Anda di halaman 1dari 15

Kasus :

1. Membangkitkan sinyal sinusoida dengan amplitudo Amp = 1, frekuensi f = 5Hz dan fase
awal θ = 0.
2. Membangkitkan sinyal sinusoida dengan amplitudo Amp = 1, frekuensi f = 5Hz, f = 10 Hz ,
f = 15 Hz , f = 20 Hz dan fase awal θ = 0
3. Membangkitkan sinyal sinusoida dengan amplitudo Amp = 2,4,6,...20, frekuensi f = 5 Hz ,
fase awal θ = 0
4. Membangkitkan sinyal sinusoida dengan amplitudo Amp = 2, frekuensi f = 5 Hz , dan
variasi fase awal .

Metode / Flowchart

3. Script

1.

% Pembangkitan sinyal sinusoidal


Fs=100;
t=(1:100)/Fs;
s1=sin(2*pi*t*5);
plot(t,s1)

2.
% Pembangkitan sinyal dengan variasi frekuensi
Fs=100;
t=(1:100)/Fs;
s11=sin(2*pi*t*5); % frekuensi f = 5 Hz
subplot ( 2,2,1 )
plot(t,s11,'--m')
title ( ' frekuensi 5 hz ' )
xlabel ( ' Time' ), ylabel ( ' Amplitudo ' )

s12=sin(2*pi*t*10); % frekuensi f = 10 Hz
subplot(2,2,2)
plot (t,s12,'--m' )
title ( ' frekuensi 10 hz ' )
xlabel ( ' Time' ), ylabel ( ' Amplitudo ' )

s13=sin(2*pi*t*15); % frekuensi f = 15 Hz
subplot ( 2,2,3)
plot ( t,s13,'--m')
title ( ' frekuensi 15 hz ' )
xlabel ( ' Time' ), ylabel ( ' Amplitudo ' )

s14=sin(2*pi*t*20); % frekuensi f = 20 Hz
subplot ( 2,2,4 )
plot(t,s14,'--m')
title ( ' frekuensi 20 hz ' )
xlabel ( ' Time' ), ylabel ( ' Amplitudo ' )
3.
% Pembangkitan sinyal dengan variasi amplitudo

Fs=100;
t=(1:100)/Fs
n = 0
for i =2:2:20
m = i/2
x(m)=n+1
n=x(m)
for it =1:100
s1(m,it)=i*sin(2*pi*t(it)*5)% amplitudo = i
end
end
l = m/2
for n = 1:m
subplot(l,2,n)
plot (t,s1(n,:))
end

4.
% pembangkit sinyal dengan variasi fase awal
Fs=100;
t=(1:100)/Fs;
s1=sin(2*pi*t*5);
% fase awal = pi /2
s31 = sin(2*pi*t*5+pi/2)
subplot ( 3,2,1 )
plot(t,s1,'-b',t,s31,'--m')
title ( ' fase awal = pi/2 ')
xlabel ( ' time ' ),ylabel ( 'amplitudo')
% fase awal = pi/4
s32 = sin(2*pi*t*5+pi/4)
subplot ( 3,2,2 )
plot(t,s1,'-b',t,s32,'--m')
title ( ' fase awal = pi/4 ')
xlabel ( ' time ' ),ylabel ( 'amplitudo')
% fase awal = 2*pi/3
s33 = sin(2*pi*t*5+(2*pi/3))
subplot ( 3,2,3 )
plot(t,s1,'-b',t,s33,'--m')
title ( ' fase awal = 2*pi/3 ')
xlabel ( ' time ' ),ylabel ( 'amplitudo')
% fase awal= pi
s34 = sin(2*pi*t*5+pi)
subplot ( 3,2,4 )
plot(t,s1,'-b',t,s34,'--m')
title ( ' fase awal = pi')
xlabel ( ' time ' ),ylabel ( 'amplitudo')
% fase awal = 5*pi/4
s35 = sin(2*pi*t*5+(5*pi/2))
subplot ( 3,2,5 )
plot(t,s1,'-b',t,s35,'--m')
title ( ' fase awal = 5*pi/2')
xlabel ( ' time ' ),ylabel ( 'amplitudo')

