Anda di halaman 1dari 73

Sikap konsumen pasar tradisional

terhadap ikan bandeng segar (chanos chanos)


di kabupaten Klaten

Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh :

R. Dyah Wulandari
H.036088

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang
peranan sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa
Indonesia. Salah satu subsektor pertanian adalah subsektor perikanan.
Subsektor perikanan juga merupakan sektor yang berpotensi untuk
menghasilkan dan dikembangkan karena Indonesia merupakan negara maritim
atau kelautan yang wilayah perairannya lebih luas daripada daratannya yaitu
mencapai 5,8 juta Km2 atau mendekati 70% dari luas keseluruhan negara
Indonesia (Terangi, 2010) sehingga banyak terdapat sumber daya alam
kelautan terutama ikan.
Produksi perikanan Indonesia dari tahun 2005 sampai 2006 mengalami
peningkatan dari 6,86 juta ton menjadi 7,39 juta ton. Hal tersebut menurut
Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia, belum dibarengi dengan tingginya
tingkat konsumsi ikan nasional yang baru mencapai 24,47 kg/kapita/tahun,
atau masih rendah dibandingkan rekomendasi dari Badan Pangan Dunia
sebesar 26 kg/kapita/tahun (Departemen Kelautan dan Perikanan RI, 2006).
Salah satu produk perikanan adalah ikan bandeng yang banyak di
budidayakan di daerah pesisir pantai di Indonesia. Ikan Bandeng dalam bahasa
Latin disebut Chanos chanos atau milk fish (bahasa Inggris). Ikan ini
merupakan satu-satunya spesies yang masih ada dalam familia Chanidae.
Spesies ini hidup di Samudra Hindia dan menyeberanginya sampai Samudra
Pasifik, cenderung bergerombol di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan
koral. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut untuk 2 - 3 minggu, lalu
berpindah ke rawa-rawa bakau, daerah payau, dan kadangkala danau-danau.
Ikan Bandeng baru kembali ke laut bila sudah dewasa dan bisa berkembang
biak (Wikipedia, 2009).
Manusia dalam pemenuhan kebutuhan akan pangan tidak hanya dalam
hal kebutuhan pangan pokok saja seperti beras, jagung, umbi-umbian, tetapi
juga memerlukan pemenuhan akan gizi khususnya yang mengandung protein
tinggi baik dari nabati maupun hewani. Kesadaran akan kebutuhan dan
keinginan terhadap pemenuhan gizi terutama protein hewani mendorong
masyarakat dalam pembelian ikan segar terutama ikan bandeng yang bermutu
baik (Wijayanto, 2007).
Aspek konsumsi ikan bandeng segar oleh masyarakat adalah sumber
protein yang sehat sebab bandeng adalah sumber protein tinggi sekitar 20%
dan rendah kolesterol yang kandungan lemaknya hanya 4,8 % (Mudjiman,
1991). Bandeng presto, bandeng asap, otak-otak adalah beberapa produk
bandeng olahan yang dapat dijumpai dengan mudah di supermarket. Produk
ikan bandeng lainnya yaitu ikan bandeng segar banyak dijumpai di pasar
tradisional. Pasar tradisional biasanya menampung banyak penjual yang
mewakili golongan pedagang menengah kebawah dan masa operasinya rata-
rata dari subuh sampai siang atau sore hari namun ada sebagian yang
beroperasi malam. Selain itu, pasar tradisional juga selalu menyediakan
produk-produk yang segar termasuk ikan bandeng segar.
Konsumen menginginkan ikan bandeng segar yang baik sesuai dengan
seleranya. Konsumen akan selalu memperhatikan atribut-atribut yang melekat
pada ikan bandeng segar dalam melakukan pembelian ikan bandeng segar.
Pemasar atau produsen ikan bandeng segar di Kabupaten Klaten khususnya di
pasar tradisional dituntut memberikan kualitas produk yang terbaik sesuai
dengan keinginan konsumen. Oleh karena itu, pemasar atau produsen ikan
bandeng segar harus mengetahui sikap konsumen. Sikap konsumen menjadi
faktor yang kuat untuk mempengaruhi perilaku konsumen, sehingga dengan
mempelajari sikap konsumen dapat digunakan sebagai sumber informasi
untuk membantu pemasar atau produsen dalam menyediakan produk
khususnya ikan bandeng segar yang memiliki atribut yang sesuai dengan
keinginan konsumen.
B. Rumusan Masalah
Ikan merupakan salah satu bahan pangan yang mengandung protein
hewani dan sering dikonsumsi masyarakat. Jenis ikan yang sering dikonsumsi
masyarakat sangat beraneka ragam. Jenis ikan yang dipasarkan dapat
digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu ikan atau hasil perikanan dalam
keadaan segar atau sering disebut ikan segar dan dalam bentuk olahannya.
Ikan segar dapat berupa ikan laut maupun ikan air tawar. Salah satu jenis ikan
segar yang sekarang ini ada dipasaran adalah ikan bandeng (Chanos chanos),
gurameh (Osphronemus gouramy Lac.), lele (Clarias batrachus Linnaeus),
kakap (Lutjanus spp.), nila (Tilapia nilotica L.), mujaer (Tilapia mossambica
Peters) dan berbagai jenis ikan lainnya yang masih dalam bentuk segar
(Junianto, 2007).
Ikan bandeng termasuk salah satu sumber protein hewani dari laut yang
banyak dikonsumsi rumah tangga. Ikan bandeng dapat dijadikan lauk pauk
dan bisa diolah menjadi bebagai macam masakan. Ikan bandeng yang
dipasarkan di pasar tradisional di Kabupaten Klaten adalah ikan bandeng
segar. Menurut Standar Nasional Indonesia (2008) dalam Bank Indonesia
(2010), ciri ikan segar adalah mata cerah dengan bola mata menonjol dan
kornea tampak jernih, insang berwarna cemerlang tanpa lendir, lapisan lendir
jernih, transparan, mengkilat cerah dan belum terdapat perubahan warna,
sayatan daging sangat cemerlang, berwarna asli, tidak ada pemerahan
sepanjang tulang belakang, perut utuh, ginjal merah terang, dinding perut
dagingnya utuh, bau isi perut segar, bau segar, bau rumput laut, bau spesifik
jenis, konsistensi padat, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging
tulang belakang. Atribut ikan bandeng segar menurut Wijayanto (2007) yaitu
ukuran ikan, keadaan mata, kekenyalan daging dan kebersihan kulit sisik
sedangkan menurut Purnomowati dkk. atribut ikan bandeng segar yaitu
keadaan mata, keadaan mulut, warna insang, kebersihan sisik, kekenyalan
daging dan aroma ikan bandeng.
Sofyan Ilyas (1998) dalam Bank Indonesia (2010) menyebutkan ciri ikan
bandeng segar berdasarkan lima parameter yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Ciri Ikan Bandeng Segar
No. Parameter Keterangan
1. Kulit Warna kulit terang dan jernih, Kulit masih
kuat membungkus tubuh, tidak mudah
sobek, terutama pada bagian perut.
2. Sisik Sisik menempel kuat pada tubuh sehingga
sulit dilepas.
3. Mata Mata tampak terang, jernih, menonjol dan
cembung.
4. Insang Insang berwarna merah sampai merah tua,
terang dan lamella insang terpisah dan
tertutup lendir berwarna terang dan bau
segar seperti bau ikan.
5. Daging Daging kenyal, berbau segar dan bila
daging ditekan dengan jari tidak tampak
bekas lekukan.
Sumber : Sofyan Ilyas (1998).
Salah satu faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan
konsumen dalam melakukan pembelian adalah sikap konsumen. Konsep sikap
sangat terkait dengan konsep kepercayaan dan perilaku. Sikap biasanya
mengarah dalam pembentukan perilaku. Perilaku konsumen akan sangat
terkait dengan atribut produk yang menjadi pertimbangan konsumen dalam
pembelian suatu produk.
Sikap konsumen terhadap permintaan ikan bandeng di pasar tradisional
dipengaruhi oleh adanya selera dan pengetahuan konsumen yang tercermin
dari perilaku konsumen. Pengkajian mengenai perilaku konsumen khususnya
mengenai sikap konsumen tentu menjadi hal yang penting untuk memenuhi
kebutuhan konsumen. Menurut Sumarwan (2003), konsumen memiliki
keinginan akan suatu produk sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya
sehingga diharapkan produk tersebut dapat memberikan manfaat bagi
konsumen. Jika produk yang dikonsumsi sesuai dengan apa yang diinginkan
konsumen maka konsumen akan melakukan pembelian sehingga dapat
memberikan keuntungan bagi produsen. Dalam pemasarannya produsen ikan
bandeng perlu untuk memahami sikap konsumen yang erat kaitannya dengan
konsep kepercayaan dan perilaku.
Setiap konsumen memiliki kriteria produk ideal. Ditinjau dari sikap,
maka semakin dekat sebuah produk ke poin ideal maka semakin ideal posisi
produk tersebut. Poin ideal tersebut mengenai atribut yang melekat pada suatu
produk. Konsumen dalam mengkonsumsi ikan bandeng segar akan
mempertimbangkan atribut yang melekat pada ikan bandeng. Atribut tersebut
dievaluasi oleh konsumen sehingga mencerminkan sikap konsumen terhadap
produk ikan bandeng segar.
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan antara
lain sebagai berikut :
1. Apakah atribut ikan bandeng segar telah memenuhi sifat ideal yang
diinginkan konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten?
2. Bagaimana sikap konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten
terhadap berbagai atribut ikan bandeng segar?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi atribut produk ikan bandeng segar yang memenuhi sifat
ideal bagi konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten.
2. Mengidentifikasi sikap konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten
terhadap berbagai atribut produk ikan bandeng segar.

D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai topik penelitian dan dilaksanakan untuk
melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi produsen serta pemasar ikan bandeng segar, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan wawasan tentang sikap konsumen di
Kabupaten Klaten terhadap ikan bandeng segar sehingga dapat digunakan
sebagai dasar strategi pemasaran yang akan diterapkan.
3. Bagi pihak lain sebagai sumber referensi dan dapat digunakan sebagai
pertimbangan bagi yang berminat pada masalah yang sama.
I. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu
Penelitian Rismawati (2007) mengenai Sikap Konsumen Pasar Modern
Terhadap Sayuran Organik di Kota Surakarta, menggunakan analisis model
sikap angka ideal, yang menunjukkan analisis tingkat kepentingan atribut
sayuran organik adalah keamanan produk, kondisi fisik, warna, kemasan, dan
harga. Analisis atribut menurut ideal konsumen pasar modern, atribut
keamanan produk, warna, kemasan, dan kondisi fisik mendekati ideal, tetapi
atribut harga belum ideal. Sikap konsumen terhadap sayuran organik sangat
baik, sedangkan sifat ideal sayuran organik adalah sayuran organik
keamanannya terjamin, lubang pada daun seminimal mungkin, berwarna
kehijau-hijauan, kemasan menarik, dan harga murah.
Penelitian Kilamanca (2008) mengenai Sikap Konsumen Pasar
Swalayan Terhadap Produk Susu Kedelai di Kota Surakarta, dengan
menggunakan analisis model sikap angka ideal, menunjukkan bahwa
berdasarkan analisis kepentingan atribut susu kedelai, diketahui atribut yang
diprioritaskan oleh konsumen dalam melakukan pembelian, secara berturut-
turut adalah keamanan, rasa, kepraktisan, kemasan, harga dan promosi.
Sedangkan berdasarkan analisis masing-masing atribut menurut ideal
konsumen pasar swalayan, diketahui bahwa atribut-atribut secara keseluruhan
pada susu kedelai cair UHT sudah mendekati ideal, kecuali atribut promosi ;
pada susu kedelai cair impor, atribut-atribut secara keseluruhan sudah
mendekati ideal kecuali atribut promosi dan keamanan. Sedangkan atribut-
atribut susu kedelai bubuk secara keseluruhan sudah mendekati ideal, kecuali
harga. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sikap konsumen terhadap
susu kedelai cair teknologi sederhana adalah sangat baik. Sedangkan sikap
konsumen terhadap produk susu kedelai cair UHT, susu kedelai cair impor dan
susu kedelai bubuk adalah baik. Sifat ideal susu kedelai menurut konsumen
adalah kemasan menarik, produk praktis, harga murah, promosi maksimal,
rasa kedelai terasa, dan bebas bahan pengawet.
Budiyati (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Sikap Konsumen
Dalam Mengambil Keputusan Membeli Produk Kunyit Putih di Kota
Yogyakarta melakukan análisis tentang sikap konsumen terhadap atribut
produk kunyit putih di kota Yogyakarta. Atribut kunyit putih yang diketahui
ada lima jenis antara lain : komposisi bahan, harga, jenis produk, indikator
pengunaan dan kemasan produk. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa
keamanan produk merupakan atribut yang paling penting, yang kemudian
diikuti dengan komposisi bahan, indikasi penggunaan, jenis produk dan harga.
Dengan menggunakan análisis multiatribut model poin ideal diketahui bahwa
atribut komposisi bahan belum mendekati sesuai dengan keinginan konsumen.
Sedangkan secara umum sikap konsumen terhadap kunyit putih sudah sangat
baik artinya responden menerima produk tersebut yang kemudian diikuti
dengan pembelian atau mengkonsumsinya.
Beberapa penelitian diatas dijadikan sebagai landasan dengan alasan
bahwa ketiga penelitian diatas menggunakan metode analisis data yang sama
yaitu Model Angka Ideal (The Ideal - Point Model). Model angka ideal
memberikan informasi mengenai evaluasi konsumen terhadap apa yang
dirasakan oleh konsumen dan apa yang diinginkan (ideal) dibenak konsumen.
Model ini mengukur gap (perbedaan) antara apa yang ideal dengan apa yang
sesungguhnya dirasakan konsumen. Semakin kecil gap maka perbedaan antara
apa yang diharapkan (yang ideal) dengan yang sesungguhnya semakin dekat,
dengan kata lain produk tersebut semakin disukai konsumen.

