Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS PERENCANAAN BEBAN PENDINGIN

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA


BANGUNAN PLATFORM

Bagus Adeyoso, Muntoro Mustadjab, Ajat Sudrajat


Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Nasional, Jl Sawo Manila no. 61 Jakarta Selatan 12520

ABSTRAK
Bagus Adeyoso.” Analisis Perencanaan Beban Pendingin Sistem Pengkondisian Udara Pada Bangunan
Platform” Tugas Akhir Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Teknik Fisika Fakultas Teknik dan Sains
Universitas Nasional, Jakarta 2006.

Analisis perencanaan beban pendinginan sistem pengkondisian udara pada bangunan platform ini dilakukan
untuk mengetahui beban panas total (GTH) dari bangunan yang direncanakan, sehingga dapat diperkirakan
kapasitas yang diperlukan pada peralatan pengkondisian udara untuk mempertahankan kondisi udara didalam
ruangan tersebut.
Analisis perolehan beban pendinginan ini dilakukan setiap perubahan waktu pada saat mesin beroperasi,
yaitu untuk 9 jam kerja mulai dari jam 900 sampai dengan jam 1800, dan beban puncak (peak load) untuk
pendinginan ini terjadi pada jam 1500. Karena temperatur udara luar setiap jamnya tidak sama dalam satu hari
penuh, maka dalam perhitungan diperlukan faktor koreksi, dalam hal ini menggunakan metode ETD (Equivalent
Temperatur Difference).
Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa beban panas total (GTH) pada temperatur ruang 75 0F dan
RH 60 %, yaitu sebesar 79.267,4 Btu/hr untuk ketiga ruangan, yaitu; ruang instrument 47.290,18 Btu/hr, ruang
airlock 3303,24 Btu/hr, dan ruang cabin 28.673,82 Btu/hr, sehingga untuk distribusi udara ke tiga ruangan yang
dikondisikan ini digunakan 1 unit pengolahan udara (AHU dengan kapasitas beban 6,6 TR dan kapasitas udara
2.499,28 cfm), mengingat ke tiga ruangan ini berada di 1 lantai.
Sedangkan dari hasil analisis psikometrik didapatkan; Temperatur titik embun apparatus (Tadp) yang
didapat 58 0F dengan jumlah udara suplai (cfmsa tot) 2.499,28 cfm, yaitu; untuk ruang instrument 1.818,17 cfm,
sedangkan ruang air lock 74,44 cfm, dan untuk ruang cabin 606,67 cfm. Untuk jumlah udara balik (cfmra tot) sebesar
1.856,48 cfm, antara lain; dari ruang instrument 1.544,49 cfm, dan dari ruang cabin 311,99 cfm, sedangkan
temperatur udara kembali yang melalui permukaan evaporator (Tedb) 75,75 0F dan temperatur yang meninggalkan
evaporator (Tldb) 59,77 0F.

ABSTRACT
Bagus Adeyoso.”Planning Refrigeration Load Analysis Air Condition System in Platform Building”. The
thesis for first degree graduate (S1), 2006 The Engineering and Physics Course, Faculty of Engineering and Sience,
National University , Jakarta.

The paper is on the heat lood calculation and cooling system design for section area of an oil reglocated
at northerm sulawesi, Indonesia with coordinates of 130 north latituted; the section of the oil regconsists of
instrumentation room with an airlock and 2cabin room wich the suspective corridor and entrances.
The heat load calculation is done on different time periode, the machine is operating for 9 working
hours, begin from 9 a.m, till 6 p.m, and peak load for this refrigeration happen at 3 p.m because of outdoor
temperature is different in changing all day long, so the calculations need correction factor, in this case use ETD
(Equivalent Temperature Difference) method.
Based on the calculation but cabin room shall be all the time, the total heat load in room with required
temperature 75 0F and RH 60 % is 79.267,4 Btu/hr for three room namely; instrument room is 47.290,18 Btu/hr,
airlock room is 3303,24 Btu/hr, and cabin room is 28.673,82 Btu/hr. The air distribution in this three uses 1 air
handling unit (AHU with load capacity of 6,6 TR and air flow capacity of 2.499,28 cfm), the three room is location at
the 1st floor.
1
Psikometric analysis give us; the apparatus dew point temperature (Tadp) is 58 0F with the sum of air
supply (cfmsa tot) 2.499,28 cfm, into instrument room 1.818,17 cfm, while in airlock room is 74,44 cfm and cabin
room is 606,67 cfm. Sum of air return (cfmra tot) is 1.856,48 cfm, which consist; of instrument room is 1.544,49 cfm,
and cabin room is 311,99 cfm, where as air temperature which is pass through evaporator surface (Tedb) is 75,75 0F
and temperature which is leaving evaporator (Tldb) is 59,77 0F.

