Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Oleh :
R. Dyah Wulandari
H.036088
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang
peranan sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa
Indonesia. Salah satu subsektor pertanian adalah subsektor perikanan.
Subsektor perikanan juga merupakan sektor yang berpotensi untuk
menghasilkan dan dikembangkan karena Indonesia merupakan negara maritim
atau kelautan yang wilayah perairannya lebih luas daripada daratannya yaitu
mencapai 5,8 juta Km2 atau mendekati 70% dari luas keseluruhan negara
Indonesia (Terangi, 2010) sehingga banyak terdapat sumber daya alam
kelautan terutama ikan.
Produksi perikanan Indonesia dari tahun 2005 sampai 2006 mengalami
peningkatan dari 6,86 juta ton menjadi 7,39 juta ton. Hal tersebut menurut
Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia, belum dibarengi dengan tingginya
tingkat konsumsi ikan nasional yang baru mencapai 24,47 kg/kapita/tahun,
atau masih rendah dibandingkan rekomendasi dari Badan Pangan Dunia
sebesar 26 kg/kapita/tahun (Departemen Kelautan dan Perikanan RI, 2006).
Salah satu produk perikanan adalah ikan bandeng yang banyak di
budidayakan di daerah pesisir pantai di Indonesia. Ikan Bandeng dalam bahasa
Latin disebut Chanos chanos atau milk fish (bahasa Inggris). Ikan ini
merupakan satu-satunya spesies yang masih ada dalam familia Chanidae.
Spesies ini hidup di Samudra Hindia dan menyeberanginya sampai Samudra
Pasifik, cenderung bergerombol di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan
koral. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut untuk 2 - 3 minggu, lalu
berpindah ke rawa-rawa bakau, daerah payau, dan kadangkala danau-danau.
Ikan Bandeng baru kembali ke laut bila sudah dewasa dan bisa berkembang
biak (Wikipedia, 2009).
Manusia dalam pemenuhan kebutuhan akan pangan tidak hanya dalam
hal kebutuhan pangan pokok saja seperti beras, jagung, umbi-umbian, tetapi
juga memerlukan pemenuhan akan gizi khususnya yang mengandung protein
tinggi baik dari nabati maupun hewani. Kesadaran akan kebutuhan dan
keinginan terhadap pemenuhan gizi terutama protein hewani mendorong
masyarakat dalam pembelian ikan segar terutama ikan bandeng yang bermutu
baik (Wijayanto, 2007).
Aspek konsumsi ikan bandeng segar oleh masyarakat adalah sumber
protein yang sehat sebab bandeng adalah sumber protein tinggi sekitar 20%
dan rendah kolesterol yang kandungan lemaknya hanya 4,8 % (Mudjiman,
1991). Bandeng presto, bandeng asap, otak-otak adalah beberapa produk
bandeng olahan yang dapat dijumpai dengan mudah di supermarket. Produk
ikan bandeng lainnya yaitu ikan bandeng segar banyak dijumpai di pasar
tradisional. Pasar tradisional biasanya menampung banyak penjual yang
mewakili golongan pedagang menengah kebawah dan masa operasinya rata-
rata dari subuh sampai siang atau sore hari namun ada sebagian yang
beroperasi malam. Selain itu, pasar tradisional juga selalu menyediakan
produk-produk yang segar termasuk ikan bandeng segar.
Konsumen menginginkan ikan bandeng segar yang baik sesuai dengan
seleranya. Konsumen akan selalu memperhatikan atribut-atribut yang melekat
pada ikan bandeng segar dalam melakukan pembelian ikan bandeng segar.
Pemasar atau produsen ikan bandeng segar di Kabupaten Klaten khususnya di
pasar tradisional dituntut memberikan kualitas produk yang terbaik sesuai
dengan keinginan konsumen. Oleh karena itu, pemasar atau produsen ikan
bandeng segar harus mengetahui sikap konsumen. Sikap konsumen menjadi
faktor yang kuat untuk mempengaruhi perilaku konsumen, sehingga dengan
mempelajari sikap konsumen dapat digunakan sebagai sumber informasi
untuk membantu pemasar atau produsen dalam menyediakan produk
khususnya ikan bandeng segar yang memiliki atribut yang sesuai dengan
keinginan konsumen.
B. Rumusan Masalah
Ikan merupakan salah satu bahan pangan yang mengandung protein
hewani dan sering dikonsumsi masyarakat. Jenis ikan yang sering dikonsumsi
masyarakat sangat beraneka ragam. Jenis ikan yang dipasarkan dapat
digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu ikan atau hasil perikanan dalam
keadaan segar atau sering disebut ikan segar dan dalam bentuk olahannya.
Ikan segar dapat berupa ikan laut maupun ikan air tawar. Salah satu jenis ikan
segar yang sekarang ini ada dipasaran adalah ikan bandeng (Chanos chanos),
gurameh (Osphronemus gouramy Lac.), lele (Clarias batrachus Linnaeus),
kakap (Lutjanus spp.), nila (Tilapia nilotica L.), mujaer (Tilapia mossambica
Peters) dan berbagai jenis ikan lainnya yang masih dalam bentuk segar
(Junianto, 2007).
Ikan bandeng termasuk salah satu sumber protein hewani dari laut yang
banyak dikonsumsi rumah tangga. Ikan bandeng dapat dijadikan lauk pauk
dan bisa diolah menjadi bebagai macam masakan. Ikan bandeng yang
dipasarkan di pasar tradisional di Kabupaten Klaten adalah ikan bandeng
segar. Menurut Standar Nasional Indonesia (2008) dalam Bank Indonesia
(2010), ciri ikan segar adalah mata cerah dengan bola mata menonjol dan
kornea tampak jernih, insang berwarna cemerlang tanpa lendir, lapisan lendir
jernih, transparan, mengkilat cerah dan belum terdapat perubahan warna,
sayatan daging sangat cemerlang, berwarna asli, tidak ada pemerahan
sepanjang tulang belakang, perut utuh, ginjal merah terang, dinding perut
dagingnya utuh, bau isi perut segar, bau segar, bau rumput laut, bau spesifik
jenis, konsistensi padat, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging
tulang belakang. Atribut ikan bandeng segar menurut Wijayanto (2007) yaitu
ukuran ikan, keadaan mata, kekenyalan daging dan kebersihan kulit sisik
sedangkan menurut Purnomowati dkk. atribut ikan bandeng segar yaitu
keadaan mata, keadaan mulut, warna insang, kebersihan sisik, kekenyalan
daging dan aroma ikan bandeng.
Sofyan Ilyas (1998) dalam Bank Indonesia (2010) menyebutkan ciri ikan
bandeng segar berdasarkan lima parameter yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Ciri Ikan Bandeng Segar
No. Parameter Keterangan
1. Kulit Warna kulit terang dan jernih, Kulit masih
kuat membungkus tubuh, tidak mudah
sobek, terutama pada bagian perut.
2. Sisik Sisik menempel kuat pada tubuh sehingga
sulit dilepas.
3. Mata Mata tampak terang, jernih, menonjol dan
cembung.
4. Insang Insang berwarna merah sampai merah tua,
terang dan lamella insang terpisah dan
tertutup lendir berwarna terang dan bau
segar seperti bau ikan.
5. Daging Daging kenyal, berbau segar dan bila
daging ditekan dengan jari tidak tampak
bekas lekukan.
Sumber : Sofyan Ilyas (1998).
Salah satu faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan
konsumen dalam melakukan pembelian adalah sikap konsumen. Konsep sikap
sangat terkait dengan konsep kepercayaan dan perilaku. Sikap biasanya
mengarah dalam pembentukan perilaku. Perilaku konsumen akan sangat
terkait dengan atribut produk yang menjadi pertimbangan konsumen dalam
pembelian suatu produk.
Sikap konsumen terhadap permintaan ikan bandeng di pasar tradisional
dipengaruhi oleh adanya selera dan pengetahuan konsumen yang tercermin
dari perilaku konsumen. Pengkajian mengenai perilaku konsumen khususnya
mengenai sikap konsumen tentu menjadi hal yang penting untuk memenuhi
kebutuhan konsumen. Menurut Sumarwan (2003), konsumen memiliki
keinginan akan suatu produk sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya
sehingga diharapkan produk tersebut dapat memberikan manfaat bagi
konsumen. Jika produk yang dikonsumsi sesuai dengan apa yang diinginkan
konsumen maka konsumen akan melakukan pembelian sehingga dapat
memberikan keuntungan bagi produsen. Dalam pemasarannya produsen ikan
bandeng perlu untuk memahami sikap konsumen yang erat kaitannya dengan
konsep kepercayaan dan perilaku.