Hasil dan Pembahasan

a. Grafik
a. 1 Grafik Pembangkitan sinyal sinusoida
a. 2 Grafik Pembangkitan sinyal dengan variasi frekuensi
a.3 Grafik Pembangkitan sinyal dengan variasi amplitudo
a. 4 Grafik pembangkitan sinyal dengan variasi fase awal
b. Pembahasan

- Pembangkitan sinyal sinusoida


Sinyal yang terbangkit adalah sebuah sinus dengan amplitudo = 1, frekuensi f = 5 Hz, dan fase
awal = 0, yang telah ditentukan sebelumnya. s1 adalah sebuah sinyal awal dengan s1=
sin(2*pi*t*5) yang selanjutnya akan menjadi pembanding terhadap pembangkitan sinyal – sinyal
lain dengan beberapa variasi parameter serta memenuhi persamaan
x(t) = A sin (ωt + θ)

- Pembangkitan sinyal dengan variasi frekuensi

Grafik a.2 pembangkitan sinyal dengan variasi frekuensi, frekuensi yang digunakan adalah 5 Hz,
10 Hz, 15 Hz, 20 Hz dengan fase awal = 0, dan amplitudo = 1. Berdasarkan grafik yang
terbentuk dapat dilihat bahwa seiring bertambahnya nilai frekuensi maka akan diikuti penurunan
jarak antar simpul gelombang ( panjang 1 gelombang ). Secara sederhana, satu gelombang
ditandai dengan adanya satu puncak dan satu lembah. Dimana, semakin dekat jarak antara
puncak dan lembah,atau antara simpul dengan simpul maka jaraknya semakin pendek. Dengan
kata lain, semakin besar frekuensi maka waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu
gelombang akan semakin kecil.

Jika kita bandingkan grafik yang terbentuk antar masing – masing frekuensi (5 Hz, 10 Hz, 15 Hz,
20 Hz ) dengan time step yang sama terlihat suatu pola di mana ketika frekuensi yang digunakan
adalah 5 Hz maka akan terbentuk 5 gelombang, jika digunakan f = 10 Hz maka akan terbentuk
10 gelombang demikian seterusnya hingga f = 20 Hz.

- Pembangkitan sinyal dengan variasi Amplitudo

Pembangkitan sinyal dengan variasi amplitudo ( grafik a. 3), variasi amplitudo yang digunakan
secara berurutan adalah 2,4,6,...20. Pembangkitan sinyal dengan amplitudo yang bervariasi ini
dilakukan untuk melihat pengaruh amplitudo terhadap parameter – parameter yang berkaitan
dalam pembentukan sinyal. Amplitudo merupakan jarak terjauh simpangan dari titik
kesetimbangan.

Berdasarkan grafik a.3 dapat dilihat bahwa perubahan nilai amplitudo tidak berpengaruh
terhadap panjang gelombang dan banyaknya gelombang yang terbentuk untuk waktu yang sama
di setiap variasinya.
- Pembangkitan sinyal variasi fase awal
Fase awal adalah

Grafik a. 4 adalah grafik pembangkitan sinyal dengan variasi fase awal. Sinyal yang terbangkit
adalah sebuah sinus dengan amplitudo = 1, frekuensi f = 5 Hz dan variasi fase awal secara
berurutan 90˚,45˚, 120˚, 180˚, dan 225˚. s1 adalah sinyal awal dan s31 adalah sinyal sinus dengan
fase awal pi/2. Dari grafik yang terbentuk dapat diamati bahwa perubahan fase awal
menyebabkan pergeseran posisi puncak ( dan lembah ) gelombang pada sumbu x terhadap sinyal
awal. Untuk itu, kita tinjau pengertian dari fase awal itu sendiri. Fase awal adalah titik awal suatu
gelombang terbentuk. Jika titik awal suatu gelombang berbeda maka kedudukan puncak
gelombang yang berbeda fasenya pun akan berbeda.

Anda mungkin juga menyukai