Anda di halaman 1dari 14

TUGAS AKHIR MATA KULIAH

PERENCANAAN WILAYAH
PERENCANAAN WILAYAH DI PANTAI GLAGAH
KULONPROGO

OLEH
GREMY AGASTYA PRATAMA
07/257574/PN/11260

JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2010
PERENCANAAN WILAYAH DI PANTAI GLAGAH
KULONPROGO
BAB I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam penjelasan Undang-Undang No.26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
disebutkan Ruang Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia baik sebagai kesatuan
wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam
bumi, mapun sebagai sumber daya merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada
bangsa Indonesia.yang perlu kita syukuri, dilindungi dan dikelola secara berkelanjutan
untuk sebesar besarnya demi kemakmuran rakyat, sesuai dengan amanat yang
terkandung dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara republik Indonesia
tahun 1945.
Lingkungan hidup merupakan suatu kesatuan komponen, yang merupakan ruang
bagi segala bentuk dan aspek kehidupan mahkluk hidup beserta seluruh pendukungnya.
Pada dasarnya, dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, disebutkan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua bendqa, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perkehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya.
Manusia sebagai bagian dari kesatuan sistem lingkungan hidup, merupakan bagian
yang sangat berpengaruh terhadap bagaimana kelangsungan dari lingkungan hidup itu
sendiri. Karena pada dasarnya yang dapat melakukan pengelolaan lingkungan hidup
berdasarkan prinsip-prinsip perlindungan lingkungan hidup yang berkelanjutan adalah
hanya manusia. Hal ini diperkuat degan kemampuan luar biasa manusia untuk dapat
beradaptasi dengan segala kondisi lingkungan hidup dimana ia menetap, di tengah-
tengah makhluk hidup, tumbuhan, dan unsur-unsur alam yang lainnya.
Mengingat hal ini, sudah seharusnya manusia sebagai instrumen utama dalam
pengelolaan lingkungan hidup melakukan usaha dengan segala daya untuk menciptakan
lingkungan hidup yang sehat, serta lebih baik dan lebih terjaga kelangsungan hidupnya.
Hal ini berlaku bagi seluruh unsur masyarakat dari mulai individu sampai ke tingkat
penegak hukum beserta pemerintah (negara).
Pengelolaan lingkungan hidup itu sendiri tidak dapat dilepaskan dari permasalahan
lingkungan. Masalah lingkungan bagi dan disebabkan oleh manusia dapat diindikasikan
dari segi menurunnya kualitas lingkungan hidup, yang menyangkut aspek kesehatan,
kesejahteraan, dan ketenteraman manusia. Menurunnya nilai lingkungan hidup,
utamanya disebabkan karena pemanfaatan secara kurang bertanggungjawab.
Permasalahan lingkungan hidup pada dasarnya timbul karena:
 Dinamika pertumbuhan penduduk yang cepat, persebaran jumlah penduduk yang
tidak proporsional, serta ketidak seimbangan struktur penduduk.
 Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya hayati yang kurang bijaksana, tanpa
memperhatikan kelangsungan dari sumber daya hayati itu sendiri.
 Kurang terkendalinya pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknlogi dalam
pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan serta sumber daya hayati.
