Anda di halaman 1dari 7

Order Reaksi dan Mekanisme

Orde reaksi adalah banyaknya faktor konsentrasi zat reaktan yang mempengaruhi
kecepatan reaksi.

Penentuan orde reaksi tidak dapat diturunkan dari persamaan reaksi tetapi hanya
dapat ditentukan berdasarkan percobaan.

Suatu reaksi yang diturunkan secara eksperimen dinyatakan dengan rumus


kecepatan reaksi :

v = k (A) (B) 2

persamaan tersebut mengandung pengertian reaksi orde 1 terhadap zat A dan


merupakan reaksi orde 2 terhadap zat B. Secara keselurahan reaksi tersebut
adalah reaksi orde 3.

Apa itu mekanisme reaksi?

Dalam perubahaan kimia, beberapa ikatan-ikatan diceraikan dan ikatan-ikatan


baru dibentuj. Tidak jarang, perubahan-perubahaan ini begitu rumit untuk
dilangsungkan dalam satu langkah sederhana. Melainkan, reaksi sering berlangsung
dalam beberapa tahap perubahaan-perubahaan kecil.

Mekanisme reaksi menjelaskan satu atau lebih langkah yang terjadi di reaksi
sehingga mampu menggambarkan bagaimana beberapa ikatan tercerai dan
terbentuk. Contoh-contoh berikut ini berdasar dari kimia organik yang mudah
dimengerti walaupun misalnya Anda tidak terbiasa dengannya.

Langkah penentuan laju reaksi

Laju reaksi keseluruhan (dimana pengukurannya diperlukan beberapa eksperimen)


dikontrol oleh laju reaksi yang paling lambat. Dalam contoh diatas, ion hidroksi
tidak dapat berinteraksi dengan ion positif sampai ion positif terbentuk. Lankah
kedua dapat diandaikan dengan reaksi yang menunggu langkah laju reaksi pertama
terbentuk.

Langkah reaksi lambat ini disebut juga dengan langkah penentuan laju reaksi.

Sepanjang terdapat beberapa macam laju yang berbeda dari langkah-langkah,


ketika kita mengukur laju suatu reaksi, sebenarnya kita mengukur langkah
penentuan laju reaksi.

Mekanisme reaksi dan order reaksi

Contoh-contoh yang kita gunakan pada halaman ini merupakan contoh yang
sederhana dimana reaksi berlangsung dalam order 0, 1 atau 2. Dimana langkah
reaksi lambat berlangsung sebelum langkah-langkah reaksi cepat lainnya.

Molekularitas reaksi

Jika kita mengetahui mekanisme dari suatu reaksi, kita dapat menuliskan
persamaan dari suatu rangkaian langkah-langkah yang membentuk reaksi tersebut.
Tiap langkah-langkah tersebut memiliki molekularitas.

Molekularitas dari sebuat langkah dapat ditentukan dengan menghitung jumlah dari
partikel (molekul, ion , atom atau radikal bebas) yang terlibat dalam langkah
tersebut. Sebagai contoh, mari kita lihat mekanisme yang telah kita bahas
sebelumnnya:

Langkah ini melibatkan satu molekul yang tercerai menjadi ion-ion. Karena hanya
ada satu jenis partikel yang terlibat didalam reaksi, maka reaksi ini memiliki
molekularitas 1. Ini dapat dideskripsikan sebagai reaksi unimolekular.

Langkah kedua dari mekanisme melibatkan dua ion yang berinteraksi bersama.

Langkah ini memiliki molekularitas 2 atau disebut juga dengan reaksi bimolekular.

Reaksi lainnya yang telah kita bahas terjadi dalam satu langkah yaitu :
Karena dua jenis partikel terlibat (satu molekul dan satu ion), reaksi ini juga
merupakan reaksi bimolekular.

Kecuali reaksi keseluruhan yang terjadi dalam satu langka (seperti reaksi terakhir
diatas), kita tidak dapat menentukan molekularitasnya. Kita perlu mengetahui
mekanisme dan tiap-tiap langkah reaksi memilki molekuralitasnya sendiri.

Satu hal yang perlu diingat dan sering sekali kita dibingungkan adalah konsep
molekularitas tidak sama dengan dengan konsep order reaksi

Contoh soal :

Dari reaksi 2NO(g) + Br2(g) ® 2NOBr(g)

dibuat percobaan dan diperoleh data sebagai berikut:

No. (NO) mol/l (Br2) mol/l Kecepatan Reaksi

mol / 1 / detik

1. 0.1 0.1 12

2. 0.1 0.2 24

3. 0.1 0.3 36

4. 0.2 0.1 48

5. 0.3 0.1 108

Pertanyaan:

a. Tentukan orde reaksinya !

b. Tentukan harga k (tetapan laju reaksi) !

Jawab:

a. Pertama-tama kita misalkan rumus kecepatan reaksinya adalah V = k(NO)x(Br2)y


: jadi kita harus mencari nilai x den y.
Untuk menentukan nilai x maka kita ambil data dimana konsentrasi terhadap Br2
tidak berubah, yaitu data (1) dan (4).