Kata kunci : Merancang system pengkodean pendingin udara pada bangunan platform

2
1. P E N D A H U L U A N

1.1 Latar Belakang


Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis, mempunyai kondisi udara dengan temperatur
dan kelembaban yang cukup tinggi. Keadaan kondisi udara ini dirasakan kurang nyaman, sehingga
diperlukan suatu alat yang dapat mengubah kondisi udara dari temparatur dan kelembaban yang
tinggi menjadi kondisi udara yang bertemperatur dan kelembaban yang rendah, yaitu dengan
peralatan pengkondisian udara (Air Conditioning ).
Pada saat ini AC (Air Conditioning) sudah banyak dimanfaatkan untuk keperluan sehari–hari
dan sudah menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi, salah satunya adalah pada bangunan Platform,
karena selain untuk mendapatkan kondisi udara yang nyaman, juga dapat meningkatkan efisiensi dan
efektifitas para pegawai dalam bekerja.
Dalam pemasangan dan penggunaannya, sistem tata udara memerlukan biaya yang tidak
sedikit. Pemakaian tata udara yang tidak tepat dengan kebutuhannya akan mengakibatkan
pemborosan, baik itu energi maupun biaya yang cukup mahal.
Setiap bangunan atau ruangan selain mempunyai kondisi beban pendinginan puncak juga
mempunyai beban total pendinginan ruangan, yang biasanya berubah- ubah setiap jamnya.
Berdasarkan hal tersebut, suatu gedung atau ruangan yang akan dikondisikan dengan memasang
sistem tata udara maka perlu diketahui terlebih dahulu beban maksimum dan beban parsial yang ada
dan harus ditanggulangi dengan tepat agar dapat dipakai peralatan yang tepat untuk dipasang,
sehingga tidak terjadi pemborosan energi dan biaya, serta kemungkinan kurangnya kapasitas mesin
yang menyebabkan tidak tercapainya kondisi yang diinginkan.

1.2 Permasalahan
Indonesia adalah salah satu Negara yang beriklim tropis, oleh karena itu diperlukan adanya
AC (Air Conditioning ). Dari uraian diatas penulis mencoba menganalisa suatu perencanaan system
pengkondisian udara pada bangunan platform, sehingga nantinya dapat menghasilkan kondisi udara
yang nyaman kepada penghuni atau pengguna bangunan tersebut dan juga berpengaruh terhadap
efisiensi biaya pemasangan, biaya perawatan, dan menghemat penggunaan energi listrik.

1.3 Tujuan Analisis


Adapun tujuan dari analisis ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memperoleh gambaran secara jelas tentang perencanaan sistem pengkondisian udara untuk
bangunan Platform.
2. Melakukan perhitungan beban pendinginan (Cooling Load Estimate), sehigga dapat diperkirakan
besarnya kapasitas yang diperlukan pada peralatan pengkondisian udara di bangunan platform.
3. Melakukan analisis perhitungan ke dalam diagram psikometrik.

1.4 Metodologi Analisis


Untuk mencapai kondisi penulisan yang baik, maka dalam tugas akhir ini menggunakan
metode sebagai berikut :
1. Mengupayakan data–data dari beragam pernyataan dan kebijakan yang ada dalam literatur, yang
dipergunakan untuk mereferensi kajian–kajian dari penulisan tugas akhir ini.
2. Data perancangan yang di dapat kemudian dibandingkan dengan data–data yang ada di literatur,
sebagai dasar perencanaan dan perhitungan.
3. Melakukan pengolahan data lapangan.
4. Melakukan pembahasan dan analisis dalam bentuk penulisan.