B. Tinjauan Pustaka
1. Ikan Bandeng Segar
Ikan bandeng termasuk dalam kelas Pisces (bangsa ikan), sub kelas
Teleostei (ikan bertulang besar), ordo Malcopterygii (ikan berjari-jari sirip
lemah), keluarga Chanidae (bandeng-bandengan), genus Chanos, spesies
Chanos-chanos. Dalam bahasa daerah dikenal dengan nama bandeng,
bolu, muloh, ikan agam. Dalam bahasa inggris disebut milk fish karena
dagingnya seputih susu dan rasanya pulen (Mudjiman, 1991).
Lama ikan bandeng menjadi dewasa masih belum dapat diketahui
dengan pasti. Sebab di tambak ikan bandeng belum menjadi dewasa.
Walaupun sudah dipelihara 4-5 tahun, panjangya sudah 75-86 cm, belum
juga masak kelamin. Oleh karena itu, jenis jantan dan betinanya pun masih
belum dapat dibedakan. Namun suatu pengamatan yang telah dilakukan
oleh ahli budidaya ikan pada tahun 1976 di Taiwan, mendapatkan suatu
hasil bahwa ikan bandeng asal dari laut (jantan dan betina) dapat masak
kelamin setelah dipelihara selama 5-6 tahun di dalam tambak
(Mudjiman, 1991).
Ikan bandeng memiliki nilai protein hewani yang lebih tinggi yaitu
sebesar 20 % dibanding dengan protein yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan, sebab protein hewani mengandung asam-asam amino yang
lengkap dan susunan asam aminonya mendekati susunan asam amino yang
ada dalam tubuh manusia. Disamping itu juga sebagai sumber lemak,
mineral, dan vitamin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kesehatan
(Murtidjo, 2002).
Bandeng merupakan ikan tambak yang banyak dibudidayakan di
Indonesia. Bandeng termasuk ikan bertulang keras, dagingnya berwarna
putih susu, dan strukturnya padat dengan duri-duri halus. Kandungan gizi
per 100 gram daging ikan bandeng dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan Gizi Daging Ikan Bandeng Segar per 100 gram
Kandungan gizi Daging Ikan Bandeng Segar
Energi (kkal) 129
Protein (g) 20
Lemak (g) 4,8
Kalsium (mg) 20
Fosfor (mg) 150
Besi (mg) 2
Vitamin A (SI) 150
Vitamin B (mg) 0,05
Sumber : Khotimah (2006).
Protein bandeng cukup tinggi. Kondisi ini menjadikan bandeng
sangat mudah dicerna dan baik dikonsumsi oleh semua usia untuk
mencukupi kebutuhan protein tubuh, menjaga dan memelihara kesehatan
serta mencegah penyakit akibat kekurangan zat gizi mikro. Bandeng juga
mengandung asam lemak omega-3. Asam lemak ini bermanfaat mencegah
terjadinya penggumpalan keping-keping darah sehingga mengurangi risiko
terkena arteriosklerosis dan mencegah jantung koroner. Asam lemak ini
juga bersifat hipokolesterolemik yang dapat menurunkan kadar kolesterol
darah. Mampu meningkatkan daya tahan tubuh serta berperan dalam
pertumbuhan otak pada janin serta pendewasaan sistem saraf
(Khotimah, 2006).
2. Pasar dan Pasar Tradisional
Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang mempunyai
kebutuhan atau keinginan tertentu yang mungkin bersedia dan mampu
melibatkan diri dalam suatu pertukaran yang berguna untuk memuaskan
kebutuhan atau keinginan tersebut (Kotler, 1997).
Besarnya pasar tergantung dari jumlah orang yang memiliki
kebutuhan, punya sumber daya yang diminati orang lain, dan mau
menawarkan sumber daya itu untuk ditukar supaya dapat memenuhi
keinginan mereka. Semua istilah pasar menunujukkan tempat dimana
penjual dan pembeli berkumpul untuk bertukar barang-barang mereka.
Ahli ekonomi menggunakan istilah pasar untuk menunjuk pada sejumlah
pembeli dan penjual yang melakukan transaksi pada suatu produk
(Kotler, 2000).
Pasar merupakan sarana jual beli berbagai komoditas. Sesuai
dengan perkembangannya terdapat pasar tradisional dan pasar modern.
Pasar tradisional biasanya menampung banyak penjual, dilaksanakan
dengan manajemen tanpa perangkat teknologi modern dan mereka lebih
mewakili golongan pedagang menengah kebawah dan tersebar baik di
kampung-kampung, kota-kota kecil maupun kota-kota besar dengan masa
operasi rata-rata dari subuh sampai siang atau sore hari serta ada sebagian
yang beroperasi malam hari (Anonim, 2006).
Pasar tradisional adalah tempat berkumpulnya penjual dan pembeli
serta ditandai dengan adanya transaksi secara langsung dan biasanya ada
proses tawar-menawar. Bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau
gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu
pengelolaan pasar. Kebanyakan menjual barang-barang kebutuhan sehari-
hari (Anonim, 2010).
Menurut Saptoaji (2007), keberadaan pasar modern seperti
swalayan atau supermarket tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pasar tradisional. Pasar tradisional didalamnya terjadi interkasi antara
penjual dan pembeli. Hubungan antara personal antara pedagang dan
pembeli lebih dekat sehingga memudahkan dalam tawar-menawar.
3. Pemasaran
Pemasaran adalah suatu seni mengidentifikasi dan memahami
kebutuhan atau keinginan pelanggan serta menciptakan pemecahan yang
mengarah pada pemberian kepuasan kepada pelanggan atau konsumen,
dan memberikan keuntungan pada produsen. Pemasar berkewajiban untuk
memahami konsumen, mengetahui apa yang dibutuhkannya, apa
seleranya, dan bagaimana konsumen mengambil keputusan sehingga
pemasar dapat memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan
kebutuhan konsumen. Pemahaman yang mendalam mengenai konsumen
akan meningkatkan pasar dan dapat mempengaruhi keputusan konsumen
dalam membeli apapun yang ditawarkan pemasar (Sumarwan, 2003).
Konsep pemasaran menyatakan bahwa alasan keberadaan sosial dan
ekonomi bagi suatu organisasi adalah memuaskan kebutuhan konsumen
dan keinginan tersebut sesuai dengan sasaran perusahaan. Hal tersebut
didasarkan pada pengertian bahwa suatu penjualan tidak tergantung pada
agresifnya tenaga penjual, tetapi lebih pada keputusan konsumen untuk
membeli suatu produk (Lamb et al, 2001).
Menurut Kotler (2000), pemasaran adalah proses sosial dan
manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan
keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan
produk yang bernilai satu sama lain.
Menurut Dharmmesta dan Handoko (1997), konsep pemasaran
adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan
kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi
kelangsungan hidup perusahaan. Tiga unsur pokok pemasaran yaitu:
(a) Orientasi pada konsumen, (b) Penyusunan kegiatan pemasaran secara
integral dan (c) Kepuasan konsumen.
Dalam konteks agribisnis, operasionalisasi konsep pemasaran
merupakan hal yang mutlak harus diterapkan. Konsep pemasaran dalam
hal ini adalah sekumpulan gagasan pengembangan produk yang mengacu
pada pasar, berorientasi pada kebutuhan dan keinginan konsumen, serta
didukung penuh oleh usaha pemasaran secara terpadu yang diarahkan
untuk membangkitkan kepuasan konsumen (Kotler, 1997).
4. Riset Konsumen
Menurut Simamora (2004), riset konsumen merupakan bagian dari
riset pemasaran. Riset konsumen merupakan suatu rangkaian proses.
Karena berusaha menemukan kebenaran tentang suatu objek, maka proses
riset harus benar. Riset konsumen terdiri dari empat tahap, yaitu :
a. Mendefinisikan masalah dan menetapkan sasaran penelitian.
Masalah penelitian adalah sesuatu yang menarik untuk diteliti
atau sesuatu yang membutuhkan penjelasan. Atau bisa juga yang
menimbulkan keingintahuan karena lain dari biasanya. Setelah
menetapkan masalah penelitian selanjutnya perlu menetapkan sasaran
penelitian. Pada umumnya ada tiga jenis sasaran penelitian:
1) Mengumpulkan informasi awal yang diperlukan untuk
mendefinisikan masalah dan mengajukan hipotesis.
2) Mendeskripsikan sesuatu.
3) Menguji hipotesis mengenai hubungan sebab akibat.
b. Mengembangkan rencana riset
Tahap ini sering disebut juga proposal penelitian. Rencana riset
harus menyatakan data yang apa dibutuhkan, bagaimana cara
mengumpulkan data, metode kontak apa yang dilakukan, apa alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data serta bagaimana rencana
pengambilan sampel.
c. Mengimplementasikan rencana riset
Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data. Setelah data
terkumpul, kemudian diolah, misalnya dengan menggunakan tabulasi
dan alat-alat statistik lainnya.
d. Menginterpretasikan dan membuat laporan hasil penelitian
Tahap ini menginterpretasikan informasi apa yang terkandung
pada hasil olahan dan analisis data. Setelah diperoleh informasi-
informasi tersebut kemudian dituliskan dalam laporan yang bisa dibaca
siapa saja. Bentuk laporan penelitian beragam sesuai dengan
kepentingannya, salah satunya berupa skripsi yang ditulis dengan
mengikuti struktur formal.
5. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan)
Menurut Olson dan Peter (1999), model Teori Tindakan beralasan
mengasumsikan bahwa konsumen secara sadar mempertimbangkan
konsekuensi alternatif perilaku yang sedang dipertimbangkan, dan
memilih salah satu yang dapat memberikan konsekuensi paling
diharapkan. Hasil dari proses pilihan beralasan adalah suatu keinginan
untuk terlibat dalam perilaku yang dipilih. Keinginan berperilaku adalah
alat prediksi perilaku nyata terbaik. Menurut teori ini seseorang cenderung
melaksanakan perilaku yang dievaluasi baik dan diterima baik orang lain
serta cenderung menahan diri dari perilaku yang dianggap tidak baik dan
tidak menyenangkan orang lain. Secara formal, Teori Tindakan Beralasan
dapat disajikan sebagai berikut :

B∼BI = W1 (AB) + W2 (SN)

Dimana :
B (Behaviour) = suatu perilaku
BI (Behaviour Intention) = niat berperilaku
AB (Attitude Behaviour) = sikap konsumen untuk terlibat pada
perilaku
SN (Subjective Norm) = norma subjektif sehubungan dengan apakah
orang lain menginginkan si konsumen
terlibat pada perilaku tersebut
W1 dan W2 (Weight) = bobot yang ditentukan secara empiris
yangmenggambarkan pengaruh relatif dari
komponen.
Teori Tindakan Beralasan (theory of reasoned action) disebut juga
dengan model keinginan berperilaku. Teori ini mengungkapkan bahwa
perilaku berasal dari formasi keinginan spesifik untuk berperilaku dan
norma subjektif dengan memperkenalkan formulasi pengaruh kelompok
referensi yang sangat kuat terhadap perilaku. Jadi teori ini tidak berusaha
memprediksikan perilaku seseorang, tetapi keinginan untuk betindak
(Mowen dan Minor, 2002).
Teori Tindakan Beralasan merupakan salah satu teori untuk
memahami minat konsumen dalam membeli produk atau dengan kata lain
behavioral intention model (model minat berperilaku). Menurut Theory
Reasoned Action tersebut, perilaku (behavior) seseorang tegantung pada
minatnya (intention) sedangkan minat untuk berperilaku tegantung pada
sikap (attitude) dan norma subyektif (subjective norm) atas perilaku
(Yatyoga, 2007).
Menurut Ajzen dan Fishbein (1980) dalam Sularto (2004), niat
berperan mempengaruhi perilaku yang akan terjadi. Niat dipengaruhi oleh
sikap terhadap perilaku seseorang yang bersifat normatif dan apa yang
dilakukan orang lain (terutama yang orang-orang berpengaruh di dalam
kelompok) pada situasi yang sama. Teori Tindakan beralasan (Theory of
Reasoned Action) mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat
suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan serta
dampaknya terbatas pada tiga hal, yaitu : (1) Perilaku tidak banyak
ditentukan oleh sikap umum, tetapi oleh sikap spesifik terhadap sesuatu,
(2) Perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma-
norma subjektif dan (3) Sikap terhadap suatu perilaku bersama-sama
norma-norma subjektif membentuk suatu intense atau niat untuk
berperilaku tertentu.
6. Sikap Konsumen
Sikap merupakan ungkapan perasaan suka atau tidak suka terhadap
sesuatu. Seorang pemasar sangat berkepentingan pada sikap konsumen
terhadap produknya, karena sikap yang positif akan menghasilkan
pembelian, bukan saja dari konsumen yang bersangkutan tetapi dari
rekomendasi kepada teman-teman maupun keluarganya juga akan
membuahkan pembelian yang menguntungkan pemasar. Sebaliknya, sikap
negatif terhadap produk akan menghasilkan penolakan, dan sikap yang
demikian akan diteruskan untuk mempengaruhi orang lain. Itulah
sebabnya pemasar sangat mempedulikan sikap konsumen terhadap
produknya. Sikap positif didukung supaya tetap positif ataupun bertambah
positif, sikap negatif diupayakan diubah menjadi positif
(Prasetijo dan John, 2005).
Sikap (attitudes) konsumen adalah faktor penting yang akan
mempengaruhi keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan
konsep kepercayaan (belief) dan perilaku (behavior). Sikap merupakan
ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek, dan sikap juga bisa
menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan
manfaat dari objek tersebut. Kepercayaan, sikap dan perilaku juga terkait
dengan konsep atribut produk (product attribute). Atribut produk adalah
karakteristik dari suatu produk. (Sumarwan, 2003).
Sedangkan perilaku konsumen didefinisikan sebagai kegiatan-
kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan
mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk didalamnya proses
pengembangan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan
tersebut. Terdapat dua elemen penting dalam pengertian perilaku
konsumen yaitu : (1) proses pengambilan keputusan dan (2) kegiatan fisik
yang semua ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan,
mempergunakan barang-barang dan jasa - jasa ekonomis
(Dharmmesta dan Handoko, 1997).
Perilaku konsumen bukanlah sekedar mengenai pembelian barang.
Lebih dari itu, perilaku konsumen adalah suatu hal yang dinamis, yang
mencangkup suatu hubungan interaktif antara afektif dan kognitif serta
perilaku dan lingkungan. Perilaku konsumen juga melibatkan pertukaran
antara dua pihak atau lebih, dimana masing-masing pihak memberi dan
menerima sesuatu yang berharga (Simamora, 2003).
Menurut Simamora (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan sikap adalah:
a. Pengalaman pribadi, pembentukan sikap terutama dipengaruhi oleh
pengalaman konsumen terhadap produk. Sebagus apapun produk jika
tidak pernah dicoba, konsumen sulit untuk membentuk sikap terhadap
produk tersebut.
b. Pengaruh keluarga dan kawan, pengaruhnya melalui perkataan,
perbuatan atau teladan.
c. Direct Marketing, pemasaran langsung adalah metode yang
mengkombinasikan semua metode promosi dan diarahkan langsung
kepada pelanggannya yang memiliki kebutuhan khas dan jumlahnya
sedikit. Karena kedekatan spesifikasi produk dengan kebutuhan
pelanggan yang unik, maka pelanggan membentuk sikap favorable
terhadap produk.
d. Media Massa, banyak orang membentuk sikap hanya berdasarkan
sumber informasi yang diperoleh melalui media massa saat ini.
e. Karakteristik individu, karakteristik seseorang mempengaruhi
pembentukan sikap karena memiliki cara dan kemampuan yang
berbeda dalam membentuk persepsi, seperti tingkat pendidikan, umur,
jenis kelamin, kepribadian dan lain-lain.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen antara
lain:
a. Faktor kebudayaan, faktor ini mempunyai pengaruh yang paling luas
dan paling dalam terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus
memahami peran yang dimainkan oleh kultur, sub-kultur dan kelas
sosial pembeli.
b. Faktor Sosial, perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh faktor
sosial seperti kelompok kecil, keluarga, peran dan status sosial dari
konsumen.
c. Faktor pribadi, keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur hidup pembeli,
jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep pembei
yang bersangkutan.
d. Faktor psikologis, faktor psikologis yang utama yaitu motivasi,
persepsi, proses belajar, serta kepercayaan dan sikap.
7. Atribut Produk
Konsep dasar tertentu akan membantu kita memahami proses
evaluasi konsumen. Konsumen berusaha memuaskan suatu kebutuhan
dengan mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Konsumen
memandang setiap produk sebagai rangkaian atribut dengan kemampuan
yang berbeda dalam memberikan manfaat yang dicari dan memuaskan
kebutuhan. Konsumen bersikap berbeda-beda dalam melihat atribut-atribut
produk yang dianggap relevan atau menonjol. Mereka akan memberikan
paling banyak perhatian pada atribut yang akan memberikan manfaat yang
dicari. Pasar dari suatu produk sering dapat disegmentasikan menurut
atribut-atribut yang menonjol bagi kelompok konsumen yang berbeda.
Para pemasar harus lebih memperhatikan kepentingan atribut, mereka
harus mengukur bobot kepentingan yang digunakan konsumen pada
berbagai atribut (Kotler, 1999).
Seorang konsumen akan melihat suatu produk berdasarkan kepada
karakteristik atau ciri atau atribut dari produk tersebut. Kemampuan
konsumen berbeda-beda dalam menyebutkan karakteristik atau atribut dari
produk-produk tersebut. Hal ini disebabkan konsumen memiliki
pengetahuan yang berbeda mengenai produk tersebut sehingga para
pemasar perlu memahami apa yang diketahui oleh konsumen, atribut apa
saja yang dikenal dari suatu produk, atribut mana yang dianggap paling
penting oleh konsumen. Pengetahuan mengenai atribut tersebut akan
mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Pengetahuan yang
lebih banyak mengenai atribut suatu produk akan memudahkan konsumen
untuk memilih produk yang akan dibelinya. Atribut suatu produk
dibedakan ke dalam atribut fisik dan atribut abstrak. Atribut fisik
menggambarkan ciri-ciri fisik dari suatu produk. Sedangkan atribut
abstrak menggambarkan karakteristik subjektif dari suatu produk
berdasarkan persepsi konsumen (Sumarwan, 2003).
Atribut produk merupakan karakteristik atau fitur yang mungkin
dimilki oleh suatu objek. Atribut produk dibedakan menjadi dua yaitu
atribut intrinsik yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat
produk dan atribut ekstrinsik yaitu segala sesuatu yang diperoleh dari
aspek eksternal produk seperti nama merk, label, dan kemasan
(Mowen dan Minor, 2002).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah


Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
menyebabkan adanya peningkatan konsumsi bahan pangan yang mengandung
nilai gizi tinggi terutama dari protein hewani. Pemenuhan protein hewani
salah satunya dengan mengkonsumsi ikan bandeng segar. Ikan bandeng segar
merupakan salah satu jenis ikan yang banyak digemari oleh masyarakat karena
mudah dalam pengolahannya, memiliki rasa yang gurih dan mengandung
protein tinggi yang berguna bagi tubuh untuk pertumbuhan serta harganya
yang relatif murah dibandingkan dengan ikan laut segar lainnya.
Sebelum melakukan pembelian, konsumen akan mempertimbangkan
atribut-atribut yang terdapat pada ikan bandeng segar. Atribut yang diteliti
meliputi harga, ukuran ikan, keadaan mata, keadaan kulit, kebersihan sisik,
keadaan daging, aroma atau bau dan warna insang. Sikap konsumen tersebut
dipengaruhi oleh pengetahuan, pendidikan dan pendapatan yang dimilikinya.
Semakin tinggi pendidikan maka semakin luas pengetahuan dan wawasan
yang dimiliki.
Seorang produsen dapat menjadikan sikap konsumen sebagai acuan
untuk menyediakan dan memberikan kualitas maupun mutu suatu produk
yang dikehendaki oleh konsumen. Hal ini disebabkan karena permintaan ikan
bandeng segar salah satunya dapat dipengaruhi adanya sikap konsumen dan
kepercayaan, sedangkan kepercayaan konsumen dapat dinilai dari adanya
sikap konsumen terhadap suatu produk. Sikap dan kepercayaan dapat
membentuk sebuah perilaku konsumen.
Sikap konsumen dapat menggambarkan kepercayaan konsumen
terhadap atribut dan manfaat yang diperoleh dari produk ikan bandeng segar.
Kepercayaan dan sikap akan membentuk perilaku. Dengan mengetahui sikap
konsumen, maka produsen dapat menyediakan produk sesuai dengan apa yang
diinginkan konsumen. Konsumen memiliki poin ideal pada setiap produk.
Ditinjau dari sikap, semakin dekat atribut produk ke poin ideal, maka semakin
baik posisinya. Sikap konsumen dapat diketahui dengan analisis model sikap
angka ideal (The Ideal-Point Model). Model angka ideal memberikan
informasi mengenai evaluasi konsumen terhadap apa yang dirasakan oleh
konsumen dan apa yang diinginkan (ideal) dibenak konsumen. Model ini
mengukur gap (perbedaan) antara apa yang ideal dengan apa yang
sesungguhnya dirasakan konsumen. Semakin kecil gap maka perbedaan antara
apa yang diharapkan (yang ideal) dengan yang sesungguhnya semakin dekat,
dengan kata lain produk tersebut semakin disukai konsumen.
Analisis model sikap angka ideal dapat dirumuskan sebagai berikut :
n
Ab = å
i =1
Wi Ii - Xi
Di mana :
Ab = sikap keseluruhan terhadap kepentingan yang diberikan responden
terhadap atribut i
Wi = tingkat kepentingan yang diberikan responden terhadap atribut i
Ii = performansi ideal konsumen terhadap atribut i
Xi = kepercayaan konsumen terhadap atribut i
n = jumlah atribut yang dievaluasi oleh konsumen

Pasar Tradisional

Produk Kebutuhan Sehari-hari

Ikan Bandeng segar Konsumen Ikan


Bandeng Segar

Atribut-atribut
Ikan bandeng segar :
1. Harga
2. Ukuran ikan Evaluasi Kepercayaan
3. Keadaan mata
4. Keadaan Kulit
5. Kebersihan Sisik Sikap Konsumen
6. Keadaan Daging
7. Aroma atau bau
8. Warna Insang
Model Poin Ideal
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Sikap Konsumen Terhadap Ikan
Bandeng Segar.
D. Hipotesis
1. Diduga atribut ikan bandeng segar memenuhi sifat ideal (sifat produk
ikan bandeng segar telah sesuai dengan keinginan atau selera konsumen
pasar tradisional Kabupaten Klaten).
2. Diduga sikap konsumen terhadap ikan bandeng segar adalah baik
(konsumen memberikan tanggapan yang baik terhadap ikan bandeng
segar).

E. Asumsi-Asumsi
1. Responden merupakan pengambil keputusan dalam pembelian.
2. Dalam pengambilan keputusan, konsumen mengevaluasi atribut-atribut
yang ada pada produk.

F. Pembatasan Masalah
1. Ikan bandeng segar yang diteliti terbatas pada ikan
bandeng yang sudah mati tetapi belum mengalami pengolahan dan masih
memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri yang masih sama dengan ikan hidup baik
rupa, bau maupun teksturnya.
2. Atribut yang diteliti dalam penelitian ini adalah atribut
yang melekat pada ikan bandeng segar yang meliputi harga, ukuran ikan,
keadaan mata, keadaan kulit, kebersihan sisik, keadaan daging, aroma atau
bau dan warna insang.
3. Penelitian terbatas pada konsumen yang membeli ikan
bandeng segar di pasar tradisional Kabupaten Klaten untuk konsumsi
sendiri atau rumah tangga.
4. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan April – Mei
2010 dan harga yang berlaku adalah harga pada saat penelitian.

G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel


1. Konsumen ikan bandeng segar adalah seseorang yang
membeli ikan bandeng segar di pasar tradisional untuk konsumsi sendiri
atau rumah tangga.
2. Sikap konsumen adalah penilaian kognitif baik maupun
tidak baik sebagai tanggapan dari produk yang diperoleh dan pengalaman
atau informasi yang diperoleh.
3. Ikan bandeng segar adalah ikan bandeng yang sudah mati
tetapi belum mengalami pengolahan dan masih memiliki sifat-sifat atau
ciri-ciri yang masih sama dengan ikan hidup baik rupa, bau maupun
teksturnya.
4. Atribut adalah karakteristik yang dimiliki atau melekat
pada suatu produk dalam hal ini ikan bandeng segar. Atribut ikan bandeng
segar yang akan diteliti meliputi harga, ukuran ikan, keadaan mata, dan
keadaan kulit, kebersihan sisik, keadaan daging, aroma atau bau dan warna
insang.
5. Harga adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan
konsumen untuk mendapatkan produk.
6. Ukuran ikan adalah karakteristik ikan bandeng segar
berdasarkan besar atau kecilnya ikan. Ukuran ikan bandeng segar terdiri
dari besar sebanyak 3 - 4 ekor per kg, sedang sebanyak 5 - 7 ekor per kg,
dan kecil sebanyak lebih dari 7 ekor per kg.
7. Keadaan mata adalah karakteristik ikan bandeng segar
berdasarkan ciri-ciri mata ikan, yaitu dengan pilihan bersinar cerah/terang
dan menonjol, sedikit bersinar cerah dan datar, serta tidak bersinar/suram
dan tenggelam/tidak menonjol.
8. Keadaan kulit adalah karakteristik ikan bandeng segar berdasarkan
penampakan kulit yang membungkus tubuh ikan bandeng. Dengan pilihan
yaitu warna kulit terang dan jernih dan masih kuat membungkus tubuh;
kulit berwarna kusam, pucat dan berlendir banyak dan terlihat mengendur.
9. Kebersihan sisik adalah karakteristik ikan bandeng segar
berdasarkan penampakan sisik yang meliputi warna, keadaan sisik tidak
terkoyak dan bebas dari kotoran-kotoran yang menempel. Dengan pilihan
kulit sisik bersih (warna cemerlang/terang atau belum pudar, sisik melekat
kuat, tidak sobek, dan bebas dari kotoran); kulit sisik agak bersih (warna
sedikit cemerlang atau sedikit pudar, sisik sedikit melekat kuat, sedikit
sobek dan ada sedikit kotoran) dan kulit sisik kotor (warna pudar atau
tidak cemerlang, sisik mudah lepas, sobek, dan ada banyak kotoran).
10. Keadaan daging adalah karakteristik ikan bandeng segar
berdasarkan penampakan daging atau otot ikan bandeng yang melekat
pada tulang. Dengan pilihan daging kenyal, elastis (bila ditekan dengan
jari tidak tampak bekas lekukan, padat dan melekat kuat pada tulang; tidak
elastis (bila ditekan dengan jari tampak bekas lekukan, lembek, dan mudah
lepas dari tulang.
11. Aroma atau bau ikan adalah karakteristik ikan bandeng
segar yang dapat dirasakan dengan indera penciuman. Dengan pilihan
aroma atau bau ikan antara lain bau busuk (menusuk), anyir atau amis dan
segar.
12. Warna insang adalah karakteristik ikan bandeng segar berdasarkan
penampakan alat pernapasan atau insang pada ikan bandeng segar. Dengan
pilihan warna insang antara lain insang berwarna merah terang dan lamella
insang terpisah, tertutup lendir berwarna terang; insang berwarna coklat
suram atau abu-abu dan lamella insang berdempetan tertutup lender
berwarna keruh.
13. Sikap terhadap produk (Ab) adalah sikap konsumen
secara menyeluruh terhadap produk ikan bandeng segar yang digambarkan
oleh angka nol sampai jumlah tertentu.
14. Tingkat kepentingan atribut (Wi) adalah evaluasi yang
dilakukan konsumen terhadap kepentingan atribut, yaitu dengan
menyatakan pilihan skala yang menggambarkan sama sekali tidak penting
(1) sampai kategori sangat penting (5).
15. Perfomansi ideal atribut ke I (Ii) adalah keinginan
perfomansi konsumen dari atribut yang dievaluasi.
16. Kepercayaan terhadap atribut ke i (Xi) adalah penilaian
aktual suatu atribut produk seperti yang dirasakan konsumen.
17. Pasar Tradisional adalah pasar dimana konsumen
membeli dengan cara tawar menawar dengan penjual.
III.METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian


Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
analitis. Metode deskriptif analitis yaitu memusatkan diri pada pemecahan
masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, masalah-masalah yang aktual
dan data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dilakukan analisis kemudian
dijelaskan (Surakhmad, 1998).
Teknik pelaksanaan dari penelitian ini menggunakan metode survey,
yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan
menggunakan kuesioner sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data
(Singarimbun dan Effendi, 1995).

B. Metode Penentuan Lokasi


Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive)
yaitu di Kabupaten Klaten. Pemilihan Kabupaten Klaten sebagai lokasi
penelitian dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Klaten merupakan daerah
yang tingkat konsumsi ikan bandeng segar dari tahun ke tahun rata-rata
cenderung mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 berikut
ini :
Tabel 3. Jumlah Konsumsi Ikan Bandeng Segar di Kabupaten Klaten
No. Tahun Volume (Kg)
1. 2004 104.347
2. 2005 105.100
3. 2006 115.000
4. 2007 116.150
5. 2008 112.298
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten, 2008.
Data konsumsi ikan bandeng segar tersebut diatas juga didukung
dengan data realisasi peredaran ikan bandeng segar di Kabupaten Klaten
seperti yang terlihat pada Tabel 4 di bawah ini :
Tabel 4. Realisasi Peredaran Ikan Bandeng Segar Di Kabupaten Klaten
No. Tahun Dari Daerah Lain Ke Luar Daerah
(Kg) (Kg)
1. 2004 119.253 14.906
2. 2005 120.300 15.200
3. 2006 125.500 10.500
4. 2007 126.800 10.650
5. 2008 127.276 14.978
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten, 2008.
Selain itu, berdasarkan pendapatan per kapita penduduk di Kabupaten
Klaten yang setiap tahunnya meningkat. Peningkatan pendapatan per Kapita
penduduk Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut:
Tabel 5. Pendapatan per Kapita Penduduk Kabupaten Klaten Menurut Harga
Konstan 2000
No. Tahun Pendapatan per Kapita Peningkatan
(%)
1. 2004 4.279.722,85 -
2. 2005 5.078.862,92 18,67
3. 2006 5.805.021,37 14,30
4. 2007 6.444.304,16 11,01
5. 2008 7.308.450,42 13,41
Jumlah 28.916.361,72 57,39
Rata-rata 5.783.272,344 11,478
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten, 2008
Menurut Sumarwan (2003), pendapatan adalah sumber daya material
yang sangat penting bagi konsumen karena dengan pendapatan itulah
konsumen dapat membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan akan
menggambarkan besarnya daya beli seorang konsumen dan menjadi indikator
besarnya jumlah produk yang bisa dibeli konsumen. Tabel 5 menunjukkan
bahwa pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Klaten dari tahun
2004-2008 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 11,478 % per tahun
sehingga daya beli masyarakat juga meningkat. Tingkat pendapatan akan
mempengaruhi pengambilan keputusan dalam pemenuhan kebutuhan
termasuk kebutuhan konsumsi pangan.
Penelitian ini dilaksanakan di pasar-pasar tradisional yang ada di
Kabupaten Klaten. Pasar tradisional memiliki kelebihan yang tidak dimiliki
oleh pasar modern yaitu adanya interaksi sosial antara pedagang dan pembeli,
produk-produk yang dijual selalu segar, dan kebanyakan pasar tradisional
menampung produk-produk lokal (Anonim, 2006). Berdasarkan sumber dari
Dinas Peridustrian dan Perdagangan Kabupaten Klaten, wilayah perdagangan
di Kabupaten Klaten dikelompokkan menjadi 5 wilayah perdagangan atau
UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah), yaitu
1. Wilayah UPTD I : Kota
2. Wilayah UPTD II : Delanggu
3. Wilayah UPTD III : Jatinom
4. Wilayah UPTD IV : Pedan
5. Wilayah UPTD V : Jogonalan
Pengelompokkan wilayah perdagangan atau UPTD tersebut akan
diambil lima pasar yang mewakili masing-masing wilayah. Pengambilan
sampel lokasi juga berdasarkan jumlah pedagang ikan bandeng segar yang
mewakili setiap wilayah UPTD, karena dapat mencerminkan banyaknya
konsumen. Kelima pasar tradisional yang akan dipilih menjadi tempat
penelitian sebagai berikut:
1. Wilayah UPTD I : Pasar Klaten III Lantai
2. Wilayah UPTD II : Pasar Delanggu
3. Wilayah UPTD III : Pasar Jatinom
4. Wilayah UPTD IV : Pasar Masaran
5. Wilayah UPTD V : Pasar Prambanan
Nama pasar dan jumlah pedagang di pasar tradisional di Kabupaten
Klaten dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 6. Nama Pasar dan Jumlah Pedagang di Pasar Tradisional di Kabupaten
Klaten
Wilayah Nama Pasar Jumlah pedagang
I 1. Pasar Klaten III Lantai 1056
2. Pasar Mlinjon 62
3. Pasar Ngepos 30
4. Pasar Gunungan 65
5. Pasar Plembon 59
6. Pasar Srago 228
7. Pasar Bareng 12
8. Pasar Gayamprit 89
9. Pasar Bendogantungan 13
10. Pasar Totogan 104
11. Pasar Gentongan 314
12. Pasar Senggol 83
13. Pasar Mayungan 59
14. Pasar Wedi 468
15. Pasar Jimbung 109
II 1. Pasar Tegalgondo 315
2. Pasar Delanggu 950
3. Pasar Tanjung 224
4. Pasar Juwiring 101
5. Pasar Panjangan 105
6. Pasar Babadan 100
7. Pasar Carikan 50
8. Pasar Minggiran 192
9. Pasar Soka 48
10. Pasar Karang Talun 45
III 1. Pasar Jatinom 544
2. Pasar Gabus 366
3. Pasar Jolotundo 8
4. Pasar Pomah 43
5. Pasar Mundu 30
6. Pasar Klodran 40
7. Pasar Bonyokan 188
8. Pasar Jeblog 74
9. Pasar Ngendo 341
10. Pasar Karangan 35
11. Pasar Karanganom 26
12. Pasar Glagahwangi 10
13. Pasar Cokrokembang 341
14. Pasar Tulung 35
15. Pasar Bono 26
16. Pasar Ngaran 3
IV 1. Pasar Pedan 901
2. Pasar Masaran 814
3. Pasar Bandung Rejo 46
4. Pasar Baran 33
5. Pasar Balak 64
6. Pasar Kalimangu 7
7. Pasar Sidoharjo 442
8. Pasar Karangasem 46
9. Pasar Krakitan 5
10. Pasar Bayat 38
11. Pasar Jerukan 18
12. Pasar Posis 65
13. Pasar Babad 144
14. Pasar Gamongan 114
15. Pasar Temuwangi 140
16. Pasar Ngebeg 48
17. Pasar Jeto 84
18. Pasar Kiringan 43
19. Pasar Pager 6
20. Pasar Jetis 24
V 1. Pasar Kraguman 265
2. Pasar Pokoh 36
3. Pasar Puluhwatu 191
4. Pasar Dompyongan 123
5. Pasar Srowot 85
6. Pasar Mandungan 6
7. Pasar Gantiwarno 48
8. Pasar Panggil 62
9. Pasar Gempol 99
10. Pasar Balong 5
11. Pasar Kepoh 60
12. Pasar Menggah 70
13. Pasar Watununggal 11
14. Pasar Prambanan 173
15. Pasar Kembang 626
16. Pasar Surowono 424
17. Pasar Butuh 46
Sumber : Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Klaten, 2008.

