Anda di halaman 1dari 5

BIODELIGNIFIKASI BATANG JAGUNG

DENGAN JAMUR PELAPUK PUTIH Phanerochaete chrysosporium

Fadilah, Sperisa Distantina, Enny Kriswiyanti Artati, dan Arif Jumari


Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UNS, Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta
Email : fadil_am@uns.ac.id

Abstract : The crisis of energy and enviromental problems has led the inovation of the paper
manufacturing process that enviromentall- friendly and energy saving. Biological systems can
be used for this purposed. The most commonly utilized fungus is the white-rot fungus
Phanerochaete chrysosporium. The goal of this research is to determine the lignin degradation
in the corn stalk using Phanerochaete chrysosporium. Dried corn stalk with 40 mesh size was
soaked in the medium culture, adding with glucose and the pH was adjust at 4. These corn
stalk were then sterilized in the autoclaf at 121 oC. Inoculation was done by adding 5 mL
fungus suspension. Six flask containing the stalk were placed in the incubator at 38 oC. The
culture then incubated for 30 days. The lignin and cellulose content were analyzed every 5
days. A control witrhout adding fungus was treated with same condition. The results show that
the longer incubation time, the lower lignin content. At 30 days incubation, 81,4% of lignin
degradation were achieved. The degradation of lignin occured together with degradation of
cellulose but the degradation of cellulose is less then the lignin. At 30 days incubation, 22,3%
of cellulose degradation were achieved.

Keywords : Biodelignification, white rot fungus, corn stalk

PENDAHULUAN Penggunaan teknologi yang ramah


lingkungan antara lain dengan menggunakan
Industri kertas di Indonesia jarang yang
sistem biologi, yang mengambil keuntungan
mempunyai proses pulping sendiri.
dari kemampuan alamiah suatu organisme
Kebanyakan industri mendatangkan pulp dari
dalam melepaskan serat selulosa dari lignin
luar negeri. Hal ini disebabkan besarnya
(biodelignifikasi). Sejumlah jamur pelapuk putih
ongkos produksi pulp kertas. Dalam industri
telah dicoba kemampuannya dalam
kertas yang mengolah pulp secara kimia, harus
mendegradasi lignin. Salah satu jamur yang
tersedia unit pengolah limbah, di mana biaya
sering digunakan adalah Phanerochaete
dalam mengolah limbah pulp kertas sangat
chrysosporium. Pada penelitian ini akan
mahal, hampir 20% dari investasi harus
dilakukan proses biodelignifikasi batang jagung
disediakan.
dengan menggunakan jamur pelapuk putih
Ini tentunya sangat bertolak belakang
Phanerochaete chrysosporium.
dengan kenyataan bahwa negara Indonesia
Dalam proses pulping cara
adalah negara yang kaya akan bahan pertanian
biodelignifikasi, banyak faktor yang
dan hasil hutan. Semua tanaman berpotensi
berpengaruh terhadap pulp yang dihasilkan.
sebagai bahan baku dalam pembuatan pulp,
Walaupun biodelignifikasi merupakan suatu
karena mengandung selulosa yang dapat
proses yang sederhana, tetapi beberapa faktor
dijadikan pulp. Untuk mendapatkan pulp,
perlu diperhatikan. Faktor tersebut antara lain
selulosa harus dipisahkan dari zat pengikatnya
spesies jamur yang digunakan, ukuran dan
yaitu lignin (delignifikasi) yang dikenal pula
bentuk inokulum, spesies bahan yang diolah,
sebagai proses pulping.
perlakuan awal bahan, waktu inkubasi, aerasi,
Krisis enegi dan lingkungan mendorong
dan nutrisi.
pengembangan teknologi kertas yang ramah
Dalam proses biodelignifikasi batang
lingkungan dan hemat energi. Perlu dilakukan
jagung dengan jamur Phanerochaete
penggunaan sumber daya alam yang efisien
chrysosporium, masalah yang dihadapi adalah
dan penemuan alternatif penggunaan bahan
seberapa besar lignin dapat didegradasi oleh
yang terbarukan ataupun bahan sisa / buangan.
jamur dengan penambahan penambahan
Banyak bagian tanaman yang terbuang setelah
nutrisi serta berbagai mineral tertentu.
dilakukan panen. Salah satunya adalah batang
jagung. Batang ini masih mengandung selulosa
LANDASAN TEORI
yang mungkin dapat digunakan sebagai bahan
Secara umum, semua proses pulping
baku pembuatan pulp.
adalah memisahkan serat-serat kayu dari

