Anda di halaman 1dari 19

BAB 2

TINJAUAN TEORETIS

2.1 Citra Digital

Menurut kamus Webster, citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari
suatu objek atau benda. Citra digital adalah representasi dari citra dua dimensi
menggunakan ‘0’ dan ‘1’ (biner). Citra digital dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
raster dan vektor. Pada umumnya, yang disebut dengan citra digital adalah citra digital
dalam bentuk raster atau yang biasa disebut dengan citra bitmap.

2.1.1 Konsep dasar citra digital

Citra digital tersusun dalam bentuk raster (grid atau kisi). Setiap kotak yang terbentuk
disebut pixel (picture element) dan memiliki koordinat (x,y). Koordinat ini biasanya
dinyatakan dalam bilangan bulat positif. Dan setiap pixel memiliki nilai berupa angka
digital yang merepresentasikan informasi yang diwakili oleh pixel tersebut.

Representasi citra digital dalam sebuah file dapat dianalogikan seperti halnya
ketika kita ingin melukis, maka kita harus mempunyai palet dan kanvas. Di mana
palet adalah kumpulan warna yang dapat membentuk citra, seperti palet warna yang
berisi berbagai warna cat. Lalu setiap warna yang berbeda di dalam palet tersebut
diberi nomor. Kemudian kita dapat melukiskan warna-warna tersebut di atas sebuah
kanvas. Kanvas tersebut berupa matriks yang setiap elemen matriksnya dapat diisi
dengan sebuah warna yang berasal dari palet warna. Kumpulan angka (mewakili
warna) dalam bentuk matriks inilah yang disebut dengan citra. Sementara informasi

Universitas Sumatera Utara


mengenai palet (korespondensi antara warna dengan angka) disimpan di dalam
komputer melalui aplikasi untuk membuka citra seperti, Photoshop, dan Paint.

2.1.1.1 Format citra digital

Format data citra digital berhubungan erat dengan warna. Nilai data digital
merepresentasikan warna dari citra. Format citra digital yang banyak digunakan
adalah citra biner (monochrome), citra skala keabuan (gray scale), citra warna (true
color), dan citra warna berindeks. Berikut ini penjelasan untuk masing-masing format
citra digital.

1. Citra biner (monochrome)


Citra biner (monochrome) atau disebut juga binary image, merupakan citra digital
yang setiap pixel-nya hanya memiliki 2 kemungkinan derajat keabuan, yaitu 0 dan
1. Nilai 0 mewakili warna hitam, dan nilai 1 mewakili warna putih, di mana setiap
pixel-nya membutuhkan media penyimpanan sebesar 1 bit.

1 1 1 1 1 1 1

1 0 1 1 1 0 1

1 0 1 1 1 0 1

1 1 0 1 0 1 1

1 1 1 0 1 1 1

1 1 1 0 1 1 1

1 1 1 0 1 1 1

1 1 1 0 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1

Gambar 2.1 Contoh Citra Biner Berukuran 9x7 Pixel dan Representasinya
dalam Data Digital

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.2 Contoh Citra Biner

2. Citra skala keabuan (gray scale)


Citra skala keabuan atau disebut juga dengan citra aras keabuan memberikan
kemungkinan warna yang lebih banyak. Format citra ini disebut dengan aras
keabuan karena ada warna abu-abu diantara warna minimum (hitam) dan warna
maksimum (putih).

Jumlah maksimum warna sesuai dengan bit penyimpanan yang digunakan,


apakah 4 bit atau 8 bit. Citra dengan skala keabuan 4-bit memiliki 24 = 16
kemungkinan warna, yaitu 0 (minimal) hingga 15 (maksimal). Sementara citra
digital dengan skala keabuan 8-bit memliki 28 = 256 kemungkinan warna, yaitu 0
(minimal) hingga 255 (maksimal).

Gambar 2.3 Contoh Citra Skala Keabuan 4-Bit dan Representasinya dalam Data
Digital

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.4 Contoh Citra Skala Keabuan 8-Bit

3. Citra warna (true color)


Pada citra warna (true color) setiap pixel-nya merupakan kombinasi dari tiga
warna dasar merah, hijau, dan biru, sehingga citra warna ini disebut juga citra
RGB (Red Green Blue). Setiap komponen warna memiliki intensitas sendiri
dengan nilai minimum 0 dan nilai maksimum 255 (8-bit). Hal ini menyebabkan
setiap pixel pada citra RGB membutuhkan media penyimpanan 3 byte. Jumlah
kemungkinan kombinasi warna citra RGB adalah 224 = lebih dari 16 juta warna.

