Anda di halaman 1dari 5

HASIL KEPUTUSAN SILATNAS

LIGA MUSLIM INDONESIA


BOGOR, 09–10 JANUARI 2011

PROGRAM STRATEGIS NASIONAL


Dalam Rangka Mewujudkan
LIGA MUSLIM INDONESIA Tahun 2011 – 2016
Sebagai Organisasi Publik Profesional dan Berpengaruh
Berbasis Kinerja Dakwah Kemanusiaan,
Kebudayaan, dan Pemberdayaan
Mukadimah
Satu dasa warsa sudah jama’ah ini berupaya hadir ke pentas sejarah. Bekerja keras
menapaki cita cita, menyusuri jalan sarat halang rintang. Berupaya bertahan dalam segala
keterbatasan. Memelihara semangat dalam keterasingan. Menjaga pemikiran dalam derasnya
godaan. Sungguh kesemuanya telah kita jalani sebagai pribadi pribadi. Namun sebagai komunitas
atau jama’ah sesungguhnya kita telah melalaikan banyak hal sehingga perlu kiranya melakukan
otokritik atas segala landasan dan alasan kebersamaan Kita sebagai satu jiwa dan satu tubuh.
1. Masihkah Kita Satu Keyakinan?
2. Masihkan Kita Satu Tujuan?
3. Masihkah Kita Satu Pandangan?
4. Masihkah Kita Satu Perjuangan?
5. Masihkah Kita Satu Haluan?

Kelima hal terbut di atas merupakan prasyarat dari terwujudnya satu tubuh dan satu jiwa
dari sebuah wadah kebersamaan. Jikalah telah memudar salahsatunya, berarti kita tak lagi memiliki
alasan kuat untuk menjaga keberlangsungan dan keutuhan organisasi.

Masihkah Kita Satu Keyakinan?


Pada masa awal kebangunan kesadaran keagamaan yang direproduksi oleh Sabiqunal
Awwalun LMI, melalui ragam halaqah dan kegiatan training kita diintroduksi dengan serangkaian
doktrin dasar keagamaan yang menjadi pembuka pintu cakrawala. Kita digugah untuk memiliki
keyakinan yang utuh terhadap kesempurnaan Islam dan keparipurnaan Tawhid. Islam sebagai
totalias dan sistem paling sempurna yang dapat menata kehidupan personal maupun komunal. Dan
doktrin Tawhid uluhiyyah, rubbubiyah serta mulkiyyah yang menjadi sumber dan landasan
kemanusiaan yang mampu menghantarkan kita menuju kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.
Dengan demikian, patut kiranya kita pertanyakan kembali, Masihkah Kita Satu keyakinan
Islam dan Satu Keyakinan Tawhid yang sama? Masihkah Kita Saudara dalam Satu Keyakinan?

Masihkah Kita Satu Tujuan?


Dalam sebuah perhimpunan, kesamaan tujuan secara mutlak adalah perakat dari setiap
langkah kebersamaan. Kita telah menyadari, menyepakati dan bahkan mengukuhkannya melalui
ritus sakral bay’ah atas suatu tujuan mulia. Tujuan menegakan Islam dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara di republik ini. Tujuan mengangkat martabat ummat menuju puncak kemuliaanya dan
keemasan peradabannya. Ambisi ambisi ini tentulah bukan mimpi, bukan pula angan angan namun
kewajiban dan konsekuensi atas keyakinan. Oleh karenanya, tujuan tujuan ini diformalisasikan
sebagai tujuan organisasi LMI.
Dengan demikian, patut pulanya kita renungkan kembali, Masihkan Kita Satu Tujuan?
Masihkah Kita Saudara dalam Arah dan Tujuan?

Masihkah Kita Satu Pandangan?


Indera kita merupakan anugerah Ilahi yang luar biasa. Adalah alat menatap dan
menncandera fakta serta menelanjangi situasi hingga menghasilkan sejumlah persepsi. Hati Kita
yang telah diinspirasi kesadaran Ilahi juga merupakan mata yang tak kalah tajam dari kejernihan
inteleksi kita. Berbekal ketajaman analisis dan kedalaman penghayatan intuisional, Kita telah
memiliki persepsi bersama atas kerangka situasi yang ada. Tentang kondisi objektif republik ini
sehingga terpetakan sedemikian rupa sebagai pedoman menata arah Kita ke depan. Kita berpersepsi
bahwa Tata Peradaban Bangsa ini telah mengalami disorientasi yang fatal. Kita berpersepsi bahwa
Republik ini telah menjauh dari sejarah awal pendiriannya. Bahwa bangsa ini tengah mengalami
faset jahily yang harus segera dikoreksi secara serius dan sistematis.
Jikalah demikian, seyogyanyalah kita kaji kembali persepsi bersama kita, apakah kita masih
satu Pandangan atas situasi dan kondisi di sekitar Kita?