Biodelignifikasi Batang Jagung dengan Jamur Pelapuk Putih Phanaerochaete chrysosporium 7


(Fadilah, Sperisa Distantina, Enny Kriswiyanti Artati, dan Arif Jumari)
ikatan kompleksnya saat masih terikat satu degradasi lignin dalam penerapan proses
dengan yang lainnya. Dari semua bagian kayu, biokonversi lignoselulosa. (Johjima, 1999)
selulosa merupakan bagian yang diinginkan Menurut Dey, S. (1984) Phanerochaete
tertinggal sebagai pulp untuk produksi kertas, chrysosporium lebih efisien tiga kali atau lebih
sedangkan bagian yang tidak diinginkan berada dibandingkan dengan Polyporus ostreiformis
dalam pulp adalah lignin. Lignin merupakan dalam mendegradasi lignin. Percobaan Dey ini
suatu makromolekul kompleks, suatu polimer dilakukan denagn menginkubasi jerami yang
aromatik alami yang bercabang – cabang dan direndam dalam medium Tien dan Kirk
mempunyai struktur tiga dimensi yang terbuat (krik,1984). Dilakukan penambahan glukosa
dari fenil propanoid yang saling terhubung untuk tambahan nutrisi bagi jamur. Inkubasi
dengan ikatan yang bervariasi. Lignin dilakukan selama tiga minggu pada suhu 38 oC
membentuk matriks yang mengelilingi selulosa pada kelembaban 90 %
dan hemiselulosa, penyedia kekuatan pohon
Rolz, C., et.al. (1986), mempelajari
dan pelindung dari biodegradasi.
biodelignifikasi rumput lemon dan bagas
Suatu sistem biologi dapat melepaskan
sitronela dengan menggunakan dua belas jenis
serat selulosa dari matriks lignin dengan
jamur putih. Proses dilakukan dengan tanpa
mengambil keuntungan dari kemampuan penambahan mineral. Selama 5 – 6 minggu
alamiah suatu organisme. Jamur pelapuk putih inkubasi yang dilakukan pada suhu kamar
ini lebih cenderung mendegradasi lignin diperoleh hasil yang berbeda-beda pada
dibanding serat kayu, hal ini yang dipilih penggunaan jamur yang berbeda dan untuk
sebagai perlakuan biologis untuk pulping kayu bahan yang berbeda pula. Semua jamur
atau disebut sebagai biopulping. menunjukkan aktivitas lignolitik, menghasilkan
Jamur Phanerochaete chrysosporium enzym untuk mendegradasi lignin. Dari kedua
merupakan jamur pelapuk putih yang ada pada belas jamur tersebut, Bondarzewia berkelenyi
kayu. Jamur ini menghasilkan enzim merupakan jamur yang paling efektif,
ekstraseluler LiP, MnP, dan Lakase (Bajpai, Phanerochaete chrysosporium menempati
1999). Enzim yang dihasilkan ini berperan urutan keempat setelah Coriolus versicolor dan
dalam pelapukan kayu, pendegradasi sampah, Pleurotus flabellatus.
serta lignin. P. chrysosporium mempunyai
suhu pertumbuhan optimum 40 oC, pH 4-7, dan Untuk rumput lemon dengan
aerob. Dibandingkan dengan lainnya, jamur menggunakan Phanerochaete chrysosporium
pelapuk putih merupakan jenis yang paling aktif diperoleh kehilangan lignin sebesar 40,90%
mendegradsi lignin dan menyebabkan warna sedangkan untuk bagas sitronela sebesar
kayu lebih muda. Jamur pelapuk putih 32,02 %. Hilangnya lignin oleh jamur diikuti
memerlukan sumber karbon sebagai energi pula dengan hilangnya hemiselulosa dan
tamnahan atau nutrisinya adar kandungan selulosa. Untuk rumput lemon, hemiselulosa
polisakarida dalam kayu tidak didegradasi. yang hilang sebesar 15,76 % sedangkan untuk
Kalsifikasi jamur P. Chrysosporium : bagas sitronela adalah sebesar 18,11%.
Divisi : Eumycota Diperoleh juga bahwa jamur ini cenderung lebih
SubDivisi : Basidiomycotania banyak menguraikan hemiselulosa
Class : Hymonomycetes debandingkan dengan selulosa. Perbandingan
Sub Class : Holobasidiomycetidae hilangnya hemiselulosa terhadap selulosa
Genus : Sporotrichum adalah sebesar 1,48 untuk rumput lemon dan
(Phanerochaete) sebesar 1,72 untuk bagas sitronela.
Spesies : Chrysosporium Belewu, M.A. (2006) mempelajari
Dari ribuan jamur yang diketahui inkubasi jamur Pleurotus sajor caju dalam
mempunyai kemampuan ligninolitik, media serbuk gergaji dan sisa kapas
Phanerochaete chrysosporium merupakan menemukan bahwa untuk 60 hari inkubasi
jamur yang paling banyak dipelajari (Howard, kandungan lignin dalam serbuk gergaji
et. Al, 2003). Keadaan ligninolitik adalah berkurang dari 44,36% menjadi 25,53%,
keadaan di mana jamur mengeluarkan enzim sedangkan dalam sisa kapas berkurang dari
yang dapat mendegradasi lignin. Pada jamur 20% menjadi 14,2%. Pengurangan kandungan
pelapuk putih, enzim yang dikeluarkan adalah selulosa juga terjadi namun jumlah
enzim peroksidase. Phanerochaete pengurangannya lebih kecil, yaitu dari
chrysosporium mengeluarkan enzim heme kandungan 31,99% menjadi 30,89% untuk
peroksidase, yaitu lignin peroksidase (LiP) dan serbuk gergaji dan dari kandungan 23,72
mangan peroksidase (MnP). Jamur ini telah menjadi 21,58% untuk sisa kapas. Hal ini
dipertimbangkan dalam produksi enzim untuk menunjukkan bahwa jamur lebih cenderung

