Lutfi aziz
KELAS : X.6
NO. ABSEN : 19
tepatnya pada hari Jum”at Kliwon tanggal 6 April 1582 Masehi, atau bertepatan tanggal 12 Robiul
Kemudian ditetapkan dengan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas
Keberadaan sejarah Kabupaten Banyumas tidak terlepas dari pendirinya yaitu Raden Joko Kahiman
yang kemudian menjadi Bupati yang pertama dikenal dengan julukan atau gelar ADIPATI MARAPAT
(ADIPATI MRAPAT).
Kisah pada saat itu telah terjadi suatu peristiwa yang menimpa diri (kematian) Adipati Wirasaba ke VI
(Warga Utama ke I)
sehingga terjadi musibah pembunuhan di Desa Bener, Kecamatan Lowano, Kabupaten Purworejo
(sekarang)
Kemudian salah satu diantaranya putra menantu yang memberanikan diri menghadap dengan catatan
dan apabila mendapatkan anugerah/kemurahan putra-putra yang lain tidak boleh iri hati.
Semenjak itulah putra menantu yaitu R. Joko Kahiman menjadi Adipati dengan gelar ADIPATI WARGA
UTAMA II.
Kemudian sekembalinya dari Kasultanan Pajang atas kebesaran hatinya dengan seijin Kanjeng Sultan,
bumi Kadipaten Wirasaba dibagi menjadi empat bagian diberikan kepada iparnya.
4. Wilayah Kejawar dikuasai sendiri dan kemudian dibangun dengan membuka hutan Mangli dibangun
Karena kebijaksanaannya membagi wilayah Kadipaten menjadi empat untuk para iparnya maka
R. Joko Kahiman adalah putra R. Banyaksasro dengan ibu dari Pasir Luhur. R. Banyaksosro
adalah putra R. Baribin seorang pangeran Majapahit yang karena suatu kesalahan
maka menghindar ke Pajajaran yang akhirnya dijodohkan dengan Dyah Ayu Ratu Pamekas putri Raja
Pajajaran.
Sedangkan Nyi Banyaksosro ibu R. Joko Kahiman adalah putri Adipati Banyak Galeh (Mangkubumi II)
Kyai Sambarta dengan Nyai Ngaisah yaitu putrid R. Baribin yang bungsu
SATRIA yang sangat luhur untuk bisa diteladani oleh segenap warga Kabupaten Banyumas khususnya
karena mencerminkan :
c. Pembangkit jiwa persatuan kesatuan (Majapahit, Galuh Pakuan, Pajajaran) menjadi satu darah dan
Dengan demikian tidak salah apabila MOTO DAN ETOS KERJA UNTUK Kabupaten Banyumas SATRIA.
Candra atau surya sengkala untuk hari jadi Kabupaten Banyumas adalah “BEKTINING MANGGALA
Bila diartikan dengan kalimat adalah “KEBAKTIAN DALAM UJUD KERJA SESEORANG PIMPINAN /
9. R. Tumenggung Yudanegara III (1755) kemudian diangkat menjadi Patih Sultan Yogyakarta
bergelar Danureja I.
Asal-usul Baturraden
yaitu Batur yang dalam bahasa Jawa berarti Pembantu, Teman, atau Bukit
Pada Ratusan tahun silam konon terdapat sebuah Kadipaten yang terletak 10 Km disebelah Barat
Baturraden.
Adipatinya mempunyai beberapa anak perempuan & seorang gamel (pembantu yang menjaga kuda).
Sesudah mendengar berita, bahwa anak perempuannya jatuh cinta dengan pembantunya,
sang Adipati marah & mengusir gamel & anak perempuannya dari rumah.
Akhirnya mereka menemukan tempat yang indah, & memutuskan untuk tinggal di tempat tersebut.
Berdasarkan versi pertama tersebut nama Baturaden seharusnya ditulis dengan dua “R”
karena versi tersebut berasal dari kata “Batur” & “Raden” menjadi “Baturraden”.
Syekh Maulana Maghribi adalah seorang ulama. Dia seorang Pangeran dari Turki.
Suatu hari setelah Subuh, dia melihat cahay misterius bersinar disebelah Tenggara.
Dia ingin mengetahui darimana cahaya misterius itu datang & apa artinya.
Dia memutuskan untuk mencari tahu. Dan dia ditemani oleh sahabatnya, Haji Datuk. & pekerjanya.
cahaya misterius tersebut tampak disebelah Barat, & akhirnya mereka sampai di pantai Pemalang
Jawa Tangah.
Sementara itu dia ditemani oleh Haji Datuk untuk melanjutkan perjalanannya
dengan jalan kaki menuju kearah Selatan sambil menyebarkan agama Islam.
Ditempat itu Dia terkena penyakit gatal yang serius dan susah disembuhkan.
Sesudah sholat Tahajud.dia mendapat Ilham bahwa dia harus pergi ke Gunung Gora.
Sesudah sampai di lereng Gunung Gora Dia meminta Haji Datuk untuk meninggalkannya& menunggu
Ternyata disitu ada sumber air panas & Syekh Maulana Maghribi menyebutnya
” Pancuran Pitu” yang artinya sebuah sumber air panas yang mempunyai tujuh mata air.
Setiap hari Syekh Maulana Maghribi mandi secara teratur di tempat itu,
Orang sekitar menyebut Syekh Maulana Maghribi sebagai “Mbah Atas Angin”
Dan Syekh Maulana Maghribi dinamakan Haji Datuk Rusuhudi ( Dalam bahasa Jawa berarti Batur yang
Karena Syekh Maulana Maghribi sembuh dari penyakit gatal & aman dilereng gunung Gora.
Selanjutnya Dia mengganti nama Gunung Gora itu menjadi Gunung Slamet.
Tempat dimana Syekh Maulana Maghribi sembuh dianggap sebagai tempat keramat oleh orang
sekitar.
Banyak orang dari Purbalingga, Banjarnegara, & Pekalongan mengunjungi tempat tersebut pada