 Kemajuan dan kebutuhan sektor ekonomi yang sangat besar akan sumber daya
hayati, yang menyebabkan kerusakan lingkungan demi kepentingan ekonomi
semata.
 Benturan penataan ruang wilayah.
Dalam suatu Negara yang cenderung memfokuskan dirinya pada program
pembangunan ke era industrialisasi, masalah lingkungan hidup merupakan masalah
yang esensial dan perlu mendapatkan perhatian khusus. Hal tersebut lebih disebabkan
akan timbulnya berbagai kepentingan antara kaum industriawan dengan pemerintah
sebagai pengambil kebijaksanaan dan warga masyarakat sekitarnya terhadap
industrialisasi dan dampak industrialisasi. Fenomena yang terjadi sekarang adalah
adanya isu banyaknya masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan hidup, baik
terhadap kerusakan maupun pencemaran terutama yang diakibatkan oleh perbuatan
manusia itu sendiri ataupun kelompok masyarakat di samping karena adanya sebuah
bencana alam yang menambah kerusakan lingkungan hidup.
Masyarakat yang berada di sekitar kawasan industri tentunya juga mengharapkan
dan menghendaki terhadap ekologi dimana dia berpijak tetap tidak berubah dan tidak
tercemar. Disisi lain para pengusaha sering berbuat ceroboh karena lebih
mengutamakan sebuah bisnis tanpa mempedulikan lingkungan hidup, sehingga terjadi
kerusakan dan pencemaran akibat dampak proses industri tidak dapat dihindari.
Program pemerintah mengenai lingkungan hidup telah diamanatkan Undang-Undang
Nomor 23 tahun 1997 tentang lingkungan hidup, yang menentukan bahwa pengelolaan
lingkungan hidup adalah pembangunan berkelanjutan, dimaksudkan bukan dilakukan
oleh pemerintah pusat tetapi juga dilaksanakan oleh pemerintah daerah Indonesia yang
berkesinambungan tanpa mengurangi hak pemenuhan dimasa mendatang. Batasan ini
menunjuk kepada konsep pembangunan bekelanjutan dari World Commision on
Environment and Development, yakni pembangunan yang memenuhi kebutuhan
generasi muda tanpa mengorbankan hak pemenuhan generasi masa mendatang.
Dalam sebuah Negara hukum banyak campur tangan pemerintah ke dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari, baik dibidang politik, ekonomi, sosial maupun
terhadap lingkungan hidup. Dalam upaya mengatasi masalah lingkungan hidup ini
Pemerintah Bali sebagai contoh, telah mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 4 tahun
2005 tentang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup. Dalam
pasal 25 Peraturan Daerah ini menetapkan: melarang setiap perbengkelan, pabrik atau
jenis lainya untuk membuang limbah sampah dan kotoran lainnya ke sungai, lepas
pantai atau saluran air lainnya. Akan tetapi masih saja ada sejumlah masyarakat atau
para pengusaha yang membuang limbah hasil produksi usahanya secara
sembarangan.Pembangunan yang selama ini dilaksanakan, disadari bahwa di satu sisi
telah banyak memberikan manfaat kepada masyarakat, namun di sisi lain juga
menimbulkan berbagai dampak terhadap lingkungan (baik alam, sosial kemasyarakatan,
ekonomi, dan budaya). Kesadaran ini menumbuhkan adanya tuntutan atas penerapan
perspektif pembangunan jangka panjang bagi terwujudnya pembangunan berkelanjutan,
dimana dalam hal ini salah satunya menyangkut prinsip-prinsip pembangunan yang