1 byte 1 byte 1 byte

Blue Green Red

Gambar 2.5 Format Penyimpanan Warna RGB

Gambar 2.6 Contoh Kombinasi Warna RGB sehingga Menghasilkan Warna


Kuning

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.7 Contoh Citra Warna dan Representasinya dalam Data Digital

Gambar 2.8 Contoh Citra RGB

4. Citra warna berindeks


Setiap pixel pada citra warna berindeks memiliki indeks dari suatu tabel warna
yang tersedia (biasanya disebut palet warna). Keuntungan yang diperoleh dengan
menggunakan palet warna ini adalah kita dapat dengan cepat memenipulasi warna
tanpa harus mengubah informasi dari setiap pixel pada citra.

Indeks R G B
0 255 255 255
1 0 255 0
2 255 255 0
3 100 0 255
4 255 0 255

15 0 255 255

Gambar 2.9 Contoh Palet Warna Citra Berindeks 4-Bit

Universitas Sumatera Utara


Berikut ini adalah gambar derajat keabuan yang mempresentasikan aras abu-
abu dan aras warna pada citra digital dengan media penyimpanan 1-bit, 4-bit, 8-
bit,dan 24-bit.

Gambar 2.10 Aras Warna Citra Digital 1-Bit

Gambar 2.11 Aras Abu-Abu dan Aras Warna pada Citra Digital 4-Bit

Gambar 2.12 Aras Abu-Abu dan Aras Warna pada Citra Digital 8-Bit

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.13 Aras Abu-Abu dan Aras Warna pada Citra Digital 24-Bit (RGB)

2.1.1.2 Elemen dasar citra digital

Terdapat 6 elemen dasar citra digital sebagai berikut.


1. Kecerahan (Brightness), yaitu intensitas cahaya rata-rata dari suatu area yang
melingkupinya.
2. Kontras (Contrast), yaitu sebaran terang dan gelap pada sebuah citra. Sebuah
citra disebut kontras rendah jika komposisi citra tersebut sebagian besar terang
atau sebagian besar gelap. Citra dengan kontras yang baik jika sebaran bagian
terang dan gelap merata.
3. Kontur (Contour), yaitu keadaan yang ditimbulkan oleh perubahan intensitas
pixel-pixel yang berdekatan, sehingga kita dapat mendeteksi tepi objek pada suatu
citra.
4. Warna (Color), yaitu persepsi yang dirasakan oleh sistem visual manusia
terhadap panjang gelombang cahaya yang dipantulkan oleh objek.
5. Bentuk (Shape), yaitu informasi yang ditangkap oleh sistem visual manusia
mengenai citra suatu objek.
6. Tekstur (Texture), yaitu distribusi spasial dari derajat keabuan di dalam pixel-
pixel yang bertetangga.

Universitas Sumatera Utara


2.1.1.3 Struktur data citra digital

Suatu citra digital berbentuk matriks, di mana elemen-elemen matriks dapat diakses
melalui indeksnya, yaitu baris dan kolom. Sebuah citra digital berukuran N x M,
dengan keterangan sebagai berikut.
1. N = jumlah baris (panjang/tinggi matriks)
2. M = jumlah kolom (lebar matriks)
3. L = intensitas warna maksimal (derajat keabuan)

Gambar 2.14 Contoh Struktur Data Citra Digital

2.1.2 Citra bitmap

Bitmap atau .bmp adalah format citra digital yang paling umum dan merupakan
format citra digital standar Windows. Ukuran file bitmap ini bisa sangat besar hingga
Megabytes. File bitmap merupakan format citra digital yang belum terkompresi dan
menggunakan warna RGB (Red, Green, Blue), sehingga setiap elemen pixel-nya
merupakan hasil komposisi 3 komponen warna (merah, hijau, dan biru). Format data
file bitmap dapat dilihat pada gambar berikut.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.15 Format Data File Bitmap
(Sumber: http://lecturer.ukdw.ac.id/anton/download/multimedia2.pdf)

Gambar 2.16 Berkas Header Bitmap


(Sumber: http://lecturer.ukdw.ac.id/anton/download/multimedia2.pdf)

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.17 Berkas Image Bitmap berupa Information Header
(Sumber: http://lecturer.ukdw.ac.id/anton/download/multimedia2.pdf)

Gambar 2.18 Berkas Image Bitmap berupa Core Header


(Sumber: http://lecturer.ukdw.ac.id/anton/download/multimedia2.pdf)

