PERCOBAAN 2
MOTOR DC SERI
OLEH:
KELOMPOK 3
Ia = Is = IL …….(2.2)
Dimana:
Eg = Tegangan induksi yang dihasilkan pada jangkar
Vin = Tegangan terminal generator
Ia = Arus jangkar
Is = Arus medan seri
IL = Arus line
Ra = Resistansi kumparan jangkar
Rs = Resistansi kumparan medan seri
Grafik
A . Grafik Hubungan Motor Seri Tanpa Beban.
Hubungan
HubunganVin
Vin(V) dengan
(V) n(RPM)pada
dengan motor
IL pada motor seriseri tanpa
tanpa beban
beban
501800
451600
401400
1200
35
1000
n(RPM)30 800
25 600
IL (A)
20 400
15 200
0
10
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
5
Vin (V)
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Vin (V)
B . Grafik Hubungan Motor Seri Berbeban
Hubungan
Hubungan Vin
Vin (V)
(V) dengan
dengan n(RPM) PadaMotor
IL (A) Pada MotorSeri
SeriBerbeban
Berbeban
50
50
45
45
40
40
35
35
30
30
25
Vin (V)25
Vin (V)20
20
15
15
10
105
50
01690 1677 1666 1655
1.04 1.12 1.2 1.24
n (RPM)
IL (A)
1.8. Pembahasan
Pada praktikum yang kedua ini kami melakukan dua percobaan. Percobaan
pertama motor dc seri tanpa beban, percobaan yang kedua motor dc seri berbeban.
Dalam percobaan kali ini digunakan beberapa alat peraga diantaranya adalah
Rectifier beerfungsi untuk mengubah tegangan bolak-balik (AC) menjadi
tegangan searah (DC) dimana tegangan DC ini digunakan sebagai sumber
tegangan untuk motor DC seri.,Motor DC seri yaitu motor dc yang kumparan
jangkarnya dirangkai secara seri dengan kumparan medannya.,Generator DC yang
dirangkai secara seri antara kumparan jangkar dengan kumparan
medannya.,Lampu pijar digunakan sebagai beban dengan daya 0 W, 50 W, 100
W, dan 125 W,Dan beberapa alat pengukur: AVO meter digital dan Tachometer
digital.
Sebuah motor listrik akan bekerja apabila motor listrik tersebut diberi
tegangan keja sesuai dengan tegangan kerja yang ada pada motor listrik tersebut.
Untuk motor dc, motor tersebut akan bekerja apabila diberi tegangan DC apabila
motor dc tersebut diberi tegangan AC maka motor dc tersebut tidak akan bekerja
dengan baik karena tegangan kerjanya tidak sesuai. Motor dc tersebut akan
berputar bolak-balik karena arus yang mengalir pada kumparan jangkarnya dan
kumparan medannya selalu bolak-balik arahnya. Tetapi untuk motor AC bisa
menggunakan tegangan DC tetapi membutuhkan daya yang besar utuk
menggerakkannya. Oleh karena itu motor DC digunakan pada tegangan kerja
yang kecil dan tidak membutuhkan daya yang besar. Untuk motor AC dapat
bekerja pada tegangan kerja yang realif besar dengan daya yang besar juga.
Pada percobaan ini didapatkan data untuk percobaan yang pertama yaitu
percobaan Motor DC seri tanpa beban yang dapat dilihat pada tabel diatas
Dari data diatas diketahui nilai IL = Ia = Ish karena kumparan jangkar dengan
kumparan medannya dirangkai seri. Dari data diatas diketahui bahwa nilai arus
semakin besar apabila tegangan masukannya (Vin) semakin besar. Sehingga
dayanya semakin besar pula. Begitu juga untuk n(RPM)nya semakin naik
putarannya apabila tegangan masukannya (Vin) semakin besar. Pada percobaan
motor dc seri tanpa beban ini didapatkan nilai Pin = SP losses + Copper losses.
