Anda di halaman 1dari 5

M.1. Kedokteran Gigi Vol. 23, No.

1, Maret 2008

Pengaruh Jumlah Olesan Bahan Bonding terhadapKekuatan Tarik Perlekatan Resin Komposit Sinar Tampak pada Gigi

Ericka Christyana', Dyah Irnawatf dan Purwanto Agustiono-

I Sarjana Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada 2 Bagian Ilmu Biomaterial, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT

The aim of the study was to investigate the effect of application frequency of bonding materials on the tensile bond strength between resin composite and tooth. Fifteen premolar teeth, bonding materials (3M ESPE Adper Prompt L-Pop, USA), and light-cured resin composite (Solare, GC, Japan) were used. The buccal surface of teeth were prepared and mounted in the mould with gypsum. The buccal surface were applied with bonding materials 1, 2, and 3 times (n=5), light cured (l0 seconds), and resin composite were applied and light-cured (20 seconds). The specimens were mounted in the tensile apparatus, put in water bathfor 24 hours in room temperature, and the tensile bond strength were measured by Pearson Panke machine (London). The data were analyzed byANOVA and LSD (p=0, 05). The Anova result showed that the application frequency of bonding materials were influenced the tensile bond strength between resin composite and tooth (p<0,01). The LSD results showed the differences among the groups (p<0,05), except between 1 time and 3 times application groups (p> OJ 05). Conclusions: the application frequency of bonding materials influenced the tensile bond strength between resin composite and tooth. Two times application of bonding materials showed the highest tensile bond strength.

Key words: application frequency, bonding material, tensile bond strength

PENDAHULUAN

Fungsi gigi sebagai organ pencemaan dapat terganggu karena adanya karies gigi. Karies gigi ditandai oleh rusaknya email dan dentin secara progresifyang disebabkan oleh keaktifan metabolisme plak bakteri. Prosedur restorasi dapat mencegah penyebaran karies (Ford, 1993). Bahan restorasi yang digunakan untuk

8

menggantikan struktur gigi yang hilang harus memiliki karakteristik yang mendekati struktur gigi (Gladwin dan Bagby, 2001). Salah satu bahan yang menj adi pilihan untuk restorasi estetis adalah resin komposit (Anusavice, 2003).

Resin komposit mengalami reaksi setting dengan aktivasi kimiawi atau sinar tampak. Resin komposit sinar tampak memiliki sifat

ISSN 0215 - 126 X

Pengaruh Jurnlah Olesan Bahan Bonding terhadap Kekuatan Tarik Perlekatan

mekanik yang tinggi, koefisien termal ekspansi rendah, perubahan dimensi saat setting yang rendah,dan resisten terhadap abrasi, serta memiliki penampilan klinis yang baik (Powers dan Sakaguchi, 2006) .. Namun demikian, resin

, komposi t tidak mampu berikatan secara kimiawi dengan struktur gigi sehingga menyebabkan marginal leakage. Selanjutnya, akan terjadi kebocoran restorasi sehingga timbul marginal stain, karies sekunder, dan iritasi pulpa (Phillips, 1991).

Penggunaan sistem bonding membantu perlekatan resin komposit ke struktur gigi, sehingga kualitas resin komposit sebagai bahan restorasi meningkat (Craig dan Ward, 1996). Perkembangan sistem bonding memunculkan sistem baru, yaitu Self-Etching-Adhesive yang meliputi bahan bonding generasi 6 tipe 1 dan tipe 2, serta generasi 7. Proses pengetsaan dan infiltrasi bahan adhesif pada email maupun dentin berlangsung secara simultan pad a bahan bondinggenerasi 6 dan 7. Keuntungan dari bahan bonding generasi 6 dan 7 adalah tidak terdapat perbedaan antara kedalaman pengetsaan dan kedalaman penetrasi bahan bonding. Selain itu, kondisi gigi yang basah maupun kering tidak ' menjadi penghambat (Kulzer, 2006).