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.19 Berkas Palet Warna Bitmap
(Sumber: http://lecturer.ukdw.ac.id/anton/download/multimedia2.pdf)

Gambar 2.20 Contoh Berkas Data Bitmap 2x2 Pixel, 24-Bit


(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/BMP_file_format)

Universitas Sumatera Utara


2.2 Steganografi

Steganografi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu steganos (rahasia atau tersembunyi)
dan graphy (tulisan atau gambar), sehingga steganografi memiliki arti tulisan
tersembunyi. Steganografi adalah ilmu dan seni menyembunyikan pesan rahasia di
dalam pesan lain sehingga keberadaan pesan rahasia tersebut tidak dapat diketahui.
Steganografi dapat dipandang sebagai kelanjutan kriptografi dan dalam prakteknya
pesan rahasia dienkripsi terlebih dahulu kemudian cipherteks disembunyikan di dalam
media lain sehingga pihak ketiga tidak menyadari keberadaannya (Munir, 2006).

2.2.1 Konsep dan terminologi

Terdapat beberapa istilah yang berkaitan dengan steganografi:


1. Hiddentext atau embedded message, yaitu pesan yang disembunyikan.
2. Covertext atau cover-object, yaitu pesan yang digunakan untuk menyembunyikan
embedded message.
3. Stegotext atau stego-object, yaitu pesan yang sudah berisi embedded message.

Di dalam steganografi digital, baik hiddentext maupun covertext dapat berupa


teks, citra, audio maupun video.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.21 Contoh Covertext, Hiddentext, dan Stegotext
(Sumber: Sinaga, 2008)

Sebenarnya citra stegotext dan covertext tidak sama, citra tersebut mengalami
sedikit perubahan akibat steganografi, namun mata manusia mempunyai sifat kurang
peka terhadap perubahan kecil ini, sehingga manusia sukar membedakan mana
gambar yang asli dan mana gambar yang sudah disisipkan (Munir, 2006).

covertext covertext

stegotext
Encoding Decoding
hiddentext hiddentext
(embeddin) (extraction)

key key

Gambar 2.22 Diagram Penyisipan dan Ekstraksi Pesan

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.23 Diagram Penyisipan dan Ekstraksi Pesan

2.2.2 Teknik penyembunyian data

Teknik penyembunyian data ke dalam covertext dapat dilakukan dalam dua macam
ranah:

1. Ranah spasial (waktu) (spatial time domain)


Teknik ini memodifikasi langsung nilai byte dari covertext (nilai byte dapat
merepresentasikan intensitas/warna pixel atau amplitudo). Contoh metode yang
termasuk ke dalam ranah spasial adalah metode LSB.

2. Ranah transform (transform domain)


Teknik ini memodifikasi langsung hasil transformasi frekuensi sinyal. Contoh
metode yang tergolong ke dalam ranah frekuensi adalah spread spectrum (Munir,
2006).

2.2.3 Least significant bit

Metode LSB (Least Significant Bit) merupakan metode steganografi yang paling
sederhana dan paling mudah diimplementasikan. Untuk menjelaskan metode ini, maka

Universitas Sumatera Utara


digunakan citra digital sebagai covertext. Setiap pixel di dalam citra berukuran 1
sampai 3 byte. Pada susunan bit di dalam sebuah byte (1 byte = 8 bit), ada bit paling
berarti (most significant bit atau MSB) dan bit yang paling kurang berarti (least
significant bit atau LSB). Misalnya pada byte 11010010, bit 1 yang pertama
(digarisbawahi) adalah bit MSB dan bit 0 yang terakhir (digarisbawahi) adalah bit
LSB. Bit yang cocok diganti dengan bit pesan adalah bit LSB, sebab modifikasi hanya
mengubah nilai byte tersebut satu lebih tinggi atau satu lebih rendah dari nilai
sebelumnya. Misalkan byte tersebut di dalam gambar memberikan persepsi warna
merah, maka perubahan satu bit LSB hanya mengubah persepsi warna merah tidak
terlalu berarti. Mata manusia tidak dapat membedakan perubahan yang kecil ini.

Untuk membuat hidden text tidak dapat dilacak, bit-bit pesan tidak mengganti
byte-byte yang berurutan, namun dipilih susunan byte secara acak. Misalnya jika
terdapat 50 byte dan 6 bit data yang akan disembunyikan, maka byte yang akan diganti
LSB-nya dipilih secara acak, misalnya byte nomor 36, 5, 21, 10, 18, 49.