C. Metode Pengambilan Sampel


Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode convenience sampling. Pada pengambilan sampel dengan cara
ini sampel diambil berdasarkan ketersedian elemen dan kemudahan untuk
mendapatkannya atau sampel terpilih karena sampel tersebut ada pada tempat
dan waktu yang tepat (Durianto dkk, 2001). Dalam penelitian ini sampel yang
digunakan adalah konsumen yang membeli ikan bandeng segar di pasar-pasar
tradisional yang telah ditentukan.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan dasar
confident level sebesar 95%. Menurut Djarwanto dan Pangestu (1994),
pengambilan sampel menggunakan confident level sebesar 95%, dikarenakan
besarnya populasi tidak diketahui, maka dianggap proporsi populasi tidak
diketahui. Apabila dalam suatu penduga proporsi menggunakan sampel
dengan keyakinan (1-α) dan besarnya error tidak melebihi suatu harga tertentu
maka rumus (E) dapat digunakan untuk menentukan besarnya sampel yang
harus diambil, dapat dirumuskan sebagai berikut :
P (1 - P )
E = 1 , 96
N
Dimana : E = error
P = proporsi populasi
N = jumlah sampel
Karena besarnya populasi tidak diketahui, maka P (1-P) juga tidak diketahui,
tetapi karena P selalu berada diantara 0 dan 1, maka besarnya populasi
maksimal adalah :
f (P) = P – P2
df (P) = 1-2P
dP
0 = 1-2P
2P =1
P = 0,5
Harga maksimal dari f(P) adalah P (1-P) = 0,5 (0,5) = 0,25
Jadi besarnya sampel jika digunakan confident level 95% dan kesalahan yang
terjadi adalah 0,1 adalah :
2
æ 1 , 96 ö
N = ( 0 , 25 ) ç ÷ = 96,04 dibulatkan menjadi 100 sampel
è 0 ,1 ø
Berdasarkan perhitungan dari rumus di atas, jumlah sampel yang
dijadikan responden dalam penelitian ini adalah 100 responden yang tersebar
di lokasi pasar tradisional di Kabupaten Klaten yang telah ditentukan.
Pembagian responden pada kelima pasar tradisional di Kabupaten Klaten
adalah menurut perbandingan jumlah pedagang ikan bandeng segar yang
terdapat di lima pasar tradisional tersebut yaitu secara proporsional.
Pembagian responden untuk masing-masing pasar tradisional dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7. Pembagian Jumlah Responden Pada Pasar Tradisional Kabupaten
Klaten
No. Pasar Tradisional Jumlah Pedagang Ikan Jumlah Responden
Bandeng Segar
1. Pasar Klaten III Lantai 4 31
2. Pasar Delanggu 1 8
3. Pasar Jatinom 2 15
4. Pasar Masaran 2 15
5. Pasar Prambanan 4 31
Jumlah 13 100
Sumber : Survei dan Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Klaten, 2008.
Tabel 7 menunjukkan jumlah responden masing-masing di lima pasar
tradisional tersebut yaitu Pasar Klaten III Lantai sebanyak 31 responden, Pasar
Delanggu sebanyak 8 responden, Pasar Jatinom sebanyak 15 responden, Pasar
Masaran sebanyak 15 responden dan Pasar Prambanan 31 responden. Dengan
pembagian responden seperti diatas diharapkan dapat mewakili seluruh
wilayah Kabupaten Klaten.

D. Jenis dan Sumber Data


Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
responden yang terkait dengan penelitian, baik melalui wawancara
menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan
maupun observasi.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh dengan cara
mencatat laporan atau dokumen dari instansi-instansi yang berkaitan
dengan penelitian, yaitu Data Jumlah Pemasukan Ikan Bandeng Segar dari
Daerah Lain ke Kabupaten Klaten tahun 2004-2008, Data Pendapatan Per
Kapita Penduduk Kabupaten Klaten tahun 2004-2008, Data Nama Pasar
dan Jumlah Pedagang di Pasar Tradisional Kabupaten Klaten tahun 2008.
Data-data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian,
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bagian Pengelolaan Pasar
Kabupaten Klaten.

E. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti dan
kegiatan konsumen dalam melakukan pembelian.
2. Wawancara
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara berpatokan, merupakan wawancara secara langsung kepada
responden dengan menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (kuesioner)
agar pertanyaan dapat lebih terarah.
3. Pencatatan
Teknik pengumpulan data dengan cara mencatat data yang
diperoleh dari segala sumber yang berkaitan dengan penelitian, baik dari
hasil wawancara maupun hasil pengamatan langsung di lapangan.

F. Metode Analisis Data


Sikap konsumen terhadap produk ikan bandeng dapat diketahui
dengan menggunakan Analisis Sikap Angka Ideal (Ideal-Point Model). Pada
prinsipnya, model angka ideal memberikan informasi mengenai evaluasi
konsumen terhadap apa yang dirasakan (yang sesungguhnya) oleh konsumen
dan apa yang diinginkan (yang ideal) oleh konsumen. Model ini mengukur
gap (perbedaan) antara yang ideal dengan apa yang sesungguhnya dirasakan
konsumen.
1. Analisis Kualitas Ideal Konsumen Terhadap Atribut Ikan Bandeng
Segar
Analisis Analisis Kualitas Ideal Konsumen Terhadap Atribut Ikan
Bandeng Segar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Kualitas Ideal = | Ii―Xi |
Dimana :
Ii = perfomansi ideal konsumenterhadap atribut i
Xi = kepercayaan konsumen terhadap atribut i
Sifat ideal terhadap atribut ikan bandeng segar adalah jika hasil
kualitas ideal (selisih antara performansi ideal dan kepercayaan terhadap
atribut) semakin kecil atau semakin mendekati nol maka atribut sebuah
produk sesuai dengan keinginan atau minat konsumen.
2. Analisis Sikap konsumen Terhadap Ikan Bandeng Segar
Analisis Sikap konsumen Terhadap Ikan Bandeng Segar dengan
menggunakan analisis model angka ideal dirumuskan sebagai berikut :
n
Ab = å
i =1
Wi Ii - Xi

Di mana :
Ab = sikap keseluruhan terhadap kepentingan yang diberikan responden
terhadap atribut i
Wi = tingkat kepentingan yang diberikan responden terhadap atribut i
Ii = performansi ideal konsumen terhadap atribut i
Xi = kepercayaan konsumen terhadap atribut i
n = jumlah atribut yang dievaluasi oleh konsumen
Ab adalah sikap keseluruhan konsumen terhadap suatu produk
yang akan digambarkan oleh angka dari nol sampai jumlah tertentu.
Semakin kecil skor Ab (mendekati nol), artinya perbedaan antara apa yang
diharapkan (yang ideal) dengan sesungguhnya semakin dekat. Dengan
kata lain produk tersebut semakin disukai konsumen. Sebaliknya jika skor
Ab semakin besar, artinya masih ada gap yang lebar antara apa yang
diinginkan dengan apa yang dirasakan konsumen.
Wi menggambarkan evaluasi terhadap kepentingan suatu atribut.
Konsumen diminta untuk menyatakan pilihan dalam skala. Sedangkan Ii
menyatakan keinginan performansi ideal dari atribut yang dievaluasinya.
Langkah kemudian adalah mengukur komponen Xi, yaitu memberikan
penilaian aktual suatu atribut produk seperti yang dirasakan konsumen.
Keidealan suatu produk dinilai dengan cara melihat skor atau point
selisih antara performansi ideal dan kepercayaan terhadap atribut. Semakin
kecil atau semakin mendekati nol selisih antara performansi ideal dengan
kepercayaan maka atribut tersebut semakin ideal. Kriteria sikap konsumen
dinilai dengan menggunakan skala linear numerik dengan rumus :

x =
å Wi (Ii - 1)
Skala
Skala linear numerik :
0 £ Ab < x sangat baik
x £ Ab < 2x baik
2x £ Ab < 3x netral
3x £ Ab < 4x buruk
4x £ Ab < 5x sangat buruk
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam
Kabupaten Klaten terletak secara geografis antara 110o26’14” sampai
110o47’51” Bujur Timur (BT) dan 7o32’19” sampai 7o48’33” Lintang Selatan
(LS) dengan luas wilayah sebesar 65.556 ha. Letak Kabupaten Klaten cukup
strategis karena berbatasan langsung dengan kota Surakarta, yang merupakan
salah satu pusat perdagangan dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal
sebagai kota pelajar serta kota wisata.
Secara administratif Kabupaten Klaten terbagi dalam 26 kecamatan
dengan 401 desa atau kelurahan. Batas-batas administratif Kabupaten Klaten
adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali
Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul (DI Yogyakarta)
Sebelah Barat : Kabupaten Sleman (DI Yogyakarta)
Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo
Kabupaten Klaten merupakan kabupaten yang memiliki topografi
atau ketinggian tempat 0 - 2.500 meter di atas permukaan laut. Jenis tanah
yang terdapat di Kabupaten Klaten dapat dibedakan menjadi lima jenis tanah
antara lain : tanah Litosol, tanah Regosol Kelabu, tanah Grumusol Kelabu
Tua, tanah Kompleks Regosol Kelabu dan Kelabu Tua dan tanah Regosol
Coklat Kekelabuan.
Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan
musim hujan dan kemarau silih berganti sepanjang tahun. Musim kemarau di
Kabupaten Klaten biasanya pada bulan April sampai September sedangkan
musim hujan terjadi bulan Oktober sampai Maret. Curah hujan rata-rata
adalah 275 mm dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu
472 mm dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli yaitu 65 mm.
Temperatur udara rata-rata 28 – 30 o Celsius dengan kecepatan angin rata-rata
sekitar 153 mm setiap bulannya. Sebagian besar wilayah kabupaten ini adalah
dataran rendah dan tanah bergelombang. Bagian barat laut merupakan
pegunungan, bagian dari sistem Gunung Merapi.

B. Keadaan Penduduk
1. Perkembangan Penduduk
Perkembangan penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh adanya
kelahiran, kematian dan migrasi. Perkembangan penduduk di Kabupaten
Klaten selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Klaten
Tahun 2004 - 2008
Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan Penduduk Persentase
(Jiwa) (Jiwa) (%)
2004 1.281.786 4.489 0,35
2005 1.286.058 4.272 0,33
2006 1.293.242 7.184 0,56
2007 1.296.987 3.745 0,29
2008 1.300.494 3.507 0,27
Jumlah 6.458.567 23.197 1,80
Rata-rata 1.291.713,4 4.639,4 0,36
Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008)
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk
Kabupaten Klaten dari tahun ke tahun selalu meningkat. Jumlah penduduk
selama lima tahun (2004-2008) terus mengalami peningkatan.
Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Klaten rata-rata 4.639,4 jiwa atau
0,36 % per tahun. Dengan adanya peningkatan jumlah penduduk ini maka
akan berpengaruh pada konsumsi bahan makanan salah satunya ikan
bandeng segar akan semakin meningkat.
2. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk di Kabupaten Klaten pada tahun 2008 yang
tersebar di setiap kecamatan adalah 1.300.494 jiwa. Jumlah penduduk di
Kabupaten Klaten berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah Penduduk di Kabupaten Klaten Menurut Umur dan Jenis
Kelamin pada Tahun 2008
Kelompok Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Umur (th) Laki-laki Perempuan (%)
0 -14 161.744 154.343 316.087 24,30
15 - 64 422.827 447.570 870.397 66,93
> 65 50.957 63.053 114.010 8,77
Jumlah 635.528 664.966 1.300.494 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008)
Berdasarkan data Tabel 9 diketahui bahwa jumlah penduduk usia
produktif yaitu umur 15 - 64 tahun lebih besar daripada penduduk usia non
produktif yang terdiri dari kelompok umur 0 - 14 tahun dan ≥ 65 tahun.
Persentase terbesar penduduk di Kabupaten Klaten adalah kelompok usia
produktif. Hal ini berarti kegiatan ekonomi dapat terlaksana dengan baik.
Untuk menghitung besarnya Angka Beban Tanggungan dapat
digunakan perumusan sebagai berikut:

= 49,4 % (ABT di Kabupaten Klaten)


Berdasarkan perhitungan nilai ABT di Kabupaten Klaten diketahui
bahwa nilai ABT di Kabupaten Klaten sbesar 49,4 %, artinya setiap 100
orang usia produktif menanggung 49 orang usia non produktif. Menurut
Saragih (2009), semakin tinggi Angka Beban Tanggungan maka akan
mengakibatkan pendapatan yang dinikmati untuk konsumsi belum
maksimal. Pendapatan yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan
konsumsi dan daya beli masyarakat menjadi berkurang karena pendapatan
tersebut harus dibagi untuk menanggung hidup penduduk untuk usia non
produktif. Semakin kecil angka beban tanggungan akan memberikan
kesempatan pada penduduk usia produktif untuk meningkatkan kualitas
dirinya (Anonim, 2007).
Berdasarkan jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat
diketahui bahwa jumlah penduduk Kabupaten Klaten pada tahun 2008
berjumlah 1.300.494 jiwa yang terdiri dari 635.528 jiwa penduduk laki-
laki dan 664.966 jiwa penduduk perempuan. Untuk mengetahui besarnya
sex ratio atau perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan
jumlah penduduk perempuan digunakan perumusan sebagai berikut:

= 95,57 %
Berdasarkan perhitungan nilai sex ratio diketahui bahwa besarnya
nilai sex ratio di Kabupaten Klaten adalah 95,57 %, artinya dalam 100
orang penduduk perempuan terdapat 96 orang penduduk laki-laki.
Sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki dan dalam
penelitian ini juga penduduk yang paling banyak menjadi responden
adalah perempuan yaitu sebanyak 94 responden atau sebesar 94%.
Menurut Sumarwan (2003), perempuan mempunyai kewenangan untuk
memutuskan produk apa yang dibeli untuk dirinya dan keluarganya.
Perempuan masa kini memiliki kualitas sumber daya manusia yang lebih
baik dari generasi sebelumnya. Dengan kualitas yang lebih baik, maka
wanita sebagai konsumen memiliki daya beli yang lebih baik pula.
3. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang berperan penting dalam
pembangunan suatu wilayah untuk kemajuan dalam suatu masyarakat.
Keadaan penduduk menurut pendidikan di Kabupaten Klaten ditunjukkan
pada Tabel 10 berikut ini.
Tabel 10. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten
Klaten Selama Tahun 2008
No Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase(%)
1 Tidak/ Belum Pernah Sekolah 161.781 12,44
2 Tidak/ Belum Tamat SD/ MI 175.047 13,46
3 Tamat SD 381.435 29,33
4 Tamat SLTP 237.990 18,30
5 Tamat SLTA 126.538 9,73
6 Tamat SMK 129.269 9,94
7 Tamat Diploma I/II 15.216 1,17
8 Tamat Diploma III/SM 21.978 1,69
9 Tamat Sarjana/S2 51.240 3,94
Jumlah 1.300.494 100
Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008)
Berdasarkan data Tabel 10 diketahui bahwa sebagian besar
penduduk Kabupaten Klaten berpendidikan tamat Sekolah Dasar (SD)
yaitu sebanyak 381.435 jiwa atau sebesar 29,33 % dari total penduduk.
Sedangkan penduduk yang berpendidikan tamat Diploma I dan Diploma II
adalah yang paling sedikit jumlahnya yaitu 15.216 jiwa atau sebesar
1,17 % dari total penduduk.
Tingkat pendidikan semakin tinggi merupakan modal dalam
pengembangan kualitas sumber daya manusia yang nantinya akan
berpengaruh dalam pembangunan di Kabupaten Klaten. Secara umum
dapat dikatakan bahwa penduduk Kabupaten Klaten memiliki pendidikan
yang masih rendah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan perbandingan
jumlah penduduk yang belum memenuhi wajib belajar dan yang sudah
memenuhi wajib belajar yaitu 55 % dan 45%. Dengan pendidikan yang
masih rendah ini diharapkan pemerintah lebih memberikan perhatian
dalam pendidikan sehingga dapat meningkat. Tingkat pendidikan yang
tinggi juga akan mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang suatu hal,
termasuk pengetahuan dalam mempertimbangkan atribut-atribut ikan
bandeng segar yang akan dikonsumsi.
C. Keadaan Perekonomian
Keadaan perekonmian di Kabupaten Klaten dapat tercermin salah
satunya dari mata pencaharian penduduknya. Mata pencaharian penduduk
suatu wilayah dipengaruhi oleh sumber daya yang tersedia dan kondisi sosial
ekonomi seperti ketrampilan yang dimiliki, tingkat pendidikan, lapangan
pekerjaan dan modal yang ada. Keadaan penduduk menurut lapangan
pekerjaan utama di Kabupaten Klaten ditunjukkan Tabel 11 berikut ini:
Tabel 11. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2008
No Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1. Pertanian 145.514 25,61
2. Pertambangan dan Galian, 7.795 1,37
Listrik, Gas dan Air Bersih
3. Industri 115.580 20,35
4. Konstruksi 36.702 6,46
5. Perdagangan 150.080 26,41
6. Komunikasi 26.037 4,58
7. Keuangan 4.822 0,85
8. Jasa 81.660 14,37
9. Lainnya - -
Jumlah 568.190 100
Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008)
Berdasarkan Tabel 11 dapat disimpulkan bahwa 26,41% penduduk
Kabupaten Klaten mempunyai mata pencaharian di sektor perdagangan yaitu
sebanyak 150.080 jiwa, sedangkan sektor pertanian menempati urutan kedua
sebagai lapangan pekerjaan utama penduduk Kabupaten Klaten yaitu
sebanyak 145.514 jiwa (25,61 %). Sektor industri menempati urutan ketiga
sebagai lapangan pekerjaan utama penduduk Kabupaten Klaten yaitu
sebanyak 115.580 jiwa (20,35 %).
Menurut Supriyati dkk. (2007), penurunan tenaga kerja sektor
pertanian di Kabupaten Klaten disebabkan oleh beberapa faktor, setidaknya
ada tiga hal kemungkinan penyebabnya yaitu (1) lahan pertanian yang sempit,
sehingga tidak mampu dijadikan mata pencaharian utama untuk anggota
keluarga sehingga terpaksa menganggur atau mencari pekerjaan di luar
usahatani, (2) Adanya kesempatan kerja di luar sektor pertanian, dan (3)
keengganan untuk terjun pada sektor pertanian khususnya untuk golongan
muda terdidik karena dipandang tidak menarik sehingga lebih memilih
pekerjaan lain atau menganggur. Salah satu kesempatan kerja sektor non
pertanian yang tersedia adalah perdagangan. Sektor perdagangan cukup
berkembang dan menjadi alternatif usaha utama di luar sektor pertanian. Hal
ini ditunjukkan dengan adanya sarana dan prasana perekonomian terutama
perdagangan yang dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini:
Tabel 12. Sarana Perekonomian di Kabupaten Klaten Tahun 2008
No. Jenis Sarana Perekonomian Jumlah
1. Pasar 94
2. Kios 2.844
3. Los 1.804
4. Bank Umum, BPR dan BUMD 48
Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008)
Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa sarana perdagangan yang
terdapat di Kabupaten Klaten cukup banyak dan menandai bahwa sektor
perdagangan cukup berkembang di Kabupaten Klaten. Selain kelima sarana
perekonomian di atas, terdapat juga sarana perhubungan sebagai penunjang
dalam kegiatan perekonomian yaitu salah satunya sektor perdagangan.
Tabel 13. Sarana Perhubungan Kendaraan Bermotor di Kabupaten Klaten
Tahun 2008
No. Jenis Sarana Perhubungan Jumlah
1. Sepeda Motor 268.678
2. Mobil Penumpang 15.553
3. Mobil Barang 10.149
4. Mobil Bus 1.230
5. Kendaraan Khusus/ Alat Berat 10
6. Mobil Penumpang Umum 141
Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008)
Banyaknya kendaraan yang terdapat di Kabupaten Klaten maka
masyarakat akan lebih mudah dalam melakukan mobilitas. Dimana mobilitas
penduduk tidak hanya dilakukan dengan kendaraan pribadi tetapi juga dengan
kendaraan umum yang ada. Dengan banyaknya kendaraaan umum yang
terdapat di Kabupaten Klaten, berarti masyarakat tidak akan mengalami
kesulitan dalam melakukan mobilitas dalam melakukan kegiatan
perekonomian termasuk kegiatan di sektor perdagangan.
Tabel 14. Panjang Jalan dan Kondisi Jalan di Kabupaten Klaten Tahun 2008
No. Jenis Sarana Perhubungan Panjang Jalan (km) Persentase (%)
1. Jenis Permukaan
a. Aspal 706,12 90,89
b. Kerikil 2,82 0,36
c. Tanah 67,95 8,75
d. Tidak Dirinci 0 0
Jumlah 776,89 100
2. Kondisi Jalan
a. Baik 381,94 49,17
b. Sedang 96,75 12,45
c. Rusak 194,88 25,09
d. Rusak Berat 103,23 13,29
Jumlah 776,80 100
Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008)
Tabel 14 menunjukkan bahwa sarana perhubungan di Kabupaten
Klaten sangat baik yaitu dilihat dari jenis permukaan jalan yang sebagian
besar sudah berupa aspal menunjukkan bahwa sarana perhubungan di
Kabupaten Klaten semakin lancar. Begitu pula dengan kondisi jalan yang
sebagian besar sudah dapat dikatakan baik karena sudah diaspal sepanjang
706,12 Km dan tidak berlubang. Selain itu mempunyai pola jaringan jalan
berbentuk pola gride, pola ini merupakan pola jalan yang relatif datar. Pola
jaringan jalan ini mempunyai keuntungan distribusi lalu lintas dapat merata
(tidak memusat) dan efisien pelayanannya terutama pada daerah (wilayah)
sepanjang jalan utama (arteri) (Watiningrum, 2005). Sehingga dengan makin
lancarnya sarana perhubungan di Kabupaten Klaten maka masyarakat akan
lebih mudah melakukan mobilitas dalam melakukan kegiatan perekonomian.
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden
Pasar konsumen terdiri dari seluruh individu-individu dan rumah tangga
yang membeli atau membutuhkan barang dan jasa untuk keperluan pribadi.
Konsumen akhir merupakan individu-individu yang melakukan pembelian
untuk memenuhi kebutuhan pribadinya atau konsumsi rumah tangganya
(Dharmmesta dan Handoko, 1997).
Karakteristik responden dalam penelitian ini dikelompokkan
berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,
pengeluaran konsumsi per bulan, dan jumlah anggota keluarga. Karakteristik
responden tersebut dapat disajikan sebagai berikut:
1. Jenis Kelamin Responden
Di bawah ini disajikan banyaknya responden dalam penelitian, yaitu
sebagai berikut:
Tabel 15. Karakteristik Responden Ikan Bandeng Segar Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase(%)
1 Perempuan 94 94
2 Laki-laki 6 6
Jumlah 100 100
Sumber: Analisis Data Primer
Tabel 15 menunjukkan bahwa jumlah responden dengan jenis
kelamin perempuan lebih dominan daripada responden laki-laki.
Responden perempuan berjumlah 94 orang dengan persentase 94% dan
responden laki-laki 6 orang dengan persentase 6% orang responden.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa kegiatan rumah
tangga termasuk didalamnya adalah berbelanja kebutuhan pangan,
terutama ikan bandeng segar masih dominan dilakukan oleh perempuan.
Perempuan sebagai penentu menu keluarga (terutama dalam pemilihan
atribut-atribut ikan banding segar) cenderung lebih sering melakukan
keputusan pembelian dibandingkan laki-laki. Perbedaan jenis kelamin
maka akan menyebabkan perbedaan pula dalam keputusan pembelian ikan
bandeng segar dengan memperhatikan atribut-atribut yang melekat pada
ikan bandeng segar.
2. Umur Responden
Kebutuhan dan selera seseorang akan berubah sesuai dengan usia
(Simamora, 2004). Usia dari responden merupakan salah satu indikator
untuk mengetahui bagaimana faktor usia akan menentukan penilaian yang
diberikan responden terhadap ikan bandeng segar sebagai obyek
penelitian. Perbedaan usia akan menimbulkan persepsi yang berbeda-beda
terhadap ikan bandeng segar. Menurut Sumarwan (2003), kelompok umur
19-24 tahun tergolong dewasa awal, kelompok umur 25-35 tahun
tergolong dewasa lanjut, kelompok umur 36-50 tahun tergolong separuh
baya, kelompok umur 51-65 tahun tergolong tua dan diatas 65 tahun
tergolong lanjut usia.
Berdasarkan pengklasifikasian tersebut, maka pada Tabel 16 di
bawah ini disajikan jumlah responden ikan bandeng segar di pasar
tradisional Kabupaten Klaten menurut kelompok umurnya :
Tabel 16. Karakteristik Responden Ikan Bandeng Segar Menurut
Kelompok Umur
No Kelompok Umur Jumlah Responden
1 19-24 tahun 8
2 25-35 tahun 43
3 36-50 tahun 43
4 51-65 tahun 6
5 > 65 -
Jumlah 100
Sumber: Analisis Data Primer
Tabel 16 menunjukkan bahwa usia responden yang membeli ikan
bandeng segar pada kelompok umur antara 25-35 dan 36-50 tahun yaitu
sebanyak 43 orang. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen sebagai
pengambil keputusan pembelian ikan bandeng segar berada pada
kelompok umur yang sudah dewasa lanjut dan separuh baya. Pada
kelompok umur tersebut rata-rata sudah bisa mempertimbangkan atribut-
atribut ikan bandeng segar yang diinginkan.
3. Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat pendidikan menentukan seseorang dalam menerima
pengetahuan dan informasi. Konsumen yang memiliki pendidikan yang
lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi, selain itu pendidikan
juga mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk maupun merek
(Sumarwan, 2003). Pada penelitian ini, didapatkan responden dengan latar
belakang pendidikan sebagai berikut:
Tabel 17. Karakteristik Responden Ikan Bandeng Segar Menurut Tingkat
Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden
1 SMP 12
2 SMA 59
3 D3 9
4 S1 19
5 S2 1
Jumlah 100
Sumber: Analisis Data Primer
Tabel 17 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berpendidikan SMA yaitu sebanyak 59 responden. Sedangkan yang
berpendidikan S1 sebanyak 19 responden. Hal ini menunjukkan bahwa
konsumen ikan bandeng segar di pasar tradisional Kabupaten Klaten
memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi.
Tingkat pendidikan yang dimiliki konsumen akan mempengaruhi
informasi dan pengetahuan yang diterima konsumen. Semakin tinggi
tingkat pendidikan konsumen maka akan semakin tinggi pula pengetahuan
yang dimiliki konsumen. Dengan pengetahuan yang tinggi, maka
konsumen akan lebih memperhatikan faktor gizi dan pentingnya kesehatan
yang salah satunya dengan penambahan protein, vitamin dan mineral
termasuk penambahan ikan bandeng segar dalam menu konsumsi dan
konsumen akan lebih mengetahui tentang atribut-atribut ikan bandeng
segar sehingga teliti dalam memilih ikan bandeng segar dengan
memperhatikan atribut-atribut yang melekat pada ikan bandeng segar.
4. Jenis Pekerjaan Responden
Menurut Sumarwan (2003), pendidikan dan pekerjaan adalah dua
karakteristik konsumen yang saling berhubungan. Pendidikan akan
menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seorang konsumen. Dan
selanjutnya, profesi dan pekerjaan seseorang akan mempengaruhi
pendapatan yang diterimanya. Pendapatan dan pendidikan tersebut
kemudian akan mempengaruhi proses keputusan dan pola konsumsi
seseorang.
Pada penelitian ini, didapatkan karakteristik responden ikan
bandeng segar di pasar tradisional Kabupaten Klaten dengan latar
belakang pekerjaan sebagai berikut:
Tabel 18. Karakteristik Responden Ikan Bandeng Segar Menurut Jenis
Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan Jumlah Responden
1 PNS 12
2 Pegawai Swasta/karyawati 16
3 Wiraswasta 30
4 Ibu Rumah Tangga 36
5 Lain-lain 6
Jumlah 100
Sumber: Analisis Data Primer
Tabel 18 menunjukkan bahwa jenis pekerjaan konsumen ikan
bandeng segar di pasar tradisional Kabupaten Klaten adalah beragam.
Jenis pekerjaan yang paling banyak adalah konsumen golongan ibu rumah
tangga yaitu sebanyak 36 responden. Hal ini menunjukkan bahwa ibu
rumah tangga berpengaruh dalam hal memilih menu makanan yang
menjadi kesukaan keluarganya. Selain itu ibu rumah tangga memang
sehari-hari bertugas mengurus rumah tangga dan mengatur pengeluaran
atau berbelanja kebutuhan keluarga termasuk juga dalam berbelanja ikan
bandeng segar yang merupakan salah satu pilihan variasi menu makanan
keluarga. Sehingga ibu rumah tangga lebih tahu dan mampu memilih
atribut-atribut ikan bandeng segar sebelum melakukan keputusan
pembelian
Ibu rumah tangga tidak hanya memutuskan apa yang ingin mereka
beli untuk keperluan pribadi, tetapi juga sebagai penentu pembelian
keluarga. Seorang ibulah yang akan menentukan apa yang akan
dikonsumsi oleh keluarga. Seorang ibu rumah tangga adalah smart
customer, karena dalam melakukan pembelian tidak hanya menginginkan
produk yang berharga murah saja, tetapi juga mempertimbangkan kualitas
dan manfaat yang didapatkan dari produk tersebut bagi anggota
keluarganya (Yuswohady, 2006).
5. Pengeluaran Konsumsi Responden
Menurut Sumarwan (2003), pengeluaran merupakan indikator
pendapatan rumah tangga. Pendapatan rumah tangga dapat diukur dengan
menggunakan pendekatan pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran rumah
tangga dihitung secara keseluruhan semua kebutuhan rumah tangga
meliputi makanan, minuman dan kebutuhan bukan makanan lainnya yang
sangat beragam pada setiap bulan.
Karakteristik responden berdasarkan besarnya pengeluaran untuk
konsumsi yang dikeluarkan pada setiap bulan dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Karakteristik Responden Ikan Bandeng Segar Berdasarkan
Besarnya Pengeluaran Konsumsi per Bulan
. Pengeluaran Konsumsi per bulan Jumlah Responden
1. Rp 500.000,00 – 26
Rp 900.000,00
2. Rp 1.000.000,00 – 18
Rp 1.400.000,00
3. Rp 1.500.000,00 – 15
Rp 1.900.000,00
4. Rp 2.000.000,00 – 17
Rp 2.400.000,00
5. Rp 2.500.000,00 – 8
Rp 2.900.000,00
6. Rp 3.000.000,00 – 12
Rp 3.400.000,00
7. Rp 3.500.000,00 – -
Rp 3.900.000,00
8. Rp 4.000.000,00 – 4
Rp 4.900.000,00
100
Sumber: Analisis Data Primer
Tabel 19 menunjukkan bahwa pengeluaran rumah tangga
responden ikan bandeng segar dalam penelitian ini selama satu bulan
paling banyak yaitu Rp 500.000,00 – Rp 900.000.00. Sebanyak 26
responden merupakan golongan pengeluaran Rp 500.000,00 –
Rp 900.000,00. Walaupun pengeluaran responden tersebut rendah
dibandingkan dengan pengeluaran kelompok responden lain, namun
responden tersebut memilih membeli ikan bandeng segar sebagai variasi
menu makanan keluarga. Hal ini dikarenakan ikan bandeng segar cukup
untuk lauk pada saat makan (nglawuhi).
6. Jumlah Anggota Keluarga Responden
Menurut Engel et al, (1994) keluarga adalah pusat pembelian yang
merefleksikan kegiatan dan pengaruh individu yang membentuk keluarga
bersangkutan. Individu membeli barang atau jasa untuk dipakai sendiri
dan untuk dipakai oleh anggota keluarga yang lain Anggota keluarga
pembeli dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku
pembelian. Anggota keluarga saling mempengaruhi dalam keputusan
pembelian dan konsumsi, dalam hal ini adalah konsumsi ikan bandeng
segar. Pada Tabel 20 disajikan karakteristik responden menurut jumlah
anggota rumah tangga.
Tabel 20. Karakteristik Responden Ikan Bandeng Segar Menurut Jumlah
Anggota Keluarga
No Jumlah Anggota Keluarga (orang) Jumlah Responden
1 2 8
2 3 32
3 4 38
4 5 15
5 6 4
6 7 3
Jumlah 100
Sumber: Analisis Data Primer
Tabel 20 menunjukkan bahwa 38 responden ikan bandeng segar di
pasar tradisional Kabupaten Klaten berasal dari keluarga yang terdiri dari
suami-istri dan dua orang anak. Jumlah anggota keluarga terbanyak pada
penelitian ini sejumlah 4 orang. Jumlah anggota rumah tangga akan
mempengaruhi jumlah pembelian atau konsumsi ikan bandeng segar
dalam keluarga. Makin besar jumlah anggota keluarga konsumen, maka
semakin besar pula kebutuhan konsumsi ikan bandeng segar di keluarga
tersebut. Informasi ini dapat memberikan gambaran bagi pemasar tentang
keputusan pembelian ikan bandeng segar dan jumlah ikan bandeng segar
yang akan dipasarkan di pasar tradisional Kabupaten Klaten.