Bahan bonding generasi 6 tipe 2 adalah salah satu tipe bahan bonding yang sering digunakan. Aplikasi bahan bonding) 6 tipe 2 dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: aplikasi adhesif, pemerataan bahan adhesif dengan tekanan sedang, penyemprotan udara, pengulangan aplikasi seperlunya hingga didapat permukaan halus dan lie in, dan kemudian penyinaran dengan sumber sinar tampak (Perdigao dkk., 2005).

Prinsip perlekatan pada dentin didasari oleh terbentuknya lapisan hibrid. Material bonding dalam jumlah yang eukup diperlukan untuk membentuk lapisan hibrid yang sempurna (Kulzer, 2006). Kekuatan perlekatan antararesin komposit dengan gigi juga dipengaruhi oleh ketebalan bahan adhesif (Gladwin dan Bagby, 2001). Ketebalan lapisan adhesifsangat penting

untuk diperhatikan. Ketebalan yang terlalu berlebihan akan berakibat jeleknya perlekatan yang terjadi (Combe, 1992). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan tarik perlekatan resin komposit sinar tampak pada gigi yang telah diolesi bahan bonding dengan jumlah olesan yang bervariasi.

BAHAN DAN CARA

Penelitian dilakukan pada gigi premolar manusia post ekstraksi dengan kriteria tidak karies, mahkota utuh, dan tidak ada tumpatan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan bonding generasi 6 tipe 2 (3 M ESP E Adper Prompt L-Pop Self-Etch Adhesive, USA) dan resin komposit sinar tampak (So/are GC, Japan). Alat utama dalam penelitian ini adalah micro brush, pipet Pasteur, sumber sinar tampak (Litex 660, USA), eetakan logam (tinggi 10 mm dan diameter 15 mm), alat bantu uji tarik, dan alat uji kekuatan tarik (Pearson Panke, London).

Sampel gigi premolar dieuci dan dibersihkan dengan sikat, kemudian akar gigi dipotong sebatas leher gigi dan bagian bukal dipreparasi hingga kedalaman dentin atau ± 2,5 mm. Sampel gigi ditanam dalam tabung cetakan menggunakan gips keras dengan pennukaan bukal terpreparasi di sebe1ah atas (Soetopo, 1980). Bahan bondingdieampur sesuai petunjuk pabrik, kemudian diteteskan dengan pipet sebanyak 1 tetes pada microbrush. Selanjutnya, micro brush tersebut dioleskan pada permukaan bukal gigi premolar terpreparasi, diratakan, dan dikeringkan memakai air syringe.

Prosedur di atas dilakukan 1 kali untuk kelompok I, 2 kali untuk kelompok II, dan 3 kali untuk kelompok III dengan jumlah sampel masing-masing kelompok 5 buah .. Selanjutnya, masing-masing sampel yang telah diolesi bahan bonding disinari dengan surnber sinar tampak selama 10 detik dengan jarak 2 mm dari permukaan gigi. Setelah bahan bonding diaplikasikan, kemudian resin komposit sinar tampak diaplikasikan di atas bahan bonding

9

M.1. Kedokteran Gigi Vol. 23 No.1, Maret 2008; 8· 12

Gambar 1. Alat bantu uji tarik

dan disinari dengan sumber sinar tampak selama 20 detik. Sampel kemudian dipasang pada alat bantu uji tarik (Gambar 1) dan



disimpan dalam waterbath selama 24 jam

pada suhu kamar (Soetopo, 1980). Dilakukan pengujian dengan alat uji tarik perlekatan pada kecepatan tarikan 30 mm/menit. Kekuatan tarik perlekatan dihitung dengan satuan mega pascal (Mpa). Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis variansi (ANAVA) satu arah dan uji LSD (Least Significance Difference) dengan

taraf signifikansi 0.05. )

HASIL PENELITIAN

Hasil kekuatan tarik perlekatan resin komposit sinar tampak pada gigi dengan berbagai variasi jumlah olesan bahan bonding menunjukkan hasil yang berbeda. Kelompok dengan jumlah olesan bahan bonding sebanyak 2 kali memiliki rerata kekuatan tarik perlekatan resin komposit yang paling besar (Gambar 2).