Setiap konsumen memiliki kriteria produk ideal. Ditinjau dari sikap,
maka semakin dekat sebuah produk ke poin ideal maka semakin ideal posisi
produk tersebut. Poin ideal tersebut mengenai atribut yang melekat pada suatu
produk. Konsumen dalam mengkonsumsi ikan bandeng segar akan
mempertimbangkan atribut yang melekat pada ikan bandeng. Atribut tersebut
dievaluasi oleh konsumen sehingga mencerminkan sikap konsumen terhadap
produk ikan bandeng segar.
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan antara
lain sebagai berikut :
1. Apakah atribut ikan bandeng segar telah memenuhi sifat ideal yang
diinginkan konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten?
2. Bagaimana sikap konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten
terhadap berbagai atribut ikan bandeng segar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi atribut produk ikan bandeng segar yang memenuhi sifat
ideal bagi konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten.
2. Mengidentifikasi sikap konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten
terhadap berbagai atribut produk ikan bandeng segar.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai topik penelitian dan dilaksanakan untuk
melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi produsen serta pemasar ikan bandeng segar, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan wawasan tentang sikap konsumen di
Kabupaten Klaten terhadap ikan bandeng segar sehingga dapat digunakan
sebagai dasar strategi pemasaran yang akan diterapkan.
3. Bagi pihak lain sebagai sumber referensi dan dapat digunakan sebagai
pertimbangan bagi yang berminat pada masalah yang sama.
I. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian Rismawati (2007) mengenai Sikap Konsumen Pasar Modern
Terhadap Sayuran Organik di Kota Surakarta, menggunakan analisis model
sikap angka ideal, yang menunjukkan analisis tingkat kepentingan atribut
sayuran organik adalah keamanan produk, kondisi fisik, warna, kemasan, dan
harga. Analisis atribut menurut ideal konsumen pasar modern, atribut
keamanan produk, warna, kemasan, dan kondisi fisik mendekati ideal, tetapi
atribut harga belum ideal. Sikap konsumen terhadap sayuran organik sangat
baik, sedangkan sifat ideal sayuran organik adalah sayuran organik
keamanannya terjamin, lubang pada daun seminimal mungkin, berwarna
kehijau-hijauan, kemasan menarik, dan harga murah.
Penelitian Kilamanca (2008) mengenai Sikap Konsumen Pasar
Swalayan Terhadap Produk Susu Kedelai di Kota Surakarta, dengan
menggunakan analisis model sikap angka ideal, menunjukkan bahwa
berdasarkan analisis kepentingan atribut susu kedelai, diketahui atribut yang
diprioritaskan oleh konsumen dalam melakukan pembelian, secara berturut-
turut adalah keamanan, rasa, kepraktisan, kemasan, harga dan promosi.
Sedangkan berdasarkan analisis masing-masing atribut menurut ideal
konsumen pasar swalayan, diketahui bahwa atribut-atribut secara keseluruhan
pada susu kedelai cair UHT sudah mendekati ideal, kecuali atribut promosi ;
pada susu kedelai cair impor, atribut-atribut secara keseluruhan sudah
mendekati ideal kecuali atribut promosi dan keamanan. Sedangkan atribut-
atribut susu kedelai bubuk secara keseluruhan sudah mendekati ideal, kecuali
harga. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sikap konsumen terhadap
susu kedelai cair teknologi sederhana adalah sangat baik. Sedangkan sikap
konsumen terhadap produk susu kedelai cair UHT, susu kedelai cair impor dan
susu kedelai bubuk adalah baik. Sifat ideal susu kedelai menurut konsumen
adalah kemasan menarik, produk praktis, harga murah, promosi maksimal,
rasa kedelai terasa, dan bebas bahan pengawet.
Budiyati (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Sikap Konsumen
Dalam Mengambil Keputusan Membeli Produk Kunyit Putih di Kota
Yogyakarta melakukan análisis tentang sikap konsumen terhadap atribut
produk kunyit putih di kota Yogyakarta. Atribut kunyit putih yang diketahui
ada lima jenis antara lain : komposisi bahan, harga, jenis produk, indikator
pengunaan dan kemasan produk. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa
keamanan produk merupakan atribut yang paling penting, yang kemudian
diikuti dengan komposisi bahan, indikasi penggunaan, jenis produk dan harga.
Dengan menggunakan análisis multiatribut model poin ideal diketahui bahwa
atribut komposisi bahan belum mendekati sesuai dengan keinginan konsumen.
Sedangkan secara umum sikap konsumen terhadap kunyit putih sudah sangat
baik artinya responden menerima produk tersebut yang kemudian diikuti
dengan pembelian atau mengkonsumsinya.
Beberapa penelitian diatas dijadikan sebagai landasan dengan alasan
bahwa ketiga penelitian diatas menggunakan metode analisis data yang sama
yaitu Model Angka Ideal (The Ideal - Point Model). Model angka ideal
memberikan informasi mengenai evaluasi konsumen terhadap apa yang
dirasakan oleh konsumen dan apa yang diinginkan (ideal) dibenak konsumen.
Model ini mengukur gap (perbedaan) antara apa yang ideal dengan apa yang
sesungguhnya dirasakan konsumen. Semakin kecil gap maka perbedaan antara
apa yang diharapkan (yang ideal) dengan yang sesungguhnya semakin dekat,
dengan kata lain produk tersebut semakin disukai konsumen.
B. Tinjauan Pustaka
1. Ikan Bandeng Segar
Ikan bandeng termasuk dalam kelas Pisces (bangsa ikan), sub kelas
Teleostei (ikan bertulang besar), ordo Malcopterygii (ikan berjari-jari sirip
lemah), keluarga Chanidae (bandeng-bandengan), genus Chanos, spesies
Chanos-chanos. Dalam bahasa daerah dikenal dengan nama bandeng,
bolu, muloh, ikan agam. Dalam bahasa inggris disebut milk fish karena
dagingnya seputih susu dan rasanya pulen (Mudjiman, 1991).
Lama ikan bandeng menjadi dewasa masih belum dapat diketahui
dengan pasti. Sebab di tambak ikan bandeng belum menjadi dewasa.
Walaupun sudah dipelihara 4-5 tahun, panjangya sudah 75-86 cm, belum
juga masak kelamin. Oleh karena itu, jenis jantan dan betinanya pun masih
belum dapat dibedakan. Namun suatu pengamatan yang telah dilakukan
oleh ahli budidaya ikan pada tahun 1976 di Taiwan, mendapatkan suatu
hasil bahwa ikan bandeng asal dari laut (jantan dan betina) dapat masak
kelamin setelah dipelihara selama 5-6 tahun di dalam tambak
(Mudjiman, 1991).
Ikan bandeng memiliki nilai protein hewani yang lebih tinggi yaitu
sebesar 20 % dibanding dengan protein yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan, sebab protein hewani mengandung asam-asam amino yang
lengkap dan susunan asam aminonya mendekati susunan asam amino yang
ada dalam tubuh manusia. Disamping itu juga sebagai sumber lemak,
mineral, dan vitamin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kesehatan
(Murtidjo, 2002).
Bandeng merupakan ikan tambak yang banyak dibudidayakan di
Indonesia. Bandeng termasuk ikan bertulang keras, dagingnya berwarna
putih susu, dan strukturnya padat dengan duri-duri halus. Kandungan gizi
per 100 gram daging ikan bandeng dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan Gizi Daging Ikan Bandeng Segar per 100 gram
Kandungan gizi Daging Ikan Bandeng Segar
Energi (kkal) 129
Protein (g) 20
Lemak (g) 4,8
Kalsium (mg) 20
Fosfor (mg) 150
Besi (mg) 2
Vitamin A (SI) 150
Vitamin B (mg) 0,05
Sumber : Khotimah (2006).
