Anda di halaman 1dari 21

KOMPOR LIMBAH RAKITAN BERBAHAN BIOGAS HASIL FERMENTASI

AMPAS TAHU AKTIFATOR


BOLUS HEWAN RUMINANSIA

Ika Sartika Saili


Alan Fery Kusuma

Mahasiswa Jurusan Biologi


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSOTAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Alamat : Jalan Ir. Sutami No. 36A, Kentingan Surakarta
Alamat Rumah: Jl. Indronoto No. 20 ngabeyan, Kartasura, Karang Anyar.
Telp. 08127112907 Email: partner.in_brutal@ymail.com

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara yang terletak di garis khatulistiwa yang dianugrahi


oleh Tuhan YME, alam yang berlimpah ruah yang disinari oleh Matahari sepanjang
tahun dan menjadikan Indonesia kaya akan flora dan faunanya yang sangat beragam.
Sinar matahari ini adalah energi utama dalam siklus biokimia yang memegang peranan
penting terjadinya kehidupan tingkat satu dan seterusnya. Hal ini memungkinkan kita
mendayagunakan biogas dari ampas tahu aktifator bolus hewan ruminansia sebagai
energi alternatif terbarukan yang murah dan ramah lingkungan serta dapat
dimanfaatkan untuk memasak. Untuk itu penulis merancang dan membuat kompor
biogas dari ampas tahu yang efisien, mudah dalam pembuatannya dan terjangkau bagi
masyarakat menengah kebawah karena berasal dari barang tak terpakai disekitar kita.
Dengan diameter 240mm dan tinggi 180mm, kompor ini dapat digunakan untuk
memasak, merebus dan memanggang. Hasil dari penelitian biogas dari ampas tahu jauh
lebih baik dibandingkan menggunakan kotoran ternak. Waktu yang diperlukan untuk
memasak sama dengan apabila kita menggunakan LPG dan minyak tanah. Api dapat
berwarna biru, tidak berbau dan tidak mempengaruhi rasa dari masakan. Diharapkan
dengan kompor ini dapat mengurangi ketergantungan akan bahan bakar yang tidak
dapat diperbaharui serta dapat menarik lebih banyak rumah tangga lagi untuk beralih
dari menggunakan bahan bakar minyak tanah ataupun LPG ke biogas dari ampas tahu
ini.

1. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang

Kelangkaan bahan bakar minyak, yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak
dunia yang signifikan, telah mendorong pemerintah untuk mengajak masyarakat
mengatasi masalah energi bersama-sama (Kompas, 23 Juni 2005).
Kenaikan harga yang mencapai 100 dollar Amerika Serikat ini termasuk luar
biasa sebab biasanya terjadi saat musim dingin di negara-negara yang mempunyai
empat musim di Eropa dan Amerika Serikat. Masalah ini memang pelik sebagaimana
yang sering dikemukakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam beberapa
kesempatan. Seruan serupa untuk semakin kritis dalam mengkonsumsi energi juga
semakin marak ditemukan. Bila diperhatikan, kampanye hemat energi memang terus
bermunculan.
Jika kita melihat tingkat konsumsi energi di seluruh dunia pada saat ini,
penggunaan energi diprediksikan akan meningkat sebesar 70% antara tahun 2000
sampai 2030, hal ini disebabkan karena semakin banyaknya energi yang dipakai untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia yang terus saja bertambah.
Sumber energi yang berasal dari fosil, seperti minyak bumi, gas alam, batubara,
panas bumi, yang saat ini menyumbang 87,7% dari total kebutuhan energi di seluruh
dunia diperkirakan akan mengalami penurunan disebabkan tidak lagi ditemukannya
sumber cadangan baru.
Cadangan sumber energi yang berasal dari fosil diseluruh dunia diperkirakan
hanya sampai 20 tahun untuk minyak bumi, 30 tahun untuk gas alam, dan 100 tahun
untuk batu bara.
Kondisi keterbatasan sumber energi di tengah semakin meningkatnya
kebutuhan energi dunia dari tahun ketahun (pertumbuhan konsumsi energi tahun 2009
saja sebesar 4,3 persen), serta tuntutan untuk melindungi bumi dari pemanasan global
dan polusi lingkungan membuat tuntutan untuk segera mewujudkan teknologi baru bagi
sumber energi yang terbaharukan.
Penghematan ini sebetulnya harus telah kita gerakkan sejak dahulu karena
pasokan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi adalah sumber energi fosil yang
tidak dapat diperbarui (unrenewable), sedangkan permintaan naik terus, demikian pula
harganya sehingga tidak ada stabilitas keseimbangan permintaan dan penawaran. Salah
satu jalan untuk menghemat bahan bakar minyak (BBM) adalah mencari sumber energi
alternatif yang dapat diperbarui (renewable).
Kebutuhan bahan bakar bagi penduduk berpendapatan rendah maupun miskin,
terutama di pedesaan, sebagian besar dipenuhi oleh minyak tanah yang memang
dirasakan terjangkau karena disubsidi oleh pemerintah. Namun karena digunakan untuk
industri atau usaha lainnya, kadang-kadang terjadi kelangkaan persediaan minyak tanah
di pasar. Selain itu mereka yang tinggal di dekat kawasan hutan berusaha mencari kayu
bakar, baik dari ranting-ranting kering dan tidak jarang pula menebangi pohon-pohon
di hutan yang terlarang untuk ditebangi, sehingga lambat laun mengancam kelestarian
alam di sekitar kawasan hutan.
Energi terbarukan lain yang dapat dihasilkan dengan teknologi tepat guna yang
relatif lebih sederhana dan sesuai untuk daerah pedesaan adalah energi biogas dengan
memproses limbah bio atau bio massa di dalam alat kedap udara yang disebut digester.
Biomassa berupa limbah dapat berupa kotoran ternak bahkan tinja manusia, sisa-sisa
panenan seperti jerami, sekam dan daun-daunan sortiran sayur dan sebagainya.
Beruntung, Indonesia merupakan daerah tropis yang sangat kaya akan ragam
flora maupun faunanya. Hal ini memungkinkan kita mengolah kekayaan tersebut. Sisa-
sisa metabolisme hewan maupun tumbuhan secara satuan maupun keseluruhan dapat
diolah menjadi energi alternatif terbarukan.
Orang indonesia mayoritas sangat senang mengkonsumsi panganan olahan dari
kacang kedelai (Rauvolia serpentina L.). Makanan hasil olahan dari suku kacang-
kacangan tersebut diketahui sangat baik manfaatnya bagi tubuh. Selain kaya akan
kandungan protein dan antioksidannya yang tinggi, tanaman ini juga sarat akan serat.
Hasil olahan tersebut seringkali menghasilkan bahan akhir yang tidak digunakan.
Misalnya saja dalam pembuatan tahu, akan dihasilkan ampas tahu. Memang beberapa
golongan masyarakat senang mengkonsumsi ampas tahu tersebut yang kemudian diolah
menjadi tempe gembus. Namun jumlah konsumennya tidak sebanding dengan total
limbah organik yang dihasilkan. Sebagai perbandingan, Jatmiko (pria 38 tahun) setiap
harinya menghasilkan 120 kg ampas tahu. Yang kemudian diolah menjadi tempe
gembus hanyalah 5 sampai 10 kg. Sehingga limbah organik yang tersisa tetap saja
masih sangat banyak.
Komposisi nutrisi ampas tahu dan limbah organik rumah tangga lebih baik
karena mengandung protein dan lemak lebih tinggi daripada kotoran ternak. Selain itu,
jumlah gas yang dihasilkan lebih besar.
Secara kuantitas, hasil penelitian yang dilakukan tim dosen peternakan di
Semarang menyebutkan bahwa biogas dari limbah organik menghasilkan gas methane
yang lebih ideal. Sebagai gambaran, 15,3 liter larutan feses sapi perah yang
dimasukkan dalam digester (tempat untuk mencerna biogas) setiap harinya dapat