Dari data diatas pada saat tegangan masukan 5 volt didapatkan nilai SP losses
0,24 sedangkan Pin 1,74 pada tegangan 5 volt hal ini dikarenakan Pin lebih kecil
dari Copper losses-nya ( rugi tembaga ). Dari data diatas membuktikan bahwa
tidak selamanya daya yang masuk digunakan semua, daya-daya tersebut sebagian
hilang karena rugi-rugi dari motor listrik tersebut.
Untuk percobaan motor dc seri berbeban didapatkan data seperti diatas
Dari data diatas diketahu bahwa tegangan yang bekerja adalah tetap 45 volt tetapi
hanya nilai bebannya yang diubah-ubah dari beban 0 W, 50 W, 100 W, dan 125
W. Dari data tersebut diketahui bahwa nilai arus listrik yang mengalir semakin
kecil apabila daya bebannya semakin besar. Untuk nilai tegangannya sendiri tidak
mengalami perubahan. Pada n(RPM)nya mengalami perubahan, awalnya motor dc
seri pada tegangan 45 volt n(RPM)nya 1690 rpm tetapi pada saat motor dc seri
menggerakkan generator n(RPM)nya menurun menjadi 1677 hal ini disebabkan
kerja motor dc seri mulai berat karena harus menggerakkan generator yang
ukurannya lebih besar dari motor dc seri tersebut. Penurunan nilai n(RPM) juga
disebabkan daya beban yang ditanggung oleh generator, pada saat beban 0 W
motor hanya menanggung beban generatornya saja sedangkan generatornya tidak
menanggung beban. tetapi pada saat beban 0 W, 50 W, 100 W dan 125 W
generator mulai menanggung beban yang semakin lama semakin besar sehingga
keja generatorpun semakin berat sehingga n(RPM) dari motor dc seri dengan
generator dc menurun. Selain itu untuk nilai Pin semakin naik seiring dengan
naiknya nilai arus listrik yang mengalir. Sedangkan untuk Pout-nya tergantung
dari nilai daya yang hilang akibat rugi-rugi. Dari nilai Pin dan Pout dapat
dihitung nilai efisiensi dari motor dc tersebut,menggunakan rumus persen
efisiensi. :
PoutPin
% η = x= X 100 %
❑
Pin pada saat Vin 10 volt Pa pada saat Vin 10 volt Ps pada saat Vin 10 volt
Pin = Vin x IL Pa = Ia2 x Ra Ps = Is2 x Rs
= 10 V x 0.75 A = (0.5625 A)2x 3,2 Ω = (0.5625 A)2x 9,5 Ω
= 7,5 Watt = 1,8 Watt = 5,343 Watt
Pin pada saat Vin 15 volt Pa pada saat Vin 15 volt Ps pada saat Vin 15 volt
Pin = Vin x IL Pa = Ia2 x Ra Ps = Is2 x Rs
= 15 V x 1A = (1 A)2x 3,2 Ω = (1 A)2x 9,5 Ω
= 15 Watt = 3,2 Watt = 9,5 Watt
Pin pada saat Vin 20 volt Pa pada saat Vin 20 volt Ps pada saat Vin 20 volt
Pin = Vin x IL Pa = Ia2 x Ra Ps = Is2 x Rs
= 20 V x 1.05 A = (1.05 A)2x 3,2 Ω = (1.05 A)2x 9,5 Ω
= 21 Watt = 3,528 Watt = 10,47 Watt
Pin pada saat Vin 25 volt Pa pada saat Vin 25 volt Ps pada saat Vin 25 volt
Pin = Vin x IL Pa = Ia2 x Ra Ps = Is2 x Rs
