Anda di halaman 1dari 30

BAB II

LANDASAN TEOR I

A. Tinjauan Tentang Ekstrakurikuler Madrasah Diniyah

1. Ciri-ciri Madrasah Diniyah

Dengan meninjau secara pertumbuhan dan banyaknya aktifitas yang

diselenggarakan sub-sistem Madrasah Diniyah, maka dapat dikatakan ciri-ciri

ekstrakurikuler Madrasah Diniyah adalah sebagai berikut:

a. Madrasah Diniyah merupakan pelengkap dari pendidikan formal.

b. Madrasah Diniyah merupakan spesifikasi sesuai dengan kebutuhan dan

tidak memerlukan syarat yang ketat serta dapat diselenggarakan dimana

saja.

c. Madrasah Diniyah tidak dibagi atas jenjang atau kelas-kelas secara ketat.

d. Madrasah Diniyah dalam materinya bersifat praktis dan khusus.

e. Madrasah Diniyah waktunya relatif singkat, dan warga didiknya tidak

harus sama.

f. Madrasah Diniyah mempunyai metode pengajaran yang bermacam-

macam.

Agar lebih jelas disini penulis kemukakan perbedaan antara pendidikan

formal, non formal dan informal.

No Keterangan Pendidikan Pendidikan Non Pendidikan

Formal formal Informal

1. Tempat Di gedung Dapat di luar dan Di mana saja

berlansung sekolah di dalam sekolah seseorang


berada

2. Syarat untuk Usia dan tingkat Kadang-kadang Tidak ada

mengikuti pendidikan yang ada namun tidak

tertentu (ijazah) memegang

peranan yang

penting

3. Jenjang Ada jenjang yang Biasanya tidak ada Tidak ada

pendidikan ketat

4. Program Ditentukan secara Ada program Tidak ada

teliti untuk tiap tertentu

jenjang dalam

bentuk tertulis

5. Bahan Akademis dan Praktis dan khusus Tidak ada

pelajaran bersifat umum yang

ditentukan

6. Lama Memakan waktu Relatif singkat Sepanjang

pendidikan yang panjang hidup

7. Usia yang Relatif berusia Tidak perlu sama Semua umur

menjalani sama

8. Penilaian Ada ujian secara Ada juga, Tidak ada

formal dengan biasanya diberi ujian atau

pemberian ijazah ijazah atau penilaian

keterangan sistematis

9. Penyyeleng Pemerintah atau Pemerintah atau Tidak ada

garaan swasta swasta badan


tertentu

10. Metode Menurut Dapat mengikuti Tidak ada

mengajar metodologi metode tertentu,

tertentu walaupun tak

selalu

11. Tenaga Harus mempunyai Tidak selalu Tidak ada

pengajar wewenang mempunyai ijazah

berdasarkan ijazah sebagai pengajar

dan diangkat

untuk itu

12. Administrasi Sistematis dan Ada walaupun Tidak ada

uniform untuk tidak begitu

tiap tingkat uniform

sekolah

13. Ditinjau Paling akhir Lebih tua dari Sejak ada

sejarah pendidikan formal manusia di

dunia ini. 1

2. Pengertian Ekstrakurikuler Madrasah Diniyah

Sebelum menjelaskan pengertian ekstrakurikuler Madrasah Diniyah, ada

baiknya pembahasan ini diarahkan pada masalah pertama yaitu pengertian

ekstrakurikuler dan pengertian Madrasah Diniyah. Hal ini dimaksukan untuk

memudahkan pemahaman lebih mendalam tentang pengertian

"Ekstrakurikuler Madrasah Diniyah".

1
H. Fuad ihsan, Dasar-Dasar Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 56.
a. Pengertian Ekstrakurikuler

Kata ekstrakurikuler berasal dari kata ekstra dan kurikuler. Ekstra

berasal dari kata Extra (Inggris) yang artinya tambahan. Kurikuler berasal

dari kata Curriculum (Inggris) yang artinya rencana pelajaran. Jika

keduanya digabungkan "Ektrakurikuler" berarti di luar rencana pelajaran.2

Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran

(tatap muka), baik dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah, dengan

maksud untuk lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan

dan kemampuan yang telah dimilikinya dari berbagai bidang studi.3

Sedangkan menurut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan,

sebagaimana dikutip B. Suryosubroto:

Bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan di


luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah
agar lebih memperkaya dan memperluas wawasan, pengetahuan dan
kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam
kurikulum. 4

Jadi kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan di

luar jam sekolah yang telah ditentukan berdasarkan kurikulum yang

berlaku. Dan kegiatan ini juga dimaksudkan untuk lebih mengaitkan

pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikuler dengan keadaan dan

kebutuhan lingkungan. Kegiatan ini disamping dilaksanakan di sekolah,

dapat juga dilaksanakan di luar sekolah guna memperkaya dan

memperluas wawasan pengetahuan atau kemampuan meningkatkan nilai

2
John M. Echol dan Hasan Shadily, Kamus Bahasa Inggris Indonesia (Jakarta: Gramdia,
1992), 227.
3
Moh. Uzer Usman dan Lilis Setyowati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), 22.
4
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997),
271.
sikap dalam rangka penerapan pengetahuan dan keterampilan yang telah

dipelajari dari berbagai mata pelajaran dan kurikulum sekolah.

b. Pengertian Madrasah Diniyah

Madrasah Diniyah dilihat dari struktur bahasa Arab berasal dari dua

kata madrasah dan a l-din . Kata madrasah dijadikan nama tempat, dari asal

kata darosa yang berarti belajar. Jadi madrasah mempunyai ma kna tempat

belajar. Sedangkan a l-din dimaknai dengan makna keagamaan. Dari dua

struktur kata yang dijadikan satu tersebut. Madrasah Diniyah berarti

tempat belajar masalah keagamaan, dalam hal ini agama Islam.

