EKONOMI MAKRO
AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia triwulan IV‐2010 menurun sebesar 1,4
persen terhadap triwulan III‐2010 (q‐to‐q). Pertumbuhan negatif ini disebabkan karena
Sektor Pertanian mengalami penurunan cukup signifikan sebesar 20,3 persen. Sedangkan
sektor‐sektor lainnya mengalami pertumbuhan positif. Penurunan sebesar 1,4% tersebut
bila dibandingkan triwulan yang sama pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar
6,9%, yang berarti tidak buruk bila dibandingkan dengan tahun sebelmnya.
Meski tidak buruk bila dibanding dengan tahun sebelumnya, penurunan yang
signifikan pada sector pertanian mencerminkan Indonesia sebagai negara agraris yang
mulai melupakan cara bertani. Orang lebih senang bekerja dikantor atau bekerja sebagai
pegawai negeri. Pertanian merupakan sesuatu yang vital, negara yang pertaniannya maju
pasti makmur.
Laju pertmbuhan PDB dari sisi penggunaan, pertumbuhan PDB triwulan IV‐2010
terhadap triwulan sebelumnya didorong oleh kenaikan Konsumsi Pemerintah yang
tumbuh sebesar 38,2 persen, Ekspor sebesar 12,8 persen, Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB) sebesar 1,3 persen, dan Konsumsi Rumah Tangga sebesar 0,3 persen.
Sementara Impor tumbuh 9,6 persen dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan PDB
penggunaan triwulan IV‐2010 dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2009 (6,9
persen) ditopang oleh pertumbuhan Ekspor sebesar16,1 persen, Pembentukan Modal
Tetap Bruto (PMTB) sebesar 8,7 persen, Konsumsi Pemerintah sebesar 7,3 persen, dan
Konsumsi Rumah Tangga sebesar 4,4 persen. Sedangkan Impor juga tumbuh 16,9 persen
dibanding triwulan yang sama tahun 2009.
Wilayah dan pulau juga berandil besar dalam laju pertumbuhan PDB. Pulau jawa
menyumbang 57, 8 % dalam pertumbuhan PDB, karena sebagian besar perputaran uang
ada di pulau jawa. Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan IV‐2010
masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi
terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 57,8 persen, kemudian diikuti oleh Pulau
Sumatera sebesar 23,2 persen, Pulau Kalimantan 9,1 persen, dan Pulau Sulawesi 4,7
persen, dan sisanya 5,2 persen di pulau‐pulau lainnya.
Perputaran uang yang melebihi 50% di pulau Jawa menunjukan tidak meratanya
pembangunan perekonomian. Infarstruktur yang memadai di Jawa membuat investor
lebih suka berinvestasi disana. Seandainya semua pulau setara dalam hal pembangunan,
perekonomisn, dan investasi mungkin Ibukota tidak perlu dipindah dari Jakarta.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 sebesar 6,1 persen, terjadi pada Ekspor sebesar
14,9 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 8,5 persen, Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga 4,6 persen, dan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 0,3
persen, sedangkan komponen Impor tumbuh sebesar 17,3 persen. Pada tahun 2010, dari
sisi penggunaan, PDB digunakan untuk memenuhi Konsumsi Rumah Tangga sebesar
56,7 persen, Konsumsi Pemerintah 9,1 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
atau Investasi Fisik 32,2 persen dan Ekspor 24,6 persen. Sedangkan untuk penyediaan
dari Impor sebesar 23,0 persen. Dalam kurun waktu 2006‐2010 PDB per kapita atas dasar
harga berlaku terus mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2006 sebesar Rp14,9 juta
(US$1.647,8), tahun 2007 sebesar Rp17,4 juta (US$1.922,2), tahun 2008 sebesar Rp21,4
juta (US$2.245,2), pada tahun 2009 mencapai Rp23,9 juta (US$2.349,6), dan pada tahun
2010 mencapai Rp27,0 juta (US$3.004,9).