Anda di halaman 1dari 6

GEOELECTRIC ANOMALIES OVER EPITHERMAL SYSTEMS

Metoda geolistrik yang biasanya dipakai pada eksplorasi emas system epithermal adalah metoda
tahanan jenis dan Induced Polarization (IP). Pada eksplorasi yang dapat dibedakan dengan baik adalah
zona silisifikasi dan zona argilik.

Berdasarkan risetnya, R.G. Allis (1990) dan Irvine dkk (1990) memberikan beberapa kunci untuk
interpretasi data tahanan jenis dan IP pada epitermal system, yang secara ringkas dapat dikemukakan
sebagai berikut :

1. Alterasi argilik menghasilkan lempung dan mineral zeolit dengan kapasitas tukar kation (KTK) yang
besar. Karena KTK besar maka zeolit akan melakukan replacement feldspar dan piroksene dengan
lempung . Hal ini mengakibatkan adanya penurunan nilai tahanan jenis. Penurunan tahanan jenis ini
sangat tergantung pada kandungan lempung pada zona argilik tersebut
2. Pada system geothermal aktif , salinitas dan temperature juga merupakan faktor yang sangat
penting yang dapat mengakibatkan penurunan tahanan jenis. Studi pada batuan hasil alterasi
hidritermal menunjukkan bahwa naiknya temperatur menyebabkan turunnya tahanan jenis secara
eksponensial
3. Berdasarkan risetnya, R.G. Allis (1990) menyimpulkan bahwa pada daerah argilik-propfilitik,
tahanan jenis berkisar antara 10 – 30 ohm.m, kemudian pada zona advanced argilik turun menjadi
< 10 ohm.m.
4. Kehadiran mineral-mineral sulfida pada zona argilik menyebabkan chargeability daerah argilik
sangat tinggi. Dengan demikian pada eksplorasi menggunakan IP, zona argilik ditandai denhgan
adanya kenaikan chargeability
5. Pada zona silisifikasi, terjadi kenaikan tahanan jenis secara signifikan. Oleh karena itu urat kuarsa
dan zona silicified rock diidentifikasi dari tingginya tahanan jenis pada daerah survey

Referensi :

Allis, R.G., 1990. Geophysical Anomalies over epithermal systems. Journal of Geochemical
Exploration, 36. (1990) 339-374

Irvine, R.J. and Smith M.J., 1990, Geophysical exploration for epithermal gold deposits, Journal
of Geochemical Exploration, 36 (1990) 375-412

Beberapa contoh hasil survey tahanan jenis dan IP daerah epithermal adalah sebagai berikut :
KRONOLOGI SENGKETA AMBALAT
Ambalat adalah blok laut luas 15.235 kilometer persegi yang terletak di laut Sulawesi atau Selat
Makassar. Mengapa selalu terjadi sengketa di ambalat ? Berbagai kalangan hanya bisa
menduga-duga penyebabnya. Tetapi kemungkinan besar penyebabnya adalah potensi minyak di
blok tersebut, mengingat bahwa di ambalat terdapat prospek minyak yang cukup besar -sebagai
gambaran- satu titik tambang di Ambalat menyimpan cadangan potensial 764 juta barel minyak
dan 1,4 triliun kaki kubik gas, bahkan menurut Andang Bachtiar (direktur Exploration Think
Tank Indonesia (ETTI) dan mantan ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia) ; "Itu baru satu titik
dari sembilan titik tambang yang ada di Ambalat “ (TEMPO Interaktif Selasa, 02 Juni 2009).
Lebih jauh di Andang bahkan menegaskan bahwa di Ambalat kita bisa dapatkan dari 100juta
sampai 1 miliar barrel minyak. Pada diskusi mengenai ambalat di facebook, seorang geolog
senior yaitu Ausi Gautama membuat catatan sebagai berikut :

