Pendahuluan
Masyarakat di pantai Teluk Buyat, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut) semakin
mengalami kesulitan hidup. Hal ini tidak hanya karena adanya desakan ekonomi tapi juga
ditambah dengan munculnya penyakit-penyakit aneh yang disebabkan oleh pembuangan limbah
Tailing PT. Newmont Minahasa Raya (NMR).
PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) adalah perusahaan penghasil emas yang berasal
dari Amerika. Dalam prosesnya, perusahaan ini sangat erat terkait dengan penggunaan bahan-
bahan kimia. Seperti pada proses ekstraksi bijih emas, perusahaan ini menggunakan Merkuri dan
Arsen sebagai bahan tambahan agar saat proses pengikatan emas pengekstraksian menjadi lebih
baik. Sisa dari proses pengekstraksian ini akan menghasilkan limbah yang disebut dengan
Tailing (dalam bentuk batuan dan tanah). Dalam tiap pembuangan limbah, Tailing perusahaan
dapat mencapai 0,999 ton dari 1 ton tanah yang mengandung bijih emas. Artinya dilihat dari
perbandingan antara Tailing dan bijih emas, jelas lebih besar Tailing. Tailing ini mengandung
berbagai macam unsur logam seperti alumunium, antimony, dan timah. Selain itu yang lebih
membahayakan lagi, Tailing ini juga mengandung Mercuri dan Arsen yang seharusnya mendapat
penangangan yang lebih ekstra, contohnya untuk membuang Mercuri dalam Tailing maka
dibutuhkan penggunaan fabric filter terlebih dahulu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya pembuangan Tailing dalam jumlah besar makan akan memunculkan dampak negative
bagi lingkungan sekitar apabila tidak diiringi dengan mekanisme pembuangan limbah yang
benar.
Hal inilah yang kemudian memunculkan masalah besar di Teluk Buyat. PT. Newmont
diduga tidak menggunakan prosedur yang seharusnya dalam membuang limbah Tailing. Limbah
ini dibuang ke laut tanpa melakukan penetralan kandungan yang ada, sehingga limbah ini
mencemari biota laut baik air, karang dan juga ikan. Jadi ketika Tailing yang mengandung
Mercuri dan Arsen masuk kedalam perairan, maka Merkuri akan terikat dengan air laut yang
kemudian masuk kedalam plankton laut. Plankton ini akan bertransformasi menjadi Mercuri
organic ini akan mengendap didasar laut dan diserap secara biologis oleh ikan sehingga Mercuri
ini akan terkandung dalam daging ikan. Ikan tersebut secara terus menerus dikonsumsi oleh
masyarakat sekitar pantai dan masuk kedalam tubuh. Penumpukan bahan kimia ini didalam
tubuh akan menimbulkan penyakit berupa benjolan seperti tumor yang dikenal dengan nama
Nimata. Nimata adalah sebuah teluk dikawasan Jepang yang tercemar Mercuri ditahun 1956
disebabkan oleh Nippon Nitrogen Fertilizer. Apa yang terjadi saat itu, gejalanya menunjukkan
hal yang sama persis dengan yang terjadi di Teluk Buyat. Hal ini tentunya sangat
mengkhawatirkan dan juga menyiksa masyarakat Buyat, namun usaha seperti protes,demo
bahkan pengiriman surat ke Amerika tidak membuahkan hasil apa-apa.
Hasil penelitian pertama ini menuai kontra yang luar biasa, baik dari LSM, tokoh
masyarakat ataupun masyarakat Buyat itu sendiri. Hingga akhirnya setelah enam kali
persidangan diputuskan untuk dilakukan penelitian kembali. Pemerintah kemudian mengirim tim
peneliti yang berisi orang-orang dari pemerintah daerah, Kementerian Lingkungan Hidup,
Departemen Kesehatan, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, LSM Jatam, Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia, dan Newmont ke Teluk Buyat selama 10 hari yang kemudian
hasilnya akan dijadikan bahan pertimbangan. Dibandingkan penelitian sebelumnya penelitian
kali ini adalah penelitian paling lengkap karena menyertakan banyak pihak dan juga diuji dari
berbagai segi baik kimia, biologi, maupun fisika. Hasil dari penelitian ini menyebutkan :
“Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian itu, salah satu indicator adanya pencemarah di Teluk Buyat
diketahui dari organism bentos (hewan dasar laut) dan plankton di Teluk Buyat yang tercemar berat
disbanding Teluk Ratotok yang mengalami gangguan ringan dan sedang. Kandungan konsentrasi Arsen dan
Mercuri pada sedimen Tailing yang ditimbun Newmont didasar Teluk Buyat sudah bisa dikategorikan
sebagai sedimen tercemar (polluted sediment)”
Dengan adanya hasil penelitian ini maka PT. Newmont tidak perlu menunggu keputusan
hokum untuk menjatuhi hukuman. Hal ini dikarenakan pidana mengenai lingkungan bukan
merupakan delik aduan sehingga ketika telah ditemukan bukti kuat atau hasil adanya polusi atau
pencemaran maka perusahaan harus mengambil langkah-langkah pemberian kompensasi kepada
korban. Dan dikarenakan kasus buyat masuk dalam kategori keadaan darurat maka anggota
Komisi Advokasi dan Reformasi Hukum Komnas PA Muhammad Joni mengatakan bahwa
sesuai pasal Pasal 44 Undang-Undang tersebut, maka perlindungan anak dalam keadaan darurat
(akibat pencemaran lingkungan hidup) menjadi kewajiban Negara.