menghasilkan 124,9 liter biogas. Adapun 2,4 liter larutan ampas tahu yang dimasukkan
dalam digester per hari dapat menghasilkan 381,82 liter biogas.
Sampah rumah tangga juga demikian. Dari 4,2 liter larutan limbah dapat
menghasilkan 420,01 liter biogas. Dengan jumlah larutan lebih sedikit, biogas yang
dihasilkan ampas tahu dan limbah organik hasilnya lebih besar (Sutaryo, 2010).
Gas methan terbentuk karena proses fermentasi secara anaerobik (tanpa udara)
oleh bakteri methan atau disebut juga bakteri anaerobik dan bakteri biogas yang
mengurangi sampah-sampah yang banyak mengandung bahan organik (biomassa)
sehingga terbentuk gas methan (CH4) yang apabila dibakar dapat menghasilkan energi
panas. Sebetulnya di tempat-tempat tertentu proses ini terjadi secara alamiah
sebagaimana peristiwa ledakan gas yang terbentuk di bawah tumpukan sampah di
Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Leuwigajah, Kabupaten Bandung, Jawa
Barat, (Kompas, 17 Maret 2009). Gas methan sama dengan gas elpiji (liquidified
petroleum gas/LPG), perbedaannya adalah gas methan mempunyai satu atom C,
sedangkan elpiji lebih banyak.
Kebudayaan Mesir, China, dan Roma kuno diketahui telah memanfaatkan gas
alam ini yang dibakar untuk menghasilkan panas. Namun, orang pertama yang
mengaitkan gas bakar ini dengan proses pembusukan bahan sayuran adalah Alessandro
Volta (1776), sedangkan Willam Henry pada tahun 1806 mengidentifikasikan gas yang
dapat terbakar tersebut sebagai methan. Becham (1868), murid Louis Pasteur dan
Tappeiner (1882), memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan methan.
Pada akhir abad ke-19 ada beberapa riset dalam bidang ini dilakukan. Jerman
dan Perancis melakukan riset pada masa antara dua Perang Dunia dan beberapa unit
pembangkit biogas dengan memanfaatkan limbah pertanian. Selama Perang Dunia II
banyak petani di Inggris dan benua Eropa yang membuat digester kecil untuk
menghasilkan biogas yang digunakan untuk menggerakkan traktor. Karena harga BBM
semakin murah dan mudah memperolehnya pada tahun 1950-an pemakaian biogas di
Eropa ditinggalkan. Namun, di negara-negara berkembang kebutuhan akan sumber
energi yang murah dan selalu tersedia selalu ada. Kegiatan produksi biogas di India
telah dilakukan semenjak abad ke-19. Alat pencerna anaerobik pertama dibangun pada
tahun 1900. (FAO, The Development and Use of Biogas Technology in Rural Asia,
1981).
Negara berkembang lainnya, seperti China, Filipina, Korea, Taiwan, dan Papua
Newginea, telah melakukan berbagai riset dan pengembangan alat pembangkit gas bio
dengan prinsip yang sama, yaitu menciptakan alat yang kedap udara dengan bagian-
bagian pokok terdiri atas pencerna (digester), lubang pemasukan bahan baku dan
pengeluaran lumpur sisa hasil pencernaan (slurry) dan pipa penyaluran gas bio yang
terbentuk.
Dengan teknologi tertentu, gas methan dapat dipergunakan untuk
menggerakkan turbin yang menghasilkan energi listrik, menjalankan kulkas, mesin
tetas, traktor, dan mobil. Secara sederhana, gas methan dapat digunakan untuk
keperluan memasak dan penerangan menggunakan kompor gas sebagaimana halnya
elpiji.
Campuran udara dan biogas cukup krusial untuk menghasilkan api yang baik.
Campuran udara-biogas yang baik adalah sekitar 15:1 (15 udara dan 1 biogas). Nilai
kalori dari 1 meter kubik Biogas sekitar 6.000 watt jam yang setara dengan setengah
liter minyak diesel. Oleh karena itu Biogas sangat cocok digunakan sebagai bahan
bakar alternatif yang ramah lingkungan pengganti minyak tanah, LPG, butana, batu
bara, maupun bahan-bahan lain yang berasal dari fosil.
Limbah biogas, yaitu kotoran ternak yang telah hilang gasnya (slurry)
merupakan pupuk organik yang sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
tanaman. Bahkan, unsur-unsur tertentu seperti protein, selulose, lignin, dan lain-lain
tidak bisa digantikan oleh pupuk kimia. Pupuk organik dari biogas telah dicobakan
pada tanaman jagung, bawang merah dan padi.
Dibawah ini pernyataan yang diadaptasi dari buku “Biogas and Waste
Recycling, The Philippine Experience” karya Felix Maramba, seorang pengembang
sistem biogas yang sukses, terkenal dan menguntungkan secara finansial.
“Pengembangan sistem biogas akan meningkatkan kehidupan sosial dan
ekonomi di daerah pedesaan. Caranya adalah dengan mengendalikan polusi yang
terjadi pada udara dan air, sehingga menjamin hidup yang lebih sehat. Biogas dapat
meningkatkan standar hidup yang berarti juga akan meningkatkan laju perekonomian.
Dengan memanfaatkan limbah dan bahan yang tersedia di daerah setempat sebagai
penunjang kebutuhan pertanian, dan dengan membuat lahan semakin produktif melalui
sistem daur ulang akan menimbulkan sebuah pola kehidupan pedesaan yang baik yang
menunjang kemandirian.”
Berusaha menemukan solusi dari melonjaknya LPG maupun kelangkaan
minyak tanah yang semakin terbatas, kami merancang kompor sederhana yang efisien
dan mudah dibuat dari bahan tidak terpakai. Kompor ini, menggunakan bahan bakar
berupa gas yang dihasilkan dari fermentasi ampas tahu dengan bantuan aktifator berupa
bolus hewan ruminansia.

b. Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat di identifikasi beberapa masalah, maka dapat di
rumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mengatasi permasalahan energi berupa ketergantungan pada
sumber energi tidak terbaharukan yang semakin langka?
2. Bagaimana cara pengolahan limbah organik khususnya ampas tahu dengan
aktivator bolus sapi menjadi biogas sebagai pengganti LPG dan kayu bakar?
3. Bagaimana cara pemanfaatan biogas dari ampas tahu dengan aktivator bolus
hewan ruminansia?
4. Bagaimana cara memberdayakan limbah kaleng bekas sebagai kompor efektif
untuk biogas dari ampas tahu aktivator bolus hewan ruminansia?
c. Tujuan Penelitian
1. Menciptakan energi baru terbarukan dari limbah organik khususnya ampas tahu
berupa biogas.

2. Menjadikan ampas tahu sebagai bahan baku utama penciptaan energi baru
terbarukan berupa biogas dengan aktivator bolus hewan ruminansia.
3. Menjadikan biogas dari ampas tahu aktivator bolus hewan ruminansia sebagai
energi pengganti LPG dan minyak tanah di sektor rumah tangga kelas
menengah kebawah.
4. Menciptakan kompor biogas sederhana yang efektif dan efisien dari limbah
kaleng sehingga menunjang penggunaan sektor rumah tangga kelas menengah
kebawah.
d. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan:
1. Mengurangi pemakaian energi minyak bumi, bahan fosil dan gas alam,
khususnya minyak tanah yang sekarang ini cukup sulit didapat dang kalaupun
ada harganya sangat mahal.
2. Dengan Menggunakan kompor tenaga biogas dari ampas tahu ini masyarakat
mendapatkan sumber energi yang murah sehingga dapat menghemat ongkos
pengeluaran (belanja).
3. Orientasi ke depan yaitu untuk pengembangan kompor ini, memperbaiki segala
kekurangan yang ada dan menyebarluaskannya sehingga semakin banyak
kalangan masyarakat yang dapat menggunakan kompor serupa dengan sumber
energi berupa biogas dari ampas tahu.

2. KERANGKA PEMIKIRAN

Pada dasarnya sumber energi di dunia banyak dan tersebar dimana-mana. Tetapi
hanya sebagian saja yang banyak dimanfaatkan oleh manusia yaitu energi dari minyak
bumi, bahan fosil dan gas alam, sedangkan sumber energi lain seperti limbah organik,
angin, air, matahari, dan gelombang pasang sedikit sekali dimanfaatkan.
Sumber Energi Yang Tidak Dapat Diperbaharui
Sumber energi ini banyak digunakan disegala sektor sekarang ini. Sumber
energi ini yaitu yang berasal dari minyak bumi, bahan fosil, dan gas alam. Semua
sumber ini memerlukan proses yang panjang untuk mendapatkannya dan kemudian
dapat dimanfaatkan, sebagai contoh minyak bumi membutuhkan proses berjuta-juta
tahun. Sebaliknya, pengekplotasianya dilakukan terus-menerus dan bisa dibayangkan
pasti persediaannya akan menipis dan mungkin akan habis. Hal inilah mengakibat
harga minyak bumi dunia melonjak dengan tajam sampai mendekati 100 dolar AS per
barel (Kompas, 2009). Oleh karena itu sekarang ini para ahli berlomba untuk mencari
alternatif sumber energi sebagai energi untuk memasak.
Sumber Energi Yang Dapat Diperbaharui
Sumber energi ini belumlah banyak dimanfaatkan oleh banyak orang. Sumber
energi ini dapat berasal dari alam sekitar yaitu angin, matahari, gelombang pasang air
di pantai, biogas, maupun biomass (Suhut Simamora, 2006).
Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik atau fermentasi dari
bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah
domestik (rumah tangga), sambah biodegradable atau setiap limbah organik yang
biodegradable dalam kondisi anaerobik.
Biogas merupakan alternatif energi terbarukan yang memiliki banyak
keunggulan dalam pengolahan dan penggunaanya. Biogas merupakan energi yang
ramah lingkungan,

Konstruksi Mesin
Konstruksi mesin merupakan rangkaian dari komponen-komponen tersendiri
yang disusun sedemikian sehingga menjadi satu kesatuan. Dan kesatuan yang telah
disusun itu dapat diterapkan sebagai sebuah bagian atau komponen lagi dari suatu
system yang lebih besar (Hagendoorn, 1989).

Komponen Utama yang Digunakan


1. Kaleng bekas makanan ringan
2. Plastik polyethylen
3. Gas bio dari ampas tahu
3. METODE PENELITIAN
a. Pengumpulan Data
Untuk mendesain kompor dan mengolah ampas tahu menjadi biogas yang ideal,
kami terlebih dahulu mengumpulkan data-data dari literatur yang ada. Data-data
tersebut berupa informasi mengenai sumber energi yang ada dan bagaimana energi-
energi tersebut dapat dimanfaatkan. Selanjutnya adalah pencarian bahan yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan sumber energi tersebut sehingga dapat
dimanfaatkan. Data-data ini diperlukan untuk membuat disain prototipe yang akan
dibuat, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pengguna.

b. Prototipe yang akan dibuat


Prototipe yang akan dibuat secara skematis terlihat seperti pada gambar
dibawah ini.