“Inget jaman ribut2 Ambalat dulu, menteri pertahanan bilang bahwa utk mempertahankan
Ambalat dan pulau2 lain dibutuhkan dana sekitar 3 trilyun rupiah ?..”
Nah, coba kita berhitung sedikit: kalau memang disana ada 750 juta bbl minyak dan Gas 1.4 Tcf
In Place, katakan kita kasih Recovery factor 30% utk Oil dan 70% utk Gas, maka reservesnya
menjadi (... Baca Selengkapnyakasar2an) 250 juta bbl minyak dan 1 Tcf Gas. Katakan harga
minyak 40 usd/bbl, maka total harganya menjadi : 250 juta x 40 = 10 Milyard usd x 10 ribu rph
= 100 Trilyun rph.
Gas dgn RF 70% akan memberikan reserves 1 Tcf = 1000 Bcf. Katakan 1 Bcf harganya 5 juta
usd, maka: 1Tcf = 5000 juta usd = 5 milyard usd x 10 ribu rph = 50 trilyun rph. Total Oil + Gas
= 150 Trilyun rph ( utk mempertahankannya kita hanya butuh 3 trilyun rph....?)
Sekarang, apa memang utk mempertahankan Ambalat, kita harus dengan approach pertahanan
yg membuat para pabrik senjata kaya raya ? Memang "kalau mau damai, siaplah utk perang",
"vis pacem parra bellum" dst...tapi mungkin approach Ekspedisi Garis Depan Nusantara
Wanadri adalah cara lain utk menegakkan kedaulatan negara. Alternatif lain : coba kita dirikan
kampung2 Indonesia di pulau2 terluar kita...saya di tahun jaman ribut2 Ambalat itu pernah
menghitung berapa biaya utk mendirikan/membiayai kampung2 kecil di pulau2 terluar kita,
penghuninya kita ... Baca Selengkapnyagaji/ supply, dan biayanya tidak sampai 3 trilyun tuh...
Saya kirim tulisannya ke KOMPAS, tapi nggak diterima...he..he...kelihatannya kurang bermutu
mungkin. Tabik !
Jadi…(itungan secara kasar) ternyata di ambalat tersimpan 150 trilyun rupiah..Pantas Malaysia
terus-terusan mencoba meng-klaim blok ambalat. Berikut saya coba uraikan kronologi sengketa
ambalat yang saya kutip dari Wikipedia.
KRONOLOGI SENGKETA AMBALAT

Tahun 1967
Pertama kali dilakukan pertemuan teknis hukum laut antara Indonesia dan Malaysia kedua belah
pihak akhirnya sepakat (kecuali Sipadan dan Ligitan diberlakukan sebagai keadaan status quo)

27 Oktober 1969
Dilakukan penanda tanganan perjanjian antara Indonesia dan Malaysia disebut sebagai
Perjanjian Tapal Batas Kontinental Indonesia - Malaysia, kedua negara masing2 melakukan
ratifikasi pada 7 November 1969,

Tahun 1969
Malaysia membuat peta baru yang memasukan pulau Sipadan, Ligitan dan Batu Puteh (Pedra
blanca) tentunya hal ini membingungkan Indonesia dan Singapura dan pada akhirnya Indonesia
maupun Singapura tidak mengakui peta baru Malaysia tersebut.

17 Maret 1970
Kembali ditanda tangani Persetujuan Tapal batas Laut Indonesia dan Malaysia akan tetapi,
kembali pada tahun 1979 pihak Malaysia membuat peta baru mengenai tapal batas kontinental
dan maritim dengan serta merta menyatakan dirinya sebagai negara kepulauan dan secara
sepihak membuat perbatasan maritimnya sendiri dengan memasukan blok maritim Ambalat
kedalam wilayahnya yaitu dengan memajukan koordinat 4° 10' arah utara melewati pulau
Sebatik. Tentu peta inipun sama nasibnya dengan terbitan Malaysia pada tahun 1969 yaitu
diprotes dan tidak diakui oleh pihak Indonesia dengan berkali-kali pihak Malaysia membuat
sendiri peta sendiri padahal telah adanya perjanjian Perjanjian Tapal Batas Kontinental
Indonesia - Malaysia tahun 1969 dan Persetujuan Tapal batas Laut Indonesia dan Malaysia
tahun 1970, masyarakat Indonesia melihatnya sebagai perbuatan secara terus menerus dari pihak
Malaysia seperti ingin melakukan ekspansi terhadap wilayah Indonesia.