= 25 V x 1.07 A = ( 1.07 A)2x 3,2 Ω = (1.07 A)2x 9,5 Ω
= 26,75 Watt = 3,664 Watt = 10,87 Watt
Pin pada saat Vin 30 volt Pa pada saat Vin 30 volt Ps pada saat Vin 30 volt
Pin = Vin x IL Pa = Ia2 x Ra Ps = Is2 x Rs
= 30 V x 1.12 A = (1.12 A)2x 3,2 Ω = (1.12 A)2x 9,5 Ω
= 33.6 Watt = 4,014 Watt = 11,91 Watt
Pin pada saat Vin 35 volt Pa pada saat Vin 35 volt Ps pada saat Vin 35 volt
Pin = Vin x IL Pa = Ia2 x Ra Ps = Is2 x Rs
= 35 V x 1.14 A = (1.14 A)2x 3,2 Ω = (1.14 A)2x 9,5 Ω
= 39,9 Watt = 4,159 Watt = 12,34 Watt
Pin pada saat Vin 40 volt Pa pada saat Vin 40 volt Ps pada saat Vin 40 volt
Pin = Vin x IL Pa = Ia2 x Ra Ps = Is2 x Rs
= 40 V x 1.16 A = (1.159 A)2x 3,2 Ω = (1.159 A)2x 9,5 Ω
= 46.4 Watt = 4,298 Watt = 12,76 Watt
SP Losses Rata-rata
SPLosses Rata rata = Σ SP losses
9
= 125.41
9
= 13,93 Watt
Pin saat P beban 0 Watt Pa saat P beban 0 Watt Ps saat P beban 0 Watt
Pin = Vin x IL Pa = Ia2 x Ra Ps = Is2 x Rs
= 45 V x 1,04 A = (1,04 A)2x 3,2 Ω = (1.04 A)2x 9,5 Ω
= 46,8 Watt = 3,45 Watt = 10,26 Watt
Pin saat P beban 50 Watt Pa saat P beban 50 Watt Ps saat P beban 50 Watt
Pin = Vin x IL Pa = Ia2 x Ra Ps = Is2 x Rs
= 45 V x 1.12 A 2
= (1.12 A) x 3,2 Ω = (1.12
Total Rugi -P A)2x 9,5
beban Ω
= 50,4 Watt = 4,01 Watt Total
= 11,87 RugiWatt - P 0beban
Watt 125 Watt
TR = SP TRLosses
= SPRata rata + (Pa + Ps )
Losses Rata rata + (Pa + Ps )
Pin saat P beban 100 Watt Pa saat P beban 100 Watt = 13,93=+13,93 ( 3,45++( 4,91 10,26+)14,60 )
=Ps13,93
saat P+ beban
13,71 100 Watt
Pin = Vin x IL
= Is2=Watt
2
P a = Ia x Ra Ps27,68 x13,93
Rs + 19,51
= 45 V x 1,2 A = = 33,44
A)2xWatt
2
= (1.2 A) x 3,2 Ω = (1.2 9,5 Ω
= 54 Watt = 4,60 Watt = 13,68
Total Rugi Watt 50 Watt
- P beban
Pin saat P beban 125 Watt Pa saat P beban 125 Watt TR P=s SP Losses Rata rata + (Pa + Ps )
saat P +beban
Pin = Vin x IL Pa = Ia2 x Ra = 13,932
( 4,01125 Watt )
+ 11,87
= 45 V x 1,24 A = (1,24 A)2x 3,2 Ω =Ps13,93
= Is x+ R 15,88
s
2
= 55,8 Watt = 29,81 WattA) x 9,5 Ω
= (1,24
= 4,91 Watt = 14,60 Watt
Total Rugi - P beban 100 Watt
TR = SPLosses Rata rata + (Pa + Ps )
P= 13,93
out saat
%ηPsaat(beban
4,60 +0 13,68
P beban )
Watt0 Watt
P= 13,93
Pin –+=18,28
out = %η (P
total
out /rugi
Pin) x 100%
= 32,21
= 46,8Watt
=W (19,21:46,8)
– 27,68 x 100%
= 19,12= 41,04
Watt %
Pout saat
%ηPsaat
beban
P beban
50 Watt50 Watt
Pout = %η
Pin –= (P
total
out /rugi
Pin) x 100%
= 50,4= W(20,59:50,4)
– 29,81 Wx 100%
= 20,59
= 40,85
Watt %
Pout saat
%ηPsaat
beban
P beban
100 Watt
100 Watt
Pout = %η
Pin –=total
(Pout rugi
/ Pin) x 100%
= 54 W= (21,79:54)
– 32,21 Wx 100%
= 21,79
= 40,35
Watt %