Gambar 1. Desain Skematis Kompor Tenaga Biogas


c. Alat dan bahan yang diperlukan
Adapun alat yang diperlukan untuk pembuatan prototipe ini adalah :
- Kaleng bekas biskuit diameter 20cm 1 buah
- Drum plastik kapasitas 180 liter 1 buah
- Selang plastik ± 10 meter
- Gas outlet (pvc 3/4) 1 buah
- Plastik Polyethylen (kapasitas ±200 liter) 1 buah
- Pengaduk 1 buah
Bahan yang diperlukan untuk memproduksi biogas :
- Ampas tahu 40 kg
- Bolus sapi 10 kg
- Air Secukupnya

d. Jalannya Penelitian
• Tahap persiapan penelitian

Observasi
Yaitu dengan mengumpulkan data-data tentang bahan yang digunakan untuk
pembuatan kompor dan cara yang baik dalam mengolah limbah organik untuk
mendapatkan nilai gas metan yang mencukupi proses memasak melalui studi literatur
berupa buku, artikel koran, reviewing jurnal dan berbagai sumber lainnya dari
internet.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik
oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob).
Komposisi biogas Komponen %
Metana (CH4) 55-75
Karbon dioksida (CO2) 25-45
Nitrogen (N2) 0-0.3
Hidrogen (H2) 1-5
Hidrogen sulfida (H2S) 0-3
Oksigen (O2) 0.1-0.5
Komponen Biogas
Biogas dapat dibakar seperti elpiji, dalam skala besar biogas dapat digunakan
sebagai pembangkit energi listrik, sehingga dapat dijadikan sumber energi alternatif
yang ramah lingkungan dan terbarukan.
Rauvolia serpentina L. atau yang lebih dikenal dengan sebutan kacang kedelai
sangat lazim dijumpai di Indonesia. Makanan hasil olahan dari suku kacang-kacangan
tersebut diketahui sangat baik manfaatnya bagi tubuh. Selain kaya akan kandungan
protein dan antioksidannya yang tinggi, tanaman ini juga sarat akan serat. Hasil
olahan tersebut seringkali menghasilkan bahan akhir yang tidak digunakan. Misalnya
saja dalam pembuatan tahu, akan dihasilkan ampas tahu.
Komposisi nutrisi ampas tahu dan limbah organik rumah tangga lebih baik
karena mengandung protein dan lemak lebih tinggi daripada kotoran ternak. Selain itu,
jumlah gas yang dihasilkan lebih besar.
Secara kuantitas, hasil penelitian yang dilakukan tim dosen peternakan di
Semarang menyebutkan bahwa biogas dari limbah organik menghasilkan gas methane
yang lebih ideal. Sebagai gambaran, 15,3 liter larutan feses sapi perah yang
dimasukkan dalam digester (tempat untuk mencerna biogas) setiap harinya dapat
menghasilkan 124,9 liter biogas. Adapun 2,4 liter larutan ampas tahu yang dimasukkan
dalam digester per hari dapat menghasilkan 381,82 liter biogas.
Sampah rumah tangga juga demikian. Dari 4,2 liter larutan limbah dapat
menghasilkan 420,01 liter biogas. Dengan jumlah larutan lebih sedikit, biogas yang
dihasilkan ampas tahu dan limbah organik hasilnya lebih besar (Sutaryo, 2010).
Bolus merupakan gumpalan-gumpalan makanan yang masih kasar yang belum
selesai diolah di dalam lambung sapi dan hewan ruminansia lainnya. Lambung pada
hewan ruminansia mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara
yang akan dimamah kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses
pembusukan dan fermentasi. Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen,
retikulum, omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur
dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan
abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk tonjolan pada saat otot sfinkter
berkontraksi.
Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang
sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein,
polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri
dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di
tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar
(disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali.
Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke omasum. Pada omasum
terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus.
Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di
tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim. Selulase
yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak selulosa menjadi
asam lemak.
Untuk mengetahui potensi bolus, kita tilik kembali kepada survei yang telah
dilakukan oleh badan pertanian di 7 Rumah Potong Hewan yang tersebar di berbagai
daerah di Jawa Tengah. Penemuan lokasi didasarkan atas jenis RPH (1 buah RPH
Tingkat I dan 6 buah RPH Tingkat II) dan letak geografis daerah (dataran rendah utara,
dataran rendah selatan). Sampel diambil untuk masing-masing ternak (sapi, kerbau,
kambing dan domba). Pengamatan dilakukan terhadap analisis proksimat, komponen
serat dan kecernaan. Data pendukung didapat dari instansiterkait. Pengaruh suhu dan
waktu terhadap daya hidup kelompok mikrobia dalam bolus ternak diteliti dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial 3x4x4 dengan 3 ulangan.
Faktor I adalah suhu penyimpanan (25o, 28o dan 31oC). Faktor II merupakan lama
penyimpanan (0, 4, 8 dan 12 hari). Faktor III adalah jenis bolus (sapi, kerbau, kambing
dan domba). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 112 RPH yang ada di Jawa
Tengah terdapat 333.339 pemotongan ternak ruminansia per tahun. Secara keseluruhan
daerah dataran tinggi bagian tengah mendominasi kegiatan pemotongan yang ada di
Jawa Tengah, yaitu 44.785 atau 13,43%, sapi adalah komoditas ternak terbesar yang
dipotong d rumah potong hewan. Dari jumlah tersebut dihasilkan bolus sebesar
5.535.105 kg/th. Hasil analisis proksimal dan komponen serat menunjukkan bahwa
kandungan protein kasar berkisar 18,42-20,31%, sedangkan komponen isi sel, KCBK
dan KCBO berturut-turut adalah 24,92-29,40; 51,34-54,32 dan 50,22-56,77%. Bolus
sapi ternyata memiliki kualitas yang paling baik meskipun kandungan protein kasarnya
paling rendah (918,42%). Terlihat pula bahwa suhu penyimpanan tidak berpengaruh
(P>0.05) terhadap daya hidup mikroba bolus. Mikroba pembentuk asam dalam bolus
sapi dan mikroba selulolitik dalam bolus kerbau sampai dengan hari ke-8 masih relatif
stabil dibandingkan dengan bolus ternak lain.
Sehingga demikian, ampas tahu sangat tepat apabila dikolaborasikan dengan
bolus untuk mendapatkan jumlah gas methane yang ideal didalam biogas.
• Pembuatan Reaktor Biogas.
- Selang sepanjang ±10 m dibagi sama panjang menjadi dua.
- Drum plastik sebagai wadah ampas tahu dan bolus sapi diberi lubang dan
disambungkan dengan pipa paralon seukuran selang.
- Ujung lain dari selang tersebut disambungkan dengan pipa paralon yang
dipasang di salah satu sisi plastik polyethylen.
Menurut FAO akan lebih baik apabila menggunakan plastik yang
memiliki anti ultra-violet (UV) seperti yang digunakan di rumah rumah kaca
(biasanya berwarna kuning agak kehijau hijauan).
- Setiap sambungan dari selang dan pipa paralon direkatkan dengan
menggunakan karet elastis. Dapat berupa ban dalam motor yang telah dipotong
kecil memanjang terlebih dahulu. Sambungan harus dipastikan rapat dan tidak
mengalami kebocoran.