21 Februari 2005
 di Takat Unarang (nama resmi Karang Unarang) Sebanyak 17 pekerja Indonesia
ditangkap oleh awak kapal perang Malaysia KD Sri Malaka,
 Angkatan laut Malaysia mengejar nelayan Indonesia keluar Ambalat.
 Malaysia dan Indonesia memberikan hak menambang ke Shell, Unocal dan ENI.
Berkaitan dengan itu pula surat kabar Kompas mengeluarkan berita bahwa Menteri
Pertahanan Malaysia telah memohon maaf berkaitan perkara tersebut. Berita tersebut
segera disanggah oleh Menteri Pertahanan Malaysia yang menyatakan bahwa kawasan
tersebut adalah dalam kawasan yang dituntut oleh Malaysia, dengan itu Malaysia tidak
mempunyai sebab untuk memohon maaf karena berada dalam perairan sendiri. Sejajar
dengan itu, Malaysia menimbang untuk mengambil tindakan undang-undang terhadap
surat kabar KOMPAS yang dianggap menyiarkan informasi yang tidak benar dengan
sengaja.
 Pemimpin Redaksi Kompas, Suryopratomo kemudian membuat permohonan maaf dalam
sebuah berita yang dilaporkan di halaman depan harian tersebut pada 4 Mei 2005, di
bawah judul Kompas dan Deputi Perdana Menteri Malaysia Sepakat Berdamai.
 Pada koordinat: terjadi ketegangan yang melibatkan kapal perang pihak Malaysia KD Sri
Johor, KD Buang dan Kota Baharu berikut dua kapal patroli sedangkan kapal perang dari
pihak Indonesia melibatkan KRI Wiratno, KRI Tongkol, KRI Tedong Naga KRI K.S.
Tubun, KRI Nuku dan KRI Singa [6] yang kemudian terjadi Insiden Penyerempetan Kapal
RI dan Malaysia 2005, yaitu peristiwa pada tgl. 8 April 2005 Kapal Republik Indonesia
Tedong Naga (Indonesia) yang menyerempet Kapal Diraja Rencong (Malaysia) sebanyak
tiga kali, akan tetapi tidak pernah terjadi tembak-menembak karena adanya Surat
Keputusan Panglima TNI Nomor: Skep/158/IV/2005 tanggal 21 April 2005 bahwa pada
masa damai, unsur TNI AL di wilayah perbatasan RI-Malaysia harus bersikap
kedepankan perdamaian dan TNI AL hanya diperbolehkan melepaskan tembakan
bilamana setelah diawali adanya tembakan dari pihak Malaysia terlebih dahulu.
 Shamsudin Bardan, Ketua Eksekutif Persekutuan Majikan-majikan Malaysia (MEF)
menganjurkan agar warga Malaysia mengurangi pemakaian tenaga kerja berasal dari
Indonesia
 Pihak Indonesia mengklaim adanya 35 kali pelanggaran perbatasan oleh Malaysia.

24 Februari 2007
Pukul 10.00 WITA kapal perang Malaysia KD Budiman dengan kecepatan 10 knot
memasuki wilayah Republik Indonesia sejauh satu mil laut, pada sore harinya, pukul
15.00 WITA, kapal perang KD Sri Perlis melintas dengan kecepatan 10 knot memasuki
wilayah Republik Indonesia sejauh dua mil laut yang setelah itu dibayang-bayangi KRI
Welang, kedua kapal berhasil diusir keluar wilayah Republik Indonesia.

25 Februari 2007
Pukul 09.00 WITA KD Sri Perli memasuki wilayah RI sejauh 3.000 yard yang akhirnya
diusir keluar oleh KRI Untung Suropati, kembali sekitar pukul 11.00, satu pesawat udara
patroli maritim Malaysia jenis Beech Craft B 200 T Superking melintas memasuki
wilayah RI sejauh 3.000 yard, kemudian empat kapal perang yakni KRI Ki Hadjar
Dewantara, KRI Keris, KRI Untung Suropati dan KRI Welang disiagakan.

21 Maret 2009
(http://news.okezone.com/read/2009/03/21/1/203607/1/)
Pengamanan wilayah Ambalat terus diperketat. Sebanyak 130 pasukan marinir yang
tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Ambalat IX kembali dikerahkan ke wilayah yang
sampai sekarang masih menjadi sengketa antara pemerintah RI dengan Malaysia itu.

Komandan Pasmar-1 Brigadir Jendral TNI (Mar) I Wayan Mendra memastikan


pengerahan pasukan tersebut tidak terkait peningkatan intensitas ketegangan di perairan
Ambalat. Tapi murni bagian rotasi pasukan keamanan yang sebelumnya telah bertugas
selama 6 bulan.

Kepala Dinas Penerangan Armada RI Kawasan Timur (Armatim) Letkol TNI (KH) Tony
Saiful mengatakan penjagaan keamanan di wilayah perairan Ambalat memang menjadi
prioritas TNI. Armatim sendiri telah menempatkan sejumlah kapal perang jenis korvet
untuk melakukan patroli rutin di wilayah sengketa antara NKRI dengan pemerintah
Malaysia ini.
Perhatian TNI AL dalam pengamanan kepulauan Ambalat ini berulang kali di tegaskan
KSAL Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno. Dalam sebuah kesempatan wawancara
dia bahkan mengisyaratkan rencana penambahan kekuatan pasukan marinir di darat
maupun di perairan untuk mempertegas eksistensi NKRI di wilayah sengketa ini.