Hasil uji anava satu arah menunjukkan adanya pengaruh jumlah olesan bahan bonding terhadap kekuatan tarik perlekatan resin komposit sinar tampak pada gigi (p<O,OI) (Tabel I). Hasil uji LSD menunjukkan perbedaan ke-

10

NiJai rerata kekuatan tarik perlekatan

10

g+------------___,

8+----- 7+-----

3.5+----::iii:

4+--

3+-- 2 +--- 1 +----Il 0+-- ......

Jumlah olesan bah an bonding

Gambar 2. Nilai rerata kekuatan tarik perlekatan resin komposit sinar tampak pada gigi

kuatan tarik perlekatan yang signifikan antara kelompok olesan 2 kali dengan 1 kali dan 3 kali (p<0,05), serta tidak ada perbedaan kekuatan tarik antara kelompok olesan I kali dan 3 kali (p>0,05).

DISKUSI

Bahan bonding Adper Prompt L-Pop seringkali dioleskan beberapa kali hingga diperoleh permukaan yang halus dan licin (Perdigao dkk., 2005). lumlah olesan yang berbeda ini akan mengakibatkan diperoleh ketebalan bahan bonding yang berbeda sehingga volume bahan bonding yang dihasilkan berbeda pula. Prinsip bonding pada dentin didasari oleh terbentulmya lapisan hibrid yang diawali dengan penghilangan smear layer sehingga as am memasuki tubulus dentinalis yang terbuka dan berdifusi ke dalamnya. Asam berpenetrasi ke dalam peritubular dan intertubuler dentin, menghilangkanhidroksiapatitdanmeninggalkan serabut kolagen yang terbuka. Resin dari bahan adhesifberinfiltrasi ke dalam ruang-ruang yang tadinya ditempati oleh hidroksiapatit sehingga terbentuklah lapisan hibrid (Arne, 2006). Material bonding dalam jumlah yang cukup

Pengaruh Jumlah Olesan Bahan Bonding terhadap Kekuatan Tarik Perlekatan

Tabell. Hasil uj i anava satu arah pengaruh jumlah olesan bahan bonding terhadap kekuatan tarik perlekatan resin komposit sinar tampak pada gigi

Sumber variasi Jurnlah Derajat Rerata F hitung
Kuadrat bebas Kuadrat p
Antar kelompok 42,128 2 21,064
Dalam kelompok 5,047 12 0,421 50,081 . 0,001
Total 47,175 14 diperlukan untuk membentuk lapisan hibrid yang sempurna (Kulzer, 2006).

Ikatan ion yang terjadi antara kalsium pada dentin dengan grup fosfat pada bahan bonding serta adanya proses etsa asam turut menentukan keberhasilan bonding (Anusavice, 1996; van Noort, 1994). Etsa asam menghasilkan kekasaran permukaan yang merupakan keuntungan untuk menambah area yang potensial untuk bonding karena merupakan mikropit yang memungkinkan terjadinya proses micromechanical interlocking (van Noort, 1994). Volume bahan bonding yang berbeda akan menghasilkan kualitas lapisan hibrid yang berbeda pula. Selain itu, ikatan antara kalsium dentin dengan grup fosfat pada bahan bonding yang terbentuk serta proses micromechanical interlocking yang terjadi akan berbeda pula. Hal ini mengakibatkan dihasilkannya kekuatan perlekatan resin komposit sinar tampak pada gigi yang berbeda.

