Anda di halaman 1dari 5

NAMA : Muh.

Lutfi aziz
KELAS : X.6
NO. ABSEN : 19

ASAL USUL KOTA BANYUMAS

Kabupaten Banyumas berdiri pada tahun 1582,

tepatnya pada hari Jum”at Kliwon tanggal 6 April 1582 Masehi, atau bertepatan tanggal 12 Robiul

Awwal 990 Hijriyah.

Kemudian ditetapkan dengan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas

Nomor 2 tahun 1990.

Keberadaan sejarah Kabupaten Banyumas tidak terlepas dari pendirinya yaitu Raden Joko Kahiman

yang kemudian menjadi Bupati yang pertama dikenal dengan julukan atau gelar ADIPATI MARAPAT

(ADIPATI MRAPAT).

Riwayat singkatnya diawali dari jaman Pemerintahan Kesultanan PAJANG,

di bawah Raja Sultan Hadiwijaya.

Kisah pada saat itu telah terjadi suatu peristiwa yang menimpa diri (kematian) Adipati Wirasaba ke VI

(Warga Utama ke I)

dikarenakan kesalahan paham dari Kanjeng Sultan pada waktu itu,

sehingga terjadi musibah pembunuhan di Desa Bener, Kecamatan Lowano, Kabupaten Purworejo

(sekarang)

sewaktu Adipati Wirasaba dalam perjalanan pulang dari pisowanan ke Paiang.

Dari peristiwa tersebut untuk menebus kesalahannya maka Sultan Pajang,

memanggil putra Adipati Wirasaba namun tiada yang berani menghadap.

Kemudian salah satu diantaranya putra menantu yang memberanikan diri menghadap dengan catatan

apabila nanti mendapatkan murka akan dihadapi sendiri,

dan apabila mendapatkan anugerah/kemurahan putra-putra yang lain tidak boleh iri hati.

Dan ternyata diberi anugerah diwisuda menjadi Adipati Wirasaba ke VII.

Semenjak itulah putra menantu yaitu R. Joko Kahiman menjadi Adipati dengan gelar ADIPATI WARGA

UTAMA II.

Kemudian sekembalinya dari Kasultanan Pajang atas kebesaran hatinya dengan seijin Kanjeng Sultan,

bumi Kadipaten Wirasaba dibagi menjadi empat bagian diberikan kepada iparnya.

1. Wilayah Banjar Pertambakan diberikan kepada Kyai Ngabei Wirayuda.


2. Wilayah Merden diberikan kepada Kyai Ngabei Wirakusuma.

3. Wilayah Wirasaba diberikan kepada Kyai Ngabei Wargawijaya.

4. Wilayah Kejawar dikuasai sendiri dan kemudian dibangun dengan membuka hutan Mangli dibangun

pusat pemerintahan dan diberi nama Kabupaten Banyumas.

Karena kebijaksanaannya membagi wilayah Kadipaten menjadi empat untuk para iparnya maka

dijuluki Adipati Marapat.

Siapakah Raden Joko Kahiman itu ?

R. Joko Kahiman adalah putra R. Banyaksasro dengan ibu dari Pasir Luhur. R. Banyaksosro

adalah putra R. Baribin seorang pangeran Majapahit yang karena suatu kesalahan

maka menghindar ke Pajajaran yang akhirnya dijodohkan dengan Dyah Ayu Ratu Pamekas putri Raja

Pajajaran.

Sedangkan Nyi Banyaksosro ibu R. Joko Kahiman adalah putri Adipati Banyak Galeh (Mangkubumi II)

dari Pasir Luhur semenjak kecil R. Joko Kahiman diasuh oleh

Kyai Sambarta dengan Nyai Ngaisah yaitu putrid R. Baribin yang bungsu

Dari sejarah terungkap bahwa R. Joko Kahiman adalah merupakan

SATRIA yang sangat luhur untuk bisa diteladani oleh segenap warga Kabupaten Banyumas khususnya

karena mencerminkan :

a. Sifat altruistis yaitu tidak mementingkan dirinya sendiri.

b. Merupakan pejuang pembangunan yang tangguh, tanggap dan tanggon.

c. Pembangkit jiwa persatuan kesatuan (Majapahit, Galuh Pakuan, Pajajaran) menjadi satu darah dan

memberikan kesejahteraan ke kepada semua saudaranya.