Madrasah Diniyah adalah lembaga pendidikan yang memberikan

pendidikan dan pengajaran secara klasikal yang bertujuan untuk memberi

tambahan pengetahuan agama Islam kepada pelajar-pelajar yang merasa

kurang menerima pelajaran agama Islam. 5

Sedangkan berdasarkan Undang-undang Pendidikan dan Peraturan

Pemerintah. Madrasah Diniyah adalah bagian terpadu dari pendidikan

nasional untuk memenuhi hasrat masyarakat tentang pendidikan agama.

Madrasah Diniyah termasuk ke dalam pendidikan yang dilembagakan dan

bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik dalam penguasaan terhadap

pengetahuan agama Islam.

Jadi ekstrakurikuler Madrasah Diniyah adalah kegiatan di luar jam

sekolah yang memberikan pelajaran agama Islam yang tidak diajarkan di

sekolah formal, dimana kegiatan tersebut sangat membantu para siswa

dalam mempelajari dan memahami ilmu pengetahuan agama Islam.

3. Landasan Hukum Ekstrakurikuler Madrasah Diniyah

5
Dep. Agama RI, Pondok Pesantren Dan Madrasah Diniyah, Jakarta, 2003, 1.
Landasan hukum Madrasah Diniyah mempunyai beberapa, yaitu:

a. Pancasila

Pendidikan Madrasah Diniyah ini, dilaksanakan berdasarkan sila

pertama dari pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, jelas

menunjukkan bahwa tugas pendidikan Madrasah Diniyah adalah

mengusahakan dan menyelengarakan satu sistem pendidikan nasional yang

hasilnya adalah peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang

Maha Esa serta memiliki perilaku akhlak mulia bagi setiap peserta didik,

itu semua dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dalam arti yang

luas, yaitu cerdas intelektual, cerdas emosional dan cerdas spirutual. 6

b. UUD 1945

Pendidikan Madrasah Diniyah ini, dilaksanakan berdasarkan UUD

1945 bab XIII:

Pendidikan pasal 31 ayat (a) tiap warga negara berhak mendapat

pengajaran; pendidikan berdasarkan kekhasan agama, ini menunjukkan

secara jelas pengakuan terhadap keberadaan Madrasah Diniyah dan

pesantren, karena memang kedua lembaga ini adalah berbasis masyarakat

dan berdasarkan agama yaitu agama Islam.

c. UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 tanggal: 08-07-2003

Menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan

6
Dep. Agama RI, Pondok,... ... ... ... ..., 54.
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa.7

4. Tujuan Ekstrakurikuler Madrasah Diniyah

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan seperangkat pengetahuan

pengalaman belajar, memiliki nilai-nilai manfaat bagi pembentukan

kepribadian siswa. Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di

sekolah menurut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan sebagaimana

dikutip oleh B. Suryosubroto yaitu:

a. Kegiatan ekstrakurikuler dapat meningkatkan kemampuan siswa beraspek


kognitif, afektif, dan psikomotorik.
b. Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi
menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif.
c. Dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan satu
mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.

Lebih lanjut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, menegaskan

bahwa ruang lingkup kegiatan ektrakurikuler harus berpangkal pada kegiatan

yang dapat menunjang serta mendukung program intrakurikuler dan program

kurikuler.8

Sedangkan tujuan Madrasah Diniyah sendiri adalah:9

a. Madrasah Diniyah Awaliyah

Tujuan Institusional Umum Madrasah Diniyah Awaliyah ialah agar

para murid:

1) Memiliki sikap sebagai seorang muslim dan berakhlak mulia.

2) Memiliki sikap sebagai seorang warga negara Indonesia yang baik.

3) Memiliki kepribadian, percaya pada diri sendiri, sehat jasmani dan

rohani.

7
Dep. Agama RI, Pondok,... ... ... ... ..., 53.
8
B. Suryosubroto, Proses,,.. ... … … …, 272.
9
Dep. Agama RI, Pondok,... ... ... ... ..., 114-118.
4) Memiliki pengalaman, pengetahuan, keterampilan beribadah, dan sikap

terpuji yang berguna bagi pengembangan pribadinya.

Tujuan Institusional Khusus Madrasah Diniyah Awaliyah ialah agar

murid:

1) Dalam bidang pengetahuan:

a) Memiliki pengetahuan dasar tentang agama Islam.

b) Memiliki pengetahuan dasar tentang bahasa Arab sebagai alat

untuk memahami ajaran agama Islam.

2) Dalam bidang pengamalan

a) Dapat mengamalkan ajaran agama Islam.

b) Dapat belajar dengan cara yang baik.

c) Dapat bekerjasama dengan orang lain dan dapat mengambil bagian

dalam kegiatan-kegiatan masyarakat.

d) Dapat menggunakan dasar-dasar bahasa Arab.

3) Dalam bidang nilai dan sikap

a) Cinta terhadap agama Islam dan berkeinginan untuk melakukan

ibadah shalat dan ibadah lainnya.

b) Berminat dan bersikap positif terhadap ilmu pengetahuan.

c) Mematuhi disiplin dan peraturan yang berlaku.

d) Menghargai kebudayaan nasional dan kebudayaan lain yang tidak

bertentangan dengan ajaran Islam.

e) Memiliki sikap demokratis, tenggang rasa, dan mencintai sesama

manusia, bangsa serta lingkungan sekitarnya

f) Menghargai setiap pekerjaan dan usaha yang halal.

g) Menghargai waktu, hemat, dan produktif.


b. Madrasah Diniyah Wustha

Tujuan Institusional Umum Madarasah Diniyah Wustha ialah agar

para siswa:

1) Memiliki sikap sebagai seorang muslim yang bertakwa dan berkhlak

mulia.

2) Memiliki sikap sebagai warga negara yang baik.

3) Memiliki kepribadian yang bulat dan utuh, percaya pada diri sendiri,

sehat jasmani dan rohani.