8 E K U I L I B R I U M Vol. 7 No. 1. Januari 2008 : 7 – 11


untuk menguraikan lignin dibandingkan dengan 7. MnSO4.H2O 0,03
hemiselulosa maupun selulosa.
Widjaya, mempelajari biodelignifikasi Bahan-bahan tersebut dilarutkan dalam
kayu sengon dan kayu pinus dengan aquades menjadi larutan 150 ml.
menggunakan jamur pelapuk putih Suspensi jamur dibuat dengan cara
Phanerochaete chrysosporium. Digunakan agar memisahkan spora jamur dari PDAnya dengan
dan okara sebagai media dasar untuk inokulasi. menggunakan jarum ose, selanjutnya
Selama 30 hari inkubasi, degradasi lignin pada mencampurkan dalam 20 ml larutan tween 80
sengon dengan menggunakan okara yang 0,01% dalam labu ukur 50 mL dan diencerkan
diperkaya dengan media nitrogen terbatas sampai volume 50 mL.
mencapai 55%. Percobaan dilakukan dengan
memasukkan 10 gram batang jagung yang
Keadaan ligninolitik dapat didorong lolos 40 mesh dalam elemeyer 250 mL
dengan penyediaan nitrogen yang terbatas. selanjutnya ditmbahkan 0,01 gram glukosa dan
Pengurangan konsentrasi nitrogen dalam diaduk sampai rata. Dimasukkan 15 ml larutan
media mendorong degradasi lignin dari media kultur. Bahan disterilisasi dalam autoklaf
lignoselulosa gandum oleh P. chrysosporium, pada suhu 121
o
C selama 15 menit,
S. pulverulentum, dan C. versicolor (Rolz, 1986 didinginkan dan diinokulasi dengan
). menambahkan 5 mL suspensi jamur. Bahan
Dalam kerjanya, enzim peroksidase dimasukkan dalam inkubator dengan suhu 38
O
terlebih dahulu dioksidasi oleh H2O2, yang juga C selama 30 hari, setiap 5 hari dilakukan
dihasilkan oleh jamur, untuk membentuk suatu analisis terhadap konsentrasi lignin dan
zat antara. Zat ini selanjutnya direduksi oleh selulosa. Suatu kontrol tanpa penambahan
sebuah elektron dan membentuk zat kedua yng jamur diperlalukan dengan kondisi yang sama,
bersifat redikal. Selanjutnya zat kedua dan dianalisis pada hari ke-30
mengoksidasi substrat berikutnya dengan satu
elektron sehingga siklus katalitis tersebut HASIL DAN PEMBAHASAN
lengkap. Senyawa veratril alkohol merupakan Hasil penelitian degradasi lignin batang
metabolit sekunder yang juga dihasilkan oleh jagung dengan menggunakan jamur
jamur. Ditemukan bahwa beberapa substrat Phanerochaete chrysosporium dapat dilihat
tertentu yang tidak dapat dioksidasi oleh lignin pada gambar 1.
peroksidase akan teroksidasi jika di dalam
campuran inkubasi terdapat veratril alkohol. 90
Dikatakan bahwa H2O2 dan veratril alkohol 80
merupakan mediator dalam proses 70
% hilang lignin,
hilang selulosa

