Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PENAGIHAN PAJAK

KASUS 1
JSP A menyerahkan Surat Paksa terhadap WPOP atas tunggakan pajak yang tercantum
didalam SKPKB PPh OP tahun 2007 yang masih harus dibayar adalah Rp.
200.000.000,00 ditambah STP bunga penagihan pasal 19 ayat 1 KUP sebesar 2% x 3 x
Rp. 200.000.000,00 = Rp. 12.000.000,00. Karena saat jatuh tempo sampai dengan
terbitnya STP, WPOP tersebut tidak pernah membayar pajak.
a. Wajib pajak menolak SP dengan alasan KPP tidak pernah memberi ST sebelumnya
b. Wajib pajak menolak STP bunga penagihan dengan alasan belum jatuh tempo
c. Setelah diadakan penelitian ternyata WPOP tersebut telah membayar sebagian, atas
pembayaran tersebut JSP mencatatatnya dipinggir SP
d. Ditemukan Tanah kavling seluas 400 m2 disita oleh Pengadilan Negeri dalam sengketa
jaminan kredit Bank dan akan dilelang oleh Pengadilan Negeri

Jawaban kasus 1

a. Jika KPP tidak pernah memberi Surat Teguran (ST) sebelumnya maka WPOP dapat
menggugat surat paksa (SP) tersebut ke Pengadilan Pajak. Karena surat paksa tidak
dapat diterbitkan jika surat teguran belum disampaikan kepada WP (pasal 8 UU PPSP).
b. WP dapat melakukan pengurangan atau pembatalan STP sebagaimana yang dimaksud
dalam pasal 14 yang tidak benar ( Pasal 36 ayat 1 huruf c).
c. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa WPOP telah setuju atas utang pajaknya secara
tidak langsung atas apa yang tercantum dalam SP yaitu SKPKB dan STP JSP
mencatatatkan nota pembayaran pajak oleh WPOP tersebut di pinggir Surat Paksa tidak
dapat dibenarkan, namun substansi hasil penelitian yang berupa informasi
dugaan/indikasi atas pembayaran pajak sebagian oleh WPOP dimaksud harus benar-
benar dibuktikan melalui dokumen pembayaran atau dokumen lain yang secara sah
menunjukkan pembayaran sebagian WPOP atas utang pajaknya.
d. Dalam hal demikian maka KPP dapat memanfaatkan Hak Mendahului. Hak
mendahului berupa hak preferen pajak dalam rangka pelunasan melalui hasil lelang
yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri

KASUS 2

1
JSP melaksanakan Surat perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) atas WP Badan CV
Kusuma Bangsa atas tunggakan pajak SKPKB badann untuk tahun 2006 usaha WP adalah
usaha dagang keperluan sehari-hari berkedudukan di KPP Kebayoran Lama, sewaktu
diadakan penyitaan kekayaan CV tidak mencukupi untuk melunasi utang pajak dan biaya
penagihan. Ditempat pengurus harian ditemukan
1. satu sertifikat deposito Bank Bukopin,
2. uang dollar dan
3. BPKB atas sebuah mobil box yang sebagai bukti kecelakaan,
4. untuk kekayaan lain berada di KPP Kebayoran Baru I berupa pakaian di lemari WP
jika dijual dapat menambah pelunasan utang pajak serta
5. dua buah kursi roda otomatis impor yang digunakan oleh orang tua penanggung pajak.
Bagaimana menurut pendapat anda?

Jawaban kasus 2

Dalam kasus penyitaan diatas,


1. JSP dari KPP Kebayoran Lama melakukan penyitaan atas sertifikat Deposito dari Bank
Bukoppin melalui prosedur pemblokiran atas rekening tersebut dengan melibatkan
Pejabat penagihan serta pimpinan Bank Bukopin. Untuk barang sitaan berupa uang
asing / valuta asing dengan cara menghitung besaran / jumlah uang asing dimaksud,
kemudian membuat berita acara pelaksanaan sita dan kemudian melaksanakan
penyitaan.
2. Untuk barang sitaan oleh kepolisian yang berupa fisik kendaraan sebagaimana
tercantum dalam BPKB yang ditemukan dalam penyitaan. Jurusita menunggu hingga /
sampai dengan barang tersebut diserahkan oleh Kepolisian.
3. Untuk harta kekayaan penaggung pajak yang berada diluar wilayah kewenangan KPP
Kebayoran Lama dapat memanfaatkan kerja sama antar KPP yaitu melalui KPP
Kebayoran Baru I; namun apabila dilihat harta kekayaan dimaksud merupakan barang
yang dikecualikan menurut Pasal 15 (1) UU No.19 Tahun 2000 tentang Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa maka barang tersebut tidak dapat disita, namun demikian
perlu dikaji lebih jauh jumlah dari barang dimaksud apakah merupakan barang dagang
atau barang yang dikecualikan oleh dasar hukum diatas. Untuk kasus kursi roda, tidak

2
dapat dilakukan penyitaan karena bersesuaian dengan ketentuan Pasal 15 (1) UU No.19
Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

KASUS 3
PT Timor Putra oleh JSP C disampaikan Surat Paksa (SP) atas utang pajak sejumlah Rp. 3
Miliar dalam SKPKB PPh Pasal 29 tahun pajak 2008. Setelah menerima surat paksa WP
menggugat ke Pengadilan TUN dengan alasan Surat Paksa (SP) tidak sah; dan WP sedang
mengajukan keberatan.
Bagaimana pendapat saudara?

Jawaban.

Surat Paksa (SP) digugat ke Pengadilan Pajak bukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara
TUN. Surat paksa tidak dapat digugat kecuali isinya tidak lengkap. Dalam kasus ini KUP
yang digunakan adalah UU No 28 Tahun 2008 tentang KUP.
Keberatan yang diajukan WP dapat menunda pelaksanaan penagihan aktif berdasarkan
UU No 28 Tahun 2007 tentang KUP; namun harus dilihat kapan WP mengajukan
keberatan, apakah sebelum atau sesudah penyampaian Surat Paksa kepada WP; dalam hal
WP mengajukan keberatan sesudah disampaikannya Surat Paksa (SP) maka materi
keberatan yang diajukan oleh WP atas Surat Paksa (SP) tidak dapat diterima sesuai
penjelasan poin pertama.

KASUS 4
JSP D menyampaikan surat paksa (SP) kepada WP Badan berdasarkan SKPKB tahun
2008 yang jatuh tempo tanggal 30 juli 2009. Ternyata WP sedang mengajukan keberatan
yang surat keberatannya tidak ada tembusan ke seksi penagihan KPP setempat, dari utang
pajaknya tersebut WP membayar sebagian utang pajaknya.

Jawaban kasus 4

3
Dalam kasus ini keberatannya dapat diterima apabila syarat-syarat pengajuan keberatan
telah dipenuhinya. Surat keberatan diajukan ke direktur jenderal pajak jadi tidak perlu ada
tembusan ke seksi penagihan KPP setempat.
Salah satu persyaratannya yaitu WP harus membayar sejumlah utang pajak yang
disetujuinya.

Anda mungkin juga menyukai