Desain reaktor biogas dari kantung plastik polyethylene ini adalah sebagai
berikut:

skema reaktor biogas dari kantong plastik polyethylen

Bagian cukup penting adalah yang ditandai dengan nomor 1 dimana nomor 1
adalah gas outlet. Skemanya adalah sebagai berikut:
skema gas outlet
- Ujung lain dari plastik polyethylen yang juga disatukan dengan pipa paralon,
kemudian disambungkan dengan potongan lain dari selang yang telah di potong
menjadi dua dengan bantuan gas outlet seperti skema di atas.
- Ujung lain dari selang tersebut kemudian disambungkan dengan pipa paralon
dengan pengontrol debit gas yang berhubungan dengan prototipe kompor yang
telah dibuat.
• Pembuatan prototipe kompor biogas sederhana
- Kaleng bekas makanan ringan diberi celah disisi atas kaleng seukuran pipa
sambungan ke selang reaktor biogas.
- Pipa sambungan tersebut diberi keran pengatur besar kecilnya debit biogas yang
keluar.
- Kaleng kemudian dibalik. Bagian dasar kalenglah yang akan digunakan sebagai
tempat keluarnya api. Sisi tersebut kemudian diberi lubang tempat keluar api
sebanyak 30 buah agar api yang keluar lebih rata.
- Lubang tempat keluarnya api dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan.
- Kompor diberi penumpu sebagai tatakan panci.
- Saat ingin menyalakan kompor, keran pengatur debit gas dibuka sedikit.
Kemudian api disulut menggunakan korek api pada kompor.
- Besar api dapat disesuaikan dengan kebutuhan dengan cara memperbesar
ataupun memperkecil debit gas yang masuk ke kompor.
Tahapan awal pembuatan biogas adalah mempersiapkan bahan baku organik
yang dapat dicerna oleh bakteri dan mikroorganisme yang ada didalam pembangkit
biogas berupa ampas tahu dan bolus hewan ruminansia (Sapi). Bolus sapi digunakan
sebagai aktivator untuk memancing perkembangbiakan bakteri dan mikroorganisme di
dalam digester biogas.

Tahap selanjutnya adalah yang kami sebut dengan fase input. Di dalam fase ini
dilakukan pengolahan terhadap bahan baku agar dapat memenuhi persyaratan yang
telah kami tentukan sebelumnya yaitu:

a. Pencampuran dengan air dan pengadukan.