02 Juni 2009 | 08:10 WIB : Cadangan Minyak dan Gas Ambalat Sangat Besar
TEMPO Interaktif, Jakarta: Kawasan perairan Ambalat menyimpan kandungan minyak
dan gas bumi dalam jumlah besar. Menurut ahli geologi dari lembaga konsultan
Exploration Think Tank Indonesia (ETTI) Andang Bachtiar, satu titik tambang di
Ambalat menyimpan cadangan potensial 764 juta barel minyak dan 1,4 triliun kaki kubik
gas. "Itu baru satu titik dari sembilan titik yang ada di Ambalat," ujarnya kemarin.

Menurut dia, perairan Ambalat, yang terdiri atas tiga blok--East Ambalat (dikelola
Chevron), Ambalat (ENI Lasmo), dan Bougainvillea--secara bisnis dan ekonomi sangat
menjanjikan.

"Pemerintah harus segera mengembangkannya," kata mantan Ketua Ikatan Ahli Geologi
Indonesia itu. Kegiatan eksplorasi bisa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang sudah
menandatangani kontrak kerja sama.

Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, R. Priyono,
menyatakan pihaknya merekomendasikan perpanjangan kontrak Blok East Ambalat
kepada Chevron. "Wewenang perpanjangan kontrak ada di tangan pemerintah, tapi kami
tetap akan merekomendasikan untuk diperpanjang karena wilayahnya sangat strategis,"
ujarnya.

Kontrak kerja sama dengan Chevron akan berakhir pada 2010 dan kemungkinan besar
diperpanjang hingga 2014. Ketika disinggung berapa besar cadangan minyak dan gas
bumi di wilayah itu, Priyono mengatakan belum bisa ditentukan. "Prosesnya masih survei
seismik," katanya.

Adapun Blok Ambalat, yang kini dikelola oleh perusahaan minyak asal Italia, ENI
Lasmo, menurut Priyono juga masih dalam tahap survei seismik. Dia memastikan semua
proses eksplorasi masih berjalan, meskipun perairan Ambalat sedang bergolak. "Kegiatan
kedua perusahaan itu dikawal oleh Tentara Nasional Indonesia," ujarnya.

Malaysia mengklaim wilayah perairan Ambalat, yang mencakup 25.700 kilometer


persegi atau hampir seluas seluruh Provinsi Sulawesi Selatan. Kedua wilayah kerja
minyak dan gas bumi itu diberi nama Blok ND-6 dan ND-7.

Sebelumnya, kedua blok itu dinamakan Blok Y dan Z. Malaysia pada 2002 menyerahkan
kedua blok itu kepada Shell (Belanda), yang bekerja sama dengan Petronas Carigali Sdn
Bhd (Malaysia).
3 Juni 2009
( Yuni Herlina Sinambela - Okezone JAKARTA)
Krisis Blok Ambalat atara Pemerintah Indonesia dan Malaysia terus memanas. Sebanyak
13 kali kapal dan pesawat Angkatan Tentara Malaysia memasuki wilayah kedaulatan
Indonesia di Ambalat, Kalimantan Timur, sejak Januari 2009.

Hal ini mengundang keseriusan bagi Indonesia untuk menegakkan kedaulatan di Blok
Ambalat. Sebab itu, DPR bersama parlemen Belanda mengadakan pertemuan untuk
membahas kerja sama pemenuhan kebutuhan kapal perang canggih untuk pertahanan
keamanan dan menjaga kedaulatan NKRI.

3 Juni 2009
(http://news.okezone.com/index.php/ReadStory/2009/06/03/1/225557/)

Memanasnya hubungan Indonesia-Malaysia rupanya menyulut nasionalisme sekelompok


orang di Jakarta. Bahkan pada hari ini, Kedutaan Besar Malaysia akan didatangi para
pengunjuk rasa. Namun belum diketahui identitas kelompok yang akan melakukan unjuk
rasa pada pukul 10.00 WIB tersebut. Pihak Traffic Management Center (TMC) Polda
Metro Jaya, Rabu (3/6/2009), saat dikonfirmasi okezone perihal ini, menolak untuk
memberikan informasi.

Sementara TMC juga melansir unjuk rasa lainnya yang akan berlangsung di Bundaran
Hotel Indonesia pada pukul 15.00 WIB. Tidak disebutkan agenda serta identitas
pengunjuk rasa

Anda mungkin juga menyukai