Anda di halaman 1dari 4

Dalam era reformasi dan otonomi daerah masyarakat diharapkan lebih meningkatkan

partisipasinya dalam berbagai bidang salah satu diantaranya adalah bidang pendidikan.
Perubahan sistim pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi saat ini membuka
peluang masyarakat secara luas untuk dapat meningkatkan peran sertanya dalam
pengelolaan pendidikan. Hal ini dapat di salurkan melalui Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah.

Pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah diharapkan dapat memacu usaha
dalam pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini selaras
dengan konsepsi partisipasi berbasis masyarakat (community-based participation) dan
manajemen berbasis sekolah (school-based management) yang kini tidak hanya sebagai
wacana, tetapi telah mulai diimplementasikan.

Berdasarkan prinsip desentralisasi pendidikan, sekolah mendapat kewenangan untuk


merencanakan, menyusun, melaksanakan, memonitor, dan mengevaluasi program yang
telah dibuat secara demokratis. Di samping itu sekolah juga memperoleh kewenangan
untuk mengelola sarana dan prasarana yang tersedia, mengelola SDM yang dimiliki, serta
melibatkan kepedulian stakeholder dalam pelaksanaan pendidikan.

Berdasarkan menejemen berbasis sekolah (school-based management) pembuatan


perencanaan sampai evaluasi program semestinya melibatkan komponen yang ada di
sekolah. Dengan melibatkan warga sekolah diharapkan dapat tercipta team work yang
kompak sehingga secara cermat keberhasilan dan kelemahan program yang telah dibuat
dapat dideteksi. Sayangnya, sedikit sekolah yang melibatkan warganya dalam membuat
program sampai ke evaluasi. Akibatnya, langkah-langkah yang dilakukan oleh pimpinan
sekolah tidak sampai pada sasaran.

Otonom yang diberikan kepada sekolah, diharapkan dapat mendongkrak kualitas


pendidikan yang sekarang lagi merosot. Namun, realitasnya sekolah di kaltim pada
umumnya belum dapat mandiri dalam mengelola dan menyelenggarakan pendidikan.
Kebanyakan pemimpin sekolah masih menunggu petunjuk birokrat yang berada di atas,
kurang dapat memberdayakan potensi yang ada di sekolah. Tentu tindakan tersebut
sangat bertentangan dengan model pengelolaan sekolah yang bernuansa manajemen
berbasis sekolah (school-based management).

Peran aktif dari masyarakat dalam memajukan pendidikan sangat penting. Peran aktif
masyarakat ini merupakan bentuk demokrasi berkeadilan yang bermakna, artinya
masyarakat tidak hanya mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan yang bermutu
namun masyarakat juga berkewajiban untuk ikut serta dalam menyediakan dana
pengadaan, pengembangan, pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan serta peran
dalam memberikan sumbangan berupa pikiran sesuai keahlian yang diperlukan untuk
penyusunan program. Aspirasi dan kontribusi dari masyarakat ini pada di tingkat
kabupaten/kota dapat disalurkan melalui Dewan Pendidikan, sedangkan pada tingkat
sekolah melalui Komite Sekolah.
Tujuan dibentuknya Dewan Pendidikan ini memang untuk mewadahi aspirasi masyarakat
dalam melahirkan kebijakan dan program pendidikan. Di samping itu juga untuk
meningkatkan tanggung jawab dan peran aktif seluruh lapisan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan, menciptakan suasana dan kondisi transparan, serta
demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu. Melalui
Dewan Pendidikan ini diharapkan peran aktif masyarakat dapat diorganisir dan
disalurkan secara baik bukan berjuang secara individual seperti sekarang ini.

Dewan Pendidikan memiliki peran memberi pertimbangan (advisory body) dalam


penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan, pendukung (supporting agency) baik
yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan,
pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi, akuntabilitas
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan, mediator antara pemerintah (eksekutif) dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (legislatif) dengan masyarakat.

Berdasarkan tujuan dan perannya, Dewan Pendidikan memiliki peran yang strategis
dalam meningkatkan mutu pendidikan. Sekarang ini yang menjadi permasalahan adalah
pemikiran, pertimbangan, saran, dan kontrol yang telah dilakukan kurang mendapatkan
respon atau hanya dianggap sebagai pelengkap saja oleh pengambil kebijakan. Apalagi
tidak adanya sanksi tegas untuk eksekutif maupun birokrat jika tidak menjalankan saran
dari Dewan Pendidikan. Akhirnya saran dan pertimbangan hanyalah sebagai dokumen di
atas meja bagi pengambil kebijakan pendidikan di pemkab/pemkot. Hal ini tentunya akan
mengakibatkan kibijakan yang di ambil oleh stake holder pendidikan kurang memihak
pada masyarakat.

Permasalahan lain yang muncul adalah bahwa Dewan Pendidikan dianggap belum
menjalankan peran dan fungsinya secara maksimal. Masih lemahnya peran dan fungsi
Dewan Pendidikan mungkin karena Dewan Pendidikan merupakan lembaga baru atau
karena sebab lain misalnya keanggotaan dan kualitas sumber daya manusianya masih
kurang memadai. Akibatnya banyak persoalan pendidikan dewasa ini yang belum
dicermati bahkan belum tersentuh oleh Dewan Pendidikan. Pada hal masyarakat sangat
menaruh harapan yang besar terhadap lembaga ini agar dapat memperbaiki kualitas
pendidikan yang rendah. Berkaitan dengan hal tersebut sering muncul pertanyaan
sanggupkah Dewan Pendidikan menjalankan peran dan fungsinya secara benar? Hal ini
tentunya memerlukan proses dan kerja keras para anggota Dewan Pendidikan serta
dukungan dari berbagai komponen masyarakat untuk mewujudkan.

