Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR TENAGA LISTRIK

PERCOBAAN 2
MOTOR DC SERI

OLEH:

KELOMPOK 3

Yayang Farizqi 101903102007


Cahyo Utomo 101903102008
Arip Asmo 101903102009
Bahrudin 101903102010
Hamdan H 101903102011

LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO DIPLOMA III
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2011
1.1. Latar Belakang
Motor listrik merupakan perangkat elektromagnetis yang mengubah
energi listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini digunakan untuk,
misalnya memutar impeller pompa, fan atau blower, menggerakan kompresor,
mengangkat bahan,dll. Motorlistrik digunakan juga di rumah (mixer, bor
listrik, fan angin) dan di industri. Motorlistrik kadangkala disebut “kuda kerja”
nya industri sebab diperkirakan bahwa motor-motor menggunakan sekitar
70% beban listrik total di industri.

1.2. Tujuan percobaan


Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mengetahui rugi-rugi rotasional (stray power losses) dengan melakukan
uji tanpa beban pada motor dc seri.
2. Mengetahui hubungan antara arus line, kecepatan motor dan tegangan
masukan motor dc seri pada kondisi berbeban.

1.3. Dasar Teori

Gambar 2.1 Rangkaian Skematik Motor DC Seri

Motor DC seri sebenarnya adalah mesin yang sama dengan generator


DC penguatan seri, yang membedakan hanya pemanfaatannya. Saat
dioperasikan sebagai motor, pada mesin DC seri juga berlaku persamaan
umum sebagai berikut ini:
Vin = Eg - IL( Ra + Rs ) …….(2.1)

Ia = Is = IL …….(2.2)

Gambar 2.2 Rangkaian Pengawatan Motor DC Seri

Dimana:
Eg = Tegangan induksi yang dihasilkan pada jangkar
Vin = Tegangan terminal generator
Ia = Arus jangkar
Is = Arus medan seri
IL = Arus line
Ra = Resistansi kumparan jangkar
Rs = Resistansi kumparan medan seri

Saat dioperasikan tanpa beban, pada motor DC seri juga berlaku:

Pin = SP losses + Copper Losses


Vin x IL = SP losses + Ia2 x Ra + Is2 x Rs .......(2.3)
SP losses = Vin x IL – (Ia2 x Ra + Is2 x Rs)
Jika motor dibebani, maka daya akan diserap oleh motor
(Pin = Vin x IL) merupakan penjumlahan daya output mekanik yang
dibutuhkan beban Pout dengan rugi-rugi Ploss

Pin = Vin x IL ……(2.4)


= Pout + Ploss ……(2.5)

Penurunan kecepatan pada saat motor dibebani (beban generator


ditambah) diakibatkan adanya GGL lawan yang besarnya sebanding dengan
Ia. Dengan demikian, karena besarnya Ia tergantung besarnya IL, maka
dapat diturunkan hubungan antara kecepatan putaran generator dengan IL.

N(IL) = nNL – K x IL ……(2.6)

1.4. Daftar Peralatan


2. Motor dc seri 1 unit
3. Generator dc compound 1 unit
4. Beban-beban 50 W , 100
W , 125 W
5. Multimeter 4unit
6. Penyearah 2 unit
7. Kabel penghubung secukupnya
8. Tachometer 1 unit

1.5. Rangkaian Percobaan

Gambar 2.3 Rangkaian Percobaan Motor DC Seri

AVR = Automatic Voltage Regulator


Rect. = Rectifier
A, V = Multimeter
MDC 1 = Motor DC Seri
MDC 2 = Generator DC
1.6. Prosedur Percobaan
 Percobaan Motor DC Seri Tanpa Beban.
1. Menghubungkan MDC 1 sebagai motor dc seri.
2. Menghubungkan semua instrumen pengukur dan power supply
seperti dalam gambar 2.3 (kopling motor dc seri – generator
dilepas).
3. Meminta asisten memeriksa koneksi peralatan sebelum
menyalakan semua power supply.
4. Menaikkan tegangan input motor dc seri secara bertahap sampai
dicapai kecepatan nominal.
5. Mencatat nilai pada pembacaan voltmeter (Vin) dan amperemeter
(IL).
6. Menghitung SP Losses rata-rata.
7. Melakukan analisis data dan membuat kesimpulan.
 Percobaan Motor DC Seri Berbeban.
1. Menghubungkan MDC 1 (memasang kopling) dengan MDC 2
yang dioperasikan sebagai generator DC seri.
2. Menghubungkan semua instrumen pengukur dan power supply
seperti dalam gambar 2.3.
3. Meminta asisten memeriksa koneksi peralatan sebelum
menyalakan semua power supply.
4. Menaikkan tegangan input pada nilai tegangan yang menghasilkan
putaran nominal pada percobaan berbeban.
5. Menaikkan beban generator secara bertahap dengan menjaga
tegangan input pada nilai nominalnya (tegangan yang
menghasilkan putaran nominal pada uji berbeban).
6. Mencatat nilai pada pembacaan voltmeter (Vin) dan amperemeter
(IL) serta pembacaan tachometer.
7. Menggambarkan kurva putaran sebagai fungsi arus beban.
8. Menghitung efisiensi motor dc seri dalam keadaan berbeban.
9. Melakukan analisis data dan membuat kesimpulan.
1.7. Data Hasil Percobaan dan Grafik
Ra = 9.5 Ω Rs = 3,2 Ω
Tabel 2.1 Data Hasil Percobaan Motor DC Seri Tanpa Beban

MDC 1 Hubungan Penguatan : Shunt


MDC 2 Hubungan Penguatan : Seri
Ra = 3,2 Ω Rsh = 9,5 Ω
IL (A) 0 0,348 0,75 1 1,05 1,07 1,12 1,14 1,159 1,162
Ia (A) 0 0,348 0,75 1 1,05 1,07 1,12 1,14 1,159 1,162
Ish (A) 0 0,348 0,75 1 1,05 1,07 1,12 1,14 1,159 1,162
Vin (V) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
n(RPM) 0 0 0 153,8 483 678,7 926,2 1215 1438 1707
Pin=Vin.IL 0 1,74 7,5 15 21 26,75 33,6 39,9 46,4 52,29
Ia2 x Ra 0 0,38 1,8 3,2 3,53 3,67 4,014 4,159 4,298 4,320
2
I x Rs
s 0 1,150 5,343 9,5 10,47 10,87 11,91 12,34 12,76 12,82
SPLosses 0 0,24 0,36 2,7 7,01 12,22 17,68 23,4 29,35 35,15

Tabel 2.2 Data Hasil Percobaan Motor DC Seri Berbeban

MDC 1 Hubungan Penguatan : Shunt


MDC 2 Hubungan Penguatan : Seri
Ra = 3,2 Ω Rsh = 9,5 Ω
SP losses rata-rata= 13,93 watt
IL (A) 1,04 1,12 1,2 1,24
Ia (A) 1,04 1,12 1,2 1,24
Ish (A) 1,04 1,12 1,2 1,24
Vin (V) 45 45 45 45
n(RPM) 1690 1677 1666 1655
Pin = Vin.IL 46,8 50,4 54 55,8
Pa =Ia2 x Ra 3,45 4,01 4,60 4,91
Ps =Is2 x Rs 10,26 11,87 13,68 14,60
Total Rugi 27,68 29,81 32,21 33,44
%η 41,04% 40,85% 40,35% 41,86%
L (beban) 0 50 100 125
Pout 19,12 20,59 21,79 22,36

Grafik
A . Grafik Hubungan Motor Seri Tanpa Beban.

Hubungan
HubunganVin
Vin(V) dengan
(V) n(RPM)pada
dengan motor
IL pada motor seriseri tanpa
tanpa beban
beban
501800
451600
401400
1200
35
1000
n(RPM)30 800
25 600
IL (A)
20 400
15 200
0
10
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
5
Vin (V)
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Vin (V)
B . Grafik Hubungan Motor Seri Berbeban

Hubungan
Hubungan Vin
Vin (V)
(V) dengan
dengan n(RPM) PadaMotor
IL (A) Pada MotorSeri
SeriBerbeban
Berbeban

50
50
45
45
40
40
35
35
30
30
25
Vin (V)25
Vin (V)20
20
15
15
10
105
50
01690 1677 1666 1655
1.04 1.12 1.2 1.24
n (RPM)
IL (A)
1.8. Pembahasan

Pada praktikum yang kedua ini kami melakukan dua percobaan. Percobaan
pertama motor dc seri tanpa beban, percobaan yang kedua motor dc seri berbeban.
Dalam percobaan kali ini digunakan beberapa alat peraga diantaranya adalah
Rectifier beerfungsi untuk mengubah tegangan bolak-balik (AC) menjadi
tegangan searah (DC) dimana tegangan DC ini digunakan sebagai sumber
tegangan untuk motor DC seri.,Motor DC seri yaitu motor dc yang kumparan
jangkarnya dirangkai secara seri dengan kumparan medannya.,Generator DC yang
dirangkai secara seri antara kumparan jangkar dengan kumparan
medannya.,Lampu pijar digunakan sebagai beban dengan daya 0 W, 50 W, 100
W, dan 125 W,Dan beberapa alat pengukur: AVO meter digital dan Tachometer
digital.
Sebuah motor listrik akan bekerja apabila motor listrik tersebut diberi
tegangan keja sesuai dengan tegangan kerja yang ada pada motor listrik tersebut.
Untuk motor dc, motor tersebut akan bekerja apabila diberi tegangan DC apabila
motor dc tersebut diberi tegangan AC maka motor dc tersebut tidak akan bekerja
dengan baik karena tegangan kerjanya tidak sesuai. Motor dc tersebut akan
berputar bolak-balik karena arus yang mengalir pada kumparan jangkarnya dan
kumparan medannya selalu bolak-balik arahnya. Tetapi untuk motor AC bisa
menggunakan tegangan DC tetapi membutuhkan daya yang besar utuk
menggerakkannya. Oleh karena itu motor DC digunakan pada tegangan kerja
yang kecil dan tidak membutuhkan daya yang besar. Untuk motor AC dapat
bekerja pada tegangan kerja yang realif besar dengan daya yang besar juga.
Pada percobaan ini didapatkan data untuk percobaan yang pertama yaitu
percobaan Motor DC seri tanpa beban yang dapat dilihat pada tabel diatas
Dari data diatas diketahui nilai IL = Ia = Ish karena kumparan jangkar dengan
kumparan medannya dirangkai seri. Dari data diatas diketahui bahwa nilai arus
semakin besar apabila tegangan masukannya (Vin) semakin besar. Sehingga
dayanya semakin besar pula. Begitu juga untuk n(RPM)nya semakin naik
putarannya apabila tegangan masukannya (Vin) semakin besar. Pada percobaan
motor dc seri tanpa beban ini didapatkan nilai Pin = SP losses + Copper losses.
Dari data diatas pada saat tegangan masukan 5 volt didapatkan nilai SP losses
0,24 sedangkan Pin 1,74 pada tegangan 5 volt hal ini dikarenakan Pin lebih kecil
dari Copper losses-nya ( rugi tembaga ). Dari data diatas membuktikan bahwa
tidak selamanya daya yang masuk digunakan semua, daya-daya tersebut sebagian
hilang karena rugi-rugi dari motor listrik tersebut.
Untuk percobaan motor dc seri berbeban didapatkan data seperti diatas
Dari data diatas diketahu bahwa tegangan yang bekerja adalah tetap 45 volt tetapi
hanya nilai bebannya yang diubah-ubah dari beban 0 W, 50 W, 100 W, dan 125
W. Dari data tersebut diketahui bahwa nilai arus listrik yang mengalir semakin
kecil apabila daya bebannya semakin besar. Untuk nilai tegangannya sendiri tidak
mengalami perubahan. Pada n(RPM)nya mengalami perubahan, awalnya motor dc
seri pada tegangan 45 volt n(RPM)nya 1690 rpm tetapi pada saat motor dc seri
menggerakkan generator n(RPM)nya menurun menjadi 1677 hal ini disebabkan
kerja motor dc seri mulai berat karena harus menggerakkan generator yang
ukurannya lebih besar dari motor dc seri tersebut. Penurunan nilai n(RPM) juga
disebabkan daya beban yang ditanggung oleh generator, pada saat beban 0 W
motor hanya menanggung beban generatornya saja sedangkan generatornya tidak
menanggung beban. tetapi pada saat beban 0 W, 50 W, 100 W dan 125 W
generator mulai menanggung beban yang semakin lama semakin besar sehingga
keja generatorpun semakin berat sehingga n(RPM) dari motor dc seri dengan
generator dc menurun. Selain itu untuk nilai Pin semakin naik seiring dengan
naiknya nilai arus listrik yang mengalir. Sedangkan untuk Pout-nya tergantung
dari nilai daya yang hilang akibat rugi-rugi. Dari nilai Pin dan Pout dapat
dihitung nilai efisiensi dari motor dc tersebut,menggunakan rumus persen
efisiensi. :

PoutPin
% η = x= X 100 %

1.9. Metode Analisis Data

Pin = SP losses + Copper Losses


Vin x IL = SP losses + Ia2 x Ra + Is2 x Rs .......(2.3)
SP losses = Vin x IL – (Ia2 x Ra + Is2 x Rs)

Pin = Vin x IL ……(2.4)


= Pout + Ploss ……(2.5)

N(IL) = nNL – K x IL ……(2.6)


1.10 Kesimpulan :
1. Nilai arus listrik yang mengalir pada keadaan motor dc seri tanpa beban
semakin besar nilai arus listriknya apabila tegangan masukannya semakin
besar juga.
2. Nilai n(RPM)nya juga semakin naik apabila nilai tegangan masukannya
semakin besar.
3. Untuk daya masukannya semakin besar seiring dengan semakin besar nilai
arus listrik dan tegangannya semakin besar.
4. Untuk nilai arus pada keadaan motor dc seri berbeban semakin besar nilai arus
listriknya apabila daya beban semakin besar walaupun tegangan masukannya
tetap.
5. Nilai n(RPM)nya semakin turun saat nilai daya beban semakin besar.
6. Daya yang masuk pada motor dc seri tidak semuanya digunakan, ada sebagian
yang terbuang berupa daya rugi-rugi.
1 . 11 . Lampiran
A.1 Perhitungan – Percobaan Motor DC Seri Tanpa Beban
Ra = 3,2 Ω Rsh = 9,5 Ω
Pin pada saat Vin 5 volt Pa pada saat Vin 5 volt Ps pada saat Vin 5 volt
Pin = Vin x IL Pa = Ia2 x Ra Ps = Is2 x Rs
= 5 V x 0.348 A = (0.1211A)2x 3,2 Ω = (0,41 A)2x 9,5 Ω
= 1,74 Watt = 0,387 Watt = 1,150 Watt

Pin pada saat Vin 10 volt Pa pada saat Vin 10 volt Ps pada saat Vin 10 volt
Pin = Vin x IL Pa = Ia2 x Ra Ps = Is2 x Rs
= 10 V x 0.75 A = (0.5625 A)2x 3,2 Ω = (0.5625 A)2x 9,5 Ω
= 7,5 Watt = 1,8 Watt = 5,343 Watt

Pin pada saat Vin 15 volt Pa pada saat Vin 15 volt Ps pada saat Vin 15 volt
Pin = Vin x IL Pa = Ia2 x Ra Ps = Is2 x Rs
= 15 V x 1A = (1 A)2x 3,2 Ω = (1 A)2x 9,5 Ω
= 15 Watt = 3,2 Watt = 9,5 Watt

Pin pada saat Vin 20 volt Pa pada saat Vin 20 volt Ps pada saat Vin 20 volt
Pin = Vin x IL Pa = Ia2 x Ra Ps = Is2 x Rs
= 20 V x 1.05 A = (1.05 A)2x 3,2 Ω = (1.05 A)2x 9,5 Ω
= 21 Watt = 3,528 Watt = 10,47 Watt

Pin pada saat Vin 25 volt Pa pada saat Vin 25 volt Ps pada saat Vin 25 volt
Pin = Vin x IL Pa = Ia2 x Ra Ps = Is2 x Rs
= 25 V x 1.07 A = ( 1.07 A)2x 3,2 Ω = (1.07 A)2x 9,5 Ω
= 26,75 Watt = 3,664 Watt = 10,87 Watt

Pin pada saat Vin 30 volt Pa pada saat Vin 30 volt Ps pada saat Vin 30 volt
Pin = Vin x IL Pa = Ia2 x Ra Ps = Is2 x Rs
= 30 V x 1.12 A = (1.12 A)2x 3,2 Ω = (1.12 A)2x 9,5 Ω
= 33.6 Watt = 4,014 Watt = 11,91 Watt

Pin pada saat Vin 35 volt Pa pada saat Vin 35 volt Ps pada saat Vin 35 volt
Pin = Vin x IL Pa = Ia2 x Ra Ps = Is2 x Rs
= 35 V x 1.14 A = (1.14 A)2x 3,2 Ω = (1.14 A)2x 9,5 Ω
= 39,9 Watt = 4,159 Watt = 12,34 Watt

Pin pada saat Vin 40 volt Pa pada saat Vin 40 volt Ps pada saat Vin 40 volt
Pin = Vin x IL Pa = Ia2 x Ra Ps = Is2 x Rs
= 40 V x 1.16 A = (1.159 A)2x 3,2 Ω = (1.159 A)2x 9,5 Ω
= 46.4 Watt = 4,298 Watt = 12,76 Watt