Masihkah Kita Satu Perjuangan?


Perjuangan adalah amal usaha bersama untuk mencapai suatu tujuan. Serangkaian ikhtiar
sistematis, terorganisir dan terpimpin guna meraih sasaran sasaran tertentu. Oleh karenanya, harus
kembali kita renungkah apakah hari ini kita memiliki amal usaha bersama atau program kolektif yang
menunujukan kita masih dalam satu ikatan perjuangan? Adakah berbagai kegiatan terkordinasi yang
kita jalankan? Jika tidak, berarti sesungguhnya Kita tidak dalam suatu perjuangan yang hakiki.
Perjuangan adalah usaha secara bersama, dan atau kerjasama yang direncanakan, dikelola, dan
dievaluasi secara kolektif sesuai tingkat kewenangan dan gugus fungsinya.
Dengan demikian, adalah kemestian bagi kita untuk mengidentifikasi secara jujur, apakah
kita masih satu perjuangan?

Masihkah Kita Satu Haluan?


Serangkaian keyakinan, tujuan, pandangan, dan amal perjuangan yang sama meniscayakan
satu haluan yang sama. Yakni fokus dan konsentrasi khas yang secara kolektif dijalankan dalam
kurun waktu tertentu. Dalam konteks LMI, secara normatif merupakan alat legal konstitusional dan
bersifat terbuka dalam rangka mencapai tujuan tujuan tsawrah. Artinya secara intrinsik LMI
berupaya mencapai tujuan tujuan organisasinya dengan jalan beradaptasi, berkompetisi maupun
beraliansi dengan unsur unsur kemasyarakatan lainnya. Ini merupakan konsekuensi pembentukan
dan pengembangan ideologi berbasis organisasi legal formal. Dalam haluan gerak inilah, tuntutan
untuk membangun dinamika dalam ruang publik menjadi prasyarat eksistensinya.
Jika bersepakat dalam format haluan gerak seperti itu, maka layaklah diintrospeksi masihkah
Kita berada dalam satu haluan yang sama?

LMI; DIBUBARKAN ATAU DITATA ULANG?


Dari sejumlah pertanyaan di atas, jika kemudian menghasilkan jawaban TIDAK maka LMI
dipastikan tedak memiliki harapan untuk eksis. Nasibnya akan terhenti ditepian sejarah. Dibiarkan
dan dibubarkan secara tragis dengan menyisakan tragedi dan dosa sejarah yang akan
dipertanggungjawabkan kelak oleh kita semua.
Namun jika pertanyaan pertanyaan di atas masih menyisakan sejumlah orang yang memiliki
jawaban afirmatif YA yang sama maka tak berlebihan kira untuk untuk merevitalisasi atau menata
ulang organisasi. Sebuah kerja besar yang menuntut kesabaran tapi tidak mustahil dilakukan.
Semuanya harus bertolak dari evaluasi yang jernih dan objektif untuk kemudian ditindaklanjuti dari
langkah langkah yang paling realistis. Adalah serangkaian prioritas kerja yang mesti dilaksanakan:
1. Mengukuhan kembali fondasi spiritualitas Gerakan sebagai sumber energy perjuangan
melalui pengarus-utamaan norma dan etika yang bersifat transcendental (ke-Ilahiyan)
dalam kehidupan Jama’ah maupun Pimpinan Organisasi.
2. Menetapkan fokus konsentrasi dan program aksi LMI untuk lima tahun ke depan secara
realistis dan terukur.
3. Menata potensi sumberdaya manusia organisasi di seluruh tingkatan dan daerah.
4. Menata potensi sumberdaya keuangan dan asset organisasi sehingga tertata dalam
sistem perbendaharaan organisasi yang transparan dan akuntable.
5. Menata ulang perangkat konseptual organisasi dari mulai sistem tata laksana kerja
hingga tata aturannya.
6. Mengembangkan sistem pengorganisasian berbasis teknologi digital sebagai alternatif
pengembangan organisasi yang efisien.
7. Menata ulang aktivitas reguler serta sarana dan prasarana organisasi sehingga
memenuhi standard organisasi publik yang profesional dan representatif.
8. Menghidupkan kembali tradisi rekruitment, pengkaderan, dan kependidikan ummat
sebagai jantung eksistensi organisasi.

1. Mengukuhan kembali fondasi spiritualitas Gerakan sebagai sumber energy perjuangan melalui
pengarus-utamaan norma dan etika yang bersifat transcendental (ke-Ilahiyan) dalam kehidupan
Pimpinan maupun Jama’ah.
Dalam rangka ini diperlukan Para Pemandu (Murabby) yang memiliki pengalaman spiritual
otentik yang bertugas melakukan pencerahan spiritual melalui berbagai guidance praksis ruhani,
yang dilaksanakan pada tingkat aktivitas individual maupun aktivitas jama’ah.
2. Menetapkan visi (Haluan) dan fokus konsentrasi LMI untuk lima tahun ke depan secara realistis
dan terukur yakni sebagai “Organisasi Publik Profesional dan Berpengaruh Berbasis Kinerja
Dakwah Kemanusiaan, Kebudayaan, dan Pemberdayaan.
Visi dan konsentrasi aksi merupakan serangkai pemikiran yang menjadi sumber penjabaran
dalam perumusan kebijakan, program dan kegiatan organisasi. Visi bukanlah daftar mimpi atau
serangkaian angan angan, namun ideal ideal yang hendak kita capai dalam kurun waktu tertentu
disertai rumusan strategi pelaksanaannya. Sesuai wataknya LMI dapat diproyeksikan dengan
formulasi berikut:
a. Organisasi yang bertugas memberikan daya dukung sosial, politik, dan kultural bagi
terciptanya kondisi kondusif bagi momentun tsawrah.
b. Organisasi yang dikenal publik secara luas comitted terhadap rekayasa kultural
Islam, dan serius dalam isu isu advokasi dan pemberdayaan masyarakat marginal.
c. Organisasi publik yang profesional dan kompeten dalam pembangunan ketahanan
pangan dan energi terbaharukan
d. Organisasi publik yang berswadaya dan mandiri secara keuangan sehingga berdaulat
dalam pengambilan keputusan politik strategis.
e. Organisasi Islam yang concern dalam penguatan Tradisi dan Kebudayaan Lokal
sebagai khazanah kebhinekaan Ummat Islam Bangsa Indonesia vis a vis Kebudayaan
Modern yang hegemonik dan hedonistik.
f. Organisasi publik yang otoritatif dan kompetitif dalam mengorbitkan kader kader
pemimpin bangsa berbasis keumatan baik di tingkat nasional maupun di tingkat
daerah yang credible dan legitimate.

3. Menata potensi sumberdaya manusia organisasi di seluruh tingkatan dan daerah.


Prioritas ini meliputi rekonsiliasi, rekontraktualisasi [kontrak ulang], dan heregistrasi
keanggotaan yang dilakukan secara formal disertai jaminan dan kepastian akan berfungsinya
kepemimpinan organisasi secara efektif serta konstruktif terhadap segenap warganya. Seiring
dengan watak normatif kepemimpinan Islam yang tidak hanya harus mampu mendorong
semangat berkorban anggotanya namun juga seimbang dengan jaminan perlindungan dan
pelayanan yang memadai bagi warganya. Dalam kerangka ini dapat dipertimbangkan sejumlah
program aksi yang dapat diimplementasikan dalam jangka dekat:
a. Sosialisasi Agenda Revitaliasi Organisasi LMI ke seluruh daerah.
b. Heregistrasi keanggotaan secara on line maupun manual.
c. Perubahan logo dan atribut organisasi.
d. Penetapan dan pengembangan Model ideal DPD LMI untuk diduplikasi ke daerah
lain.
e. Persiapan Konsolidasi Nasional

Hal tersebut di atas dilakukan selain dalam rangka membangun kembali motivasi
seluruh unsur jaringan namun juga demi menghadirkan organisasi yang mampu memberikan
manfaat pemberdayaan terhadap warganya, serta memiliki citra yang positif dan terpercaya di
mata masyarakat luas. Penggunaan teknologi digital di masa depan akan lebih dominan.
Pentradisiannya dalam organisasi merupakan wujud kontribusi terhadap kemajuan ummat
dalam bidang IPTEK.