Dilakukan pencampuran ampas tahu, kotoran sapi dan air. Air sangat
dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam pembangkit sebagai media transpor. Oleh
karenanya tahapan ini cukup krusial mengingat campuran yang terlalu encer atau
terlalu kental dapat mengganggu kinerja pembangkit dan menyulitkan dalam
penanganan effluent (hasil keluaran pembangkit biogas). Campuran yang baik berkisar
antara 7% - 9% bahan padat. Disini juga dilakukan pengadukan agar campuran bahan
organik – air dapat tercampur secara homogen.

b. Pemasukkan bahan organik


Kami membuat semacam katup/keran sederhana agar proses pemasukkan bahan
organik kedalam pembangkit dapat dilakukan dengan semudah mungkin.
c. Pemeraman atau tahap Fermentasi
Setelah kurang lebih 10 hari reaktor biogas dan penampung biogas akan terlihat
mengembung dan mengeras karena adanya biogas yang dihasilkan. Biogas sudah dapat
digunakan sebagai bahan bakar, kompor biogas dapat dioperasikan.
d. Pengadukan
Reaktor biogas sekali-sekali perlu digoyangkan supaya terjadi penguraian yang
sempurna dan gas yang terbentuk di bagian bawah naik ke atas yang juga dilakukan
setiap kali pengisian rektor dilakukan.
Pengisian bahan biogas selanjutnya dapat dilakukan setiap hari, yaitu sebanyak
+ 40 liter setiap pagi dan sore hari. Sisa pengolahan bahan biogas berupa sludge
(lumpur) secara otomatis akan keluar dari reaktor setiap kali dilakukan pengisian bahan
biogas. Sisa hasil pengolahan bahan biogas tersebut dapat digunakan langsung sebagai
pupuk organik, baik dalam keadaan basah maupun kering.

Cukup banyak parameter-parameter yang perlu diperhatikan dalam pembuatan


pembangkit biogas ini (parameter dan syarat syarat lain seperti temperatur, rasio karbon
– nitrogen, derajat keasaman dan lainnya). Dalam kebanyakan scene, hal inilah yang
menjadi kendala operasi dalam pemasyarakatan dan penggunaan pembangkit biogas
secara masal di banyak negara.

Diagram Alur Proses Produksi Biogas

Jenis bahan organik yang diproses sangat mempengaruhi produktifitas sistem


biogas disamping parameter-parameter lain seperti temperatur digester, pH, tekanan
dan kelembaban udara.

Salah satu cara menentuka bahan organik yang sesuai untuk menjadi bahan
masukan sistem Bio-gas adalah dengan mengetahui perbandingan Karbon (C) dan
Nitrogen (N) atau disebut rasio C/N.
Beberapa percobaan yang telah dilakukan oleh ISAT menunjukkan bahwa
aktifitas metabolisme daribakteri methanogenik akan optimal pada nilai rasio C/N
sekitar 8-20.

Manfaat energi biogas adalah sebagai pengganti bahan bakar khususnya


minyak tanah dan dipergunakan untuk memasak. Dalam skala besar, biogas dapat
digunakan sebagai pembangkit energi listrik. Di samping itu, dari proses produksi
biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang dapat langsung dipergunakan
sebagai pupuk organik pada tanaman/budidaya pertanian.

1. KESIMPULAN DAN SARAN


a. Kesimpulan
Menciptakan energi baru terbarukan dari limbah organik khususnya ampas tahu
berupa biogas.

Menjadikan ampas tahu sebagai bahan baku utama penciptaan energi baru
terbarukan berupa biogas dengan aktivator bolus hewan ruminansia.
Menjadikan biogas dari ampas tahu aktivator bolus hewan ruminansia sebagai
energi pengganti LPG dan minyak tanah di sektor rumah tangga kelas menengah
kebawah.
Menciptakan kompor biogas sederhana yang efektif dan efisien dari limbah kaleng
sehingga menunjang penggunaan sektor rumah tangga kelas menengah kebawah.