memperhatikan aspek lingkungan.
Kondisi yang sama terjadi pada pembangunan di daerah Kulonprogo baik sektor
pertanian dan utamanya pariwisata, dimana pada perkembangan mutakhir menuntut
adanya upaya pembangunan yang didukung perencanaan secara mendalam terkait
dengan dampak lingkungan. Perencanaan yang mendalam dengan mempertimbangkan
aspek alam, budaya, dan kearifan-kearifan lokal akan mengurangi permasalahan
ditingkat masyarakat dan lingkungan.
Berbagai contoh ekstrim bisa dilihat pada pengembangan resort di daerah yang
rentan seperti kawasan pesisir pantai telah menimbulkan masalah baru bagi lingkungan,
demikian pula dengan pembangunan lapangan golf yang membawa dampak pada
kelangkaan sumber daya air, daerah resapan air dan timbulnya erosi serta tanah longsor.
Demikian pula pengembangan kawasan sumber daya air seperti waduk, danau, rawa
sebagai objek dan daya tarik wisata yang pada akhirnya menimbulkan dampak pada
lingkungan alam, social dan budaya di sekitarnya.
Kondisi di atas pada akhirnya disadari sebagai dampak buruk yang perlu untuk
segera dicegah, salah satunya melalui upaya perencanaan yang mengacu pada prinsip-
prinsip keberlanjutan. Dalam konteks ini, upaya untuk memproyeksikan dampak yang
mungkin terjadi menjadi tahapan yang sangat penting. Ditingkat internasional,
pencarian panjang oleh para pakar perencanaan mengenai metode yang mampu
memberikan masukan bagi pemroyeksian dampak dalam pembangunan tersebut, telah
menghasilkan apa yang disebut dengan Sosial Impact Assesment (SIA) yang di
Indonesia dikenal sebagai AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), dimana
lingkungan dalam hal ini telah mencakup alam, sosial, ekonomi, dan budaya.
Semangat yang mendasari metode ini adalah untuk memberikan umpan balik
mengenai implementasi proyek-proyek pembangunan yang diakomodasikan melalui
project evaluation studies untuk melihat dampak-dampak yang terjadi pada proyek yang
bersangkutan, sehingga dapat disusun strategi untuk mengantisipasi dampak-dampak
tersebut di masa mendatang.
2. Tujuan
Tujuan dari diadakannya tugas ini adalah:
1. Mahasiswa mampu memberikan gambaran tentang perencanaan wilayah yang
baik dan benar dengan memperhatikan berbagai aspek, yaitu aspek sosial,
ekonomi dan budaya.
2. Mahasiswa mampu menuangkan idenya dalam membuat perencanaan wilayah
sehingga dapat menambah ilmu tentang perencanaan wilayah yang baik dan
benar.
3. Manfaat/Kegunaan
Manfaat yang dapat diperoleh dari tugas ini adalah:
a. Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang sangat mempengaruhi
perencanaan wilayah, baik dari sisi sosial, ekonomi maupun budaya, sehingga
harapannya perencanaan wilayah dapat berjalan berkelanjutan.
b. Mahasiswa mendapatkan tambahan pengetahuan tentang dampak-dampak baik
positif maupun negatif terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar dari
pembangunan, sehingga dalam di masa mendatang dapat diperoleh perencanaan
yang meminimalkan dampak negatif dan memperhatikan kearifan-kearifan lokal
(local wisdom).
c. Mahasiswa dapat mempraktekkan teori yang diperoleh di kuliah untuk melatih
kemampuan dalam melakukan perencanaan wilayah dan belajar di lapangan.
BAB 2. KONDISI DAERAH PENGAMATAN