Protein bandeng cukup tinggi. Kondisi ini menjadikan bandeng
sangat mudah dicerna dan baik dikonsumsi oleh semua usia untuk
mencukupi kebutuhan protein tubuh, menjaga dan memelihara kesehatan
serta mencegah penyakit akibat kekurangan zat gizi mikro. Bandeng juga
mengandung asam lemak omega-3. Asam lemak ini bermanfaat mencegah
terjadinya penggumpalan keping-keping darah sehingga mengurangi risiko
terkena arteriosklerosis dan mencegah jantung koroner. Asam lemak ini
juga bersifat hipokolesterolemik yang dapat menurunkan kadar kolesterol
darah. Mampu meningkatkan daya tahan tubuh serta berperan dalam
pertumbuhan otak pada janin serta pendewasaan sistem saraf
(Khotimah, 2006).
2. Pasar dan Pasar Tradisional
Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang mempunyai
kebutuhan atau keinginan tertentu yang mungkin bersedia dan mampu
melibatkan diri dalam suatu pertukaran yang berguna untuk memuaskan
kebutuhan atau keinginan tersebut (Kotler, 1997).
Besarnya pasar tergantung dari jumlah orang yang memiliki
kebutuhan, punya sumber daya yang diminati orang lain, dan mau
menawarkan sumber daya itu untuk ditukar supaya dapat memenuhi
keinginan mereka. Semua istilah pasar menunujukkan tempat dimana
penjual dan pembeli berkumpul untuk bertukar barang-barang mereka.
Ahli ekonomi menggunakan istilah pasar untuk menunjuk pada sejumlah
pembeli dan penjual yang melakukan transaksi pada suatu produk
(Kotler, 2000).
Pasar merupakan sarana jual beli berbagai komoditas. Sesuai
dengan perkembangannya terdapat pasar tradisional dan pasar modern.
Pasar tradisional biasanya menampung banyak penjual, dilaksanakan
dengan manajemen tanpa perangkat teknologi modern dan mereka lebih
mewakili golongan pedagang menengah kebawah dan tersebar baik di
kampung-kampung, kota-kota kecil maupun kota-kota besar dengan masa
operasi rata-rata dari subuh sampai siang atau sore hari serta ada sebagian
yang beroperasi malam hari (Anonim, 2006).
Pasar tradisional adalah tempat berkumpulnya penjual dan pembeli
serta ditandai dengan adanya transaksi secara langsung dan biasanya ada
proses tawar-menawar. Bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau
gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu
pengelolaan pasar. Kebanyakan menjual barang-barang kebutuhan sehari-
hari (Anonim, 2010).
Menurut Saptoaji (2007), keberadaan pasar modern seperti
swalayan atau supermarket tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pasar tradisional. Pasar tradisional didalamnya terjadi interkasi antara
penjual dan pembeli. Hubungan antara personal antara pedagang dan
pembeli lebih dekat sehingga memudahkan dalam tawar-menawar.
3. Pemasaran
Pemasaran adalah suatu seni mengidentifikasi dan memahami
kebutuhan atau keinginan pelanggan serta menciptakan pemecahan yang
mengarah pada pemberian kepuasan kepada pelanggan atau konsumen,
dan memberikan keuntungan pada produsen. Pemasar berkewajiban untuk
memahami konsumen, mengetahui apa yang dibutuhkannya, apa
seleranya, dan bagaimana konsumen mengambil keputusan sehingga
pemasar dapat memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan
kebutuhan konsumen. Pemahaman yang mendalam mengenai konsumen
akan meningkatkan pasar dan dapat mempengaruhi keputusan konsumen
dalam membeli apapun yang ditawarkan pemasar (Sumarwan, 2003).
Konsep pemasaran menyatakan bahwa alasan keberadaan sosial dan
ekonomi bagi suatu organisasi adalah memuaskan kebutuhan konsumen
dan keinginan tersebut sesuai dengan sasaran perusahaan. Hal tersebut
didasarkan pada pengertian bahwa suatu penjualan tidak tergantung pada
agresifnya tenaga penjual, tetapi lebih pada keputusan konsumen untuk
membeli suatu produk (Lamb et al, 2001).
Menurut Kotler (2000), pemasaran adalah proses sosial dan
manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan
keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan
produk yang bernilai satu sama lain.
Menurut Dharmmesta dan Handoko (1997), konsep pemasaran
adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan
kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi
kelangsungan hidup perusahaan. Tiga unsur pokok pemasaran yaitu:
(a) Orientasi pada konsumen, (b) Penyusunan kegiatan pemasaran secara
integral dan (c) Kepuasan konsumen.
Dalam konteks agribisnis, operasionalisasi konsep pemasaran
merupakan hal yang mutlak harus diterapkan. Konsep pemasaran dalam
hal ini adalah sekumpulan gagasan pengembangan produk yang mengacu
pada pasar, berorientasi pada kebutuhan dan keinginan konsumen, serta
didukung penuh oleh usaha pemasaran secara terpadu yang diarahkan
untuk membangkitkan kepuasan konsumen (Kotler, 1997).
4. Riset Konsumen
Menurut Simamora (2004), riset konsumen merupakan bagian dari
riset pemasaran. Riset konsumen merupakan suatu rangkaian proses.
Karena berusaha menemukan kebenaran tentang suatu objek, maka proses
riset harus benar. Riset konsumen terdiri dari empat tahap, yaitu :
a. Mendefinisikan masalah dan menetapkan sasaran penelitian.
Masalah penelitian adalah sesuatu yang menarik untuk diteliti
atau sesuatu yang membutuhkan penjelasan. Atau bisa juga yang
menimbulkan keingintahuan karena lain dari biasanya. Setelah
menetapkan masalah penelitian selanjutnya perlu menetapkan sasaran
penelitian. Pada umumnya ada tiga jenis sasaran penelitian:
1) Mengumpulkan informasi awal yang diperlukan untuk
mendefinisikan masalah dan mengajukan hipotesis.
2) Mendeskripsikan sesuatu.
3) Menguji hipotesis mengenai hubungan sebab akibat.
b. Mengembangkan rencana riset
Tahap ini sering disebut juga proposal penelitian. Rencana riset
harus menyatakan data yang apa dibutuhkan, bagaimana cara
mengumpulkan data, metode kontak apa yang dilakukan, apa alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data serta bagaimana rencana
pengambilan sampel.
c. Mengimplementasikan rencana riset
Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data. Setelah data
terkumpul, kemudian diolah, misalnya dengan menggunakan tabulasi
dan alat-alat statistik lainnya.
d. Menginterpretasikan dan membuat laporan hasil penelitian
Tahap ini menginterpretasikan informasi apa yang terkandung
pada hasil olahan dan analisis data. Setelah diperoleh informasi-
informasi tersebut kemudian dituliskan dalam laporan yang bisa dibaca
siapa saja. Bentuk laporan penelitian beragam sesuai dengan
kepentingannya, salah satunya berupa skripsi yang ditulis dengan
mengikuti struktur formal.
5. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan)
Menurut Olson dan Peter (1999), model Teori Tindakan beralasan
mengasumsikan bahwa konsumen secara sadar mempertimbangkan
konsekuensi alternatif perilaku yang sedang dipertimbangkan, dan
memilih salah satu yang dapat memberikan konsekuensi paling
diharapkan. Hasil dari proses pilihan beralasan adalah suatu keinginan
untuk terlibat dalam perilaku yang dipilih. Keinginan berperilaku adalah
alat prediksi perilaku nyata terbaik. Menurut teori ini seseorang cenderung
melaksanakan perilaku yang dievaluasi baik dan diterima baik orang lain
serta cenderung menahan diri dari perilaku yang dianggap tidak baik dan
tidak menyenangkan orang lain. Secara formal, Teori Tindakan Beralasan
dapat disajikan sebagai berikut :
Dimana :
B (Behaviour) = suatu perilaku
BI (Behaviour Intention) = niat berperilaku
AB (Attitude Behaviour) = sikap konsumen untuk terlibat pada
perilaku
SN (Subjective Norm) = norma subjektif sehubungan dengan apakah
orang lain menginginkan si konsumen
terlibat pada perilaku tersebut
W1 dan W2 (Weight) = bobot yang ditentukan secara empiris
yangmenggambarkan pengaruh relatif dari
komponen.