60
biodelgnifikasi ini. (Koduri, 1994) 50 lignin

Widjaya, 2004, mempelajari pengaruh 40 selulosa


30
konsentrasi mediator pada biodelignifikasi 20
bagas dengan menggunakan jamur 10
Phanerochaete chrysosporium. Degradasi 0
0 10 20 30 40
lignin mencapai 28,7% pada perbandingan
waktu, hari
penggunaan veratril alkohol-H2O2 sebesar
40:40 mM, sedangkan yang tanpa penambahan Gambar 1. Hubungan % hilang lignin dengan
mediator diperoleh hasil sebesar 10,8%. waktu inkubasi.

Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa


METODE PENELITIAN semakin lama waktu inkubasi jumlah lignin
Bahan-bahan berikut ini digunakan dalam yang hilang semakin besar. Degradasi lignin
penyiapan media kultur : dapat mencapai 81,4 % pada inkubasi selama
30 hari. Hal ini menunjukkan bahwa jamur
Bahan Jumlah (gram) Phanerochaete chrysosporium memang
1. KH2PO4 7,2 merupakan organisme ligninolitik yang efisien.
2. MgSO4.7H2 O 1,5 Terlihat pula dari gambar 1, kurva masih
3. CaCl2.H2O 0,3 mempunyai lereng yang besar, yang berarti laju
4. FeCl3.6H2 O 0,045 degradasi lignin sampai inkubasi hari ke 30
5. ZnSO4.7H2O 0,023 masih tinggi.
6. CuSO4.5H2 O 0,015

Biodelignifikasi Batang Jagung dengan Jamur Pelapuk Putih Phanaerochaete chrysosporium 9


