Kifosis
Defisit neurologis
prognosis anak-anak lebih baik dibandingkan dengan
orang dewasa
memprediksikan sudut deformitas yang mungkin
timbul Y = a + bX
 dengan keterangan :
 Y = sudut akhir dari deformitas
X = jumlah hilangnya corpus vertebrae
 a dan b adalah konstanta dengan a = 5,5 dan b= 30, 5
Manajemen terapi

Tujuan terapi
Mengeradikasi infeksi atau setidaknya menahan
progresifitas penyakit
Mencegah atau mengkoreksi deformitas atau defisit
neurologis
KONSERVATIF
Pemberian nutrisi yang bergizi
Pemberian kemoterapi atau terapi anti tuberkulosa
Tirah baring (resting)
PEMBEDAHAN
Indikasi untuk pengobatan bedah penyakit Pott:
defisit neurologis
deformitas spinal dengan ketidakstabilan atau sakit
Tidak ada respon terhadap terapi medis
abses paraspinal Besar
Nondiagnostic jarum biopsi percutaneous sampel

Pada penyakit Pott yang melibatkan tulang belakang leher, faktor-


faktor berikut membenarkan awal intervensi bedah:
tinggi frekuensi dan tingkat keparahan defisit neurologis
parah abses kompresi yang dapat menyebabkan disfagia atau asfiksia
Ketidakstabilan dari cervical spine

Kontraindikasi:
Vertebral collapse tidak dipertimbangkan sebagai indikasi untuk
operasi karena, dengan perawatan yang tepat dan kepatuhan terapi,
sangat kecil kemungkinan untuk maju sampai terjadinya deformitas
berat
PROGNOSA
Kepatuhan terapi dan resistensi obat merupakan faktor
tambahan yang secara signifikan mempengaruhi hasil
individu.

Paraplegia akibat penyakit aktif menyebabkan kompresi cord


biasanya respon yang baik terhadap kemoterapi.

Jika terapi medis tidak menghasilkan perbaikan cepat,


operasi dekompresi akan sangat meningkatkan tingkat
pemulihan.

Paraplegia dapat bermanifestasi atau bertahan selama


penyembuhan karena kerusakan permanent spinal cord.

Anda mungkin juga menyukai