Teori Tindakan Beralasan (theory of reasoned action) disebut juga
dengan model keinginan berperilaku. Teori ini mengungkapkan bahwa
perilaku berasal dari formasi keinginan spesifik untuk berperilaku dan
norma subjektif dengan memperkenalkan formulasi pengaruh kelompok
referensi yang sangat kuat terhadap perilaku. Jadi teori ini tidak berusaha
memprediksikan perilaku seseorang, tetapi keinginan untuk betindak
(Mowen dan Minor, 2002).
Teori Tindakan Beralasan merupakan salah satu teori untuk
memahami minat konsumen dalam membeli produk atau dengan kata lain
behavioral intention model (model minat berperilaku). Menurut Theory
Reasoned Action tersebut, perilaku (behavior) seseorang tegantung pada
minatnya (intention) sedangkan minat untuk berperilaku tegantung pada
sikap (attitude) dan norma subyektif (subjective norm) atas perilaku
(Yatyoga, 2007).
Menurut Ajzen dan Fishbein (1980) dalam Sularto (2004), niat
berperan mempengaruhi perilaku yang akan terjadi. Niat dipengaruhi oleh
sikap terhadap perilaku seseorang yang bersifat normatif dan apa yang
dilakukan orang lain (terutama yang orang-orang berpengaruh di dalam
kelompok) pada situasi yang sama. Teori Tindakan beralasan (Theory of
Reasoned Action) mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat
suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan serta
dampaknya terbatas pada tiga hal, yaitu : (1) Perilaku tidak banyak
ditentukan oleh sikap umum, tetapi oleh sikap spesifik terhadap sesuatu,
(2) Perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma-
norma subjektif dan (3) Sikap terhadap suatu perilaku bersama-sama
norma-norma subjektif membentuk suatu intense atau niat untuk
berperilaku tertentu.
6. Sikap Konsumen
Sikap merupakan ungkapan perasaan suka atau tidak suka terhadap
sesuatu. Seorang pemasar sangat berkepentingan pada sikap konsumen
terhadap produknya, karena sikap yang positif akan menghasilkan
pembelian, bukan saja dari konsumen yang bersangkutan tetapi dari
rekomendasi kepada teman-teman maupun keluarganya juga akan
membuahkan pembelian yang menguntungkan pemasar. Sebaliknya, sikap
negatif terhadap produk akan menghasilkan penolakan, dan sikap yang
demikian akan diteruskan untuk mempengaruhi orang lain. Itulah
sebabnya pemasar sangat mempedulikan sikap konsumen terhadap
produknya. Sikap positif didukung supaya tetap positif ataupun bertambah
positif, sikap negatif diupayakan diubah menjadi positif
(Prasetijo dan John, 2005).
Sikap (attitudes) konsumen adalah faktor penting yang akan
mempengaruhi keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan
konsep kepercayaan (belief) dan perilaku (behavior). Sikap merupakan
ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek, dan sikap juga bisa
menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan
manfaat dari objek tersebut. Kepercayaan, sikap dan perilaku juga terkait
dengan konsep atribut produk (product attribute). Atribut produk adalah
karakteristik dari suatu produk. (Sumarwan, 2003).
Sedangkan perilaku konsumen didefinisikan sebagai kegiatan-
kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan
mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk didalamnya proses
pengembangan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan
tersebut. Terdapat dua elemen penting dalam pengertian perilaku
konsumen yaitu : (1) proses pengambilan keputusan dan (2) kegiatan fisik
yang semua ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan,
mempergunakan barang-barang dan jasa - jasa ekonomis
(Dharmmesta dan Handoko, 1997).
Perilaku konsumen bukanlah sekedar mengenai pembelian barang.
Lebih dari itu, perilaku konsumen adalah suatu hal yang dinamis, yang
mencangkup suatu hubungan interaktif antara afektif dan kognitif serta
perilaku dan lingkungan. Perilaku konsumen juga melibatkan pertukaran
antara dua pihak atau lebih, dimana masing-masing pihak memberi dan
menerima sesuatu yang berharga (Simamora, 2003).
Menurut Simamora (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan sikap adalah:
a. Pengalaman pribadi, pembentukan sikap terutama dipengaruhi oleh
pengalaman konsumen terhadap produk. Sebagus apapun produk jika
tidak pernah dicoba, konsumen sulit untuk membentuk sikap terhadap
produk tersebut.
b. Pengaruh keluarga dan kawan, pengaruhnya melalui perkataan,
perbuatan atau teladan.
c. Direct Marketing, pemasaran langsung adalah metode yang
mengkombinasikan semua metode promosi dan diarahkan langsung
kepada pelanggannya yang memiliki kebutuhan khas dan jumlahnya
sedikit. Karena kedekatan spesifikasi produk dengan kebutuhan
pelanggan yang unik, maka pelanggan membentuk sikap favorable
terhadap produk.
d. Media Massa, banyak orang membentuk sikap hanya berdasarkan
sumber informasi yang diperoleh melalui media massa saat ini.
e. Karakteristik individu, karakteristik seseorang mempengaruhi
pembentukan sikap karena memiliki cara dan kemampuan yang
berbeda dalam membentuk persepsi, seperti tingkat pendidikan, umur,
jenis kelamin, kepribadian dan lain-lain.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen antara
lain:
a. Faktor kebudayaan, faktor ini mempunyai pengaruh yang paling luas
dan paling dalam terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus
memahami peran yang dimainkan oleh kultur, sub-kultur dan kelas
sosial pembeli.
b. Faktor Sosial, perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh faktor
sosial seperti kelompok kecil, keluarga, peran dan status sosial dari
konsumen.
c. Faktor pribadi, keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur hidup pembeli,
jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep pembei
yang bersangkutan.
d. Faktor psikologis, faktor psikologis yang utama yaitu motivasi,
persepsi, proses belajar, serta kepercayaan dan sikap.
7. Atribut Produk
Konsep dasar tertentu akan membantu kita memahami proses
evaluasi konsumen. Konsumen berusaha memuaskan suatu kebutuhan
dengan mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Konsumen
memandang setiap produk sebagai rangkaian atribut dengan kemampuan
yang berbeda dalam memberikan manfaat yang dicari dan memuaskan
kebutuhan. Konsumen bersikap berbeda-beda dalam melihat atribut-atribut
produk yang dianggap relevan atau menonjol. Mereka akan memberikan
paling banyak perhatian pada atribut yang akan memberikan manfaat yang
dicari. Pasar dari suatu produk sering dapat disegmentasikan menurut
atribut-atribut yang menonjol bagi kelompok konsumen yang berbeda.
Para pemasar harus lebih memperhatikan kepentingan atribut, mereka
harus mengukur bobot kepentingan yang digunakan konsumen pada
berbagai atribut (Kotler, 1999).
Seorang konsumen akan melihat suatu produk berdasarkan kepada
karakteristik atau ciri atau atribut dari produk tersebut. Kemampuan
konsumen berbeda-beda dalam menyebutkan karakteristik atau atribut dari
produk-produk tersebut. Hal ini disebabkan konsumen memiliki
pengetahuan yang berbeda mengenai produk tersebut sehingga para
pemasar perlu memahami apa yang diketahui oleh konsumen, atribut apa
saja yang dikenal dari suatu produk, atribut mana yang dianggap paling
penting oleh konsumen. Pengetahuan mengenai atribut tersebut akan
mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Pengetahuan yang
lebih banyak mengenai atribut suatu produk akan memudahkan konsumen
untuk memilih produk yang akan dibelinya. Atribut suatu produk
dibedakan ke dalam atribut fisik dan atribut abstrak. Atribut fisik
menggambarkan ciri-ciri fisik dari suatu produk. Sedangkan atribut
abstrak menggambarkan karakteristik subjektif dari suatu produk
berdasarkan persepsi konsumen (Sumarwan, 2003).
Atribut produk merupakan karakteristik atau fitur yang mungkin
dimilki oleh suatu objek. Atribut produk dibedakan menjadi dua yaitu
atribut intrinsik yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat
produk dan atribut ekstrinsik yaitu segala sesuatu yang diperoleh dari
aspek eksternal produk seperti nama merk, label, dan kemasan
(Mowen dan Minor, 2002).