Pada citra 8-bit yang berukuran 256 x 256 pixel terdapat 65536 pixel, setiap
pixel berukuran 1 byte sehingga kita hanya dapat menyisipkan 1 bit pada setiap pixel.
Pada citra 24-bit berukuran 256 x 256 pixel, satu pixel berukuran 3 byte (atau 1 byte
untuk setiap komponen R, G, dan B), sehingga kita bisa menyisipkan sebanyak 65536
x 3 bit = 196608 bit atau 24576 byte (Munir, 2006).

Contoh penyembunyian pesan dengan menggunakan metode LSB ini adalah


sebagai berikut. Misalkan data yang ingin disisipkan (disembunyikan) adalah teks
berupa kata “secret”. Kata “secret” ini kemudian akan direpresentasikan dalam bentuk
biner sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.24 Kata “secret” Direpresentasikan dalam Bentuk Biner

Kemudian, setiap bit dari karakter penyusun kata “secret” akan disisipkan pada
bit terakhir dari setiap byte media penampungnya. Berikut ini gambar contoh data
media penampung sebelum disisipi pesan, contoh data (pesan) yang akan disisipkan,
dan contoh data media penampung setelah disisipi pesan.

Gambar 2.25 Contoh Data Media Penampung Sebelum Disisipi Pesan

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.26 Contoh Data yang Akan Disisipkan

Gambar 2.27 Contoh Data Media Penampung yang Telah Disisipi Pesan

Pada Gambar 2.27, angka yang dicetak tebal (bold) pada akhir setiap byte
merupakan pesan yang disisipkan.

Universitas Sumatera Utara


2.3 Steganalisis

Steganalisis adalah teknik untuk mengetahui apakah ada pesan tersembunyi dalam
suatu media. Teknik steganalisis yang akan digunakan adalah metode Enhanced LSB.

2.3.1 Enhanced LSB

Algoritma Enhanced LSB dikemukakan oleh Andreas Westfeld dan Andreas


Pfitzmann. Ide dasar dari algoritma ini adalah bahwa nilai pencahayaan (luminance
values) LSB pada suatu gambar tidaklah benar-benar acak, namun tetap
menggambarkan bentuk gambar tersebut.

Untuk membedakan keacakan gambar dan isi dari suatu gambar, ataupun
membedakan bit LSB dan bit acak pada gambar, merupakan hal yang sulit. Namun,
pada gambar tersebut akan dilakukan substitusi, dengan maksud agar orang yang
melihat dapat menyadari isi gambar tersebut. Walaupun gambar menjadi sedikit
kabur, kemampuan manusia berimajinasi akan dapat mengenali gambar tersebut.
Kemampuan manusia untuk membedakan apakah terdapat sebuah pesan ataukah
hanya isi gambar inilah yang dimanfaatkan untuk melakukan steganalisis dengan
pendekatan secara visual (visual attack).

Gambar 2.28 Struktur Proses Penyaringan

Prosesnya adalah dengan menggantikan nilai seluruh bit menjadi 1 jika nilai
LSB pada suatu byte adalah 1, dan menggantikan seluruh bit menjadi 0 jika nilai LSB
pada byte tersebut adalah 0. Gambar berikut adalah hasil enhanced LSB dari Gambar
2.27.

Universitas Sumatera Utara


00000000 11111111 11111111 11111111 00000000 00000000 11111111 11111111
00000000 11111111 11111111 00000000 00000000 11111111 00000000 11111111
00000000 11111111 11111111 00000000 00000000 00000000 11111111 11111111
00000000 11111111 11111111 11111111 00000000 00000000 11111111 00000000
00000000 11111111 11111111 00000000 00000000 00000000 11111111 11111111
00000000 11111111 11111111 11111111 00000000 11111111 00000000 00000000

Gambar 2.29 Contoh Hasil Enhanced LSB

Gambar 2.30 Contoh Media Penampung dan Hasil Enhanced LSB Gambar
Tersebut

Gambar hasil penyaringan atau telah di proses dengan metode Enhanced LSB
dapat dibandingkan dengan gambar sebelumnya (gambar asal atau gambar stego-
image). Jika pada gambar hasil enhanced LSB objek gambar terlihat menyerupai
gambar asal, maka tidak terdapat pesan tersembunyi pada gambar tersebut. Namun,
jika objek gambar hasil enhanced LSB tidak terlihat dengan jelas ataupun banyak
terdapat kerusakan (noisy), maka pada gambar tersebut tersembunyi pesan rahasia.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai