Kelima hal terbut di atas merupakan prasyarat dari terwujudnya satu tubuh dan satu jiwa
dari sebuah wadah kebersamaan. Jikalah telah memudar salahsatunya, berarti kita tak lagi memiliki
alasan kuat untuk menjaga keberlangsungan dan keutuhan organisasi.
1. Mengukuhan kembali fondasi spiritualitas Gerakan sebagai sumber energy perjuangan melalui
pengarus-utamaan norma dan etika yang bersifat transcendental (ke-Ilahiyan) dalam kehidupan
Pimpinan maupun Jama’ah.
Dalam rangka ini diperlukan Para Pemandu (Murabby) yang memiliki pengalaman spiritual
otentik yang bertugas melakukan pencerahan spiritual melalui berbagai guidance praksis ruhani,
yang dilaksanakan pada tingkat aktivitas individual maupun aktivitas jama’ah.
2. Menetapkan visi (Haluan) dan fokus konsentrasi LMI untuk lima tahun ke depan secara realistis
dan terukur yakni sebagai “Organisasi Publik Profesional dan Berpengaruh Berbasis Kinerja
Dakwah Kemanusiaan, Kebudayaan, dan Pemberdayaan.
Visi dan konsentrasi aksi merupakan serangkai pemikiran yang menjadi sumber penjabaran
dalam perumusan kebijakan, program dan kegiatan organisasi. Visi bukanlah daftar mimpi atau
serangkaian angan angan, namun ideal ideal yang hendak kita capai dalam kurun waktu tertentu
disertai rumusan strategi pelaksanaannya. Sesuai wataknya LMI dapat diproyeksikan dengan
formulasi berikut:
a. Organisasi yang bertugas memberikan daya dukung sosial, politik, dan kultural bagi
terciptanya kondisi kondusif bagi momentun tsawrah.
b. Organisasi yang dikenal publik secara luas comitted terhadap rekayasa kultural
Islam, dan serius dalam isu isu advokasi dan pemberdayaan masyarakat marginal.
c. Organisasi publik yang profesional dan kompeten dalam pembangunan ketahanan
pangan dan energi terbaharukan
d. Organisasi publik yang berswadaya dan mandiri secara keuangan sehingga berdaulat
dalam pengambilan keputusan politik strategis.
e. Organisasi Islam yang concern dalam penguatan Tradisi dan Kebudayaan Lokal
sebagai khazanah kebhinekaan Ummat Islam Bangsa Indonesia vis a vis Kebudayaan
Modern yang hegemonik dan hedonistik.
f. Organisasi publik yang otoritatif dan kompetitif dalam mengorbitkan kader kader
pemimpin bangsa berbasis keumatan baik di tingkat nasional maupun di tingkat
daerah yang credible dan legitimate.
Hal tersebut di atas dilakukan selain dalam rangka membangun kembali motivasi
seluruh unsur jaringan namun juga demi menghadirkan organisasi yang mampu memberikan
manfaat pemberdayaan terhadap warganya, serta memiliki citra yang positif dan terpercaya di
mata masyarakat luas. Penggunaan teknologi digital di masa depan akan lebih dominan.
Pentradisiannya dalam organisasi merupakan wujud kontribusi terhadap kemajuan ummat
dalam bidang IPTEK.
4. Menata potensi sumberdaya keuangan dan asset organisasi sehingga tertata dalam sistem
perbendaharaan organisasi yang transparan dan akuntable.
Dalam prioritas ini, selain terkandung implementasi praktis atas nilai nilai Ilaahi, juga
merupakan upaya terobosan dalam pembangunan sistem keuangan dan kekayaan organiasi
publik secara profesional. Dengan pola seperti ini aksesibilitas organisasi terhadap potensi
keuangan eksternal organisasi [masyarakat umum] akan lebih mudah dilakukan. Ada beberapa
hal yang perlu dilakukan dalam program ini:
a. Pelaporan keuangan atas aktivitas transaksi keuangan secara on line melalui web
site organiasi.
b. Pembayaran/transaksi KHAWASIZ [kurban, hibah, wakaf, shadaqah, infaq, dan zakat]
secara on line dan secara individual melalui sistem transfer mempergunakan jasa
perbankan tertentu.
c. Ekstensifikasi fungsi transaksi on line untuk bentuk bentuk layanan komersial lainnya
dalam rangka advokasi konsumen dan menjadi salahsatu sumber alternatif
pendapatan organisasi.
d. Penggunaan dana dilakukan secara bertanggungjawab dengan berkonsentrasi pada
kegiatan rutin dan produktif.
e. Pengembangan sektoral paket infaq dan shadaqah berdasarkan peruntukanya,
seperti: Infaq Anti Bencana, Infaq Bea Siswa, Infaq Advoksi, Infaq Modal Kerja Kaum
Dhu’afa, dan lain lain.
f. Pembentukan satuan satuan organisasi sektoral yang berfungsi memperluas jaringan
pendanaan organisasi.
g. Memanfaatkan program dan anggaran pemerintah untuk pemberdayaan organisasi.
7. Menata ulang aktivitas reguler, sarana dan prasarana organisasi sehingga memenuhi standard
organisasi publik yang profesional dan representatif.
a. Pengadaan sekretariat DPP, DPW, dan DPD dilengkapi peralatan standard minimal
seperti: papan nama organisasi, meja kerja, dan seperangkat komputer serta
petugas teknis yang stand by 24 jam.
b. Penyelenggaraan majelis tawshiyyah dan rapat pengurus minimal satu kali dalam
satu bulan.