4) Memiliki pengalaman, pengetahuan, keterampilan beribadah, dan sikap

terpuji yang berguna bagi pengembangan kepribadiaanya.

5) Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas hidupnya dalam

bermasyarakat dan berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa guna

mencapai kebahagian dunia dan akhirat.

Tujuan Institusional Khusus Madarasah Diniyah Wustha ialah agar

para siswa:

1) Dalam bidang pengetahuan:

a) Memiliki pengetahuan tentang agama Islam secara lebih mendalam

dan luas.

b) Memiliki pengetahuan tentang bahasa Arab sebagai alat untuk

memahami ajaran agama Islam.

2) Dalam bidang pengalaman

a) Dapat mengamalkan ajaran agama Islam.

b) Dapat belajar dengan cara yang baik .

c) Dapat bekerjasama dengan orang lain dan dapat mengambil bagian

secara aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat.


d) Dapat menggunakan bahasa Arab.

e) Dapat memecahkan masalah berdasarkan pengalaman dan prinsip -

prinsip ilmu pengetahuan yang telah dikuasai berdasarkan ajaran

agama Islam.

3) Dalam bidang nilai dan sikap

a) Cinta dan taat terhadap agama Islam dan berkeinginan untuk

menyebarluaskannya.

b) Menghargai kebudayaan nasional dan kebudayaan lain yang tidak

bertentangan dengan ajaran Islam.

c) Memiliki sikap demokratis, tenggangrasa dan mencintai sesama

manusia, bangsa serta lingkungan sekitarnya.

d) Berminat dan bersikap positif terhadap ilmu pengetahuan.

e) Mematuhi disiplin dan peraturan yang berlaku.

f) Menghargai setiap pekejaan dan usaha yang halal.

g) Menghargai waktu, hemat dan produktif.

c. Madrasah Diniyah 'Ulya

Tujuan Institusional Umum Madarasah Diniyah 'Ulya ialah agar para

siswa:

1) Memiliki sikap sebagai seorang muslim yang bertakwa dan berakhlak

mulia.

2) Memiliki sikap sebagai seorang warga negara yang baik.

3) Memiliki kepribadian yang bulat dan utuh, percaya pada diri sendiri,

sehat jasmani dan rohani.

4) Memiliki pengalaman, pengetahuan, keterampilan dan sikap bagi

pengembangan kepribadianya.
5) Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas hidupnya dalam

masyarakat dan berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa guna mencapai

kebahagian dunia dan akhirat.

Tujuan Institusional Khusus Madarasah Diniyah 'Ulya ialah agar

para siswa:

1) Dalam bidang pengetahuan:

a) Memiliki pengetahuan tentang agama Islam secara lebih luas dan

mendalam.

b) Memiliki pengetahuan tentang bahasa Arab sebagai alat untuk

memahami ajaran agama Islam.

2) Dalam bidang pengalaman

a) Dapat mengamalkan ajaran agama Islam

b) Dapat belajar dengan cara yang baik .

c) Dapat bekerjasama dengan orang lain dan dapat mengambil bagian

secara aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat.

d) Dapat menggunakan bahasa Arab dengan baik serta dapat

membaca dan memahami kitab berbahasa Arab.

e) Dapat memecahkan masalah berdasarkan pengalaman dan prinsip -

prinsip ilmu pengetahuan yang telah dikuasai berdasarkan ajaran

agama Islam.

3) Dalam bidang nilai dan sikap

a) Cinta dan taat terhadap agama Islam dan berkeinginan untuk

menyebarluaskannya.

b) Menghargai kebudayaan nasional dan kebudayaan lain yang tidak

bertentangan dengan ajaran Islam.


c) Memiliki sikap demokratis, tenggang rasa dan mencintai sesama

manusia, bangsa serta lingkungan sekitarnya.

d) Berminat serta bersikap positif terhadap ilmu pengetahuan.

e) Mematuhi disiplin serta peraturan yang berlaku.

f) Menghargai setiap jenis pekejaan dan usaha yang halal.

g) Menghargai waktu, hemat dan produktif.

Adapun yang menjadi tujuan Madrasah Diniyah secara umum

adalah:

a. Memberikan pelajaran dan pendidikan agama Islam kepada para siswa.

b. Memberikan tambahan pengetahuan agama Islam kepada para siswa

yang merasa kurang menerima pelajaran agama Islam di sekolahnya.

5. Asas Pelaksanaan Ekstrakurikuler Madarasah Diniyah

Dalam melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler perlu diperhatikan hal-hal

sebagai berikut:10

a. Kegiatan tersebut harus dapat meningkatkan pengayaan siswa baik ranah

kognitif maupun afektif.

b. Memberi kesempatan, penyaluran bakat serta minat siswa sehingga

terbiasa melakukan kesibukkan-kesibukkan yang positif.

c. Adanya perencanaan, persiapan serta pembiayaan yang telah

diperhitungkan sehingga program ekstrakurikuler dapat mencapai

tujuannya.

d. Faktor-faktor kemampuan para pelakasana untuk memonitor dan

memberikan penilaian hendaknya diperhatikan.

