BAB I
PENDAHULUAN
Industri kertas merupakan salah satu jenis industri terbesar di dunia dengan
menghasilkan 178 juta ton pulp, 278 juta ton kertas dan karton, dan menghabiskan
670 juta ton kayu. Pertumbuhannya dalam dekade berikutnya diperkirakan antara
2% hingga 3,5% per tahun, sehingga membutuhkan kenaikan kayu log yang
dihasilkan dari lahan hutan seluas 1 sampai 2 juta hektar setiap tahun [Rini, 2002].
Jumlah reject pulp yang dibuang sebagai limbah padat 2,28% dari total produksi
pulp per hari sebesar 7000 ton [PT. RAPP, 2008].
Pada pabrik pulp dan kertas, reject pulp akan dibuang ke landfill. Hingga saat ini
reject pulp belum dimanfaatkan secara optimal. Usaha untuk memanfaatkan
reject pulp sebagai bahan bakar pernah dilakukan, namun dengan membakar
langsung reject pulp kering dalam tungku ketel boiler tidak memberikan jumlah
panas yang cukup untuk memproduksi steam. Akibatnya akumulasi reject pulp ini
belum tertangani dengan baik. Selain itu reject pulp dimanfaatkan oleh pabrik
kertas sebagai bahan bakar padat. Reject pulp berpotensi untuk dijadikan
bioetanol, eksifien, dan bahan baku propelan.
Reject pulp merupakan limbah padat yang terdapat pada pabrik pulp berupa sisa
potongan kayu yang tidak sempurna dimasak dalam tangki digester. Reject pulp
ini merupakan limbah padat yang terus-menerus akan terakumulasi. Secara kimia,
kayu tersusun atas beberapa bagian utama yaitu selulosa, hemiselulosa, dan lignin.
Reject pulp masih mengandung lignoselulosa dimana selulosa merupakan
komposisi paling banyak di dalamnya yaitu 32-54% dari jumlah total komposisi
lignoselulosa [Taherzadeh et al., 1999].
Kebutuhan akan kayu dan kertas semakin meningkat seiring dengan laju
pertumbuhan penduduk. Dengan meningkatnya kebutuhan akan kayu dan kertas,
jumlah limbah padat yang dihasilkan juga semakin bertambah. Oleh sebab itu,
perlu dicarikan penanganan limbah padat yang tepat serta bernilai ekonomis.
2
Pengkajian lebih dalam untuk menangani limbah reject pulp menjadi produk
bernilai ekonomis tinggi akan dibahas dalam karya tulis ini dengan judul, “Potensi
Reject Pulp sebagai Bahan Baku Pembuatan Propelan.”
Jumlah reject pulp yang dibuang sebagai limbah padat industri kertas mencapai
2,28% dari produksi pulp per hari sebesar 7000 ton [PT. RAPP, 2008]. Ini
menggambarkan besarnya limbah yang dibuang dari industri kertas. Kandungan
selulosa dalam reject pulp berpotensi untuk dikonversi menjadi nitroselulosa.
Nitroselulosa yang diperoleh merupakan bahan baku pembuatan propelan.
Dengan mendapatkan kondisi optimum nitrasi selulosa menjadi nitroselulosa akan
diperoleh nitroselulosa yang memenuhi standar sebagai bahan baku pembuatan
propelan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, batasan masalah yang akan dikaji dalam
karya tulis ini adalah:
1. Mengapa reject pulp bisa dijadikan bahan baku pembuatan propelan
2. Bagaimana penanganan reject pulp sehingga menjadi bahan baku
propelan
1.4. Tujuan
Tujuan pembuatan karya tulis ini untuk mengkuti Lomba Karya Tulis Ilmiah
(LKTI) Mahasiswa Universitas Riau Tahun 2010.
1.5. Manfaat
1. Bagi Pemerintah
Membantu pemerintah mengurangi impor bahan baku propelan
Membantu pemerintah mengurangi limbah padat industri kertas
2. Bagi Perkembangan Ilmu dan Teknologi
Menjadi alternatif penanganan limbah industri kertas yang bernilai
ekonomis tinggi.
Mendapatkan kondisi proses yang optimal dalam pengolahan reject
pulp menjadi propelan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Reject pulp merupakan biomassa yang berasal dari limbah padat industri pulp
yang merupakan sisa potongan kayu yang tidak sempurna yang dimasak dalam
tangki digester pada pabrik pulp. Biomassa ini merupakan lignoselulosa yang
komposisinya terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin, dan bahan anorganik
lainnya.