Dengan demikian tidak salah apabila MOTO DAN ETOS KERJA UNTUK Kabupaten Banyumas SATRIA.

Candra atau surya sengkala untuk hari jadi Kabupaten Banyumas adalah “BEKTINING MANGGALA

TUMATANING PRAJA” artinya tahun 1582.

Bila diartikan dengan kalimat adalah “KEBAKTIAN DALAM UJUD KERJA SESEORANG PIMPINAN /

MANGGALA MENGHASILKAN AKAN TERTATANYA ATAU TERBANGUNNYA SUATU PEMERINTAHAN”.

PARA ADIPATI DAN BUPATI SEMENJAK BERDIRINYA

KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 1582

1. R. Joko Kahiman, Adipati Warga Utama II

2. R. Ngabei Mertasura (1560)

3. R. Ngabei Mertasura II (Ngabei Kalidethuk) (1561 -1620)

4. R. Ngabei Mertayuda I (Ngabei Bawang) (1620 - 1650)


5. R. Tumenggung Mertayuda II (R.T. Seda Masjid, R.T. Yudanegara I) Tahun 1650 - 1705

6. R. Tumenggung Suradipura (1705 -1707)

7. R. Tumenggung Yudanegara II (R.T. Seda Pendapa) Tahun 1707 -1743.

8. R. Tumenggung Reksapraja (1742 -1749)

9. R. Tumenggung Yudanegara III (1755) kemudian diangkat menjadi Patih Sultan Yogyakarta

bergelar Danureja I.

10. R. Tumenggung Yudanegara IV (1745 - 1780)

11. R.T. Tejakusuma, Tumenggung Kemong (1780 -1788)

12. R. Tumenggung Yudanegara V (1788 - 1816)

13. Kasepuhan : R. Adipati Cokronegara (1816 -1830)

Kanoman : R. Adipati Brotodiningrat (R.T. Martadireja)

14. R.T. Martadireja II (1830 -1832) kemudian pindah ke Purwokerto (Ajibarang).

15. R. Adipati Cokronegara I (1832- 1864)

16. R. Adipati Cokronegara II (1864 -1879)

17. Kanjeng Pangeran Arya Martadireja II (1879 -1913)

18. KPAA Gandasubrata (1913 - 1933)

19. RAA. Sujiman Gandasubrata (1933 - 1950)

20. R. Moh. Kabul Purwodireja (1950 - 1953)

21. R. Budiman (1953 -1957)

22. M. Mirun Prawiradireja (30 - 01 - 1957 / 15 - 12 - 1957)

23. R. Bayi Nuntoro (15 - 12 - 1957 / 1960)

24. R. Subagio (1960 -1966)

25. Letkol Inf. Sukarno Agung (1966 -1971)

26. Kol. Inf. Poedjadi Jaringbandayuda (1971 -1978)

27. Kol. Inf. R.G. Rujito (1978 -1988)

28. Kol. Inf. H. Djoko Sudantoko (1988 - 1998)

29. Kol. Art. HM Aris Setiono, SH, S.IP (1998 - 2008)

30. drs.Mardjoko, MM (2008 - sekarang)


NAMA : Muh. Lutfi aziz
KELAS : X.6
NO. ABSEN : 19

Asal-usul Baturraden

Baturraden berasal dari dua kata

yaitu Batur yang dalam bahasa Jawa berarti Pembantu, Teman, atau Bukit

Raden yang dalam bahasa juga berarti Bangsawan.

Cerita tentang Baturraden ada dua versi.

yaitu versi Kadipaten Kutaliman & versi Syekh Maulana Maghribi

Versi Kadipaten Kutaliman

Pada Ratusan tahun silam konon terdapat sebuah Kadipaten yang terletak 10 Km disebelah Barat

Baturraden.