10
Moh. Uzer Usman, dan Lilis Setyowati, Upaya,... ... ... ... ..., 22.
6. Bentuk -bentuk Ekstrakurikuler Madrasah Diniyah

Upaya membakukan bentuk Diniyah mulai dilakukan sejak tahun 1964,

dengan ditetapkannya peraturan Menteri agama nomor: 13 tahun 1964 yang

antara lain dijelaskan sebagai berikut:

a. Madrasah Diniyah ialah lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan

dan pengajaran secara klasikal dalam pengetahuan agama Islam kepada

pelajar bersama -sama sedikitnya berjumlah 10 (sepuluh) atau lebih,

diantara anak-anak yang berusia 7 (tujuh) sampai dengan 18 (delapan

belas) tahun;

b. Pendidikan dan pengajaran pada Madrasah Diniyah bertujuan untuk

memberi tambahan pengetahuan agama kepada pelajar-pelajar yang

merasa kurang menerima pelajaran agama di sekolah-sekolah umum;

c. Madarasah Diniyah ada 3 (tiga) tingkatan, yakni: Diniyah Awaliyah,

Diniyah Wustha, Dan Diniyah 'Ulya.11

B. Tinjauan Tentang Pelaksanaan Ekstrakurikuler Madrasah Diniyah

Kegiatan ekstrakurikuler Madrasah Diniyah ialah melaksanakan sebagian

program pondok pesantren yaitu membekali para siswa dengan pengetahuan

agama Islam agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah

SWT. Serta berbudi pekerti luhur, mempunyai kepribadian yang mantap dan

mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Untuk mengantisipasi agar siswa tidak cenderung ke hal- hal yang bersifat

negatif, disini penulis akan memaparkan komponen-komponen program

pelaksanaan pengajaran ekstrakurikuler Madrasah Diniyah yang nantinya akan

11
Dep. Agama RI, Pondok ,... ... ... ... ..., 12.
bisa membawa pengaruh positif bagi prestasi belajar para siswa dibidang studi

pendidikan agama Islam, juga bagi diri siswa.

Berdasarkan keterangan di atas, maka komponen-komponen pelaksanaan

pengajaran yang dapat diprogramkan oleh Madarasah Diniyah adalah sebagai

berikut:

1. Muatan Pokok Mata Pelajaran Madrasah Diniyah

Muatan pokok mata pelajaran ialah salah satu atau sekumpulan

bahan kajian, yang diajarkan kepada siswa untuk mencapai tujuan

pendidikan di Madrasah Diniyah yang tersebar disemua tingkat. Setiap

tingkat memiliki ke dalaman yang berbeda-beda sesuai dengan

perkembangan psikologi dan pengalaman siswa. Adapun muatan pokok

mata pelajaran Madrasah Diniyah, adalah sebagai berikut:

a. Al-Qur'an Hadits

Mata pelajaran Al-Qur'an Hadits, diarahkan kepada pemahaman dan

penghayatan tentang isi yang terkandungan dalam Al-Qur'an dan Hadits.

Dan diharapkan, dengan pemahaman dan penghayatan tersebut, siswa

dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai

individu maupun masyarakat.

Ruang lingkup pengajaran Al-Qur'an ini lebih banyak berisi

pengajaran keterampilan khusus yang memerlukan banyak latihan dan

pembiasaan. 12 Sedangkan pengajaran hadits ini memuat informasi

disekitar teks yang dikaitkan kepada Nabi Muhammad SAW, yakni

informasi bahan-bahan tertulis dengan huruf Arab, yang pada masa

12
Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara,
2004), 91.
sekarang dapat dikutip dari kitab-kitab hadist.13 Sesuatu yang

disandarkan kepada Nabi sebagai materi hadits dapat berupa apa-apa

yang perah disabdakan/dikaitkan Nabi SAW, dilaksanakan Nabi,

disetujui/disepakati Nabi, serta informasi yang disampaikan para sahabat

tentang sifat-sifat Nabi.

Mata pelajaran Al-Qur'an, misalnya: Ilmu Tajwid, Ilmu Qira'at, Ilmu

Nigham, Ilmu Makhraj, dan sebagainya. Sedangkan hadits, misalnya:

Ilmu Hadits, Ilmu Musthalah Hadits, dan sebagainya.

b. Aqidah

Pelajaran aqidah, bertujuan memberi pengetahuan kepada siswa

tentang iman dan perkara-perkara yang harus diimani oleh muslim.

Dengan pengetahuan itu, diharapkan siswa mempunyai keyakinan yang

kuat dalam memeluk agama Islam.

Karena dalam ilmu ini dibicarakan mengenai aqidah Islam, maka

yang dibahas ialah masalah kepercayaan, keimanan kepada wujud dan

keesaaan Allah, para ulama menganggap bahwa yang dibicarakan itu

merupakan prinsip pokok dalam agama Islam.14

c. Akhlak

Akhlak adalah ilmu yang membicarakan nilai sesuatu perbuatan

menurut ajaran agama Islam, membicarakan sifat-sifat terpuji dan tercela

menurut ajaran agama Islam, membicarakan berbagai hal yang langsung

ikut mempengaruhi pembentukan sifat-sifat itu pada diri seseorang

secara umum. 15

13
Chabib Thoha, et. al., Metodologi Pengajaran Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset), 59.
14
Dr. Zakiah Daradjat, dkk., Metodik,... ... ... ... ..., 64.
15
Dr. Zakiah Daradjat, dkk., Metodik,... ... ... ... ..., 71.
Mata pelajaran akhlak, bertujuan untuk memberikan pengetahuan

dan bimbingan kepada siswa untuk meneladani kepibadian Nabi

Muhammad SAW sebagai Rasul dan hamba Allah. Disamping itu,

pengajaran akhlak membentuk batin siswa yang kelihatan pada tindak-

tanduknya (tingkah lakunya). Pembentukan ini, dapat dilakukan dengan

memberikan pengertian tentang buruk baik dan kepentingannya dalam

kehidupan, memberikan ukuran, menilai buruk baik itu, melatih dan

membiasakan berbuat, medorong dan memberi sugesti agar mau dan

senang berbuat.

d. Fiqih

Fiqih itu ialah ilmu pengetahuan yang membicarakan dan memuat

hukum-hukum Islam yang bersumber pada Al-Qur'an, sunnah dan dalil-

dalil syar'i yang lain.16

Mata pelajaran ini, memberikan pengetahuan kepada siswa tentang

ajaran-ajaran agama Islam yang bersifat amaliyah, baik itu ubudiyah

maupun mu'amalah. Dengan pengetahuan itu, diharapkan siswa dapat

mengetahui mana yang wajib dan harus dilaksanakan, serta yang haram

dan harus ditinggalkan.

e. Bahasa Arab

Mata pelajaran ini, memberikan pengetahuan kepada siswa tentang

tata bahasa Arab. Dengan pengetahuan itu, diharapkan siswa dapat

mudah mempelajari dan memahami Al-Qur'an dan Hadits serta kitab-

16
Dr. Zakiah Daradjat, dkk., Metodik,... ... ... ... ..., 78.
kitab kuning yang menjadi rujukan bagi siswa dalam mempelajari ajaran

Islam.