Jumlah reject pulp yang dibuang sebagai limbah padat 2,28% dari total produksi
pulp per hari sebesar 7000 ton [PT.RAPP, 2008]. Hingga saat ini reject pulp
belum dimanfaatkan secara optimal. Usaha untuk memanfaatkan reject pulp
sebagai bahan bakar pernah dilakukan, namun dengan membakar langsung reject
pulp kering dalam tungku ketel boiler tidak memberikan jumlah panas yang
cukup untuk memproduksi steam. Akibatnya akumulasi reject pulp ini belum
tertangani dengan baik. Reject pulp masih mengandung lignoselulosa yang dapat
diubah menjadi glukosa dari selulosa yang dimilikinya melalui proses hidrolisis
[Taherzadeh et al., 1999].
2.2. Selulosa
Selulosa adalah polimer glukosa (hanya glukosa) yang tidak bercabang. Bentuk
polimer ini memungkinkan selulosa saling menumpuk/ terikat menjadi bentuk
serat yang sangat kuat. Panjang molekul selulosa ditentukan oleh jumlah unit
glucan di dalam polimer, disebut dengan derajat polimerisasi. Derajat polimerisasi
selulosa tergantung pada jenis tanaman dan umumnya dalam kisaran 2000 –
27000 unit glucan [Isroi, 2008].
Selulosa dapat larut dalam asam pekat (seperti asam sulfat 72%) yang
mengakibatkan terjadinya pemecahan rantai selulosa secara hidrolisis. Hidrolisis
selulosa ini dapat terhalang oleh lignin dan hemiselulosa yang ada di sekitar
selulosa. Namun laju hidrolisis selulosa akan meningkat seiring kenaikan
temperatur dan tekanan [Fengel dan Wegener, 1985].
2.3. Nitroselulosa
Nitroselulosa merupakan salah satu diantara polimer komersial yang paling awal,
mula-mula dikembangkan abad ke-19 dan bahkan telah dipakai dalam pembuatan
bahan-bahan peledak, film fotografik, lak, serat tekstil, dan beberapa aplikasi
6
Campuran nitrasi terdiri dari nitrat dan asam sulfat berair adalah umum pada skala
komersial. Bahan awal selulosa adalah pulp berkualitas kimia atau kapas lembut
yang dirobek-robek sebelum perlakuan dengan asam-asam campuran dalam
bejana nitrasi. Variasi asam penitrasi, waktu perlakuan dan suhu menentukan
kualitas yang berbeda dari nitroselulosa yang dihasilkan. Pemisahan nitroselulosa
dari sisa asam penitrasi terjadi dalam sentrifuge.
Pencucian dan pemasakan dengan air cocok untuk menghilangkan asam yang
menempel (stabilitas awal). Pemasakan berikutnya di bawah tekanan mengurangi
panjang rantai molekul dan menyamakan distribusi gugus-gugus NO2 (stabilisasi).
Nitroselulosa merupakan salah satu ester yang paling penting dan banyak
diproduksi dalam bentuk komersial untuk berbagai keperluan. Di samping itu
derajat polimerisasi (DP) produk-produknya berbeda dalam derajat substitusi (DS)
yang dapat ditentukan dari kandungan nitrogen. Nitroselulosa yang tersubstitusi
berbeda kelarutannya dalam pelarut-pelarut organik berbeda [Fengel dan
Wegener. 1985]. Berbagai macam nitroselulosa tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut.
2.4. Propelan
Berdasarkan sifat campurannya, propelan padat dapat menjadi dua macam, yaitu :
a. Tipe propelan padat homogen, yaitu propelan padat dengan nitroselulosa
sebagai bahan dasar dalam komposisinya dan bahan lain yang pada
umumnya berupa senyawa organik.
1. Disebut single base propelan, jika propelan homogen tersebut
dibuat dari nitroselulosa sebagai bahan utama dalam komposisinya.
2. Disebut double base propelan, jika propelan homogen tersebut
dibuat dengan nitroselulosa dan nitrogliserin sebagai bahan utama
dalam komposisinya.
3. Disebut triple base propelan, jika propelan homogen tersebut
dibuat dengan nitroselulosa, nitrogliserin, dan nitroguanidin
sebagai bahan utama dalam komposisinya.
b. Tipe komposisi propelan padat, yaitu suatu jenis propelan padat
yang dibuat dengan mencampurkan bahan bakar dengan bahan pengikat
lainnya dengan oksidator ditambah berbagai macam additive. Fuel/binder
yang dipakai umumnya merupakan senyawa organik polimer tinggi
(Poliviniklorida, Polibutadiena, Polisulfida, Poliuretan), sedangkan
oksidatornya berupa kristal anorganik yang diserbukkan halus (50-400)
mesh. [Emma, 2003]
8
BAB III
METODE PENULISAN
Studi literatur dimulai dengan mendapatkan data produksi reject pulp serta
pemanfaatan yang pernah dilakukan terhadap limbah industri kertas. Data ini
sangat diperlukan sebagai dasar perlunya dicarikan alternatif pengolahan lain
yang lebih bernilai ekonomis. Data berikutnya yang dicari adalah kandungan yang
terdapat dalam reject pulp sehingga dapat dibuat asumsi- asumsi alternatif lain
yang mungkin dilakukan.