B. Perilaku Beli Responden


Menurut Sutisna (2003), alasan perilaku konsumen perlu dipelajari
adalah karena konsumen sebagai titik sentral perhatian pemasaran.
Mempelajari apa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen pada saat ini
merupakan hal yang sangat penting. Memahami konsumen akan menuntun
pemasar pada kebijakan pemasaran yang tepat dan efisien.
Memahami perilaku pembelian yang dilakukan oleh konsumen dari
pasar sasaran merupakan tugas penting dari manajemen pemasaran. Perilaku
konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan,
mengkonsumsi, dan menghabiskan barang dan jasa, termasuk juga proses
pengambilan keputusan yang mendahului dan mengikutinya
(Simamora 2004).
1. Alasan Pembelian
Konsumen sebelum melakukan pembelian suatu produk selalu
melakukan berbagai pertimbangan. Dalam Tabel 21 menunjukkan
berbagai alasan pembelian ikan bandeng segar oleh konsumen pasar
tradisional di Kabupaten Klaten, yaitu:
Tabel 21. Alasan Pembelian Ikan Bandeng Segar oleh Responden
No. Alasan Pembelian Jumlah
1. Mengandung banyak protein 51
2. Rendah kolestrol 6
3. Bebas pengawet 19
4. Mudah dalam pengolahan 8
5. Alasan lain (Suka) 16
Jumlah 100
Sumber: Analisis Data Primer
Alasan sebagian besar responden dalam pembelian dan
mengkonsumsi ikan bandeng segar adalah mengandung banyak protein
yaitu sebesar 51 responden. Kandungan protein dalam bandeng cukup
tinggi yaitu sebesar 20 gram per 100 gram sehingga menjadikan bandeng
sangat mudah dicerna dan baik dikonsumsi oleh semua usia untuk
mencukupi kebutuhan protein hewani tubuh, menjaga dan memelihara
kesehatan serta mencegah penyakit akibat kekurangan zat gizi mikro.
Konsumen ikan bandeng segar yang dijadikan responden dalam
penelitian ini adalah responden yang melakukan pembelian di pasar
tradisional di Kabupaten Klaten. Dari hasil wawancara dengan responden
dapat diketahui bahwa alasan responden dalam melakukan pembelian ikan
bandeng segar di pasar tradisional sangat beragam. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 22 berikut ini:
Tabel 22. Alasan Pembelian Ikan Bandeng Segar di Pasar Tradisional oleh
Responden
No. Alasan Pembelian Jumlah
1. Murah 9
2. Produk masih segar 29
3. Bisa menawar 44
4. Dekat dengan rumah 18
5. Alasan lain -
Jumlah 100
Sumber: Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 22 sebagian besar alasan responden membeli
ikan bandeng segar di pasar tradisional karena di pasar tradisional bisa
menawar harga sehingga mendapat harga yang lebih murah dari harga
yang sebelumnya ditawarkan. Selain itu ikan bandeng segar yang ada di
pasar tradisional biasanya masih baru atau masih segar, karena ikan
bandeng tersebut didatangkan dari daerah asalnya yaitu Semarang pada
waktu dini hari sehingga produk masih segar ketika dijual kepada
konsumen.
2. Frekuensi Pembelian
Frekuensi pembelian suatu produk biasanya disesuaikan oleh
kebutuhan responden sehingga dalam setiap bulannya terjadi perbedaan
frekuensi pembelian. Frekuensi pembelian ikan bandeng segar adalah
sebagai berikut :
Tabel 23. Frekuensi Pembelian Ikan Bandeng Segar di Pasar Tradisional
oleh Responden
No. Frekuensi Pembelian Jumlah
1. Setiap hari -
2. Seminggu sekali 8
3. Dua minggu sekali 12
4. Sebulan sekali 30
5. Tidak tentu 50
Jumlah 100
Sumber: Analisis Data Primer
Tabel 23 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden di pasar
tradisional melakukan pembelian ikan bandeng segar tidak tentu. Hal ini
menunjukkan bahwa konsumen tidak terlalu sering atau hanya kadang-
kadang dalam mengkonsumsi ikan bandeng segar. Konsumen tidak
mempunyai jadwal khusus dalam melakukan pembelian ikan bandeng
segar, biasanya konsumen membeli tergantung pada kebutuhan dan
kesukaan keluarga. Konsumen yang membeli ikan bandeng segar tidak
tentu misalnya dalam sebulan sekali akan membeli satu kali atau sebulan 2
kali karena konsumen selalu melakukan variasi lauk pauk dalam menu
makanan dengan membeli jenis ikan yang lain seperti ikan lele atau ikan
nila atau sumber protein hewani lainnya seperti ayam dan telur.
3. Jumlah Pembelian
Tabel 24. Jumlah Pembelian Ikan Bandeng Segar di Pasar Tradisional oleh
Responden
No. Jumlah Pembelian Jumlah
1. 0,5 Kg 5
2. 1 Kg 32
3. 1,5 Kg 7
4. 2 Kg 33
5. 2,5 Kg -
6. 3 Kg 15
7. 3,5 Kg -
8. 4 Kg 7
Jumlah 100
Sumber: Analisis Data Primer
Tabel 24 di atas menunjukkan bahwa 33 responden di pasar
tradisional Kabupaten Klaten membeli ikan bandeng segar sebesar 2
Kilogram dan 32 responden membeli dalam jumlah 1 Kilogram. Jumlah
tersebut biasanya terdiri dari 3 – 4 ekor ikan (per Kilogram) bandeng
ukuran besar atau 5 - 7 ekor ikan (per Kilogram) bandeng ukuran sedang
yang sudah dapat mencukupi kebutuhan keluarga responden.
Kondisi tersebut dapat memberikan tambahan informasi kepada
produsen mengenai jenis ukuran atau besarnya ikan bandeng segar yang
diinginkan oleh konsumen, sehingga produsen atau pemasar dapat
memperkirakan banyaknya ikan bandeng segar berdasarkan ukuran yang
harus dijual ke pasaran sehingga persediaan ikan bandeng segar tidak
berlebihan maupun kekurangan.
C. Analisis Tingkat Kepentingan Konsumen Terhadap Atribut
Ikan Bandeng Segar
Pengambilan keputusan oleh konsumen dalam setiap pembelian
terhadap suatu produk akan mempertimbangkan atribut-atribut yang ada pada
setiap produk. Konsumen yang membeli ikan bandeng segar akan
mempertimbangkan atribut-atribut menurut kepentingannya. Atribut yang
melekat pada ikan badeng segar merupakan salah satu daya tarik bagi
konsumen pada saat membeli. Tingkat kepentingan konsumen terhadap atribut
produk ikan bandeng segar adalah sebagai berikut:
Tabel 25. Tingkat Kepentingan Konsumen Terhadap Atribut Ikan Bandeng
Segar
Atribut STP TP N PT SPT Total n Wi Rangking
[1] [2] [3] [4] [5]
Harga - 5 20 27 48 418 100 4,18 4
Ukuran ikan - 1 33 41 25 390 100 3,90 7
Keadaan mata - 1 44 36 19 411 100 4,11 5
Keadaan kulit - - 17 55 28 373 100 3,73 8
Kebersihan sisik - - 6 49 45 439 100 4,39 3
Keadaan daging - - 1 20 79 478 100 4,78 2
Aroma atau bau - - 1 12 87 484 100 4,84 1
Warna insang - 2 18 62 18 396 100 3,96 6
Sumber: Analisis Data Primer
Keterangan :
STP : sangat tidak penting
TP : tidak penting
N : netral
PT : penting
SPT : sangat penting
n : jumlah responden
Tabel 25 menunjukkan atribut yang pertama paling dipertimbangkan
oleh konsumen di pasar tradisional Kabupaten Klaten dalam proses
pengambilan keputusan pembelian ikan bandeng segar adalah aroma atau bau
ikan bandeng. Konsumen cenderung lebih memilih aroma atau bau ikan
bandeng sebagai pertimbangan pertama dibandingkan atribut-atribut yang lain,
karena aroma atau bau ikan dapat dirasakan secara langsung oleh indera
penciuman, bagaimana tingkat kesegaran bau ikan bandeng segar tersebut.
Biasanya konsumen cukup mencium aroma atau bau ikan tanpa perlu
memegang. Konsumen sangat mempertimbangkan waktu dalam melakukan
pembelian, sehingga konsumen lebih menyukai mencium aroma atau bau ikan
bandeng segar dibandingkan mempertimbangkan atribut-atribut ikan bandeng
segar yang lainnya. Atribut aroma atau bau merupakan atribut ikan bandeng
segar yang paling mudah dikenali konsumen tanpa harus memegangnya. Hal
ini disebabkan karena ikan bandeng yang masih segar mempunyai bau segar
dan amis yang lembut seperti bau rumput laut.
Atribut kedua yang dipertimbangkan oleh konsumen yaitu keadaan
daging ikan bandeng segar. Keadaan daging adalah karakteristik ikan bandeng
segar berdasarkan penampakan daging atau otot ikan bandeng yang melekat
pada tulang, kenyal dan elastis (bila ditekan dengan jari tidak tampak bekas
lekukan, padat dan melekat kuat pada tulang). Keadaan daging sangat
dipertimbangkan karena ikan bandeng yang dikonsumsi adalah dagingnya.
Apabila dagingnya sudah tidak kenyal dan bila ditekan terdapat bekas lekukan
berarti ikan bandeng tersebut sudah tidak segar lagi sehingga tidak sehat dan
tidak aman untuk dikonsumsi.
Atribut kebersihan sisik merupakan atribut ketiga yang
dipertimbangkan oleh konsumen dalam melakukan pembelian ikan bandeng
segar di pasar tradisional Kabupaten Klaten. Konsumen di pasar tradisional
juga mempertimbangkan kebersihan kulit sisik ikan bandeng segar, karena
apabila kebersihan kulit sisiknya baik atau bersih dan bebas dari kotoran atau
lumpur maka menandakan ikan bandeng tersebut masih segar sehingga baik
untuk dikonsumsi. Kebersihan sisik cukup berpengaruh terhadap rasa ikan
bandeng segar. Sebagian konsumen menganggap sisik ikan bandeng segar
yang bersih dari lumpur apabila digoreng akan memberikan rasa yang gurih
dan enak.
Atribut keempat yang dipertimbangkan konsumen di pasar tradisional
Kabupaten Klaten dalam melakukan pembelian ikan bandeng segar adalah
harga. Harga ikan bandeng segar masih relatif mahal yaitu berkisar
Rp 16.000,00 – Rp 18.000,00 per kilogram bila dibandingkan dengan sumber
protein lainnya seperti telur ayam. Namun sebagian besar konsumen di pasar
tradisional Kabupaten Klaten membeli ikan bandeng sesuai dengan kualitas
ikan bandeng segar tersebut. Konsumen berpatokan dengan istilah ono rego
ono rupo, walaupun masih dirasa mahal tapi sesuai yaitu dengan mendapat
ikan bandeng segar yang berkualitas baik.
Atribut selanjutnya dipertimbangkan oleh konsumen di pasar
tradisional Kabupaten Klaten dalam proses pengambilan keputusan pembelian
ikan bandeng segar adalah keadaan mata. Konsumen cenderung tidak terlalu
memperhatikan keadaan mata sebagai pertimbangan pembelian dibandingkan
atribut-atribut yang lain.
Warna Insang merupakan atribut keenam yang dipertimbangkan oleh
konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten. Biasanya konsumen enggan
memegang ikan bandeng segar hanya untuk melihat keadaan dan warna insang
ikan bandeng karena bagi konsumen bau ikan segar sudah cukup mewakili
kualitas ikan bandeng tersebut.
Atribut ukuran ikan merupakan atribut ketujuh yang dipertimbangkan
konsumen di pasar tradisional Kabupaten Klaten dalam melakukan pembelian
ikan bandeng segar. Atribut ini sangat dipengaruhi oleh bagaimana selera
konsumen tersebut. Konsumen memberikan atribut ukuran ikan di posisi yang
tidak terlalu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan pembelian ikan
bandeng segar, karena menurut konsumen atribut ukuran ikan lebih fleksibel
untuk dipertimbangkan yaitu sesuai dengan kebutuhan.
Atribut terakhir yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli ikan
bandeng segar adalah keadaan kulit. Atribut ini tidak terlalu dipertimbangkan
karena tertutup oleh sisik ikan yang terletak dibawah lapisan sisik sehingga
kurang bisa terlihat jelas oleh konsumen. Namun apabila sisik ikan sudah
bersih dan tidak terkoyak maka konsumen menganggap keadaan kulit ikan
juga masih baik dan melekat kuat pada daging ikan bandeng segar.
Berdasarkan hasil analisis tingkat kepentingan konsumen terhadap
atribut ikan bandeng segar secara keseluruhan dapat diketahui bahwa atribut
yang menempati urutan pertama atau yang paling dipertimbangkan konsumen
dalam membeli ikan bandeng segar di pasar tradisional Kabupaten Klaten
adalah atribut aroma atau bau. Selanjutnya urutan kedua adalah atribut
keadaan daging, urutan ketiga adalah atribut kebersihan sisik, urutan keempat
adalah atribut harga, urutan kelima adalah keadaan mata, urutan keenam
adalah warna insang, urutan ketujuh dan kedelapan adalah ukuran ikan dan
keadaan kulit.