Mata pelajaran bahasa Arab, misalnya: Ilmu Nahwu, Ilmu Sharaf,

Ilmu Balaghah, dan sebagainya.

f. Tarikh/Sejarah

Tarikh/sejarah ialah studi tentang riwayat hidup Rasulullah SAW,

sahabat-sahabat dan imam-imam pemberi petunjuk yang diceritakan

kepada murid-murid sebagai contoh teladan yang utama dari tingkah

laku manusia yang ideal, baik dalam kehidupan pribadi maupun

kehidupan sosial.17

Mata pelajaran ini, memberikan pengetahuan kepada siswa tentang

sejarah Islam. Dengan pengetahuan itu, diharapkan siswa dapat

mengambil tauladan dari sejarah umat Islam terdahulu.

Mata pelajaran tarikh/sejarah, misalnya: sejarah Islam, sejarah

syari'at Islam (tarikh tasyri') dan sejarah kebudayaan Islam.

2. Bahan /sumber Ajar Madrasah Diniyah

Secara umum materi Pendidikan dalam Madrasah Diniyah,

mampunyai pembahasan yang sama dalam setiap kelas dan jenjang, hanya

saja kedalaman materinya yang berbeda-beda. Bahan-bahan yang diajarkan

dalam pendidikan Madrasah Diniyah ini menggunakan literatur kitab

kuning.

3. Metode pembelajaran Madrasah Diniyah

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara-cara yang

dipergunakan untuk menyampaikan ajaran sampai ketujuan. Pemahaman

17
Chabib Thoha, et. al., Metodologi ... ... ... ... ..., 215.
terhadap materi pelajaran yang akan disampaikan terhadap siswa, akan lebih

mudah dicapai dengan menggunakan metode pembelajaran.

Berikut ini beberapa metode pembelajaran di Madrasah Diniyah

adalah sebagai berikut:

a. Metode Soroga n

Metode sorogan ini merupakan bagian yang paling sulit dari

keseluruhan metode pendidikan Islam tradisional, sebab metode ini

menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi dari siswa.

Namun metode sorogan memang terbukti sangat efektif sebagai taraf

pertama bagi seorang siswa yang bercita-cita menjadi seorang alim.

Metode ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai, dan

membimbing secara maksimal kemampuan seorang siswa dalam

menguasai bahasa Arab. Karena dalam metode ini siswa secara

bergantian membaca satu persatu dihadapan ustadz.18

Sorogan adalah metode pendidikan yang tidak hanya dilakukan

bersama ustadz, melainkan juga antara siswa dengan siswa lainnya.

Dengan metode sorogan ini, siswa diajak untuk memahami kandungan

kitab secara perlahan-lahan dan secara detail dengan mengikuti pikiran

atau konsep-konsep yang termuat dalam kitab kata perkata.

Inilah yang memungkinkan siswa menguasai kandungan kitab baik

menyangkut konsep dasarnya maupun konsep-konsep detailnya. Sorogan

yang dilakukan secara pararel antara siswa juga sangat penting, karena

siswa yang memberikan sorogan memperoleh kesempatan untuk

18
Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren (Jakarta: LP3ES, 1982), 28-29.
mengulang kembali pemahamannya dengan memberikan penjelasan

kepada siswa lainnya. Dengan demikian, sorogan membantu siswa untuk

memperdalam pemahaman yang diperolehnya lewat bandongan.

b. Metode Wetonan/Bandongan

Wetonan, istilah wetonan ini berasal dari kata wektu (bahasa Jawa)

yang berarti waktu, sebab pembelajaran tersebut diberikan pada waktu-

waktu tertentu.

Metode wetonan ini merupakan metode kuliah, dimana para siswa

mengikuti pelajaran dengan duduk dihadapan ustadz yang menerangkan

pelajaran secara kuliah, siswa menyimak kitab masing-masing dan

membuat catatan padanya. Istilah wetonan ini di Jawa Barat disebut

dengan bandongan.19

c. Metode Musyawarah/Bahtsul Masa'il

Metode musyawarah atau dalam istilah lain bahtsul masa'il,

merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip dengan metode

diskusi atau seminar. Beberapa orang siswa dengan jumlah tertentu

membentuk halaqah yang dipimpin langsung oleh ustadz, atau mungkin

juga siswa senior, untuk membahas atau mengkaji suatu persoalan yang

telah ditentukan sebelumnya. Dalam pelaksanaanya, para siswa dengan

bebas mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau pendapatnya. Dengan

demikian, metode ini lebih menitik beratkan pada kemampuan

perseorangan di dalam menganalisis dan memecahkan suatu persoalan,

dengan argumen logika yang mengacu pada kitab-kitab tertentu.