 KAWASAN PANTAI GLAGAH

2.1 Geografi dan Iklim


Pantai Glagah merupakan pantai yang menjadi andalan daya tarik wisata di
Kabupaten Kulonprogo, berada di selatan Kota Wates dan terletak sekitar 40 km barat
daya Yogyakarta. Pantai ini berada di wilayah Kecamatan Temon yang mempunyai luas
36,29 km2. Seperti pantai selatan pada umumnya, ombak di pantai Glagah cukup besar
sehingga tidak bisa digunakan untuk olahraga pantai seperti renang, ataupun selancar.
Abrasi karena gelombang cukup besar sehingga pemerintah daerah sedang memasang
pemecah gelombang untuk mengurangi abrasi tersebut. Iklim yang ada merupakan iklim
tropis dengan angin laut yang cukup kencang. Curah hujan cukup tinggi sehingga
kawasan sekitarnya dapat dimanfaatkan untuk pertanian.

2.2 Kondisi Bentang Lahan


Pantai Glagah membentang dari timur ke barat kurang lebih 2 km berupa hamparan
pasir pantai yang dihiasi laguna yang terbentuk oleh perpindahan aliran sungai Serang.
Sungai Serang yang mengalir menuju ke laut selatan bermuara di pantai ini.
Dipantai ini juga terdapat tanaman pantai seperti pandan, kelapa, dan beberapa jenis
tanaman bunga. Di sisi utara dari pantai merupakan daerah rawa belakang yang
berfungsi sebagai daerah resapan dan tampungan air tanah. Daerah rawa belakang ini
sangat baik untuk pertanian.
2.3 Fungsi/Pemanfaatan Kawasan
Pantai Glagah merupakan muara dari Sungai Serang, di mana di sekitar muara
tumbuh pohon-pohon kelapa yang meneduhkan. Di kedua sisi muara sedang dibangun
dermaga. Tempat ini cocok untuk perkemahan atau sekedar bersantai. Pemerintah
daerah setempat telah membangun kawasan pantai ini dengan berbagai fasilitas seperti
taman rekreasi, kolam pemancingan dan bumi perkemahan.
Pantai Glagah berjarak sekitar 1,5 kilometer dari pantai Congot, Kabupaten Kulon
Progo, yang keduanya telah dihubungkan dengan jalan beraspal. Obyek wisata pantai
Glagah mempunyai daya tarik yaitu ombaknya yang besar, garis pantai yang panjang,
kesejukan udara dan airnya yang bersih. Keunggulan obyek wisata ini adalah
keberadaan sungai Serang yang bermuara di pantai Glagah yang dapat dipakai untuk
wisata tirta. Pengunjung yang sudah memanfaatkan sungai Serang untuk kegiatan
wisata tirta yang sebagian besar adalah wisatawan nusantara, terutama mahasiswa
pecinta alam di Yogyakarta.
Selain wisata tirta, kegiatan wisata minat khusus yang dilakukan adalah olah raga
yang berbentuk event seperti voli pantai dan motocross. Pantai Glagah juga mempunyai
daya tarik untuk wisata budaya, yaitu upacara adat Merti desa. Upacara ini bertujuan
untuk keselamatan penduduk desa Glagah. Kegiatan yang dilakukan adalah pertunjukan
kesenian daerah seperti wayang dan jatilan. Selain upacara Merti Desa, pantai Glagah
juga dipergunakan untuk upacara Labuhan dari Trah Mangkunegaran.

2.4 Kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat setempat


Masyarakat yang tinggal di sekitar pantai Glagah pada umumnya bermata
pencaharian sebagai petani dan juga nelayan. Namun banyak juga yang melakukan
keduanya, yaitu disamping menjadi nelayan, juga menjadi petani. Hal ini dapat
dimaklumi, karena cara menangkap ikan di laut yang mereka lakukan masih
menggunakan teknologi tradisioanal yang tergantung pada angina dan cuaca. Jika cuaca
buruk, mereka tidak dapat melaut, sehingga untuk mencukupi kebutuhan hidupnya
mereka juga bercocok tanam. Tanaman yang ditanam terutama adalah palawija, tetapi
pada beberapa lokasi juga ditanami jeruk dan tanaman buah seperti melon, semangka
dan yang terbaru adalah budidaya buah naga.
Pemerintah Daerah telah membangun tempat pelelangan ikan di pantai ini. TPI ini
menjadi ajang sosial kemasyarakatan antar nelayan, dan nelayan dengan pembeli. Para
nelayan juga telah mendirikan paguyuban untuk menyuarakan aspirasi mereka.
Di pantai Glagah telah berdiri beberapa penginapan dan rumah makan untuk
wisatawan, namun harus diakui bahwa pariwisata di pantai Glagah belum mampu
mengangkat taraf perekonomian masyarakat sekitarnya.
BAB 3. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Tinjauan Ekosistem Kawasan