Selain itu Nur Hidayati, Kepala Divisi Kampanye dan Pendidikan Publik Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), menyatakan “usulan Komnas PA agar pemberian
kompensasi itu berlangsung 20-30 tahun sebagai sesuatu yang berdasar. Undang-undang No.
23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup tegas mengatur tanggung jawab mutlak
perusahaan yang melakukan pencemaran lingkungan hidup (strict liability).Perusahaan yang
melakukan pencemaran punya kewajiban untuk melakukan rehabilitasi, bukan saja pada
lingkungan tetapi juga masyarakat sekitarnya”
Setiap perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan
kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup, mewajibkan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk
membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu.
Pasal 35 ayat (1):
Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang usaha dan kegiatannya menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup, yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun, dan/atau menghasilkan limbah
bahan berbahaya dan beracun, bertanggung jawab secara mutlak atas kerugian yang ditimbulkan, dengan
kewajiban membayar ganti rugi secara langsung dan seketika pada saat terjadinya pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup.
Isu Kasus
Dengan adanya bukti nyata yaitu gejala negative yang terjadi disekitar pantai Teluk
Buyat baik dari segi lingkungan dan juga masyarakat, Namun PT. Newmont tidak serta merta
menerima hasil dari penelitian tersebut, bahkan menolak bertanggung jawab atas dampak
yang ditimbulkan dari perusahaan. Ada beberapa pro dan kontra dalam penanganan dan
pemutusan kasus ini. PT. Newmont memberikan banyak sanggahan yang membuat kasus ini
menjadi samar pada awalnya, sehingga memakan waktu yang lama untuk persidangan dan
mengajukan beberapa penelitian demi memperkuat bukti dari kasus pencemaran itu.
Landasan Teori
1. Echological Ethics
Echological ethics memandang bahwa setiap makhluk hidup selain manusia yaitu
hewan dan tumbuhan adalah bagian dari lingkungan yang layak dipertahankan untuk
kepentingannya tanpa memandang apakah ini memberi manfaat atau tidak bagi umat
manusia. Kasus pencemaran lingkungan di Teluk Buyat ini merupakan kasus yang sangat
kontroversial karena berbagai penelitian yang dilakukan baik oleh berbagai lembaga baik
yang ditunjuk pihak pemerintah maupun pihak PT NMR menunjukkan hasil yang berbeda
menyangkut penyebab tercemarnya Teluk Buyat. Namun fakta menunjukkan bahwa banyak
ikan yang mati di sekitar Teluk Buyat dan sungai Buyat yang merupakan satu-satunya tempat
untuk memenuhi kebutuhan air bersih berubah menjadi keruh seiring aktivitas PT Newmont
di hulu sungai.
2. Corporation Crime
Dalam bukunya Explaining Crime, Joseph F. Sheley mendefinisikan dan membagi
corporate crime (kejahatan korporasi) dalam enam kategori yaitu, :
1) defrauding the stock holders (perusahaan tidak melaporkan besar keuntungan yang
sebenarnya kepada pemegang saham),
2) defrauding the public (mengelabui publik tentang produkproduknya terutama yang
berkaitan dengan mutu dan bahan),
3) defrauding the government (membuat laporan pajak yang tidak benar),
4) endangering employees (perusahaan yang tidak memperhatikan keselamatan kerja para
karyawannya),
5) illegal intervention in the polical process (berkolusi dengan partai politik dengan
memberikan sumbangan kampanye) dan
6) endangering the public welfare (proses produksi yang menimbulkan polusi, debu, limbah
B3, suara dan lain sebagainya).
Merujuk pada kategori yang disebutkan Sheley di atas, dalam kasus Buyat ini
kejahatan korporasi terbukti melalui fakta di lapangan yang menemukan bahwa pembuangan
limbah produksi secara sengaja tanpa pertimbangan AMDAL dapat menyebabkan kematian,
baik manusia maupun makhluk hayati lainnya. Meski pihak PT. NMR bersikukuh bahwa
kandungan arsen, merkuri, serta sianida dalam sedimen dan biota laut di Teluk Buyat masih
di bawah baku mutu ketentuan mana pun, namun hasil penelitian yang dikeluarkan pada
bulan November 2004 oleh tim terpadu yang dibentuk pemerintah menunjukkan cukup bukti
adanya beberapa pelanggaran perizinan oleh PT. NMR yang memicu pencemaran di Teluk
Buyat.
3. Imperialisme
Menurut Cohen imperialisme sebagai suatu hubungan dominasi atau kontrol yang efektif,
politik atau ekonomi, langsung atau tak langsung dari suatu negara atas negara lain.Berkaca
dari kasus Newmont ini juga menunjukan masih lemahnya posisi negara ketika berhadapan
dengan korporasi asing yang mendapatkan sokongan politik dari pemerintahan di negara
asalnya ketika menghadapi sengketa di negara tempat eksplorasinya. Dalam kasus ini
intervensi kekuasaan asing sangat tampak dengan adanya lobi-lobi yang dilakukan Dubes AS
untuk menggagalkan proses hukum yang dilakukan terhadap PT. NMR dan Presiden
Direkturnya, yang akhirnya dimenangkan pengadilan. Lemahnya posisi negara ini tercermin
dari keengganan pemerintah Indonesia untuk meneruskan gugatan hukum terrhadap PT.
NMR karena pemerintah Indonesia pesimistis dapat memenangkan gugatan banding setelah
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memenangkan Newmont. Sebab jika banding kalah,
pemerintah wajib merehabilitasi nama Newmont di mata dunia yang memerlukan biaya yang
mahal. Pada akhirnya investasi dalam skala besar memang akan lebih diperhatikan di negara
ini, dibandingkan dengan kesejahteraan masyarakatnya.