3
II. LANDASAN TEORI

2.1 Gambaran Umum Bangunan Platform


Platform adalah suatu bangunan yang berada dilepas pantai, dimana bangunan platform ini
merupakan lingkungan buatan yang fungsinya sama dengan bangunan yang berada di daratan, hanya
saja pada bangunan platform, material yang digunakan berbeda dengan bangunan yang ada di daratan
pada umumnya. Bangunan platform umumnya di gunakan untuk pengolahan sumber daya kelautan,
khususnya di bidang pertambangan dan energi.
Dengan semakin berkembang dan semakin majunya kepentingan pengelolaan sumberdaya
kelautan disaat ini, maka dalam menunjang kelangsungannya, pada bangunan platform ini dilengkapi
dengan beberapa unsur yang terdapat didalamnya berupa bangunan perkantoran, penahan gelombang,
kade, masyarakat manusia sebagai pengelola dan para pekerjanya. Dalam penggunaannya bangunan
platform juga dilengkapi dengan beberapa fasilitas, antara lain: fasilitas tempat tinggal untuk para
pekerja, fasilitas air tawar, listrik, hiburan, tempat olah raga, cafetaria, dan juga fasilitas kesehatan.
Pada bangunan platform, temperatur dan kelembaban yang dimiliki sangatlah tinggi, dan
kandungan garam pada udara di laut sangat tinggi, mengingat letak bangunannya yang berada dilepas
pantai, dengan keadaan kondisi udara seperti ini, sangat dirasakan kurang nyaman dalam beraktifitas
maupun dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, sehingga perlu dilengkapi dengan alat pengkondisian
udara (Air Conditioning). Pada gambar dibawah ini dapat dilihat denah dari bangunan platform.

2.2 Air Conditioning


Air Conditioner Pengkondisian Udara adalah suatu alat untuk mengubah kondisi udara dari
temperatur dan kelembaban yang tinggi ke yang lebih rendah, sehingga nantinya dapat membuat
keadaan disekelilingnya menjadi lebih nyaman, yaitu dengan mengatur temperatur, kelembaban
udara, sirkulasi udara dan distribusi udara bersih secara simultan (bersamaan) didalam suatu
ruangan8. Hal-hal yang berhubungan dengan pengaturan tersebut adalah :
1. Suhu Udara (temperatur)
Dimana proses yang terjadi pada pengaturan suhu udara (temperatur) adalah sebagai berikut :
• Udara dingin mempercepat proses konveksi dan udara panas memperlambat proses konveksi.
• Udara dingin membuat suhu permukaan sekeliling menjadi lebih rendah, sehingga
menambah proses radiasi.
• Udara panas manaikan suhu sekeliling, sehingga mengurangi proses radiasi.
2. Gerakan Udara
Gerakan Udara adalah kemampuan untuk mengeluarkan atau memberikan panas ke
sekelilingnya, dan bila gerakan udara bertambah maka akan terjadi:
• Jumlah proses penguapan dari pembuangan panas di tubuh manusia bertambah, karena uap
air di sekitar tubuh di serap dengan cepat.
• Proses konveksi bertambah, karena lapisan udara di sekitar tubuh di serap lebih cepat.
• Proses radiasi mempunyai kecepatan yang cenderung naik, karena panas pada sekeliling
tubuh manusia di buang dengan kecepatan yang lebih cepat.

2.3 Prinsip Dasar Sistem Pendinginan Udara


Untuk lebih mudah memahami prinsip kerja dari sistem pendingin udara, perhatikanlah
gambar dibawah ini :
4
Refrigeran masih berbentuk cair dengan tekanan yang rendah. Pada saat memasuki
evaporator cairan akan menguap dengan cara mengambil kalor dari lingkungan (Qin).
Setelah melewati evaporator (keadaan 1) cairan refrigeran telah berubah fasa menjadi uap
refrigeran bertekanan rendah, dan suhu yang tinggi yang menuju kompresor untuk dikompresikan
agar tekanannya naik. Pada kompresor terdapat kerja yang masuk untuk mengkompresikan uap
refrigeran bertekanan rendah menjadi uap refrigeran bertekanan tinggi dengan suhu yang tinggi
juga (keadaan 2) kemudian di alirkan menuju kondensor.
Pada kondensor, panas refrigeran di buang agar suhunya turun (Qout) hingga mencapai titik
embun, dan uap refrigeran tersebut berubah fasa menjadi cairan refrigeran bertekanan tinggi.
Agar tekanan cairan rerigeran turun, maka cairan tersebut dialirkan lagi menuju katup
ekspansi hingga tercapai tekanan yang lebih rendah. Proses tersebut terjadi berulang selama
sistem tersebut dijalankan.