Pasar Tradisional
Atribut-atribut
Ikan bandeng segar :
1. Harga
2. Ukuran ikan Evaluasi Kepercayaan
3. Keadaan mata
4. Keadaan Kulit
5. Kebersihan Sisik Sikap Konsumen
6. Keadaan Daging
7. Aroma atau bau
8. Warna Insang
Model Poin Ideal
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Sikap Konsumen Terhadap Ikan
Bandeng Segar.
D. Hipotesis
1. Diduga atribut ikan bandeng segar memenuhi sifat ideal (sifat produk
ikan bandeng segar telah sesuai dengan keinginan atau selera konsumen
pasar tradisional Kabupaten Klaten).
2. Diduga sikap konsumen terhadap ikan bandeng segar adalah baik
(konsumen memberikan tanggapan yang baik terhadap ikan bandeng
segar).
E. Asumsi-Asumsi
1. Responden merupakan pengambil keputusan dalam pembelian.
2. Dalam pengambilan keputusan, konsumen mengevaluasi atribut-atribut
yang ada pada produk.
F. Pembatasan Masalah
1. Ikan bandeng segar yang diteliti terbatas pada ikan
bandeng yang sudah mati tetapi belum mengalami pengolahan dan masih
memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri yang masih sama dengan ikan hidup baik
rupa, bau maupun teksturnya.
2. Atribut yang diteliti dalam penelitian ini adalah atribut
yang melekat pada ikan bandeng segar yang meliputi harga, ukuran ikan,
keadaan mata, keadaan kulit, kebersihan sisik, keadaan daging, aroma atau
bau dan warna insang.
3. Penelitian terbatas pada konsumen yang membeli ikan
bandeng segar di pasar tradisional Kabupaten Klaten untuk konsumsi
sendiri atau rumah tangga.
4. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan April – Mei
2010 dan harga yang berlaku adalah harga pada saat penelitian.
Di mana :
Ab = sikap keseluruhan terhadap kepentingan yang diberikan responden
terhadap atribut i
Wi = tingkat kepentingan yang diberikan responden terhadap atribut i
Ii = performansi ideal konsumen terhadap atribut i
Xi = kepercayaan konsumen terhadap atribut i
n = jumlah atribut yang dievaluasi oleh konsumen
Ab adalah sikap keseluruhan konsumen terhadap suatu produk
yang akan digambarkan oleh angka dari nol sampai jumlah tertentu.
Semakin kecil skor Ab (mendekati nol), artinya perbedaan antara apa yang
diharapkan (yang ideal) dengan sesungguhnya semakin dekat. Dengan
kata lain produk tersebut semakin disukai konsumen. Sebaliknya jika skor
Ab semakin besar, artinya masih ada gap yang lebar antara apa yang
diinginkan dengan apa yang dirasakan konsumen.
Wi menggambarkan evaluasi terhadap kepentingan suatu atribut.
Konsumen diminta untuk menyatakan pilihan dalam skala. Sedangkan Ii
menyatakan keinginan performansi ideal dari atribut yang dievaluasinya.
Langkah kemudian adalah mengukur komponen Xi, yaitu memberikan
penilaian aktual suatu atribut produk seperti yang dirasakan konsumen.
Keidealan suatu produk dinilai dengan cara melihat skor atau point
selisih antara performansi ideal dan kepercayaan terhadap atribut. Semakin
kecil atau semakin mendekati nol selisih antara performansi ideal dengan
kepercayaan maka atribut tersebut semakin ideal. Kriteria sikap konsumen
dinilai dengan menggunakan skala linear numerik dengan rumus :
x =
å Wi (Ii - 1)
Skala
Skala linear numerik :
0 £ Ab < x sangat baik
x £ Ab < 2x baik
2x £ Ab < 3x netral
3x £ Ab < 4x buruk
4x £ Ab < 5x sangat buruk
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Alam
Kabupaten Klaten terletak secara geografis antara 110o26’14” sampai
110o47’51” Bujur Timur (BT) dan 7o32’19” sampai 7o48’33” Lintang Selatan
(LS) dengan luas wilayah sebesar 65.556 ha. Letak Kabupaten Klaten cukup
strategis karena berbatasan langsung dengan kota Surakarta, yang merupakan
salah satu pusat perdagangan dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal
sebagai kota pelajar serta kota wisata.
Secara administratif Kabupaten Klaten terbagi dalam 26 kecamatan
dengan 401 desa atau kelurahan. Batas-batas administratif Kabupaten Klaten
adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali
Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul (DI Yogyakarta)
Sebelah Barat : Kabupaten Sleman (DI Yogyakarta)
Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo
Kabupaten Klaten merupakan kabupaten yang memiliki topografi
atau ketinggian tempat 0 - 2.500 meter di atas permukaan laut. Jenis tanah
yang terdapat di Kabupaten Klaten dapat dibedakan menjadi lima jenis tanah
antara lain : tanah Litosol, tanah Regosol Kelabu, tanah Grumusol Kelabu
Tua, tanah Kompleks Regosol Kelabu dan Kelabu Tua dan tanah Regosol
Coklat Kekelabuan.
Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan
musim hujan dan kemarau silih berganti sepanjang tahun. Musim kemarau di
Kabupaten Klaten biasanya pada bulan April sampai September sedangkan
musim hujan terjadi bulan Oktober sampai Maret. Curah hujan rata-rata
adalah 275 mm dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu
472 mm dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli yaitu 65 mm.
Temperatur udara rata-rata 28 – 30 o Celsius dengan kecepatan angin rata-rata
sekitar 153 mm setiap bulannya. Sebagian besar wilayah kabupaten ini adalah
dataran rendah dan tanah bergelombang. Bagian barat laut merupakan
pegunungan, bagian dari sistem Gunung Merapi.
B. Keadaan Penduduk
1. Perkembangan Penduduk
Perkembangan penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh adanya
kelahiran, kematian dan migrasi. Perkembangan penduduk di Kabupaten
Klaten selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Klaten
Tahun 2004 - 2008
Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan Penduduk Persentase
(Jiwa) (Jiwa) (%)
2004 1.281.786 4.489 0,35
2005 1.286.058 4.272 0,33
2006 1.293.242 7.184 0,56
2007 1.296.987 3.745 0,29
2008 1.300.494 3.507 0,27
Jumlah 6.458.567 23.197 1,80
Rata-rata 1.291.713,4 4.639,4 0,36
Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008)
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk
Kabupaten Klaten dari tahun ke tahun selalu meningkat. Jumlah penduduk
selama lima tahun (2004-2008) terus mengalami peningkatan.
Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Klaten rata-rata 4.639,4 jiwa atau
0,36 % per tahun. Dengan adanya peningkatan jumlah penduduk ini maka
akan berpengaruh pada konsumsi bahan makanan salah satunya ikan
bandeng segar akan semakin meningkat.
2. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk di Kabupaten Klaten pada tahun 2008 yang
tersebar di setiap kecamatan adalah 1.300.494 jiwa. Jumlah penduduk di
Kabupaten Klaten berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah Penduduk di Kabupaten Klaten Menurut Umur dan Jenis
Kelamin pada Tahun 2008
Kelompok Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Umur (th) Laki-laki Perempuan (%)
0 -14 161.744 154.343 316.087 24,30
15 - 64 422.827 447.570 870.397 66,93
> 65 50.957 63.053 114.010 8,77
Jumlah 635.528 664.966 1.300.494 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008)
Berdasarkan data Tabel 9 diketahui bahwa jumlah penduduk usia
produktif yaitu umur 15 - 64 tahun lebih besar daripada penduduk usia non
produktif yang terdiri dari kelompok umur 0 - 14 tahun dan ≥ 65 tahun.
Persentase terbesar penduduk di Kabupaten Klaten adalah kelompok usia
produktif. Hal ini berarti kegiatan ekonomi dapat terlaksana dengan baik.
Untuk menghitung besarnya Angka Beban Tanggungan dapat
digunakan perumusan sebagai berikut:
= 95,57 %
Berdasarkan perhitungan nilai sex ratio diketahui bahwa besarnya
nilai sex ratio di Kabupaten Klaten adalah 95,57 %, artinya dalam 100
orang penduduk perempuan terdapat 96 orang penduduk laki-laki.
Sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki dan dalam
penelitian ini juga penduduk yang paling banyak menjadi responden
adalah perempuan yaitu sebanyak 94 responden atau sebesar 94%.
Menurut Sumarwan (2003), perempuan mempunyai kewenangan untuk
memutuskan produk apa yang dibeli untuk dirinya dan keluarganya.
Perempuan masa kini memiliki kualitas sumber daya manusia yang lebih
baik dari generasi sebelumnya. Dengan kualitas yang lebih baik, maka
wanita sebagai konsumen memiliki daya beli yang lebih baik pula.
3. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang berperan penting dalam
pembangunan suatu wilayah untuk kemajuan dalam suatu masyarakat.
Keadaan penduduk menurut pendidikan di Kabupaten Klaten ditunjukkan
pada Tabel 10 berikut ini.
Tabel 10. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten
Klaten Selama Tahun 2008
No Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase(%)
1 Tidak/ Belum Pernah Sekolah 161.781 12,44
2 Tidak/ Belum Tamat SD/ MI 175.047 13,46
3 Tamat SD 381.435 29,33
4 Tamat SLTP 237.990 18,30
5 Tamat SLTA 126.538 9,73
6 Tamat SMK 129.269 9,94
7 Tamat Diploma I/II 15.216 1,17
8 Tamat Diploma III/SM 21.978 1,69
9 Tamat Sarjana/S2 51.240 3,94
Jumlah 1.300.494 100
Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008)
Berdasarkan data Tabel 10 diketahui bahwa sebagian besar
penduduk Kabupaten Klaten berpendidikan tamat Sekolah Dasar (SD)
yaitu sebanyak 381.435 jiwa atau sebesar 29,33 % dari total penduduk.
Sedangkan penduduk yang berpendidikan tamat Diploma I dan Diploma II
adalah yang paling sedikit jumlahnya yaitu 15.216 jiwa atau sebesar
1,17 % dari total penduduk.
Tingkat pendidikan semakin tinggi merupakan modal dalam
pengembangan kualitas sumber daya manusia yang nantinya akan
berpengaruh dalam pembangunan di Kabupaten Klaten. Secara umum
dapat dikatakan bahwa penduduk Kabupaten Klaten memiliki pendidikan
yang masih rendah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan perbandingan
jumlah penduduk yang belum memenuhi wajib belajar dan yang sudah
memenuhi wajib belajar yaitu 55 % dan 45%. Dengan pendidikan yang
masih rendah ini diharapkan pemerintah lebih memberikan perhatian
dalam pendidikan sehingga dapat meningkat. Tingkat pendidikan yang
tinggi juga akan mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang suatu hal,
termasuk pengetahuan dalam mempertimbangkan atribut-atribut ikan
bandeng segar yang akan dikonsumsi.
C. Keadaan Perekonomian
Keadaan perekonmian di Kabupaten Klaten dapat tercermin salah
satunya dari mata pencaharian penduduknya. Mata pencaharian penduduk
suatu wilayah dipengaruhi oleh sumber daya yang tersedia dan kondisi sosial
ekonomi seperti ketrampilan yang dimiliki, tingkat pendidikan, lapangan
pekerjaan dan modal yang ada. Keadaan penduduk menurut lapangan
pekerjaan utama di Kabupaten Klaten ditunjukkan Tabel 11 berikut ini:
Tabel 11. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2008
No Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1. Pertanian 145.514 25,61
2. Pertambangan dan Galian, 7.795 1,37
Listrik, Gas dan Air Bersih
3. Industri 115.580 20,35
4. Konstruksi 36.702 6,46
5. Perdagangan 150.080 26,41
6. Komunikasi 26.037 4,58
7. Keuangan 4.822 0,85
8. Jasa 81.660 14,37
9. Lainnya - -
Jumlah 568.190 100
Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008)
Berdasarkan Tabel 11 dapat disimpulkan bahwa 26,41% penduduk
Kabupaten Klaten mempunyai mata pencaharian di sektor perdagangan yaitu
sebanyak 150.080 jiwa, sedangkan sektor pertanian menempati urutan kedua
sebagai lapangan pekerjaan utama penduduk Kabupaten Klaten yaitu
sebanyak 145.514 jiwa (25,61 %). Sektor industri menempati urutan ketiga
sebagai lapangan pekerjaan utama penduduk Kabupaten Klaten yaitu
sebanyak 115.580 jiwa (20,35 %).
Menurut Supriyati dkk. (2007), penurunan tenaga kerja sektor
pertanian di Kabupaten Klaten disebabkan oleh beberapa faktor, setidaknya
ada tiga hal kemungkinan penyebabnya yaitu (1) lahan pertanian yang sempit,
sehingga tidak mampu dijadikan mata pencaharian utama untuk anggota
keluarga sehingga terpaksa menganggur atau mencari pekerjaan di luar
usahatani, (2) Adanya kesempatan kerja di luar sektor pertanian, dan (3)
keengganan untuk terjun pada sektor pertanian khususnya untuk golongan
muda terdidik karena dipandang tidak menarik sehingga lebih memilih
pekerjaan lain atau menganggur. Salah satu kesempatan kerja sektor non
pertanian yang tersedia adalah perdagangan. Sektor perdagangan cukup
berkembang dan menjadi alternatif usaha utama di luar sektor pertanian. Hal
ini ditunjukkan dengan adanya sarana dan prasana perekonomian terutama
perdagangan yang dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini:
Tabel 12. Sarana Perekonomian di Kabupaten Klaten Tahun 2008
No. Jenis Sarana Perekonomian Jumlah
1. Pasar 94
2. Kios 2.844
3. Los 1.804
4. Bank Umum, BPR dan BUMD 48
Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008)
Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa sarana perdagangan yang
terdapat di Kabupaten Klaten cukup banyak dan menandai bahwa sektor
perdagangan cukup berkembang di Kabupaten Klaten. Selain kelima sarana
perekonomian di atas, terdapat juga sarana perhubungan sebagai penunjang
dalam kegiatan perekonomian yaitu salah satunya sektor perdagangan.
Tabel 13. Sarana Perhubungan Kendaraan Bermotor di Kabupaten Klaten
Tahun 2008
No. Jenis Sarana Perhubungan Jumlah
1. Sepeda Motor 268.678
2. Mobil Penumpang 15.553
3. Mobil Barang 10.149
4. Mobil Bus 1.230
5. Kendaraan Khusus/ Alat Berat 10
6. Mobil Penumpang Umum 141
Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008)
Banyaknya kendaraan yang terdapat di Kabupaten Klaten maka
masyarakat akan lebih mudah dalam melakukan mobilitas. Dimana mobilitas
penduduk tidak hanya dilakukan dengan kendaraan pribadi tetapi juga dengan
kendaraan umum yang ada. Dengan banyaknya kendaraaan umum yang
terdapat di Kabupaten Klaten, berarti masyarakat tidak akan mengalami
kesulitan dalam melakukan mobilitas dalam melakukan kegiatan
perekonomian termasuk kegiatan di sektor perdagangan.
Tabel 14. Panjang Jalan dan Kondisi Jalan di Kabupaten Klaten Tahun 2008
No. Jenis Sarana Perhubungan Panjang Jalan (km) Persentase (%)
1. Jenis Permukaan
a. Aspal 706,12 90,89
b. Kerikil 2,82 0,36
c. Tanah 67,95 8,75
d. Tidak Dirinci 0 0
Jumlah 776,89 100
2. Kondisi Jalan
a. Baik 381,94 49,17
b. Sedang 96,75 12,45
c. Rusak 194,88 25,09
d. Rusak Berat 103,23 13,29
Jumlah 776,80 100
Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008)
Tabel 14 menunjukkan bahwa sarana perhubungan di Kabupaten
Klaten sangat baik yaitu dilihat dari jenis permukaan jalan yang sebagian
besar sudah berupa aspal menunjukkan bahwa sarana perhubungan di
Kabupaten Klaten semakin lancar. Begitu pula dengan kondisi jalan yang
sebagian besar sudah dapat dikatakan baik karena sudah diaspal sepanjang
706,12 Km dan tidak berlubang. Selain itu mempunyai pola jaringan jalan
berbentuk pola gride, pola ini merupakan pola jalan yang relatif datar. Pola
jaringan jalan ini mempunyai keuntungan distribusi lalu lintas dapat merata
(tidak memusat) dan efisien pelayanannya terutama pada daerah (wilayah)
sepanjang jalan utama (arteri) (Watiningrum, 2005). Sehingga dengan makin
lancarnya sarana perhubungan di Kabupaten Klaten maka masyarakat akan
lebih mudah melakukan mobilitas dalam melakukan kegiatan perekonomian.