19
Dep. Agama RI, Pondok ,... ... ... ... ..., 39-40.
Musyawarah dilakukan juga untuk membahas materi-materi tertentu dari

sebuah kitab yang dianggap rumit untuk memahaminya.20

d. Metode Ceramah

metode ceramah, yaitu guru memberikan uraian atau penjelasan

kepada sejumlah murid pada waktu tertentu (waktunya terbatas) dan

tempat tertentu pula. Dilaksanakan dengan bahasa lisan untuk

memberikan pengertian terhadap suatu masalah, karena itu cara tersebut

sering juga disebut dengan metode kuliah, sebab ada persamaan guru

mengjar dengan seorang dosen/maha guru memberikan kuliah kepada

mahasiswa-mahasiswanya.21

e. Metode Hafalan (muhafazhah)

Metode hafalan ialah kegiatan belajar siswa dengan cara menghafal

suatu teks tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan ustadz. Para

siswa diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan dalam jangka waktu

tertentu. Hafalan yang dimiliki siswa ini kemudian dihafalkan dihadapan

ustadz secara periodik atau insidental tergantung kepada petunjuk ustadz

yang bersangkutan. 22

Materi pembelajaran dengan metode hafalan umumnya berkenaan

dengan Al-Qur'an, nadham-nadham untuk nahwu, shorof, tajwid ataupun

teks-teks nahwu shorof dan fiqih.

e. Metode Demonstrasi/Praktek Ibadah

Metode ini, adalah cara pembelajaran yang dilakukan dengan

memperagakan (mendemonstrasikan) suatu keterampilan dalam hal

20
Dep. Agama RI, Pondok ,... ... ... ... ..., hal 43.
21
Dr. Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2004), 289.
22
Dep. Agama RI, Pondok ,... ... ... ... ..., 46-47.
pelaksanaan ibadah tertentu, yang dilakukan secara perorangan maupun

kelompok dibawah petunjuk dan bimbingan ustadz.

4. Alat-Alat Pengajaran Madrasah Diniyah

Alat adalah segala sesuatu atau apa saja yang dapat dipergunakan

dalam usaha mencapai tujuan.23 Pada sisi lain, alat pengajaran adalah segala

alat yang dapat menunjang keefektifan dan efisien pengajaran.

Dalam proses belajar mengajar tidak lepas membutuhkan suatu alat-

alat pengajaran. Dalam hal ini alat pengajaran tersebut dibagi menjadi

beberapa macam. Sebagaimana dikemukakan Zuhairini, bahwa alat-alat

pengajaran agama tersebut dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:

1. Alat pengajaran klasikal

Yakni alat-alat pengajaran yang dipergunakan oleh guru bersama -

sama dengan murid. Sebagai contoh: papan tulis, kapur tulis, tempat

shalat dan sebagainya.

2. Alat pengajaran Individual

Yakni alat-alat yang dimiliki oleh masing-masing murid dan guru.

Seperti: alat-alat tulis, buku pelajaran untuk murid, buku-buku pegangan,

buku persiapan guru dan sebagainya.

3. Alat peraga

Ialah alat-alat pengajaran yang berfungsi untuk memperjelas

ataupun memberikan gambaran yang konkrit tentang hal-hal yang

diajarkannya.24

23
Ahmad A. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan , (Bandung: PT. A l- Ma'arif, 1989), 50.
24
Zuhairini, et.al., Metodik khususi Pendidikan Agama (Surabaya: Usana Offset Printing,
1991), 49.
5. Evaluasi pembelajaran Madrasah Diniyah

Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan

pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian atau sering disebut

dengan evaluasi. Karena Semua hasil belajar pada dasarnya harus dapat

dievaluasi. Pada umumnya kesulitan menilai hasil belajar timbul disebabkan,

karena pertama, perumusan tujuan yang kurang baik. Dan, kedua ,

ketidakmampuan mengembangkan alat evaluasi yang tepat mengenai

sasarannya.

Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kemanfaatan program

bagi siswa maupun bagi sekolah, hemat biaya atau tidak, dan sebagainya.

Hasil evaluasi ini bermanfaat bagi pengambilan keputusan untuk

menentukan perlu tidaknya suatu program ekstrakurikuler tersebut

dila njutkan.

Pengertian evaluasi Menurut Drs. Wayan Nurkancana dalam memberi

pengertian evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk

menentukan nilai dari sesuatu. 25

Dalam arti luas, evaluasi adalah suatu proses merencanakan,

memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk

membuat alternatif-alternatif keputusan (Mehren & Lehmann, 1978).26

Dari kedua definisi diatas penulis memberi kesimpulan bahwa

evaluasi merupakan suatu proses untuk menilai sesuatu yang berhubungan

dengan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan dalam rangka mencapai

tujuan pedidikan.

25
Suhasimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pedidikan, (Jakarta: Aksara, Cet. 7, 1991), 11.
26
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), 3.
Evaluasi juga merupakan alat untuk mengukur, sampai dimana

pengusaan murid terhadap bahan (materi) pendidikan yang diberikan.

Bahan-bahan pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar diola h sedemikian

rupa sehingga untuk mengukur berhasil tidaknya bahan yang diajarkan perlu

adanya suatu penilaian atau evaluasi.

Dalam kegiatan belajar mengajar evaluasi bukanlah sekedar

pekerjaan timbal sulam tetapi evaluasi merupakan salah satu komponen,

disamping materi atau bahan kegiatan saling berinteraksi satu sama lain

untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

Bagaimana baiknya tujuan-tujuan yang telah dirumuskan, akan

tetapi bila tidak disertai dengan materi pelajaran yang sesuai, metode

pengajaran yang tepat, alat pengajaran yang memadai, prosedur evaluasi

yang mantap maka tipis kemungkinan tujuan tersebut dapat dicapai seperti

yang diharapkan. Maka program evaluasi ini diterapkan dalam rangka

mengetahui tingkat keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan materi

pelajaran, menemukan kelemahan-kelemahan yang dilakukan, baik yang

berkaitan dengan materi, metode, alat, fasilitas dan sebagainya.

Fungsi penilaian menurut Suharsimi Arikunto, dalam dasar-dasar

evaluasi pendidikan beliau membagi menjadi empat bagian:

1) Penilaian berfungsi selektif

2) Penilaian berfungsi diagnostik

3) Penilaian berfungsi sebagai penempatan

4) Penilaian berfungsi sebagai pengukur 27

27
Suhasimi Arikunto, Dasar-Dasar,... .... ... ... ..., 90.
Secara lebih rinci, fungsi evaluasi dalam pendidikan dan

pengajaran dapat dikelompokkan menjadi empat fungsi, yaitu:

1) untuk mengetahui kemajauan dan perkembangan serta keberhasilan

siswa setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama

jangka waktu tertentu.

2) Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran.

3) Untuk keperluan Bimbingan dan Konseling (BK).

4) Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah

yang bersangkutan. 28

Tahapan evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan

tahapan instruksional, kegiatan yang dapat dilakukan pada tahapan ini

adalah sebagai berikut:

1) Mengajukan pertanyaan kepada kelas atau kepada beberapa murid

mengenai semua aspek pokok materi yang telah dibahas pada

tahapan instruksional.

2) Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa

(kurang dari 75%) maka guru harus mengulang pelajaran.

3) Untuk memperkaya pengetahuan siswa mengenai materi yang

dibahas, guru dapat memberikan tugas atau pekerjaan rumah (PR).

4) Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau memberitahukan pokok

materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.29

C. Tinjauan Tentang Faktor-faktor Pendukung Dan Penghambat

Ekstrakurikuler Madrasah Diniyah

28
Ngalim Purwanto, Mp., Prinsip-Prinsip,… ... … … …, 7.
29
B. Suryosubroto, Proses,... ... ... ... ..., 37.
Pengajaran merupakan aktivitas yang terkait dengan banyak hal,

diantaranya adalah faktor pendukung dan penghambat dalam pengajaran itu

sendiri. Di bawah ini akan dijelaskan faktor penunjang dan penghambat kegiatan

ekstrakurikuler Madrasah Diniyah, antara lain:

1. Suasana belajar

Suasana belajar penting artinya bagi kegiatan belajar. Suasana yang

menyenangkan dapat menumbuhkan kegairahan belajar, sedangkan suasana

yang kacau, ramai, tak tenang, dan banyak gangguan, sudah tentu tidak

menunjang kegiatan belajar yang efektif. Karena itu, guru dan siswa

senantiasa dituntut agar menciptakan suasana lingkungan belajar yang baik

dan menyenangkan, menantang dan menggairahkan. Hal ini berarti bahwa

suasana belajar turut menentukan motivasi, kegiatan, keberhasilan belajar

siswa. 30

Guru sebagai pengelola kelas perlu membangkitkan minat siswa,

seperti yang dirasakan oleh Bruner, untuk memanfaatkan tenaga-tenaga

dalam (inner narure) yang terdapat dalam diri para siswa yaitu:

a. Dorongan ingin tahu

b. Dorongan igin berhasil

c. Dorongan ingin bekerjasama

Dorongan seperti ini, perlu untuk dikembangkan dan dimanfaatkan

oleh seseorang guru. Bila diteliti bahwa suasana belajar sangat dipengaruhi

oleh beberapa hal seperti guru, alat bantu mengajar, tujuan, lingkungan dan

siswa itu sendiri.

2. Keadaan sosial siswa dan iklim belajar

30
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 52.
Faktor lain yang menunjang keberhasilan belajar adalah keadaan sosial

lingkungan siswa. Lingkungan sosial yang buruk akan menimbulkan hal

yang buruk pada kegiatan belajar siswa. Pada isi ini dapat dibagi menjadi:

a. Lingkungan Rumah Tangga

Rumah tangga merupakan faktor utama dalam menunjang

keberhasilan siswa. Sering kita jumpai bahwa hubungan anggota

keluarga yang retak, terjadi konflik, misalnya antara anak dan ibu. Anak

akan berpengaruh negatif terhadap kemajauan belajarnya. Akibat dari

pengaruh ini ia tidak dapat tenang dan perhatian terhadap pelajaran akan

berkurang.

Sudah sewajarnya bahwa keluarga, terutama orang tua memelihara

dan mendidik anak-anaknya dengan rasa kasih sayang. Perasaan

kewajiban dan tanggung jawab yang ada pada orang tua untuk mendidik

anak-anaknya timbul dengan sendirinya, secara alami tidak karena

dipaksa atau disuruh orang lain. 31

b. Hubungan Antar Siswa

Keadaan sosial disuatu kelas sangat beraneka ragam dengan latar

belakang yang berbeda pula. Bagi siswa yang kurang atau tidak dapat

mengadaptasi diri, akan timbul konflik, baik konflik rohani pada dirinya

maupun konflik dengan kawan-kawannya, karena perbedaan ekonomi

yang menyolok.

c. Kesulitan Ekonomi

31
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Dan Praktis , (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1991), 112.
Keadaan ini sangat erat hubungannya dengan keadaan rumah

tangga, hubungan antar siswa yang bersangkutan. Kesulitan merupakan

masalah yang sangat serius yang dapat mengganggu suasana belajar.

Dalam kegiatan belajar, seorang anak kadang-kadang memerlukan

sarana-sarana yang cukup mahal, yang kadang-kadang tidak dapat

terjangkau oleh keluarga. Jika keadaanya demikian, maka masalah

sedemikian juga merupakan faktor penghambat dalam belajar.32

3. Lingkungan luar sekolah

Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa dilepaskan dengan

lingkungannya di luar rumah. Ia memerlukan kawan belajar,

mengembangkan hobi, atau kegiatan lain. Harapan guru dan orangtua

terhadap anak, tentu agar mereka dapat memperoleh pengaruh positif yang

menunjang kegiatan belajar di sekolah.

Lingkungan dan alam sekitar anak-anak, secara teman sejawatnya

mempunyai pengaruh yang besar sekali dalam membentuk akhlak.