1. Limbah ampas tahu merupakan bahan organik yang tepat untuk menghasilkan
biogas karena mampu menghasilkan gas methane lebih banyak dengan
komposisi ampas tahu yang lebih sedikit dibandingkan dengan kotoran ternak.
2. Biogas dari ampas tahu dapat difungsikan dengan bantuan aktivator bolus
hewan ruminansia (sapi) karena nilai protein kasarnya lebih besar dibanding
setelah menjadi feses.
3. Biogas hasil fermentasi ampas tahu dengan aktivator bolus dapat memenuhi
prasyarat pemenuh kebutuhan masak-memasak sehingga dapat dijadikan
energiterbarukan menggantikan LPG dan minyak tanah.
4. Kompor yang dirancang efektif dan efisien dapat digunakan oleh masyarakat
menengah kebawah karena mudah pembuatan dan penggunaannya, serta sangat
terjangkau.
b. Saran
1. Sebuah operasi biogas yang sukses, sukses dalam arti dapat menghasilkan atau
menabung uang lebih banyak daripada biaya yang dikeluarkan adalah sebuah
operasi bisnis. Oleh karenanya, sebuah pembangkit biogas harus dipandang
sebagai bagian sebuah sistem. Sistem yang terdiri dari banyak hal, tanki
penyimpan gas, kolam ikan atau tanaman air, lahan pertanian, ternak, produksi
pupuk dan gas, dan sebagai bisnis serta keahlian teknis.
2. Tujuan utama dalam implementasi biogas biasanya adalah sebagai energi
pengganti yang dapat mengurangi biaya yang diperlukan untuk memasak.
Nampaknya hal ini harus kita tinjau ulang secara lebih seksama. Mengapa?
Karena faktanya, penggunaan tungku kayu bakar berbahan tanah liat
membutuhkan biaya yang lebih murah dari biogas, lebih mudah dibuat,
dioperasikan dan di rawat. Bila dibandingkan dengan perapian kayu bakar
biasa, tungku tanah liat menggunakan bahan bakar lebih irit dan tidak
menimbulkan polusi asap di dalam ruangan (karena memiliki cerobong keluar).
3. Sistem biogas yang profitable seharusnya di desain secara lebih terintegrasi,
digunakan untuk menjalankan mesin statis yang dapat memutar generator
penghasil listrik, sekaligus sebagai pabrik penghasil pupuk dan penyubur bagi
kolam ikan, taman atau lahan pertanian.
4. Perawatan dan operasi sistem biogas ini memang cukup rumit, hal inilah
tampaknya yang mendasari bahwa banyak instalasi biogas di negara di dunia
yang kurang berhasil dalam jangka panjang.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim, Dr. 2007. Menggapai Energi, Dimensi Warta Sains dan Teknologi. ISSN
1344-0748. Institute for Science and Technology Studies Chapter Japan.
Bajracharya, T.R., A. Dhungana., N. Thapaliya dan G. Hamal. 1985. Purification and
Compression of Biogas : Research Experience. Journal of The Institute of
Engineering 7 (1) : 1 – 9.
Departemen Pertanian. 2009. Pemanfaatan Limbah dan Kotoran Ternak Menjadi
Energi Biogas. Seri Bioenergi Pedesaaan. Direktorat Jenderal Hasil Pertanian
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Jakarta.
Departemen Pertanian. 2006. Pengembangan Biogas Ternak Bersama Masyarakat
(BATAMAS). Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia, Jakarta.

Filino Harahap (Trans). 1987. Thermodinamika Teknik. Jakarta: Erlangga.

Hagendoorn. J.J.M, Sujono (Trans). 1999. Kontruksi Mesin. PT. Rosda Jaya Putra,
Jakarta.
Houdkova L., J. Boran., J. Pecek and P. Sumpela. 2008. Biogas-A Renewable Source of
Energy. Journal of Thermal Science 12(4) : 27 -33.
Nurhasanah, A., T.W. Widodo., A. Asari dan E. Rahmarestia. 2006. Perkembangan
Digester Biogas di Indonesia. http://www.mekanisasi.litbang.go.id. (27
Februari 2011)
Sriati Djaprie (Trans). 1999. Teknologi Mekanik. Jakarta: Erlangga.

Suhut Simamora dkk. 2008. Membuat Biogas Pengganti Bahan bakar Minyak & Gas
Dari Kotoran Ternak. Jakarta: PT. AgroMedia Pustaka.

Sumanto. 1999. Pengetahuan Bahan untuk Teknik Mesin dan Listrik. Yogyakarta: Andi
Offset.

……...Harga Minyak Mendekati Level $100 US. 12 Desember 2009. Jakarta: Kompas.

“LOMBA CIPTA KOMPOR BERBAHAN BAKAR ALTERNATIF”


2011
KOMPOR LIMBAH RAKITAN BERBAHAN BIOGAS
HASIL FERMENTASI AMPAS TAHU AKTIFATOR
BOLUS HEWAN RUMINANSIA

Ika Sartika Saili (M0409026) / 2009


Alan Fery Kusuma (M0409004) / 2009

DOSEN PEMBIMBING
Dr. Sunarto, Drs., M.S.

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011

LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA


“LOMBA CIPTA KOMPOR BERBAHAN BAKAR ALTERNATIF” 2011

Surakarta, 1 Maret 2011

Ketua Jurusan Biologi FMIPA UNS Ketua Pelaksana


Kegiatan

Dra. Endang Anggarwulan, M. Si. Ika Sartika Saili


NIP. 19500320 1978032001 NIM. M0409026

Mengetahui,
Mengetahui PDIII Pembimbing Kegiatan
Fakultas MIPA UNS

Dr. Sunarto, Drs., M.S. Dr. Sunarto, Drs., M.S.


NIP. 195409 05 1991031 002 NIP. 195409 05 1991031 002

Anda mungkin juga menyukai