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Pasar konsumen terdiri dari seluruh individu-individu dan rumah tangga
yang membeli atau membutuhkan barang dan jasa untuk keperluan pribadi.
Konsumen akhir merupakan individu-individu yang melakukan pembelian
untuk memenuhi kebutuhan pribadinya atau konsumsi rumah tangganya
(Dharmmesta dan Handoko, 1997).
Karakteristik responden dalam penelitian ini dikelompokkan
berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,
pengeluaran konsumsi per bulan, dan jumlah anggota keluarga. Karakteristik
responden tersebut dapat disajikan sebagai berikut:
1. Jenis Kelamin Responden
Di bawah ini disajikan banyaknya responden dalam penelitian, yaitu
sebagai berikut:
Tabel 15. Karakteristik Responden Ikan Bandeng Segar Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase(%)
1 Perempuan 94 94
2 Laki-laki 6 6
Jumlah 100 100
Sumber: Analisis Data Primer
Tabel 15 menunjukkan bahwa jumlah responden dengan jenis
kelamin perempuan lebih dominan daripada responden laki-laki.
Responden perempuan berjumlah 94 orang dengan persentase 94% dan
responden laki-laki 6 orang dengan persentase 6% orang responden.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa kegiatan rumah
tangga termasuk didalamnya adalah berbelanja kebutuhan pangan,
terutama ikan bandeng segar masih dominan dilakukan oleh perempuan.
Perempuan sebagai penentu menu keluarga (terutama dalam pemilihan
atribut-atribut ikan banding segar) cenderung lebih sering melakukan
keputusan pembelian dibandingkan laki-laki. Perbedaan jenis kelamin
maka akan menyebabkan perbedaan pula dalam keputusan pembelian ikan
bandeng segar dengan memperhatikan atribut-atribut yang melekat pada
ikan bandeng segar.
2. Umur Responden
Kebutuhan dan selera seseorang akan berubah sesuai dengan usia
(Simamora, 2004). Usia dari responden merupakan salah satu indikator
untuk mengetahui bagaimana faktor usia akan menentukan penilaian yang
diberikan responden terhadap ikan bandeng segar sebagai obyek
penelitian. Perbedaan usia akan menimbulkan persepsi yang berbeda-beda
terhadap ikan bandeng segar. Menurut Sumarwan (2003), kelompok umur
19-24 tahun tergolong dewasa awal, kelompok umur 25-35 tahun
tergolong dewasa lanjut, kelompok umur 36-50 tahun tergolong separuh
baya, kelompok umur 51-65 tahun tergolong tua dan diatas 65 tahun
tergolong lanjut usia.
Berdasarkan pengklasifikasian tersebut, maka pada Tabel 16 di
bawah ini disajikan jumlah responden ikan bandeng segar di pasar
tradisional Kabupaten Klaten menurut kelompok umurnya :
Tabel 16. Karakteristik Responden Ikan Bandeng Segar Menurut
Kelompok Umur
No Kelompok Umur Jumlah Responden
1 19-24 tahun 8
2 25-35 tahun 43
3 36-50 tahun 43
4 51-65 tahun 6
5 > 65 -
Jumlah 100
Sumber: Analisis Data Primer
Tabel 16 menunjukkan bahwa usia responden yang membeli ikan
bandeng segar pada kelompok umur antara 25-35 dan 36-50 tahun yaitu
sebanyak 43 orang. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen sebagai
pengambil keputusan pembelian ikan bandeng segar berada pada
kelompok umur yang sudah dewasa lanjut dan separuh baya. Pada
kelompok umur tersebut rata-rata sudah bisa mempertimbangkan atribut-
atribut ikan bandeng segar yang diinginkan.
3. Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat pendidikan menentukan seseorang dalam menerima
pengetahuan dan informasi. Konsumen yang memiliki pendidikan yang
lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi, selain itu pendidikan
juga mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk maupun merek
(Sumarwan, 2003). Pada penelitian ini, didapatkan responden dengan latar
belakang pendidikan sebagai berikut:
Tabel 17. Karakteristik Responden Ikan Bandeng Segar Menurut Tingkat
Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden
1 SMP 12
2 SMA 59
3 D3 9
4 S1 19
5 S2 1
Jumlah 100
Sumber: Analisis Data Primer
Tabel 17 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berpendidikan SMA yaitu sebanyak 59 responden. Sedangkan yang
berpendidikan S1 sebanyak 19 responden. Hal ini menunjukkan bahwa
konsumen ikan bandeng segar di pasar tradisional Kabupaten Klaten
memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi.
Tingkat pendidikan yang dimiliki konsumen akan mempengaruhi
informasi dan pengetahuan yang diterima konsumen. Semakin tinggi
tingkat pendidikan konsumen maka akan semakin tinggi pula pengetahuan
yang dimiliki konsumen. Dengan pengetahuan yang tinggi, maka
konsumen akan lebih memperhatikan faktor gizi dan pentingnya kesehatan
yang salah satunya dengan penambahan protein, vitamin dan mineral
termasuk penambahan ikan bandeng segar dalam menu konsumsi dan
konsumen akan lebih mengetahui tentang atribut-atribut ikan bandeng
segar sehingga teliti dalam memilih ikan bandeng segar dengan
memperhatikan atribut-atribut yang melekat pada ikan bandeng segar.
4. Jenis Pekerjaan Responden
Menurut Sumarwan (2003), pendidikan dan pekerjaan adalah dua
karakteristik konsumen yang saling berhubungan. Pendidikan akan
menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seorang konsumen. Dan
selanjutnya, profesi dan pekerjaan seseorang akan mempengaruhi
pendapatan yang diterimanya. Pendapatan dan pendidikan tersebut
kemudian akan mempengaruhi proses keputusan dan pola konsumsi
seseorang.
Pada penelitian ini, didapatkan karakteristik responden ikan
bandeng segar di pasar tradisional Kabupaten Klaten dengan latar
belakang pekerjaan sebagai berikut:
Tabel 18. Karakteristik Responden Ikan Bandeng Segar Menurut Jenis
Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan Jumlah Responden
1 PNS 12
2 Pegawai Swasta/karyawati 16
3 Wiraswasta 30
4 Ibu Rumah Tangga 36
5 Lain-lain 6
Jumlah 100
Sumber: Analisis Data Primer
Tabel 18 menunjukkan bahwa jenis pekerjaan konsumen ikan
bandeng segar di pasar tradisional Kabupaten Klaten adalah beragam.
Jenis pekerjaan yang paling banyak adalah konsumen golongan ibu rumah
tangga yaitu sebanyak 36 responden. Hal ini menunjukkan bahwa ibu
rumah tangga berpengaruh dalam hal memilih menu makanan yang
menjadi kesukaan keluarganya. Selain itu ibu rumah tangga memang
sehari-hari bertugas mengurus rumah tangga dan mengatur pengeluaran
atau berbelanja kebutuhan keluarga termasuk juga dalam berbelanja ikan
bandeng segar yang merupakan salah satu pilihan variasi menu makanan
keluarga. Sehingga ibu rumah tangga lebih tahu dan mampu memilih
atribut-atribut ikan bandeng segar sebelum melakukan keputusan
pembelian
Ibu rumah tangga tidak hanya memutuskan apa yang ingin mereka
beli untuk keperluan pribadi, tetapi juga sebagai penentu pembelian
keluarga. Seorang ibulah yang akan menentukan apa yang akan
dikonsumsi oleh keluarga. Seorang ibu rumah tangga adalah smart
customer, karena dalam melakukan pembelian tidak hanya menginginkan
produk yang berharga murah saja, tetapi juga mempertimbangkan kualitas
dan manfaat yang didapatkan dari produk tersebut bagi anggota
keluarganya (Yuswohady, 2006).