Di samping Dewan Pendidikan, dalam satuan pendidikan atau (sekolah) juga terdapat
Komite Sekolah. Lembaga ini adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta
masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan
pendidikan di satuan pendidikan baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan
sekolah, maupun jalur pendidikan luar sekolah. Komite Sekolah merupakan implementasi
dari SK Mendiknas Nomor 044/U/2002 yang merupakan lembaga non profit dan non
politis. Lembaga ini dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh para stake-
holder pendidikan pada tingkat satuan pendidikan sebagai representasi dari berbagai
unsur yang bertanggungjawab terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan.
Mengingat Komite Sekolah merupakan lembaga non profit maka sebagai konsekuensinya
para anggota tidak menjadikan lembaga ini hanya sebagai lahan untuk pengumpul dana
dan mencari kehidupan (penghasilan). Para anggota harus sadar bahwa Komite Sekolah
merupakan tempat untuk mengabdi dan berkarya dalam memajukan pendidikan. Sangat
ironis jika ada beberapa sekolah mengeluh karena sebagian dananya habis untuk gaji
anggota Komite Sekolah. Tujuan dirikan Komite Sekolah sudah jelas untuk mewadahi
dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan
operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan (sekolah), meningkatkan
tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan,
menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam
penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.

Keanggotaan Komite Sekolah berasal dari unsur-unsur yang ada dalam masyarakat.
Anggota Komite Sekolah dari unsur masyarakat dapat berasal dari komponen-komponen
sebagai berikut perwakilan orang tua/wali, tokoh masyarakat, anggota masyarakat yang
mempunyai perhatian untuk meningkatkan mutu pendidikan, pejabat pemerintah
setempat, dunia usaha/industri pakar pendidikan yang mempunyai perhatian pada
peningkatan mutu pendidikan, organisasi profesi tenaga pendidikan, perwakilan siswa,
serta perwakilan forum alumni /SMU SD/SLTP /SMK yang telah dewasa dan mandiri.

Melihat komposisi keanggotaan Komite Sekolah sangat komprehensip terdiri dari


berbagai komponen masyarakat, sekarang tinggal bagaimana lembaga ini dalam
menjalankan fungsi dan peranya dalam memajukan pendidikan. Ironisnya anggota
Komite Sekolah yang berasal dari dewan guru kadang kurang respons terhadap
permasalahan yang di hadapi oleh guru itu sendiri maupun sekolah. Hal ini disebabkan
keanggotaanya dalam Komite Sekolah bukan karena ditunjuk dewan guru tetapi ditunjuk
oleh pimpinan sekolah karena yang bersangkutan menduduki jabatan sebagai wakil
kepala sekolah.

Peran yang dijalankan Komite Sekolah tidak jauh berbeda dengan Dewan Pendidikan.
Perbedaanya hanya terletak pada ruang lingkup atau cakupan. Komite Sekolah
lingkupnya lebih kecil yaitu di satuan pendidikan (sekolah). Peran Komite Sekolah
adalah sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency), pendukung (supporting
agency), pengontrol (controlling agency), mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan
masyarakat pada lingkup satuan pendidikan (sekolah).

Permasalahaan yang muncul atas peran Komite Sekolah saat ini lebih kompleks karena
bersentuhan langsung dengan penyelenggaraan pendidikan di tingkat sekolah. Warga
sekolah sangat menaruh harapan yang besar terhadap peran dan fungsi lembaga ini disisi
lain mereka meragukan kinerjanya, sebab sejak berdirinya satu tahun yang lalu lembaga
ini belum dapat merubah dan mewarnai penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

Pada suatu hari penulis mendengar celetukan seorang sahabat “Komite Sekolah nama
cukup keren, kerjamu banyak rintangan dan meragukan” Dalam ucapan sahabat tersebut
tersirat suatu harapan dan sikap pesimis atas kinerja Komite Sekolah. Oleh karena itu,
tidaklah mengheran jika sering muncul pertanyaan apakah Komite Sekolah sekarang ini
telah melaksanakan perannya atau sebaliknya hanya sebagai penghias dan pengukuhan
kebijakan yang dibuat oleh pimpinan sekolah seperti yang dialami BP3 dulu.

Kedua pertanyaan tersebut sama-sama memiliki dampak terhadap kualitas pendidikan


selanjutnya. Pertama, jika Komite Sekolah hanya sebagai pengukuhan kebijakan
pimpinan di sekolah maka nasip pendidikan akan semakin terpuruk, masyarakat (orang
tua siswa), dan warga sekolah akan menjadi korban tindakan ini. Namun sebaliknya, jika
komite menjalankan peran dan fungsinya sebagai mana aturan maka kita masih
mempunyai harapan, kualitas pendidikan akan semakin baik. Untuk membangkitkan agar
Komite Sekolah berperan tentunya perlu dorongan dari berbagai pihak, agar lembaga
yang dibentuk secara demokratis ini berperan dan berfungsi secara maksimal dalam
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah bukan sebagai lembaga yang mengekor dan
dikendalikan oleh pimpinan sekolah.

Langkah pertama yang harus segera dijalankan oleh Komite Sekolah adalah menyerap
aspirasi dari masyarakat (orang tua) dan seluruh warga sekolah untuk mengidentifikasi
permasalahan dan kemauan dalam memajukan sekolah. Di samping itu juga masalah
menejemen dan transparansi keuangan, ini merupakan masalah pokok yang mendesak
untuk dibenahi. Transparansi penggunaan finansial merupakan masalah yang sering
memicu terjadinya ketidakadilan dan ketidakompakan yang menjurus pada permusuhan
antar warga sekolah. Hal ini perlu segera ditindak lanjuti mengingat problem yang ada
disekolah akan berdampak pada kualitas pendidikan

Anda mungkin juga menyukai