Adipatinya mempunyai beberapa anak perempuan & seorang gamel (pembantu yang menjaga kuda).

Salah Satu Anak Perempuannya jatuh cinta dengan gamel.

Cinta mereka dilakukan secara sembunyi-sembuyi.

Sesudah mendengar berita, bahwa anak perempuannya jatuh cinta dengan pembantunya,

sang Adipati marah & mengusir gamel & anak perempuannya dari rumah.

Diperjalanan dia melahirkan bayi didekat sungai,

kemudian mereka menamakannya sungai Kaliputra.

(Kali berarti Sungai & Putra berarti anak laki-laki).

Letaknya kira-kira 3 Km sebelah utara Kutaliman.

Akhirnya mereka menemukan tempat yang indah, & memutuskan untuk tinggal di tempat tersebut.

Berdasarkan versi pertama tersebut nama Baturaden seharusnya ditulis dengan dua “R”

karena versi tersebut berasal dari kata “Batur” & “Raden” menjadi “Baturraden”.

Versi Syekh Maulana Maghribi

Syekh Maulana Maghribi adalah seorang ulama. Dia seorang Pangeran dari Turki.

Suatu hari setelah Subuh, dia melihat cahay misterius bersinar disebelah Tenggara.

Dia ingin mengetahui darimana cahaya misterius itu datang & apa artinya.
Dia memutuskan untuk mencari tahu. Dan dia ditemani oleh sahabatnya, Haji Datuk. & pekerjanya.

Mereka berlayar menuju kearah datangnya cahaya misterius tersebut.

Kemudian setelah Syekh Maulana Maghribi sampai di Pantai Gresik,

cahaya misterius tersebut tampak disebelah Barat, & akhirnya mereka sampai di pantai Pemalang

Jawa Tangah.

Ditempat ini Dia meminta para pekerjanya untuk pulang.

Sementara itu dia ditemani oleh Haji Datuk untuk melanjutkan perjalanannya

dengan jalan kaki menuju kearah Selatan sambil menyebarkan agama Islam.

Kemudian Syekh Maulana Maghribi tinggal di Banjar Cahayana.

Ditempat itu Dia terkena penyakit gatal yang serius dan susah disembuhkan.

Sesudah sholat Tahajud.dia mendapat Ilham bahwa dia harus pergi ke Gunung Gora.

Sesudah sampai di lereng Gunung Gora Dia meminta Haji Datuk untuk meninggalkannya& menunggu

ditempat yang mengepulkan asap.

Ternyata disitu ada sumber air panas & Syekh Maulana Maghribi menyebutnya

” Pancuran Pitu” yang artinya sebuah sumber air panas yang mempunyai tujuh mata air.

Setiap hari Syekh Maulana Maghribi mandi secara teratur di tempat itu,

dengan begitu dia sembuh dari penyakit gatalnya.

Orang sekitar menyebut Syekh Maulana Maghribi sebagai “Mbah Atas Angin”

karena Dia datang dari sebuah negeri yang jauh.

Dan Syekh Maulana Maghribi dinamakan Haji Datuk Rusuhudi ( Dalam bahasa Jawa berarti Batur yang

Adil atau Pembantu Setia).

Tempatnya terkenal dengan satu “R” dan bernama “Baturaden”.

Karena Syekh Maulana Maghribi sembuh dari penyakit gatal & aman dilereng gunung Gora.

Selanjutnya Dia mengganti nama Gunung Gora itu menjadi Gunung Slamet.

Slamet dalam bahasa Jawa berarti aman.

Tempat dimana Syekh Maulana Maghribi sembuh dianggap sebagai tempat keramat oleh orang

sekitar.

Banyak orang dari Purbalingga, Banjarnegara, & Pekalongan mengunjungi tempat tersebut pada

Selasa Kliwon & Jum’at Kliwon.

Anda mungkin juga menyukai