Pengolesan bahan bonding sebanyak 2 kali pada gigi menghasilkan volume bahan bonding yang lebih banyak dibandingkan 1 kali oles, sehingga lapisan hibrid yang terbentuk lebih sempuma. Lapisan hibrid yang terlalu tipis akan mengakibatkan terbentulrnya lapisan oksigen penghambat sehingga proses polimerisasi bahan bondingterganggu (Kulzer, 2006). Volume bahan bonding yang lebih banyak akan menghasilkan lebih banyak pula ikatan ion antara kalsium dentin dengan fosfat serta micromechanical interlocking yang berguna untuk terjadinya perlekatan yang baik.

Pengolesan bahan bonding sebanyak 3 kali menghasilkan volume bahan bonding yang lebih banyak dibandingkan 2 kali oles, namun volume ini mengakibatkan terbentuknya lapisan hibrid yang terlalu tebal. Lapisan hibrid yang terlalu tebal mengakibatkan pengkerutan bahan bonding yang besar (van Noort, 1994). Efek pengkerutan bahan bonding ini menginduksi gaya internal yang menarik bahan bonding dari gigi. Hal ini mengakibatkan berkurangnya adhesi mekanis dan terganggunya semua ikatan bahan bonding dengan gigi sehingga mengganggu perlekatan resin komposit dengan gigi (Williams dan Cunningham, 1979).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruhjumlah olesan bahan bondingterhadap kekuatan tarik perIekatan resin komposit sinar tampak pada gigi dapat disimpulkan bahwa jumlah olesan bahan bonding berpengaruh terhadap kekuatan tarik perlekatan resin komposit sinar tampak pada gigi.Gigi yang diolesi bahan bonding sebanyak 2 kali menghasilkan kekuatan tarik perIekatan resin komposit yang paling besar.

DAFfAR PUSTAKA

Anusavice, KJ. 2003. Phillips' Science of Dental Materials.' Ed. xe- 11. Elsevier Science, St Louis. Him. 304-8.

Arne, S. 2006. Mandatory Adhesive Principles. http://rdh.pennnet. coml Articlesl Articl eD is play .cfm ?Section= Article&AR. [31/07/2006] .

Combe, E.C. 1992. Notes on Dental Materials. Ed. Ke-6.

11

M.l. Kedokteran Gigi Vol. 23 No.1, Maret 2008; 8 - 12

Churchill Livingstone, Edinburgh. Him. 62-8.

Cra ig, R. G., dan Ward, M. L. 1996. Restorative Dental Materials.

Ed. Ke-I O. Mosby, St. Louis. Him. 244-52.

Ford. T.R.P. 1993. Restorasi Gigi (terj.). EGC, Jakarta. Him. 1,66-9.

Gladwin, M. dan Bagby, M. 2001. Clinical Aspects of Dental Materials. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia. Him. 27,41-58.

Kulzer, H. 2006. Essentials to Understand Adhesives. www. heraeus-kulzer.com/webcontent.omeco?FOLDERID=66. [ 11/02/2006].

Perdigao, 1., Gomes, G., Duarte, S., dan Lopes, MM. 2005.

Enamel Bond Strengths of Pairs of Adhesives From the

12

Same Manufacturer. Operative Dentistry 30(4): 492-9.

Phillips, R.W. 1991. Skinner Science of Dental Materials. Ed.

Ke-9. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Him. 217- 23,233-42.

Powers, J.M., Sakaguchi.R'L. 2006. Craig's Dental Materials.

Ed. Ke-12.Mosby Elsevier, St.Louis. Him. 399-411.

Soetopo, 1980. Adhesi Komposit Resin dengan Teknik Etsa Asarn untuk Restorasi .erusakan Gigi. Disertasi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Him. 39-44.

van Noort, R. 1994. Introduction to Dental Materials. Mosby.

London. Him. 34-5, 61-71, 89-105.

Williams. D.F. dan Cunningham. 1. 1979. Materials in Clinical Dentistry. Oxford University Press, Oxford. Him. 79-85.

Anda mungkin juga menyukai