5
III. ANALISIS PERENCANAAN BEBAN PENDINGINAN
DAN PSIKOMETRIK

4.1 Analisis Perencanaan Beban Pendinginan


Dalam perencanaan sistem pengkondisian udara pada bangunan platform ini membutuhkan
perhitungan beban pendinginan yang cermat, ini berguna untuk memperkirakan besarnya kapasitas
yang diperlukan pada peralatan pengkondisian udara untuk mempertahankan kondisi udara di dalam
ruangan, sehingga nantinya dapat menghasilkan kondisi udara yang nyaman kepada penghuni atau
pengguna bangunan tersebut dan juga berpengaruh terhadap efisiensi pada biaya pemasangan, biaya
perawatan dan penggunaan energi listrik.
Selanjutnya dalam melakukan perhitungan beban pendinginan pada bangunan platform ini, ada
beberapa faktor yang mempengaruhi beban pendinginan, yaitu : orientasi bangunan; fungsi bangunan,
ruang yang dikondisikan dan letak geografis. Karakteristik bangunan; ukuran ruang dan bahan
bangunan yang digunakan. Kepadatan penghuni ruangan. Data rancangan kondisi udara; dalam dan
luar ruangan. Kondisi udara luar harus diketahui dengan baik dan diambil bulan serta waktu terpanas
yang memungkinkan terjadinya beban paling besar.
Dengan keadaan kondisi udara yang nyaman, akan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas
para pegawai dalam bekerja, sehingga produktivitas kerja akan meningkat. Selanjutnya
pengkondisian udara pada bangunan platform ini diperlukan untuk proses bahan, keawetan peralatan
atau barang yang ada di dalamnya.

4.1.2 Analisis Infiltrasi dan Ventilasi


Dalam penulisan tugas akhir ini ruang yang digunakan sebagai perencanaan beban pendingin
adalah :
1.Ruang Instrumentasi
2.Ruang Air Lock
3.Ruang Cabin
Dalam perencanaan ini setiap orang yang akan memasuki ruang instrumentasi terlebih dahulu
harus masuk ke dalam ruang air lock. Demikian juga, apabila orang akan masuk ke dalam ruang
cabin, maka orang tersebut harus melewati ruang air lock.
Air lock disini adalah sebagai ruang yang digunakan mencegah perembasan udara (infiltrasi)
didalam ruangan yang masuk langsung melalui pintu, hal ini dimaksudkan agar udara luar tidak
langsung masuk ke dalam ruangan sehingga nantinya tidak mempengaruhi udara didalam
ruangan yang dikondisikan, dalam hal ini infiltasi terjadi karena perbedaan tekanan udara luar
dengan udara didalam ruangan.
Untuk mengatasi beban akibat udara infiltrasi, maka pada tiap-tiap ruangan dalam bangunan
platform ini diatur tekanannya agar lebih tinggi dari tekanan udara luar, dengan demikian udara
luar tidak masuk ke dalam ruang yang dikondisikan, dan walaupun masuk jumlahnya sangat
kecil. Apabila tekanan udara luar lebih tinggi maka akan terjadi infiltrasi, sehingga beban berat
untuk refrigerasi karena kurangnya kapasitas dari mesin, yang kemudian menyebabkan tidak
tercapainya kondisi yang diinginkan dan juga akan mengakibatkan kotornya udara yang masuk
kedalam ruangan.
Agar udara didalam ruangan tersebut tersirkulasikan, sehingga keadaan ruang tetap segar,
tidak bau, bebas asap dan debu, maka dalam perencanaan ini dibutuhkan udara segara atau
ventilasi udara untuk tiap ruangan. Jumlah udara ventilasi yang dibutuhkan tergantung pada
jumlah orang, aktivitas yang dilakukan di dalam ruangan dan volume ruangan.
6
Untuk mengkondisikan serta mendistribusikan udara segar (Ventilasi) pada ruangan
instrumentasi, air lock dan cabin ini digunakan unit pengolahan udara (AHU), dimana untuk
ketiga ruangan ini dapat dipergunakan 2 AHU untuk masing-masing ruangan atau 1 AHU untuk
ketiga ruangan.
Jika melihat dari faktor ekonomisnya, dan juga karena ruang instrumentasi, air lock dan
ruang cabin berada di 1 lantai, maka dapat dipergunakan 1 AHU untuk ketiga ruangan tersebut.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