Lingkungan yang baik akan menarik anak-anak berakhlak baik. Lingkungan

yang jahat akan menarik anak-anak berakhlak jahat pula. Oleh karena itu

haruslah pendidik memperhatikan lingkungan yang berhubungan dengan

anak-anak diluar rumah tangga.33

D. Tinjauan Tentang Pengembangan Ekstrakurikuler Madrasah Diniyah

Sebagaimana kita ketahui bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan agama

Islam di sekolah secara keseluruhan tidak cukup hanya dilakukan dengan waktu

terbatas, oleh karena itu perlu ditambah suatu kegiatan ekstrakurilkuler

32
Mahfudh Shalahuddin, Pengatar Psikologi Pendidikan , (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990),
63.
33
Mahmud Yunus, Pokok-pokok pendidikan dan Pengajaran (Jakarta: PT. Hidakarya Agung),
32-33.
keagamaan. Dan salah satu bentuk kegiatan ekstrakurikuler keagamaan tersebut

adalah Madrasah Diniyah, yang mana kegiatan ini dalam rangka memberikan

kesempatan siswa untuk menambah pengetahuan agama Islam yang dimiliki

siswa.

Dengan adanya ekstrakurikuler Madrasah Diniyah ini, dapat memberikan

wawasan pengetahuan agama Islam secara lebih mendalam kepada siswa, serta

mengarahkan pada jalan yang lurus dengan melakukan hal-hal yang positif dan

bermanfaat.

Adapun materi pendidikan agama Islam yang diajarkan di sekolah itu ada

kesamaannya dengan materi yang diajarkan di Madrasah Diniyah. Oleh karena

itu, dengan adanya Madrasah Diniyah dapat membantu siswa dalam

mempelajari dan memahami pelajaran agama yang diperolehnya di sekolah.

Pendidikan Madrasah Diniyah jalur sekolah, akan menggunakan sistem

kelas yang sama dengan sekolah. Madrasah Diniyah secara khusus hanya

mempelajari ajaran agama Islam dan bahasa Arab.

Kegiatan Madrasah Diniyah ini diselenggarakan di luar jam pelajaran

biasa. Kegiatan ini dilaksanakan pada sore hari bagi sekolah-sekolah yang

masuk pagi dan dilaksanakan pagi hari bagi sekolah-sekolah yang masuk sore

hari. Kegiatan ini dilaksanakan agar para siswa lebih guna memperkaya dan

memperluas wawasan pengetahuan atau kemampuan meningkatkan nilai sikap

dalam rangka penerapan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari

dari berbagai mata pelajaran dan kurikulum sekolah.

Pelaksanaan kegiatan ekstrakurkuler Madrasah Diniyah di sekolah akan

memberikan banyak manfaat, tidak hanya terhadap siswa tetapi juga bagi
efektivitas penyelenggaran pendidikan disekolah. Kegiatan ekstrakurikuler ini

harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar tercapai tujuan yang diinginkan.

Pendidikan sebagai salah satu dimensi lingkungan dalam kehidupan, maka

harus benar-benar dilaksanakan dengan terprogram dan terencana dengan baik,

karena dari proses pendidikan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan tersalur

dengan efektif. Dalam hal in, pendidikan agama Islam mempunyai peranan

penting, mengingat nilai-nilai yang diajarkan oleh agama Islam sifatnya

universal.

Menurut Dr. Samsul Nizar, M.A.:

"Pendidikan agama Islam adalah rangkaian proses sistematis, terencana

dan komprehensif dalam upaya mentransfer nilai-nilai kepada siswa,

mengembangkan potensi yang ada pada siswa, sehingga mampu melaksanakan

tugasnya di muka bumi dengan sebaik -baiknya, sesuai dengan nilai-nilai

Ilahiyah yang didasarkan pada ajaran agama Al-Qur'an dan Hadits pada semua

dimensi kehidupannya". 34

Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan tanpa terkecuali harus

diprogramkan dan direncanakan dengan sebaik -baiknya dengan selalu

mempertimbangkan kondisi psikologi siswa dalam pendidikan, sehingga

perkembangan-perkembangan yang menjadi tujuan pendidikan dapat tercapai

dengan maksimal.

Program pengajaran agama Islam dapat dipandang sebagai usaha

mengubah tingkah laku siswa dengan menggunakan bahan pengajaran agama.

34
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2001), 94.
Tingkah laku yang diharapkan itu terjadi setelah siswa mempelajari agama dan

dinamakan hasil belajar siswa dalam bidang pengajaran agama.

Madrasah Diniyah, sebagai salah satu bentuk pendidikan agama Islam

yang munculnya didasari kebutuhan masyarakat, dituntut mampu secara efektif

dalam rangka mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa.

Sehingga siswa mampu mengetahui, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam

dengan baik dan benar. Tuntutan tersebut sangat besar oleh karena itu,

pendidikan Madrasah Diniyah kental dengan pengajaran agama Islam, tanpa

memasukkan pelajaran umum kedalam kurikulum pembelajarannya. Secara

logika, kalau memang Madrasah Diniyah hanya memfokuskan pendidikannya

dalam bidang agama, maka Madrasah Diniyah harus mampu mengembangkan

seluruh kemampuan siswanya dalam bidang agama.

Madrasah Diniyah dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu: pertama, aspek

kurikulum. Ditinjau dari kurikulumnya, Madrasah Diniyah hanya dapat

mengajarkan tentang ilmu-ilmu agama Islam sehingga pengetahuan tentang

ajaran agama Islam yang disampaikan kepada anak didik akan lebih mendalam.

Kedua, aspek sistem pelaksanaan pendidikan. Meskipun Madrasah Diniyah

identik dengan pengajaran kitab kuningnya tetapi dalam pelaksanaan

pendidikan, Madrasah Diniyah telah terprogram dengan baik, seperti layaknya

sekolah-sekolah formal, misalnya dalam Madrasah Diniyah telah diterapkan

sistem kelas dan jenjang pendidikannya yang dalam pelaksanaannya sangat

memperhatikan kondisi psikologi siswa serta proses pengajarannya Madrasah

Diniyah melibatkan secara aktif siswanya.

Anda mungkin juga menyukai