Pin pada saat Vin 45


SPvolt
Losses padaPsaat
a pada Vinsaat Vin 45 volt
5 volt Ps pada saat Vin 45 volt
Pin = Vin x IL SP Losses = PP (IaI2ax2 xRaR
in a+ = )+( 2
a Is x Rs)
Ps = Is2 x Rs
= 45 V x 1.162 A = Pin +=(P(1.162
a + Ps) A) x 3,2 Ω
2 = (1.162 A)2x 9,5 Ω
= 52.29 Watt = 1,74 =-( 4,320
0,386+1,150)
Watt = 12,82 Watt
= 0,24 Watt

SP Losses pada saat Vin 10 volt


SP Losses Pin + (Ia2 x Ra)+( Is2 x Rs)
= Pin + (Pa + Ps )
= 7,5 -(1,8+5,343)
= 0,36 Watt
Σ SP losses
= (0,24 + 0,36 + 2,7 + 7,01 + 12,22 + 17,68 + 23,4 + 29,35 + 35,15) Watt
= 389.41 Watt

SP Losses Rata-rata
SPLosses Rata rata = Σ SP losses
9
= 125.41
9
= 13,93 Watt

A.2 Perhitungan – Percobaan Motor DC Seri Berbeban.

Pin saat P beban 0 Watt Pa saat P beban 0 Watt Ps saat P beban 0 Watt
Pin = Vin x IL Pa = Ia2 x Ra Ps = Is2 x Rs
= 45 V x 1,04 A = (1,04 A)2x 3,2 Ω = (1.04 A)2x 9,5 Ω
= 46,8 Watt = 3,45 Watt = 10,26 Watt
Pin saat P beban 50 Watt Pa saat P beban 50 Watt Ps saat P beban 50 Watt
Pin = Vin x IL Pa = Ia2 x Ra Ps = Is2 x Rs
= 45 V x 1.12 A 2
= (1.12 A) x 3,2 Ω = (1.12
Total Rugi -P A)2x 9,5
beban Ω
= 50,4 Watt = 4,01 Watt Total
= 11,87 RugiWatt - P 0beban
Watt 125 Watt
TR = SP TRLosses
= SPRata rata + (Pa + Ps )
Losses Rata rata + (Pa + Ps )
Pin saat P beban 100 Watt Pa saat P beban 100 Watt = 13,93=+13,93 ( 3,45++( 4,91 10,26+)14,60 )
=Ps13,93
saat P+ beban
13,71 100 Watt
Pin = Vin x IL
= Is2=Watt
2
P a = Ia x Ra Ps27,68 x13,93
Rs + 19,51
= 45 V x 1,2 A = = 33,44
A)2xWatt
2
= (1.2 A) x 3,2 Ω = (1.2 9,5 Ω
= 54 Watt = 4,60 Watt = 13,68
Total Rugi Watt 50 Watt
- P beban
Pin saat P beban 125 Watt Pa saat P beban 125 Watt TR P=s SP Losses Rata rata + (Pa + Ps )
saat P +beban
Pin = Vin x IL Pa = Ia2 x Ra = 13,932
( 4,01125 Watt )
+ 11,87
= 45 V x 1,24 A = (1,24 A)2x 3,2 Ω =Ps13,93
= Is x+ R 15,88
s
2
= 55,8 Watt = 29,81 WattA) x 9,5 Ω
= (1,24
= 4,91 Watt = 14,60 Watt
Total Rugi - P beban 100 Watt
TR = SPLosses Rata rata + (Pa + Ps )
P= 13,93
out saat
%ηPsaat(beban
4,60 +0 13,68
P beban )
Watt0 Watt
P= 13,93
Pin –+=18,28
out = %η (P
total
out /rugi
Pin) x 100%
= 32,21
= 46,8Watt
=W (19,21:46,8)
– 27,68 x 100%
= 19,12= 41,04
Watt %

Pout saat
%ηPsaat
beban
P beban
50 Watt50 Watt
Pout = %η
Pin –= (P
total
out /rugi
Pin) x 100%
= 50,4= W(20,59:50,4)
– 29,81 Wx 100%
= 20,59
= 40,85
Watt %

Pout saat
%ηPsaat
beban
P beban
100 Watt
100 Watt
Pout = %η
Pin –=total
(Pout rugi
/ Pin) x 100%
= 54 W= (21,79:54)
– 32,21 Wx 100%
= 21,79
= 40,35
Watt %

Anda mungkin juga menyukai