4. Menata potensi sumberdaya keuangan dan asset organisasi sehingga tertata dalam sistem
perbendaharaan organisasi yang transparan dan akuntable.
Dalam prioritas ini, selain terkandung implementasi praktis atas nilai nilai Ilaahi, juga
merupakan upaya terobosan dalam pembangunan sistem keuangan dan kekayaan organiasi
publik secara profesional. Dengan pola seperti ini aksesibilitas organisasi terhadap potensi
keuangan eksternal organisasi [masyarakat umum] akan lebih mudah dilakukan. Ada beberapa
hal yang perlu dilakukan dalam program ini:
a. Pelaporan keuangan atas aktivitas transaksi keuangan secara on line melalui web
site organiasi.
b. Pembayaran/transaksi KHAWASIZ [kurban, hibah, wakaf, shadaqah, infaq, dan zakat]
secara on line dan secara individual melalui sistem transfer mempergunakan jasa
perbankan tertentu.
c. Ekstensifikasi fungsi transaksi on line untuk bentuk bentuk layanan komersial lainnya
dalam rangka advokasi konsumen dan menjadi salahsatu sumber alternatif
pendapatan organisasi.
d. Penggunaan dana dilakukan secara bertanggungjawab dengan berkonsentrasi pada
kegiatan rutin dan produktif.
e. Pengembangan sektoral paket infaq dan shadaqah berdasarkan peruntukanya,
seperti: Infaq Anti Bencana, Infaq Bea Siswa, Infaq Advoksi, Infaq Modal Kerja Kaum
Dhu’afa, dan lain lain.
f. Pembentukan satuan satuan organisasi sektoral yang berfungsi memperluas jaringan
pendanaan organisasi.
g. Memanfaatkan program dan anggaran pemerintah untuk pemberdayaan organisasi.

5. Menata ulang perangkat konseptual dan produk hukum organisasi.


Perangkat konseptual organisasi merupakan sistem kelengkapan pokok pokok pikiran dan
kebijakan organisasi. Penjabaran secara tertulis dan terformalilasi serta terdokumentasikan
sebagai referensi formal seluruh unsur organisasi. Dalam konteks ini perlu segera dilaksanakan:
a. Pengkajian dan penyusunan ulang produk kebijakan formal organisasi; dari produk
tertinggi berupa AD/ART dan Garis Besar Haluan Organisasi/Rencana Strategis Lima
Tahun sampai dengan produk lain seperti Maklumat, Peraturan Organisasi, Surat
Keputusan, sampai dengan Surat Mandat.
b. Pengkajian dan penyusunan ulang sistem pengkaderan dan pelatihan.
c. Pengkajian dan penyusunan naskah dan makalah yang berkait erat dengan tema
tema perjuangan organisasi, baik yang ditulis oleh aktivis LMI maupun bukan.
d. Membuat Bank Naskah Kajian.

6. Mengembangkan sistem pengorganisasian berbasis teknologi digital sebagai alternatif


pengembangan organisasi yang efisien.
Dalam wacana clean dan good governance, dikenal istilah e-government. Dalam praksisnya
wacana ini begitu sulit diimplementasikan dan terhambat berbagai kendala birokrasi. Dalam
konteks kita, rasanya hal ini tidak akan menjadi kendala. Sistem ini bertujuan menjadikan dunia
maya selain sebagai salah satu media dakwah juga berfungsi sebagai media komunikasi,
koordinasi, dan konsolidasi. Untuk itu perlu dikembangkan hal hal berikut ini:
a. Menjadikan kecakapan mempergunakan teknologi internet sebagai salah satu
kecakapan dasar seluruh anggota LMI.
b. Membangun website sentral organisasi yang credible dan representatif serta
senantiasa up date [terbaharukan].
c. Pembudayaan komunikasi organisasi dalam bentuk surat menyurat maupun lainnya,
baik secara periodik maupun insidental melalui media internet.
d. Visualisasi laporan kegiatan melalui internet.
e. Pembangunan jaringan blog seluruh daerah secara terintegrasi.

7. Menata ulang aktivitas reguler, sarana dan prasarana organisasi sehingga memenuhi standard
organisasi publik yang profesional dan representatif.
a. Pengadaan sekretariat DPP, DPW, dan DPD dilengkapi peralatan standard minimal
seperti: papan nama organisasi, meja kerja, dan seperangkat komputer serta
petugas teknis yang stand by 24 jam.
b. Penyelenggaraan majelis tawshiyyah dan rapat pengurus minimal satu kali dalam
satu bulan.

8. Menghidupkan kembali tradisi rekruitment, pengkaderan, dan kependidikan ummat sebagai


jantung eksistensi organisasi.
a. Pengkajian dan penyempurnaan materi pengkaderan.
b. Rekruitment difokuskan di kawasan kampus, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dan
kawasan ekonomi produktif dengan pendekatan komunitas dan utilitarian [nilai
guna organisasi terhadap calon anggota].
c. Pelembagaan strata kependidikan Anggota dan Kader LMI.
d. Pendirian dan pengembangan unit-unit kajian keagamaan berbasis pendekatan
komunitas dan regional.
e. Penerbitan dan pendistribusian media resmi organisasi.
f. Penerbitan dan pendistribusian buku khutbah jum’at, Idul Fitri dan Idul Adha.

Jakarta, 01 Mei 2011


Dewan Pimpinan Pusat
LIGA MUSLIM INDONESIA

M. DJAMIDIN UMAR DEDI SURYADI


KetuaUmum Sekretaris Jenderal

Anda mungkin juga menyukai