Dari data ini terlihat konsentrasi NO naik 2 kali sedangkan kecepatan reaksinya
naik 4 kali maka:

2x = 4 ® x = 2 (reaksi orde 2 terhadap NO)

Untuk menentukan nilai y maka kita ambil data dimana konsentrasi terhadap NO
tidak berubah yaitu data (1) dan (2). Dari data ini terlihat konsentrasi Br2 naik 2
kali, sedangkan kecepatan reaksinya naik 2 kali, maka :

2y = 2 ® y = 1 (reaksi orde 1 terhadap Br2)

Jadi rumus kecepatan reaksinya : V = k(NO)2(Br2) (reaksi orde 3)

b. Untuk menentukan nilai k cukup kita ambil salah satu data percobaan saja
misalnya data (1), maka:

V = k(NO)2(Br2)

12 = k(0.1)2(0.1)

k = 12 x 103 mol-212det-1

Kinetika Orde dua; bentuk integrasi

Kinetika Orde 2

2A à produk

• Bentuk lain dari reaksi orde 2 adalah r = k[A][B].

Untuk Reaksi: aA + bB à produk

Terminologi Orde Reaksi

NO(g) + O3(g) à NO2(g) + O2(g)

Persamaan laju hasil eksperimen


Laju = k[NO][O3]

Reaksi dikatakan orde satu terhadap NO dan orde satu terhadap O3 dan secara
overall reaksi berorde dua

Menentukan Orde Reaksi

Misalkan suatu reaksi:

O2(g) + 2NO(g) à 2NO2(g)

Persamaan laju dituliskan sebagai

Laju = k[O2]m[NO]n

Untuk menentukan orde reaksi kita harus melakukan serangkaian eksperimen


masing-masing dimulai dengan satu set konsentrasi reaktan yang berbeda-beda dan
dari masing-masing akan diperoleh laju awal

Energi Aktivasi

Energi aktivasi merupakan sebuah istilah yang diperkenalkan oleh Svante


Arrhenius, yang didefinisikan sebagai energi yang harus dilampaui agar reaksi kimia
dapat terjadi. Energi aktivasi bisa juga diartikan sebagai energi kinetic minimum
yang dibutuhkan agar reaksi kimia tertentu dapat terjadi. Energi aktivasi sebuah
reaksi biasanya dilambangkan sebagai Ea, dengan satuan kilo joule per mol.

Terkadang suatu reaksi kimia membutuhkan energi aktivasi yang teramat sangat
besar, maka dari itu dibutuhkan suatu katalis agar reaksi dapat berlangsung dengan
pasokan energi yang lebih rendah.

Kaitan antara energi aktivasi dengan berlangsungnya suatu reaksi dapat


dianalogikan dengan proses mendorong mobil dari suatu tempat (A) ke tempat lain
(B) melalui jalan mendaki dan menurun.
Pentingnya aktivasi energi

Tumbukan-tumbukan akan menghasilkan reaksi jika partikel-partikel bertumbukan


dengan energi yang cukup untuk memulai suatu reaksi. Energi minimum yang
diperlukan disebut dengan reaksi aktivasi energi.

Kita dapat menggambarkan keadaan dari energi aktivasi pada distribusi Maxwell-
Boltzmann seperti ini :

Hanya partikel-partikel yang berada pada area di sebelah kanan dari aktivasi
energi yang akan bereaksi ketika mereka bertumbukan. Sebagian besar dari
partikel tidak memiliki energi yang cukup dan tidak menghasilkan reaksi.

Katalis dan aktivasi energi

Untuk meningkatkan laju reaksi kita perlu untuk meningkatkan jumlah tumbukan-
tumbukan yang berhasil. Salah satu cara alternatif untuk mewujudkannya adalah
dengan menurunkan energi aktivasi.

Dengan kata lain, menggeser energi aktivasi seperti diagram dibawah ini :

Menambahkan katalis memberikan perubahaan yang berarti pada energi aktivasi.


Katalis menyediakan satu rute alternatif bagi reaksi. Rute alternatif ini memiliki
energi aktivasi yang rendah. Diagram dibawah ini merupakan gambaran keadaan
energi.

Ingat, katalais hanya mempengaruhi laju pencapaian kesetimbangan, bukan posisi


keseimbangan (misalnya : membalikkan reaksi). Katalis tidak menggangu gugat
hasil suatu reaksi kesetimbangan dan konsentrasi atau massanya setelah reaksi
selesai sama dengan konsentrasi atau massa reaksi sebelum reaksi dilangsungkan.

Persamaan Arrhenius

Distribusi Maxwell-Boltzmann
Karena energi aktivasi memegang peranan penting dalam menentukan suatu
tumbukan menghasilkan reaksi, hal ini sangat berguna untuk menentukan
bagaimana macam bagian partikel berada untuk mendapatkan energi yang cukup
ketika mereka bertumbukan.

Di dalam berbagai system, keberadaan partikel-partikel akan memiliki berbagai


variasi besar energi. Untuk gas dapat diperlihatkan melalui diagram yang disebut
dengan Distrubis Maxwell-Boltzmann dimana setiap kumpulan beberapa partikel
memiliki energinya masing-masing.

Distribusi Maxwell-Boltzmann dan Energi Aktivasi

Ingat bahwa ketika reaksi berlangsung, partikel-partikel harus bertumbukan guna


memperoleh energi yang sama atau lebih besar daripada aktivasi energi untuk
melangsungkan reaksi. Kita dapat mengetaui dimana energi aktivasi berlangsung
dari distribusi Maxwell-Boltzmann.

Perhatikan bahwa sebagian besar dari partikel-partikel tidak memiliki energi yang
cukup untuk bereaksi ketika mereka bertumbukan. Untuk membuat mereka
bereaksi kita dapat mengubah bentuk dari kurva atau memindahkan aktivasi lebih
kekanan.

Anda mungkin juga menyukai