5. Pengeluaran Konsumsi Responden
Menurut Sumarwan (2003), pengeluaran merupakan indikator
pendapatan rumah tangga. Pendapatan rumah tangga dapat diukur dengan
menggunakan pendekatan pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran rumah
tangga dihitung secara keseluruhan semua kebutuhan rumah tangga
meliputi makanan, minuman dan kebutuhan bukan makanan lainnya yang
sangat beragam pada setiap bulan.
Karakteristik responden berdasarkan besarnya pengeluaran untuk
konsumsi yang dikeluarkan pada setiap bulan dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Karakteristik Responden Ikan Bandeng Segar Berdasarkan
Besarnya Pengeluaran Konsumsi per Bulan
. Pengeluaran Konsumsi per bulan Jumlah Responden
1. Rp 500.000,00 – 26
Rp 900.000,00
2. Rp 1.000.000,00 – 18
Rp 1.400.000,00
3. Rp 1.500.000,00 – 15
Rp 1.900.000,00
4. Rp 2.000.000,00 – 17
Rp 2.400.000,00
5. Rp 2.500.000,00 – 8
Rp 2.900.000,00
6. Rp 3.000.000,00 – 12
Rp 3.400.000,00
7. Rp 3.500.000,00 – -
Rp 3.900.000,00
8. Rp 4.000.000,00 – 4
Rp 4.900.000,00
100
Sumber: Analisis Data Primer
Tabel 19 menunjukkan bahwa pengeluaran rumah tangga
responden ikan bandeng segar dalam penelitian ini selama satu bulan
paling banyak yaitu Rp 500.000,00 – Rp 900.000.00. Sebanyak 26
responden merupakan golongan pengeluaran Rp 500.000,00 –
Rp 900.000,00. Walaupun pengeluaran responden tersebut rendah
dibandingkan dengan pengeluaran kelompok responden lain, namun
responden tersebut memilih membeli ikan bandeng segar sebagai variasi
menu makanan keluarga. Hal ini dikarenakan ikan bandeng segar cukup
untuk lauk pada saat makan (nglawuhi).
6. Jumlah Anggota Keluarga Responden
Menurut Engel et al, (1994) keluarga adalah pusat pembelian yang
merefleksikan kegiatan dan pengaruh individu yang membentuk keluarga
bersangkutan. Individu membeli barang atau jasa untuk dipakai sendiri
dan untuk dipakai oleh anggota keluarga yang lain Anggota keluarga
pembeli dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku
pembelian. Anggota keluarga saling mempengaruhi dalam keputusan
pembelian dan konsumsi, dalam hal ini adalah konsumsi ikan bandeng
segar. Pada Tabel 20 disajikan karakteristik responden menurut jumlah
anggota rumah tangga.
Tabel 20. Karakteristik Responden Ikan Bandeng Segar Menurut Jumlah
Anggota Keluarga
No Jumlah Anggota Keluarga (orang) Jumlah Responden
1 2 8
2 3 32
3 4 38
4 5 15
5 6 4
6 7 3
Jumlah 100
Sumber: Analisis Data Primer
Tabel 20 menunjukkan bahwa 38 responden ikan bandeng segar di
pasar tradisional Kabupaten Klaten berasal dari keluarga yang terdiri dari
suami-istri dan dua orang anak. Jumlah anggota keluarga terbanyak pada
penelitian ini sejumlah 4 orang. Jumlah anggota rumah tangga akan
mempengaruhi jumlah pembelian atau konsumsi ikan bandeng segar
dalam keluarga. Makin besar jumlah anggota keluarga konsumen, maka
semakin besar pula kebutuhan konsumsi ikan bandeng segar di keluarga
tersebut. Informasi ini dapat memberikan gambaran bagi pemasar tentang
keputusan pembelian ikan bandeng segar dan jumlah ikan bandeng segar
yang akan dipasarkan di pasar tradisional Kabupaten Klaten.
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian dan analisis yang
dilakukan mengenai Sikap Konsumen Pasar Tradisional terhadap Ikan
Bandeng Segar di Kabupaten Klaten adalah sebagai berikut:
1. Atribut-atribut pada ikan bandeng segar secara berurutan mulai dari
yang paling memenuhi sifat ideal menurut konsumen adalah atribut
warna insang, aroma atau bau, keadaan daging, ukuran ikan, kebersihan
sisik, keadaan kulit, keadaan mata, dan harga.
2. Sikap konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten terhadap ikan
bandeng segar adalah sangat baik, hal ini karena secara keseluruhan atribut-
atribut pada ikan bandeng segar sudah memenuhi sifat ideal menurut
konsumen.
B. Saran
1. Sebaiknya para pedagang atau pemasar tetap menjaga kualitas dan
kesegaran ikan bandeng segar dengan melakukan pendinginan ikan
bandeng segar menggunakan es atau air yang bersih ketika berjualan.
2. Sebaiknya pedagang atau pemasar ikan bandeng segar di pasar
tradisional Kabupaten Klaten lebih memperhatikan atribut-atribut yang
dipertimbangkan oleh konsumen yaitu terutama aroma atau bau, keadaan
daging dan kebersihan sisik ikan bandeng segar.
DAFTAR PUSTAKA
BPS Kabupaten Klaten. 2004. Klaten dalam Angka Tahun 2004. BPS Klaten.
. 2005. Klaten dalam Angka Tahun 2005. BPS Klaten.
. 2006. Klaten dalam Angka Tahun 2006. BPS Klaten.
. 2007. Klaten dalam Angka Tahun 2007. BPS Klaten.
. 2008. Klaten dalam Angka Tahun 2008. BPS Klaten.
Budiyati, Y.I.S. 2004. Sikap Konsumen dalam Pengambilan Keputusan Membeli
Produk Kunyit Putih di Kota Yogyakarta. Skripsi S1 Fakultas Pertanian
UNS. Surakarta.
Departemen Kelautan dan Perikanan RI, 2006. Sambutan Menteri Kelautan dan
Perikanan pada Acara Pengukuhan Forum Peningkatan Konsumsi Ikan
Nasional (FORIKAN)Indonesia. Dalam http://www.dkp.go.id/content.
Diakses tanggal 4 Juli 2010.
Dharmmesta, B.S dan T. Hani Handoko. 1997. Manajemen Pemasaran Analisis
Perilaku Konsumen. BPFE UGM. Yogyakarta.
Dinas Pengelolaan Pasar Kota Klaten. 2007. Mengenal Pasar Tradisonal Klaten.
Klaten
Djarwanto, P. dan S. Pangestu. 1994. Statistik Induktif Edisi Keempat. BPFE
UGM. Yogyakarta.
Durianto, D. Sugiarto dan Tony Sitinjak. 2001. Strategi Menaklukkan Pasar
Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Junianto. 2007. Kiat Memilih Ikan Segar dan Produk Olahannya. Dalam
http://www.pikiran-rakyat.com/berita/cetak. Diakses tanggal 24 Januari
2010.
Khotimah, K. 2006. Teknik Pengolahan Ikan Bandeng Segar tanpa Duri di
Malang. http://www.digilib.go.id/go.php. Diakses tanggal 24 Januari
2010.
Kilamanca, C.M. 2008. Sikap Konsumen Pasar Swalayan Terhadap Produk Susu
Kedelai di Surakarta. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta
Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi,
dan Kontrol. Erlangga. Jakarta.
. 1999. Marketing Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
. 2000. Manajemen Pemasaran di Indonesia: Analisis, Perencanaan,
Implementasi dan Pengendalian. Salemba Empat. Jakarta.
Lamb, W. C, Joseph F. Hair dan Carl M. 2000. Pemasaran Buku 1. PT. Salemba
Emba Patria. Jakarta.
Mowen, J. dan M. Minor. 2002. Perilaku Konsumen Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Mudjiman, A. 1991. Budidaya Bandeng di Tambak. Penebar Swadaya. Jakarta.
Murtidjo. 2002. Budidaya dan Pembenihan Bandeng. Kanisius. Yogyakarta.
Olson dan Peter. 1999. Consumer Behaviour Edisi IV. PT. Indeks Kelompok
Gramedia. Jakarta
Prasetidjo, R dan John. 2005. Perilaku Konsumen. Andi Offset. Yogyakarta.