D. Analisis Masing-masing Atribut Menurut Performansi Ideal


Konsumen Terhadap Ikan Bandeng Segar
Ikan bandeng termasuk salah satu sumber protein hewani dari laut
yang banyak dikonsumsi rumah tangga. Ikan bandeng segar dapat dijadikan
lauk pauk dan bisa diolah menjadi bebagai macam masakan. Kebanyakan ikan
bandeng segar yang dijual di pasar tradisional dalam keadaan tidak hidup dan
mempunyai banyak atribut yang dipertimbangkan konsumen. Setiap
konsumen mempunyai sifat ideal produk menurut keinginannya. Dari
penelitian ini didapat hasil mengenai performansi ideal konsumen dan
kepercayaan konsumen terhadap ikan bandeng segar yaitu sebagai berikut:
1. Harga
Konsumen mempunyai tipe idealnya tetapi kenyataannya harga
pada ikan bandeng segar relatif masih mahal sehingga terdapat
kesenjangan antara sifat ideal yang diinginkan konsumen dengan
kenyataan yang terdapat pada produk. Performansi ideal dan kepercayaan
konsumen terhadap atribut harga ikan bandeng segar adalah sebagai
berikut :
Tabel 26. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut
Harga Ikan Bandeng Segar
Kepercayaan Konsumen
Harga Ideal (Ii) [Ii-Xi]
(Xi)
5 32 4
4 49 17
3 19 38
2 - 38
1 - 3
n 100 100
Total 413 281
X 4,13 2,81 1,32
Sumber: Analisis Data Primer
Hasil analisis poin ideal atribut harga pada ikan bandeng segar
adalah sebesar 4,13 sedangkan kepercayaan konsumen terhadap produk
adalah sebesar 2,81. Hal ini berarti masih terdapat kesenjangan atau gap
sebesar 1,32, yang berarti bahwa atribut harga belum mendekati ideal
atau belum sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Konsumen menilai
harga ikan bandeng segar masih mahal untuk dikonsumsi. Harga ikan
bandeng segar berkisar antara Rp 16.000,00 - Rp 18.000,00 per Kg dirasa
konsumen masih mahal bila dibandingkan dengan protein hewani lainnya
seperti telur dengan harga Rp 13.000,00 - Rp 14.000.000,00.
2. Ukuran Ikan
Tabel 27. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut
Ukuran Ikan Bandeng Segar
Kepercayaan Konsumen
Ukuran ikan Ideal (Ii) [Ii-Xi]
(Xi)
5 12 -
4 52 39
3 36 52
2 - 9
1 - -
n 100 100
Total 376 330
x 3,76 3,30 0,46
Sumber: Analisis Data Primer
Poin ideal atribut ukuran ikan pada ikan bandeng segar
berdasarkan hasil analisis adalah sebesar 3,76 sedangkan kepercayaan
konsumen terhadap produk adalah sebesar 3,30. Hal ini berarti masih
terdapat kesenjangan atau gap sebesar 0,46, yang berarti bahwa atribut
ukuran ikan sudah mendekati ideal atau sesuai dengan yang diinginkan
konsumen karena kebanyakan konsumen ikan bandeng segar
menginginkan ukuran ikan besar. Untuk ukuran ikan bandeng segar,
konsumen di pasar tradisional Kabupaten Klaten lebih menyukai ukuran
yang besar yaitu yang per kilogramnya berisi 3 – 4 ekor ikan bandeng
segar. Konsumen menyukai ikan bandeng segar ukuran besar karena
mudah dalam membagi / memotong dagingnya menjadi beberapa bagian
(3 atau 4 potongan badan) pada waktu memasak dan cukup untuk semua
anggota keluarga.
3. Keadaan Mata
Tabel 28. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut
Keadaan Mata Ikan Bandeng Segar
Kepercayaan Konsumen
Keadaan Mata Ideal (Ii) [Ii-Xi]
(Xi)
5 19 4
4 49 34
3 32 57
2 - 5
1 -
n 100 100
Total 387 337
x 3,87 3,37 0,50
Sumber: Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 28 dapat diketahui bahwa point ideal atribut
keadaan mata pada ikan bandeng segar adalah sebesar 3,87 sedangkan
kepercayaan konsumen terhadap produk adalah sebesar 3,37. Hal ini
menunjukkan masih terdapat kesenjangan yaitu sebesar 0,50, yang berarti
bahwa atribut keadaan mata sudah mendekati ideal atau sesuai dengan
yang diinginkan konsumen.
Keadaan mata ikan bandeng segar yang ideal adalah menonjol dan
bersinar. Ikan bandeng segar dengan keadaan mata menonjol dan bersinar
disukai konsumen karena menandakan bahwa ikan bandeng tersebut
masih baru atau segar. Sedangkan ikan bandeng segar dengan keadaan
mata sedikit bersinar cerah dan datar bahkan tidak bersinar/berwarna
suram dan bola mata tenggelam kurang disukai konsumen, karena
konsumen ragu bahwa ikan bandeng tersebut masih baru atau sudah
mulai busuk.
4. Keadaan Kulit
Tabel 29. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut
Keadaan Kulit Ikan Bandeng Segar
Kepercayaan Konsumen
Keadaan Kulit Ideal (Ii) [Ii-Xi]
(Xi)
5 28 8
4 60 54
3 12 35
2 - 3
1 - -
n 100 100
Total 416 367
x 4,16 3,67 0,49
Sumber: Analisis Data Primer
Hasil analisis poin ideal atribut keadaan kulit pada ikan bandeng
segar adalah sebesar 4,16 sedangkan kepercayaan konsumen terhadap
produk adalah sebesar 3,67. Hal ini berarti masih terdapat kesenjangan
atau gap sebesar 0,49. Walaupun terdapat kesenjangan atau gapnya
sebesar 0,49, atribut keadaan kulit sudah mendekati ideal atau sesuai
dengan yang diinginkan konsumen. Konsumen menilai kedaan kulit ikan
bandeng segar sudah memenuhi keinginan konsumen, hal ini ditunjukkan
dengan ikan bandeng segar yang dijual di pasar tradisional Kabupaten
Klaten banyak yang sudah mempunyai ciri kulit ikan bandeng segar yaitu
berwarna terang dan melekat kuat pada daging.
Perlakuan pedagang akan mempengaruhi keadaan kulit ikan
bandeng segar. Pada saat berjualan pedagang masih ada yang meletakkan
ikan bandeng dengan berantakan di ember, menumpuk ikan terlalu
banyak sehingga menyebabkan kulit ikan tergores atau robek karena
bergesekkan satu sama lain. Hal ini akan mempengaruhi konsumen dalam
membeli ikan bandeng segar karena keadaan kulitnya sudah tidak sesuai
dengan keinginan konsumen.
5. Kebersihan Sisik
Tabel 30. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut
Kebersihan Sisik Ikan Bandeng Segar
Kepercayaan Konsumen
Kebersihan Sisik Ideal (Ii) [Ii-Xi]
(Xi)
5 40 19
4 56 73
3 4 6
2 - 2
1 - -
n 100 100
Total 456 409
X 4,56 4,09 0,47
Sumber: Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 30 dapat diketahui bahwa point ideal atribut
kebersihan sisik pada ikan bandeng segar adalah sebesar 4,56 sedangkan
kepercayaan konsumen terhadap produk adalah sebesar 4,09. Hal ini
menunjukkan terdapat kesenjangan yaitu sebesar 0,47 yang berarti bahwa
atribut kebersihan sisik sudah mendekati ideal atau sesuai dengan yang
diinginkan konsumen. Konsumen menilai kebersihan sisik ikan bandeng
segar sudah memenuhi keinginan konsumen.
Kebersihan sisik yang ideal menurut konsumen adalah bersih
bebas dari kotoran seperti lumpur, karena biasanya ada sedikit lumpur
yang terbawa pada saat ikan bandeng dipanen dari tambak. Hal ini dapat
ditunjukkan jika ada warna kuning (kadang tipis) disamping tubuh ikan
pada kedua sisi, memanjang dari arah penutup insang sampai dengan
bagian ujung dekat ekor, biasanya ikan bandeng tersebut masih terdapat
dan berbau lumpur. Selain bebas dari kotoran, ikan bandeng yang segar
mempunyai sisik berwarna cemerlang terang (jika terkena cahaya akan
berkilau seperti ada warna pelangi) dan belum pudar, sisik melekat kuat
dan tidak terlepas dari kulit. Dengan kebersihan kulit sisik ikan bandeng
tersebut, konsumen tidak akan ragu membeli karena menurut konsumen
salah satu ciri ikan bandeng segar tanpa bahan pengawet adalah
mempunyai kondisi sisik yang bersih dan warnanya yang cemerlang.
Sekarang ini muncul isu adanya penggunaan senyawa kimia seperti
formalin pada bahan makanan termasuk juga pada ikan. Ciri ikan yang
mengandung formalin yaitu kulit sisiknya bersih seperti ikan segar, tetapi
warnanya pucat atau tidak cemerlang seperti pada ikan segar.
6. Keadaan Daging
Tabel 31. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut
Keadaan Daging Ikan Bandeng Segar
Kepercayaan Konsumen
Keadaan Daging Ideal (Ii) [Ii-Xi]
(Xi)
5 59 30
4 36 57
3 5 12
2 1
1 -
n 100 100
Total 454 416
X 4,54 4,16 0,38
Sumber: Analisis Data Primer
Poin ideal atribut keadaan daging pada ikan bandeng segar
berdasarkan hasil analisis adalah sebesar 4,54 sedangkan kepercayaan
konsumen terhadap produk adalah sebesar 4,16 Hal ini berarti masih
terdapat kesenjangan atau gap sebesar 0,38. Namun angka ini mendekati
nol yang berarti bahwa atribut keadaan daging pada ikan bandeng segar
sudah mendekati ideal atau sesuai dengan yang diinginkan konsumen.
Konsumen ikan bandeng segar menginginkan atribut keadaan daging
yang ideal adalah yang kenyal dan elastis (bila ditekan dengan jari tidak
tampak bekas lekukan), padat dan melekat kuat pada tulang.
Namun beberapa konsumen masih menemukan ikan bandeng
segar yang keadaan dagingnya tidak sesuai dengan keinginan mereka
seperti tidak kenyal (bila ditekan dengan jari tampak bekas lekukan),
lembek dan mudah terlepas dari tulang, hal ini terjadi karena kurangnya
pendinginan ketika dijual sehingga ikan mudah busuk.
7. Aroma atau Bau
Tabel 32. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut
Aroma atau Bau Ikan Bandeng Segar
Aroma atau Bau Ideal (Ii) Kepercayaan Konsumen (Xi) [Ii-Xi]
5 77 51
4 18 34
3 5 13
2 - 2
1 - -
n 100 100
Total 472 434
X 4,72 4,34 0,38
Sumber: Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 32 dapat diketahui bahwa point ideal atribut
aroma atau bau pada ikan bandeng segar adalah sebesar 4,72 sedangkan
kepercayaan konsumen terhadap produk adalah sebesar 4,34. Hal ini
menunjukkan terdapat kesenjangan yaitu sebesar 0,38 yang berarti bahwa
atribut aroma atau bau sudah mendekati ideal atau sesuai dengan yang
diinginkan konsumen. Konsumen menilai aroma atau bau ikan bandeng
segar sudah memenuhi keinginan konsumen. Aroma atau bau yang ideal
menurut konsumen adalah spesifik menurut jenisnya (ikan bandeng) dan
segar sedikit berbau amis yang lembut.seperti bau rumput laut dan tidak
mengandung bau-bau asing yang menyengat, seperti bau busuk dan bau
formalin. Di pasaran sudah banyak ditemukan penggunaan formalin pada
ikan khususnya ikan segar. Penggunaan formalin pada ikan segar akan
menghilangkan bau segar dan amis pada ikan segar, karena yang tercium
adalah bau menyegat dari formalin.
8. Warna Insang
Tabel 33. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut
Warna Insang Ikan Bandeng Segar
Kepercayaan Konsumen
Warna Insang Ideal (Ii) [Ii-Xi]
(Xi)
5 31 13
4 54 50
3 15 35
2 - 2
1 - -
n 100 100
Total 416 380
X 4,16 3,80 0,36
Sumber: Analisis Data Primer
Poin ideal atribut warna insang pada ikan bandeng segar
berdasarkan hasil analisis adalah sebesar 4,16 sedangkan kepercayaan
konsumen terhadap produk adalah sebesar 3,80. Hal ini berarti masih
terdapat kesenjangan atau gap sebesar 0,36. Kesenjangan atau gapnya
mendekati angka nol yang berarti bahwa atribut warna insang insang pada
ikan bandeng segar sudah mendekati ideal atau sesuai dengan yang
diinginkan konsumen. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya ikan
bandeng segar yang dijual di pasar tradisional Kabupaten Klaten
mempunyai warna insang merah terang.
Warna insang ikan bandeng segar yang ideal menurut konsumen
adalah warnanya merah sampai merah terang. Namun terkadang ada
konsumen yang kurang memperhatikan kondisi dan warna insang ikan
bandeng segar, konsumen enggan membuka katup insang karena tidak
mau mengotori tangan. Dengan tindakan konsumen yang seperti itu
memungkinkan konsumen membeli ikan bandeng segar yang tidak segar
lagi atau bahkan sudah beri pengawet kimia. Ikan bandeng segar yang
diberi pengawet kimia (formalin) biasanya insangnya berwarna merah
pucat.
E. Analisis Kualitas Ideal Konsumen Terhadap Ikan Bandeng
Segar
Analisis kualitas ideal terhadap suatu produk digunakan untuk
mengukur sejauh mana kesenjangan atau gap antara performansi ideal atau
sifat ideal yang diinginkan oleh konsumen dengan kenyataan yang ada pada
suatu produk. Analisis kualitas ideal akan menunjukkan apakah atribut yang
melekat pada ikan bandeng segar sudah sesuai atau belum dengan yang
diinginkan konsumen. Analisis kualitas ideal ikan bandeng segar dapat dilihat
pada Tabel 34 sebagai berikut :
Tabel 34. Kualitas Ideal Konsumen Terhadap Ikan Bandeng Segar
Atribut Ideal (Ii) Kepercayaan Konsumen (Xi) |Ii-Xi|
Harga 4,13 2,81 1,32
Ukuran Ikan 3,76 3,30 0,46
Keadaan Mata 3,87 3,37 0,50
Keadaan Kulit 4,16 3,67 0,49
Kebersihan Sisik 4,56 4,09 0,47
Keadaan Daging 4,54 4,16 0,38
Aroma atau Bau 4,72 4,43 0,38
Warna Insang 4,16 3,80 0,36
Sumber: Analisis Data Primer
Berdasarkan hasil analisis kualitas ideal terhadap ikan bandeng segar
dapat diketahui atribut-atribut ikan bandeng segar yang sudah atau belum
memenuhi sifat ideal menurut konsumen. Atribut ikan bandeng segar yang
paling memenuhi sifat ideal menurut konsumen adalah atribut warna insang.
Selanjutnya berturut-turut adalah atribut aroma atau bau, keadaan daging,
ukuran ikan, kebersihan sisik, keadaan kulit, keadaan mata dan atribut harga.
Atribut warna insang pada ikan bandeng segar merupakan atribut yang
paling memenuhi sifat ideal menurut konsumen. Hal ini ditunjukkan dengan
selisih poin antara sifat ideal yang diinginkan konsumen dengan kenyataan
pada atribut warna insang paling kecil diantara atribut yang lain yaitu sebesar
0,36 yang berarti bahwa atribut warna insang pada ikan bandeng segar sudah
sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen. Menurut konsumen ikan
bandeng segar yang dijual di pasar tradisional Kabupaten Klaten sebagian
besar mempunyai warna insang yang merah segar yang merupakan ciri ikan
bandeng masih segar.
Atribut yang kedua dan ketiga yang memenuhi sifat ideal menurut
konsumen yaitu atribut aroma atau bau dan keadaan daging. Selisih poin
antara sifat ideal dan kenyataan pada produk menurut konsumen untuk kedua
atribut yaitu sebesar 0,38. Hal ini menunjukkan bahwa atribut aroma atau bau
dan keadaan daging sudah sesuai dengan keinginan konsumen. Konsumen
berpendapat aroma atau bau ikan bandeng yang dijual di pasar tradisional
Kabupaten Klaten mempunyai bau yang masih segar (amis) dan keadaan
dagingnya elastis atau kenyal dan masih utuh.
Atribut ukuran ikan menempati urutan keempat yang mempunyai
selisih poin antara sifat ideal dan kenyataan pada produk menurut konsumen
sebesar 0,46 yang berarti atribut ikan bandeng segar sudah sesuai dengan apa
yang diinginkan konsumen. Kebanyakan konsumen ikan bandeng segar
menginginkan ukuran ikan besar. Untuk ukuran ikan bandeng segar,
konsumen di pasar tradisional Kabupaten Klaten lebih menyukai ukuran yang
besar yaitu yang per kilogramnya berisi 3 - 4 ekor ikan bandeng segar.
Konsumen menyukai ikan bandeng segar ukuran besar karena mudah dalam
memotong dalam mengolahnya dan mempunyai daging yang banyak dan
tebal.
Atribut selanjutnya yang memenuhi ideal adalah atribut kebersihan
sisik. Selisih nilai antara performansi ideal dan kenyataan produk menurut
konsumen adalah sebesar 0,47. Hal ini dapat diketahui bahwa atribut
kebersihan sisik pada ikan bandeng segar sudah sesuai dengan keinginan
konsumen. Menurut konsumen, kebersihan sisik ikan bandeng yang ideal
adalah sisik yang bersih dan bebas dari kotoran, warna cemerlang/terang atau
belum pudar, sisik melekat kuat dan tidak sobek.
Atribut pada urutan keenam yang telah memenuhi sifat ideal menurut
konsumen pada ikan bandeng segar adalah atribut keadaan kulit. Atribut
keadaan kulit memiliki selisih nilai antara sifat ideal dengan kenyataan pada
produk sebesar 0,49. Hal ini menunjukkan bahwa atribut keadaan kulit sudah
sesuai dengan keinginan konsumen. Menurut konsumen, sifat ideal atribut
keadaan kulit ikan bandeng segar adalah warna kulit terang dan jernih dan
masih kuat membungkus tubuh.
Atribut keadaan mata mempunyai selisih poin antara apa yang
diinginkan konsumen dengan kenyataan pada produk adalah sebesar 0,50.
Atribut keadaan mata menempati urutan ketujuh dan sudah memenuhi sifat
ideal menurut konsumen. Keadaan mata yang ideal menurut konsumen ikan
bandeng segar adalah bersinar cerah/terang dan menonjol dan ikan bandeng
segar yang dijual di pasar tradisional Kabupaten Klaten sebagian besar
mempunyai keadaan mata bersinar cerah atau terang dan bola mata menonjol.
Atribut harga merupakan atribut terakhir dan belum memenuhi sifat
ideal konsumen. Atribut harga memiliki selisih nilai antara apa yang
diharapkan konsumen dengan kenyataan yang ada pada produk sebesar 1,32.
Selisih nilai antara sifat ideal konsumen dengan kenyataan produk cukup besar
sehingga atribut harga cukup dipertimbangkan oleh konsumen dalam
mengkonsumsi ikan bandeng segar. Harga ikan bandeng segar di pasar
tradisional Kabupaten Klaten berkisar Rp 16.000,00 – Rp 18.000,00 per Kg.
Menurut konsumen, atribut harga ini belum memenuhi sifat ideal karena
masih relatif mahal. Namun konsumen juga memperhatikan kualitas ikan
bandeng segar yang baik maka harga tidak menjadi masalah, bagi konsumen
ono rego ono rupo.
Hasil penelitian dan analisis di atas sudah sesuai dengan hipotesis
pertama penelitian ini yaitu atribut-atribut yang ada pada ikan bandeng segar
sudah memenuhi sifat ideal menurut konsumen. Walaupun atribut harga
belum memenuhi sifat ideal menurut konsumen, karena harga ikan bandeng
segar masih relatif mahal bagi konsumen yaitu Rp 16.000,00 – Rp 18.000,00.
Oleh karena itu dengan harga yang relatif mahal kualitas ikan bandeng segar
konsumen menginginkan ikan bandeng segar dengan kualitas yang baik.
Namun secara keseluruhan atribut-atribut ikan bandeng segar sudah
memenuhi sifat ideal konsumen.
F. Analisis Sikap Konsumen terhadap Ikan Bandeng Segar
Ikan bandeng termasuk salah satu sumber protein hewani dari laut
yang banyak dikonsumsi rumah tangga. Ikan bandeng dapat dijadikan lauk
pauk dan bisa diolah menjadi bebagai macam masakan. Ikan bandeng
memiliki nilai protein hewani yang lebih tinggi yaitu sebesar 20 % dibanding
dengan protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sehingga bandeng sangat
mudah dicerna dan baik dikonsumsi oleh semua usia untuk mencukupi
kebutuhan protein tubuh, menjaga dan memelihara kesehatan serta mencegah
penyakit akibat kekurangan zat gizi mikro.
Ikan bandeng yang dipasarkan di pasar tradisional di Kabupaten
Klaten adalah ikan bandeng segar yang mempunyai berbagai macam atribut
yang perlu dipertimbangkan konsumen sebelum melakukan pembelian.
Atribut-atribut tersebut meliputi atribut harga, ukuran ikan, keadaan mata,
keadaan kulit, kebersihan sisik, keadaan daging, aroma atau bau dan warna
insang. Atribut-atribut tersebut kemudian dievaluasi dan akan menjadi
pertimbangan konsumen dalam membeli ikan bandeng segar, sehingga dapat
mencerminkan sikap konsumen terhadap ikan bandeng segar.
Seorang produsen ataupun pemasar harus dapat mengetahui bagaimana
selera konsumen yang tercermin dari perilaku konsumen, khususnya sikap
konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan dan
perilaku. Sikap biasanya memainkan peranan utama dalam membentuk
perilaku. Setiap konsumen memiliki produk ideal bagi dirinya. Ditinjau dari
sikap, semakin dekat sebuah produk ke poin ideal, semakin baik posisinya.
Dengan mengetahui sikap konsumen, sangat penting bagi produsen untuk
memenuhi selera konsumen akan ikan bandeng segar yang diinginkan
sehingga dapat memberikan keuntungan bagi produsen dan pemasar.
Tabel 35. Sikap Konsumen Terhadap Ikan Bandeng Segar
Tingkat Kepentingan
Atribut /Ii – Xi/ Wi/Ii – Xi/
(Wi)
Harga 4,18 1,32 5,5176
Ukuran Ikan 3,90 0,46 1,7940
Keadaan Mata 4,11 0,50 2,0550
Keadaan Kulit 3,73 0,49 1,8277
Kebersihan 0,47 2,0633
Sisik 4,39
Keadaan 0,38 1,8164
Daging 4,78
Aroma atau Bau 4,84 0,38 1,8392
Warna Insang 3,96 0,36 1,4256
Sikap (Ab) 18,3388
Sumber: Analisis Data Primer
Kriteria sikap konsumen terhadap ikan bandeng segar dinilai dengan
menggunakan skala linear numerik, yaitu:
0 £ Ab < 22,09958 : sangat baik
22,09958 £ Ab < 44,19916 : baik
44,19916 £ Ab < 66,29874 : netral
66,29874 £ Ab < 88,39832 : buruk
88,39832 £ Ab < 110,4979 : sangat buruk
Berdasarkan Tabel 35 maka analisis di atas dapat diketahui bahwa skor
dari skala numerik sikap konsumen terhadap ikan bandeng segar sebesar
18,3388. Artinya ikan bandeng mendapatkan sikap sangat baik dari
konsumen. Namun hasil penelitian berbeda dengan hipotesis kedua dalam
penelitian ini karena pada hipotesis kedua penelitian sikap konsumen terhadap
ikan bandeng segar adalah baik sedangkan pada hasil penelitian sikap
konsumen terhadap ikan bandeng segar adalah sangat baik. Hal ini
menunjukkan bahwa secara keseluruhan atribut-atribut yang melekat pada
ikan bandeng segar sudah memenuhi sifat ideal sesuai dengan keinginan
konsumen, selain ditunjukkan dengan perilaku beli konsumen yang
mengkonsumsi ikan bandeng segar, konsumen juga mendapatkan berbagai
manfaat saat mengkonsumsi, seperti kandungan protein yang cukup tinggi
yang terkandung dalam daging ikan bandeng segar dan baik untuk kesehatan
jika dikonsumsi dalam jumlah banyak karena mengandung asam lemak
omega-3 yang bersifat hipokolesterolemik yang dapat menurunkan kadar
kolesterol darah.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian dan analisis yang
dilakukan mengenai Sikap Konsumen Pasar Tradisional terhadap Ikan
Bandeng Segar di Kabupaten Klaten adalah sebagai berikut:
1. Atribut-atribut pada ikan bandeng segar secara berurutan mulai dari
yang paling memenuhi sifat ideal menurut konsumen adalah atribut
warna insang, aroma atau bau, keadaan daging, ukuran ikan, kebersihan
sisik, keadaan kulit, keadaan mata, dan harga.
2. Sikap konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten terhadap ikan
bandeng segar adalah sangat baik, hal ini karena secara keseluruhan atribut-
atribut pada ikan bandeng segar sudah memenuhi sifat ideal menurut
konsumen.