(Fadilah, Sperisa Distantina, Enny Kriswiyanti Artati, dan Arif Jumari)
Biodegradasi lignin dapat terjadi jika Ucapan terima kasih disampaikan kepada
jamur pelapuk putih menghasilkan enzim Danang Adi Prabowo dan Sri Lestari yang telah
degradasi lignin ekstraselular, yaitu lignin membantu penelitian ini.
peroksidase dan Mn peroksidase yang disebut
sebagai keadaan ligninolitik. Lignin peroksidase DAFTAR PUSTAKA
dan Mn peroksidase diketahui merupakan Akhtar, M., 1997, US Patent.
ekstraselular enzim yang mengkatalisis Belewu, M.A., 2006, Conversion of Masonia
oksidasi suatu senyawa aromatik. Keadaan Tree Sawdust and Cotton Plant by
ligninolitik Phanerochaete chrysosporium akan Product into Feed by White Rot Fungus
teraktivasi saat metabolisme sekunder (Pleurotus sajor caju), African Journal of
pertumbuhan jamur dan diatur oleh Biotech., 5, 503 - 504
tersediaanya nutrisi, oksigen, trace logam, dan Dey, S., Maiti, T.K., and Bhattacharyya, B.C.,
pH. Masih tingginya laju degradasi lignin pada 1994, Production of Some Extracellulear
hari ke 30 mungkin disebabkan oleh masih Enzymes by a Lignin Peroxidase-
cukupnya nutrisi untuk pertumbuhan jamur. Producing Brown Rot Fungus, Polyporus
Dalam percobaan ini ditambahkan glukosa ostreiformis, and Its Comparative Abilities
sebagai nutrisi tambahan bagi jamur. for Lignin Degradation and Dye
Jamur Phanerochaete chrysosporium Decolorization, Applied and Enviromental
juga menyebabkan terjadinya degradasi Microbiology, 60, 4216-4218.
selulosa. Terlihat pada pada gambar 1, terjadi Hossain, S.M. and Anantharaman, N., 2006,
kehilangan ligin dimana semakin lama waktu Activity Enhanchement of Ligninolytic
inkubasi dilakukan, % hilang lignin semakin Enzymes of Trametes versicolor with
besar. Degradasi selulosa mencapai 22,3% Bagasse Powder, African Journal of
pada 30 hari inkubasi. Dalam proses Biotech., 5, 189 – 194
biopulping, sebenarnya yang diinginkan adalah http://www.freepatentsonline.com/6958110.h
terurainya lignin, tetapi ternyata selulosa juga tml, “Apparatus for the Production of
mengalami peruraian/degradasi. Hal ini Cellulose Paper Pulps by
disebabkab karena jamur Phanerochaete biodelignification of Vegetative Masses”,
chrysosporium juga menghasilkan enzim yang US Patent 6958110.
dapat menguraikan selulosa seperti enzim Howard, R.T., Abotsi, E., Jansen van
protease, kuinon reduktase, dan selulase. Rensburg, E.L., anf Howard, S., 2003,
Walaupun terdapat sejumlah selulosa yang Lignocellulose Biotechnology : Issue of
terdegradasi tetapi jumlahnya relatif lebih kecil Bioconversion and Enzyme Production,
dibanding degradasi lignin. Dalam batang African Journal of Biotech., 2, 602 -619
jagung, selulosa dikelilingi oleh lignin, sehingga Johjima, T., Itoh, N., Kabuto, M., Tokimura, F.,
ligninlah yang terlebih dahulu diuraikan olah Nakagawa, T., Wariishi, H., and Tanaka,
jamur. H., 1999, Diretct Interaction of Lignin and
Selulosa akan diuraikan oleh jamur Lignin Peroxidase from Phanerochaete
menjadi senyawa yang sederhana yang chrysosporium, Proc. Natl. Acad. Sci.
dipergunakan oleh jamur sebagai nutrisi untuk USA, 96, 1989-1994
pertumbuhannya. Penambahan nutrisi berupa Kirk, T.K. and Tien, M., 1988, Lignin Peroxidase
glukosa merupakan faktor yang memperkecil of Phanerochaete chrysosporium,
degradasi selulosa oleh jamur. Penambahan Methods in Enzymology, 161, 238-249.
nutrisi akan meningkatkan laju degradasi lignin, Koduri, R.S. and Tien, M. 1994, Kinetic
meningkatkan pertumbuhan jamur serta Analysis of Lignin Peroxidase :
menurunkan laju degradasi selulosa. Explanation for the Mediation
Phenomenon by Veratryl Alcohol,
KESIMPULAN Biochemistry, 33, 4225-4230.
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan : Martina, A., Yuli, N., dan Sutisna, M., 2002,
1. Jamur Phanerochaete chrysosporium dapat Optimasi Beberapa Faktor Fisik Terhadap
mendegradasi lignin pada batang jagung. Laju Degradasi Selulosa Kayu Albasia
2. Pada 30 hari inkubasi, lignin terdegradasi (Parserianthes Falcataria (L) Nielsen Dan
sejumlah 81,4%. Karboksimetilselulosa (CMC) Secara
3. Degradsi lignin diikuti dengan degradasi Enzimatik Oleh Jamur, Jurnal Natur
selulosa walaupun jumlahnya relatif lebih Indonesia, 4(2), 156-163.
sedikit yaitu 22,3 % pada 30 hari inkubasi. Rolz, C., de Leon, R. de Arriola, M.C., and de
UCAPAN TERIMA KASIH Cabrera, S., 1986, Biodelignification of
Lemon Grass and Citronella Bagasse by

10 E K U I L I B R I U M Vol. 7 No. 1. Januari 2008 : 7 – 11


White-Rot Fungi, Applied and development of Pulp and Paper
Enviromental Microbiology, 52, 607-611. Industries in Indonesia.
Widjaya, A, Andriyani, S., and Pratami, A.A., Widjaya, A. , Ferry, Musmariadi, 2004,
http/www.cape.canterbury.ac, Study of Pengaruh Berbagai Konsentrasi Mediator
Biodelignification on Sengon pada Biodelignifikasi Menggunakn Enzim
(Paraserianthes falcataria) and Pine Kasar Lignin Peroksidase, JTKI, 3. 71-79
(Pinus merkusi) Using White-Rot Fungus
Phanerochaete chrysosporium for the

Biodelignifikasi Batang Jagung dengan Jamur Pelapuk Putih Phanaerochaete chrysosporium 11


(Fadilah, Sperisa Distantina, Enny Kriswiyanti Artati, dan Arif Jumari)

Anda mungkin juga menyukai