1
Promosi besar-besaran yang sekarang ini digencarkan di seluruh dunia terutama
Negara-negara maju adalah trend kembali ke alam “ back to nature”. Segala sesuatu yang
bersifat alami sekarang ini banyak diserbu oleh masyarakat. Makanan organik, sayuran
organik, biodiesel dan banyak produk lain yang intinya menyadarkan masyarakat tentang
berbahayanya produk-produk modern yang selama ini beredar di pasaran . Tentu trend ini
juga ikut menular ke industri obat. Sehingga tak heran obat tradisional yang sebagian
besar berasal dari bahan alam ini semakin banyak diminati. WHO sendiri telah
merekomendasikan obat herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan
dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan
kanker. Hal ini menunjukkan dukungan WHO untuk back to nature yang dalam hal
tertentu lebih menguntungkan. Menurut WHO ( Badan Kesehatan Dunia ) hingga 65%
dari penduduk negara maju dan 80 % dari penduduk negara berkembang telah
menggunakan obat herbal. ( Sukandar, 2004).
Alasan yang sederhana mengapa obat herbal sekarang ini banyak diminati adalah
dari efek samping yang dihasilkan. Obat-obat yang berasal dari bahan alam terkesan
memiliki efek samping yang lebih rendah bahkan tidak ada efek sampingnya sama sekali
jika dibandingkan dengan obat-obatan yang berasal dari bahan-bahan kimia
(www.kompas.com, 24/02/2006). Munculnya berbagai merek obat kimia di pasaran
dengan berbagai efek samping yang membahayakan juga turut menjadi pemicu
masyarakat menjadikan obat herbal sebagai alternatif pengobatan (www.gizi.net,
03/06/2002). Alasan lain yang merupakan alasan klasik adalah obat herbal cenderung
lebih murah jika dibandingkan dengan obat konvensional, hal ini dipengaruhi oleh tingkat
daya beli masyarakat kita yang masih rendah sedangkan kebutuhan akan kesehatan
merupakan hal yang tidak bisa ditunda.
Di sisi lain, hal yang sering kita dengar dan sangat membanggakan adalah
sumber daya alam yang dimiliki Indonesia yang sangat berlimpah jumlahnya ( mega
biodiversity). Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam terbesar
kedua di dunia setelah Brasil. Bahkan, jika sumber daya alam itu termasuk kekayaan
alam bawah laut, Indonesia adalah nomor satu di dunia (Kementerian Negara Riset dan
Teknologi Republik Indonesia, 2006).
Diperkirakan ada sekitar 25.000 – 30.000 jenis tanaman obat yang hidup di
Indonesia (Elfahmi, 2006) sekitar 9606 (31,2%) spesies diketahui sebagai tanaman obat
dan baru 350 spesies (3-4%) tanaman yang dimanfaatkan dan dibudidayakan baik secara
komersial atau sebagai obat keluarga ( Kementerian Negara Riset dan Teknologi
Republik Indonesia, 2006 ). Ini akan menjadi lahan yang tidak akan pernah habis-
habisnya jika kita bisa memanfaatkan peluang ini dengan baik.
Sekarang ini, berbagai upaya alternatif pengobatan banyak dilakukan oleh
masyarakat Muslim. Jika ditarik ke belakang, sejarah peradaban Islam telah banyak
memberikan sumbangsih dalam bidang farmasi dan kedokteran. Ibnu Zuhur, Al-Baitar,
Ibnu Sina dan sejumlah nama-nama yang lain merupakan sejumlah nama yang tidak perlu
diragukan dalam bidang kedokteran dan farmasi. Merekalah yang telah memberikan
berbagai resep yang bahkan sampai sekarang terus digunakan secara turun-temurun.
Hanya saja, karya-karya mereka itu tidak banyak dimanfaatkan oleh khalayak umum.
Padahal, Indonesia mayoritas penduduknya adalah Muslim dan mempunyai kekayaan
tanaman obat yang tak terkira. Hanya saja minim sekali—kalau boleh dibilang belum ada
2
—sebuah buku petunjuk praktis bagaimana mengolah dan meramu tumbuhan tersebut
untuk dikonsumsi sebagai obat.
Untuk kepentingan itulah, buku yang kami ajukan ini berisikan ringkasan
berbagai literatur farmasi Islam. Di dalamnya terdapat berbagai ragam khasiat dari
berbagai tumbuhan yang diyakini dapat ditemukan dengan mudah di sekitar kita. Tercatat
sekitar dua ratusan lebih tanaman obat yang berhasil diresepkan untuk berbagai macam
penyakit, jumlah yang amat sedikit jika dibandingkan dengan kekayaan tanaman obat
Indonesia. Bahkan, sering kali ditemukan dalam satu spesies tumbuhan ditemukan
khasiat untuk mengobati bermacam-macam penyakit. Akan tetapi, di saat yang lain
penyakit yang sama dapat diobati dengan berbagai spesies tanaman. Hal ini merupakan
keunggulan tersendiri, sebab dengan demikian jika kita tidak menemukan rotan, akar pun
jadi. Artinya, tumbuhan-tumbuhan itu mempunyai khasiat yang sama. Iniah yang
memudahkan kita untuk menemukan obat dari penyakit yang sedang diderita, dan
tentunya bahannya murah dan tak jauh dari sekitar kita.
Di samping itu, buku ini juga merujuk kepada ath-thibb an-nabawi (pengobatan
ala Nabi saw) yang kini banyak dilirik oleh banyak kalangan. Hadis-hadis yang berkaitan
dengan kesehatan dan pengobatan mendapatkan perhatian yang cukup besar di tengah-
tengah pembahasan resep herbal. Dengan adanya rujukan seperti ini, buku ini bukan
hanya sebagai kumpulan resep belaka, tetapi di sisi lain ia telah menguak sisi kehidupan
sehat ala Nabi saw.
Dengan membaca buku ini dan mempraktikannya, diharapkan masalah kesehatan
dan biaya pengobatan dapat tertanggulangi, terlebih di saat harga “kesehatan” sekarang
ini amatlah mahal. Untuk itulah buku ini hadir.
Daftar isi:
Bawang Merah
Bawang Putih
Jahe
Lengkuas
Kunyit
Madu
Kurma
Zaitun
Ketumbar
Daun Ketumbar
Anyelir
Tebu Gula
Buah Beri
Habbat Sauda (Jinten Hitam)
Madu
Royal Jelly
Merica
Cabe
Lobak
Kembang Kol
3
Jeruk Nipis
Peper Mint
Anggur Kering
Wijen
Delima
Adas
Kayu Manis
Seledri
Kol
Wortel
Pohon Wilo
Kapulaga
Asparagus
Anggrek
Timun
Korchuf
Daun Jarak
Selada
Jambu
Arugula
Pohon dan Daun Ara (Sycamore)
Asam Jawa
Bunga Sepatu
Mustar
Bunga Lavender
Buah Persik
Jagung
Daun/Pohon Kaktus
Kapur Barus
Sagu
Dll.