B. Saran
1. Sebaiknya para pedagang atau pemasar tetap menjaga kualitas dan
kesegaran ikan bandeng segar dengan melakukan pendinginan ikan
bandeng segar menggunakan es atau air yang bersih ketika berjualan.
2. Sebaiknya pedagang atau pemasar ikan bandeng segar di pasar
tradisional Kabupaten Klaten lebih memperhatikan atribut-atribut yang
dipertimbangkan oleh konsumen yaitu terutama aroma atau bau, keadaan
daging dan kebersihan sisik ikan bandeng segar.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Kekuatan Pasar Tradisional. http://pikiran-rakyat.com/cetak.


Diakses tanggal 27 Desember 2009.
. 2007. Indikator Makro Sosial Budaya Kabupaten Pandeglang 2007.
http://www.pandeglang.go.id/ipm2007. Diakses tanggal 26 Mei 2010.
. 2010. Pasar. http://id.wikipedia.org/wiki/pasar. Diakses tanggal 24
Januari 2010.
Bank Indonesia. 2010. Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK): Usaha
Pemindangan Ikan. http://www.bi.go.id/web.id/statistik. Diakses
tanggal 04 Februari 2010.

BPS Kabupaten Klaten. 2004. Klaten dalam Angka Tahun 2004. BPS Klaten.
. 2005. Klaten dalam Angka Tahun 2005. BPS Klaten.
. 2006. Klaten dalam Angka Tahun 2006. BPS Klaten.
. 2007. Klaten dalam Angka Tahun 2007. BPS Klaten.
. 2008. Klaten dalam Angka Tahun 2008. BPS Klaten.
Budiyati, Y.I.S. 2004. Sikap Konsumen dalam Pengambilan Keputusan Membeli
Produk Kunyit Putih di Kota Yogyakarta. Skripsi S1 Fakultas Pertanian
UNS. Surakarta.
Departemen Kelautan dan Perikanan RI, 2006. Sambutan Menteri Kelautan dan
Perikanan pada Acara Pengukuhan Forum Peningkatan Konsumsi Ikan
Nasional (FORIKAN)Indonesia. Dalam http://www.dkp.go.id/content.
Diakses tanggal 4 Juli 2010.
Dharmmesta, B.S dan T. Hani Handoko. 1997. Manajemen Pemasaran Analisis
Perilaku Konsumen. BPFE UGM. Yogyakarta.
Dinas Pengelolaan Pasar Kota Klaten. 2007. Mengenal Pasar Tradisonal Klaten.
Klaten
Djarwanto, P. dan S. Pangestu. 1994. Statistik Induktif Edisi Keempat. BPFE
UGM. Yogyakarta.
Durianto, D. Sugiarto dan Tony Sitinjak. 2001. Strategi Menaklukkan Pasar
Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Junianto. 2007. Kiat Memilih Ikan Segar dan Produk Olahannya. Dalam
http://www.pikiran-rakyat.com/berita/cetak. Diakses tanggal 24 Januari
2010.
Khotimah, K. 2006. Teknik Pengolahan Ikan Bandeng Segar tanpa Duri di
Malang. http://www.digilib.go.id/go.php. Diakses tanggal 24 Januari
2010.
Kilamanca, C.M. 2008. Sikap Konsumen Pasar Swalayan Terhadap Produk Susu
Kedelai di Surakarta. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta
Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi,
dan Kontrol. Erlangga. Jakarta.
. 1999. Marketing Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
. 2000. Manajemen Pemasaran di Indonesia: Analisis, Perencanaan,
Implementasi dan Pengendalian. Salemba Empat. Jakarta.
Lamb, W. C, Joseph F. Hair dan Carl M. 2000. Pemasaran Buku 1. PT. Salemba
Emba Patria. Jakarta.
Mowen, J. dan M. Minor. 2002. Perilaku Konsumen Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Mudjiman, A. 1991. Budidaya Bandeng di Tambak. Penebar Swadaya. Jakarta.
Murtidjo. 2002. Budidaya dan Pembenihan Bandeng. Kanisius. Yogyakarta.
Olson dan Peter. 1999. Consumer Behaviour Edisi IV. PT. Indeks Kelompok
Gramedia. Jakarta
Prasetidjo, R dan John. 2005. Perilaku Konsumen. Andi Offset. Yogyakarta.

Purnomowati, I. Diana Hidayati dan Cahyo Saparinto. 2007. Ragam Olahan

Bandeng. Kanisius. Yogyakarta.

Rismawati, W. 2007. Sikap Konsumen Pasar Modern Terhadap Sayuran Organik


di Kota Surakarta. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.
Saptoaji, S. 2007. Mengenal Pasar Tradisional Kabupaten Klaten. Dinas
Pengelolaan Pasar. Klaten.
Saragih, R. 2009. Analisis Pengaruh Angka Beban Tanggungan Hidup dan
Jumlah Rekening Tabungan Terhadap Perilaku Masyarakat di Sumatera
Utara. http://www.usu.ac.id/usu/repository. Diakses tanggal 26 Mei
2010.
Simamora, B. 2003. Membongkar Kotak Hitam Konsumen. PT. Gramedia
Pustaka. Jakarta.
. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka.
Jakarta.
Singarimbun, M dan S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta.
Sularto, L. 2004. Pengaruh Privasi, Kepercayaan dan Pengalaman Terhadap Niat
Beli Konsumen Melalui Internet. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. (3) 9.
Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen. Teori dan Aplikasinya. Ghalia
Indonesia. Jakarta.
Supriyati, Saptana Dan Sumedi. 2001. Dinamika Ketenagakerjaan Dan
Penyerapan Tenaga Kerja Di Pedesaan Jawa (Kasus Di Propinsi Jawa
Barat, Jawa Tengah Dan Jawa Timur). Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
Surakhmad, W. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode dan Teknik.
Penerbit Tarsito. Bandung.
Terangi. 2010. Terumbu Karang Indonesia. http://www.terangi.or.id. Diakses
tanggal 04 Februari 2010.
Watiningrum, F. 2005. Pemetaan Hirarki Pusat Transportasi di Kabupaten
Klaten. http://www.unes.ac.id/unes/repository Diakses pada tanggal 26
Mei 20010.
Wijayanto, A. 2007. Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Ikan Bandeng
(Chanos chanos) Segar Di Pasar Tradisional Kota Surakarta. Skripsi S1
Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.
Wikipedia. 2009. Bandeng. http://id.wikipedia.org/wiki/bandeng. Diakses tanggal
12 Oktober 2009.
Yatyoga, D.F. 2007. Analisis Minat Masyarakat terhadap Lembaga Pendidikan
Bahasa EF English First. http://www.yatyog07.blogspot. Diakses pada
tanggal 20 Maret 2010
Yuswohady. 2006. Menyasar Pasar Ibu Rumah Tangga. Dalam
http://www.republika.co.id/. Diakses tanggal 20 April 2010.

Anda mungkin juga menyukai