7
5.1 Kesimpulan
Dari hasil perencanaan dan perhitungan beban pendinginan pada bangunan platform ini dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut ;
1. Dalam Perencanaan sistem pengkondisian udara pada bangunan platform ini ada beberapa faktor
yang mempengaruhi beban pendinginan, yaitu : orientasi bangunan; fungsi bangunan, ruang yang
dikondisikan dan letak geografis. Karakteristik bangunan; ukuran ruang dan bahan bangunan
yang digunakan. Kepadatan penghuni ruangan. Data rancangan kondisi udara; dalam dan luar
ruangan. Kondisi udara luar harus diketahui dengan baik dan diambil bulan serta waktu terpanas
yang memungkinkan terjadinya beban paling besar.
2. Dari hasil analisis psikometrik didapatkan sebagai berikut :
Temperatur titik embun (Tadp) yang didapat 58 0F dengan jumlah udara suplai (cfmsa tot) 2.499,28
cfm ; untuk ruang instrument 1.818,17 cfm, sedangkan ruang air lock 74,44 cfm, dan untuk ruang
cabin 606,67 cfm. Untuk jumlah udara balik (cfm ra tot) sebesar 1.856,48 cfm ; dari ruang
instrument 1.544,49 cfm, dan dari ruang cabin 311,99 cfm, sedangkan temperatur udara yang
melalui permukaan evaporator 75,75 0F dan temperatur yang meninggalkan evaporator 59,77 0F.
3. Pada bangunan platform ini ruang air lock sangat dibutuhkan, agar tidak terjadinya infiltrasi
masuk kedalam ruang yang dikondisikan, apabila hal itu terjadi maka beban berat untuk
refrigerasi karena kurangnya kapasitas dari mesin, yang kemudian menyebabkan tidak
tercapainya kondisi yang diinginkan dan juga akan mengakibatkan kotornya udara yang masuk
kedalam ruangan.

DAFTAR PUSTAKA

1. ASHRAE, Handbook of Fundamentals. Volume 1985.


2. Arismunandar Wiranto, Penyegaran Udara. Jakarta : Pradnya Paramita, 1981.
3. Andrew D. Alhouse, B. S. (M. E) M. A, Modern Refrigeran and Air Conditioning. South Holland, Illionis The
Good Heart Willcox Company, Inc, 1982.
4. Carrier Air Conditioning Company, Handbook of Air Conditioning System Design. New York : Mc Graw Hill,
1965.
5. Dossat Roy J, Priciple of Refrigeration. Third Edition, USA., 1991.
6. Hardjono Djojodiharjo, Dasar-dasar Termodinamika Teknik, (Jakarta : Gramedia, 1985).
7. Haris Norman C, Modern Air Conditioning Practice. London : Mc Graw Hill (third edition), 1983.
8. Handoko K, Room Air Conditioner. Jakarta : P.T. Ichtiar Baru (cetakan pertama), 1979.
9. Jordan, Richard C. & Priester, Gayle B. Refrigeration and Air Conditioning. New Delhi : Prentice Hall of India
Private Limited, 1981.
10. Pita, Edwar G, Air Conditioning Principles and System. Canada, John Wiley & Sonc Inc, 1981.
11. Stoeckers, S.W. Jones, Refrigrasi dan Pengkondisian Udara. Edisi Kedua, Jakarta : Erlangga, 1989.
12. Surya Margaluhur, p.t. York Diary 1993. Jakarta : P.T. Surya Margaluhur, 1993.

Anda mungkin juga menyukai