BAB IV
9
PEMBAHASAN
Reject pulp merupakan biomassa yang berasal dari limbah padat industri pulp
yang merupakan sisa potongan kayu yang tidak sempurna yang dimasak dalam
tangki digester pada pabrik pulp. Biomassa ini merupakan lignoselulosa yang
komposisinya terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin, dan bahan anorganik
lainnya.
Adanya potensi reject pulp untuk dijadikan bahan baku propelan disebabkan
karena adanya selulosa yang terkandung didalamnya. Selulosa adalah komponen
dasar pada dinding sel dan serat yang dimiliki semua tanaman tingkat tinggi.
Selulosa sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan, salah satunya sebagai
bahan baku pembuatan propelan.
Selulosa yang digunakan dapat diperoleh dari reject pulp. Selulosa yang
terkandung di dalam reject pulp akan dinitrasi menjadi nitroselulosa dan pada
kondisi tertentu akan diperoleh nitroselulosa yang memenuhi standar sebagai
bahan baku propelan. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh beberapa variabel, yaitu
perbandingan reject pulp dan asam nitrat, temperatur, lama nitrasi, dan
pengadukan.
Proses diawali dengan persiapan bahan baku berupa reject pulp. Reject pulp
dianalisa untuk mengetahui kadar selulosa. Reject pulp yang memenuhi standar
untuk dikonversi menjadi nitroselulosa harus memiliki kadar alfaselulosa lebih
besar dari 92 %. Analisa selulosa dapat dilakukan dengan metode TAPPI
(Technical Association for the Pulp and Paper Industry).
Reject pulp dengan selulosa yang memenuhi standar dinitrasi untuk menghasilkan
nitroselulosa. Proses nitrasi merupakan proses inti dalam pembuatan nitroselulosa.
Pada proses ini, reject pulp direaksikan dengan asam nitrat dengan
memperhatikan variabel perbandingan reject pulp dengan asam nitrat, waktu
nitrasi, kecepatan pengadukan, dan temperatur nitrasi.
Proses nitrasi dilangsungkan dalam sebuah reaktor yang dilengkapi pengaduk dan
kondensor. Temperatur dijaga di bawah 15 oC dengan menggunakan water bath.
Nitroselulosa hasil nitrasi kemudian dicuci untuk menghilangkan asam- asam
yang tidak bereaksi. Untuk skala industri asam- asam ini bisa di-recovery
sehingga tidak menimbulkan limbah baru.
Proses akhir yang dilakukan adalah analisa nitroselulosa untuk memastikan
nitroselulosa yang dihasilkan telah memenuhi standar sebagai bahan baku
11
propelan. Analisa yang dapat dilakukan diantaranya analisa kadar nitrogen dan
derajat subtitusi. Salah satu metode pengujian kadar nitrogen dengan analisa
Kjeldahl dan derajat subtitusi dengan bantuan instrumentasi penguji. Nitroselulosa
yang memenuhi standar berarti layak digunakan sebagai bahan baku pembuatan
propelan.
BAB V
12
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
13
Hu, Gang. 2008. Feedstock Pretreatment Strategies for Producing Ethanol from
Wood, Bark, And Forest Residu. Bioresources 3(1): 270-294.
PT.RAPP. 2008. Data Produksi Pulp dan Reject Pulp. (Komunikasi internal
dengan staf PT. RAPP)
Rini, Daru Setyo. 2002. Minimasi Limbah dalam industri Pulp And Paper.
http://www.terranet.or.id/masukandetil.php. [03 Mei 2010]
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
14
Data Pribadi
Karya Ilmiah
Data Pribadi
Nama : Junia
NIM : 0707112636
Tempat / Tanggal Lahir : Bengkalis/ 22 Juni 1989
Jenis Kelamin : Perempuan
15
Data Pribadi
Nama : Jaka Wirayudha
NIM : 0707112417
Tempat / Tanggal Lahir : Tembilahan/ 2 September 1989
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jurusan : Teknik Kimia
16
Fakultas : Teknik
Angkatan : 2007
Alamat : Jl. Manggis, No. 21, Panam,
Pekanbaru
Telp/Hp : 085265973033
Email : jaka_wirayudha@yahoo.com