Ekosistem di pantai Glagah merupakan campuran antara ekosistem laut dan darat.
Jenis tumbuhan yang ada adalah pandan, kelapa, tanaman semak, dan rerumputan.
Glagah juga merupakan tempat nelayan memasarkan ikannya di Tempat Pelelangan
Ikan (TPI) yang tersedia di sana.
3.2 Tinjauan Bentang Lahan
Pantai Glagah membentang dari timur ke barat kurang lebih 1 km berupa hamparan
pasir pantai yang dihiasi laguna yang terbentuk oleh perpindahan aliran sungai Serang.
Sungai Serang yang mengalir menuju ke laut selatan bermuara di pantai ini.
Di sisi utara dari pantai merupakan daerah rawa belakang yang berfungsi sebagai
daerah resapan dan tampungan air tanah. Daerah rawa belakang ini sangat baik untuk
pertanian seperti buah-buahan dan palawija. Di kawasan ini juga telah dikembangkan
budidaya tanaman buah naga (buah merah) yang sari buahnya berkhasiat untuk
menyembuhkan beberapa jenis penyakit. Harga buahnya cukup mahal, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan taraf perekonomian petani yang menanamnya.
3.3 Tinjauan Fungsi Kawasan
Berdasarkan Teori Miossec, kawasan wisata pantai Glagah masih berada pada level
1 dan 2; dimana pada level 1 sudah muncul resort atau fasilitas tertentu sebagai perintis
dan pada level 2 mulai tumbuh/berkembang resort-resort lain sebagai multiplikasi dari
resort perintis karena keberhasilannya.
Jaringan transportasi di kawasan pantai Glagah berada pada fase 2, yang ditandai
dengan adanya akses jaringan transportasi menuju kawasan yang mulai dibuka. Perilaku
wisatawan menempati fase antara 1 dan 2; dimana informasi mengenai kawasan belum
banyak dan belum terdiseminasi secara efektif, akan tetapi sebenarnya kawasan mulai
dikenal meski dalam skala tertentu yang tidak luas (DIY dan sebagian Jawa Tengah
saja).
3.4 Tinjauan Terhadap Kemungkinan Pengembangan Kawasan
Pantai Glagah sebenarnya tidak berbeda jauh karakteristiknya dengan pantai
Parangtritis, tetapi dari jumlah pengunjung masih kalah. Untuk mengembangkan pantai
Glagah, harus dicari keunikan yang nantinya dapat menjadi daya tarik tersendiri, di
samping daya darik pantainya seperti ombak, nelayan, pasir.
Ada beberapa keunikan yang dapat diangkat untuk menarik wisatawan seperti
muara sungai Serang untuk wisata air seperti naik perahu, menangkap ikan, olahraga
dan ditepinya cocok untuk perkemahan atau sekedar bersantai.
Keberadaan Tempat Pelelangan Ikan dapat lebih dioptimalkan dengan mendukung
para nelayan dalam teknologi penangkapan ikan sehingga ikan yang dilelang bisa
bertambah banyak.
Laguna yang terbentuk akibat pergeseran aliran sungai Serang dapat menjadi daya
tarik yang harus dipromosikan untuk meningkatkan jumlah pengunjung. Di samping itu,
perlu adanya paket wisata dengan objek wisata lain yang berdekatan.
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. KESIMPULAN
Berdasarkan berbagai tinjauan (kondisi eksisting dan teori) serta analisis tersebut di
atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
● Ekosistem. Ekosistem di pantai Glagah merupakan campuran antara ekosistem laut
dan darat. Pertemuan dengan sungai Serang memunculkan laguna yang menjadi
tempat kehidupan ikan tertentu. Jenis tumbuhan yang ada adalah pandan, kelapa,
tanaman semak, dan rerumputan. Di kawasan ini juga telah dikembangkan budidaya
buah naga yang dapat memberikan nilai ekonomi tinggi bagi petani.
● Bentang Lahan. Di Pantai Glagah membentang pasir sepanjang kurang lebih 2 km,
dan di hiasi dengan laguna yang terbentuk oleh sungai Serang.
● Fungsi Kawasan. Pantai Glagah merupakan objek tujuan wisata bahari yang
menggabungkan antara keindahan alam dengan aktifitas penangkapan dan
pelelangan ikan. Di kawasan rawa belakang telah dikembangkan dan cocok sebagai
lahan budidaya buah naga yang cukup mahal harganya, sehingga diharapkan para
petani yang menanamnya dapat lebih meningkat taraf hidupnya.
4.2. S A R A N
4.2.2. KAWASAN PANTAI GLAGAH
 Untuk menunjang fungsinya sebagai objek wisata, penambahan infrastruktur
yang menunjang kenyamanan pengunjung mutlak diperlukan. Disamping itu,
TPI yang ada bisa dioptimalkan dengan membuat restoran-restoran yang
menyediakan menu ikan segar.
 Perlunya promosi melaui media yang cakupannya luas agar objek ini lebih
dikenal. Penyelenggaraan kegiatan rutin seperti festival perahu, kejuaraan volley
pantai, motokross, festival layang-layang perlu dilakukan (kalau
memungkinkan bisa bertaraf nasional atau internasional) sehingga dapat
menarik minat pengunjung untuk datang.
 Di kawasan rawa belakang, budidaya tanaman buah naga perlu ditingkatkan
kualitas dan kuantitasnya dengan memberi penyuluhan dan bantuan bibit kepada
petani setempat.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Pantai glagah. <www.kulonprogo.go.id>. Diakses pada tanggal 10 Juni


2010.

Anonim. 2010. Badan Pariwisata Propinsi DI. Yogyakarta. <www.jogjakarta.go.id>.


Diakses 10 Juni 2010.

John, J. 1995. Pigram, Resource Constraints on Tourism: Water Resources and


Suistainability, dalam ”Change in Tourism: Place, People, Processes”, Richard
Butler & Douglas Pearce.

Master Plan Obyek Wisata Kawasan Waduk Sermo, Kokap, 1998-2007; Laporan Akhir;
Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Kulon Progo, 1997/1998.

Tourism Planning, An Integrated and Suistanable Development Approach, Edward


Inskeep, Van Nostrand Reinhold, 1991.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Teori Perkembangan Kawasan Wisata: Model Miossec (1976)


Fase Kondisi Jaringan Perilaku Sikap para
Kawasan Transportasi Wisatawan pengambil
keputusan dan
masyarakat
setempat
0 Kawasan hanya Kawasan hanya Wisatawan belum Pemerintah dan
terlewati saja, merupakan area tertarik mengunjungi masyarakat masih
sama sekali transit dan kawasan tersebut dan bersikap menolak
belum tersentuh terisolasi dari jalur belum memiliki dan belum memiliki
pembangunan transportasi yang informasi yang jelas visi yang jelas
ada tentang kawasan tentang kawasan
1 Mulai ada Jalur transportasi Wisatawan mulai Pemerintah dan
pembangunan baru mulai dibuka memiliki persepsi masyarakat mulai
resort/fasilitas global/ mengenal melakukan
tertentu sebagai kawasan secara garis pengamatan/observa
perintis besar si
2 Mulai Terjadi Terjadi peningkatan Pemerintah mulai
tumbuh/berkemb peningkatan dalam persepsi menetapkan
ang resort-resort jaringan wisatawan mengenai kebijakan tentang
lain sebagai transportasi sebagai kawasan dan tentang pembangunan
multiplikasi dari penghubung antar jalur perjalanan infrastruktur untuk
resort perintis resort wisata melayani resort-
karena resort yang ada
keberhasilannya dalam kawasan
3 Resort-resort Rute dan jalur Mulai terjadi Mulai terjadi
yang ada mulai perjalanan wisata kompetisi dan ”demonstration
terorganisir, dan mulai tersusun segregasi/pemisahan effects” akibat
masing-masing runtutan/rangkaian spasial pariwisata pada
telah memiliki nya kawasan utama dan
hirarki serta kawasan tersegregasi
spesialisasi yang
jelas
4 Spesialisasi dan Jaringan Ruang-ruang mulai Pemerintah dan
hirarki yang transportasi dan terbentuk sendiri- masyarakat setempat
dimiliki resort- tingkat sendiri, mulai telah menerima
resort mulai jelas keterhubungan terbentuk dan pariwisata secara
dan tersebar pada dalam wilayah berkembang jenis- total; mulai
semua resort mencapai titik jenis wisata dilakukan rencana
yang ada maksimal tertentu/khusus, pengembangan yang
mulai terjadi dijalankan dengan
kejenuhan kegiatan memperhatikan
pariwisata perlindungan
terhadap kondisi
lingkungan
Lampiran 2. Peta Objek Amatan

PANTAI
GLAGAH

Anda mungkin juga menyukai