Oleh :
Drs. Sutrisno
NIP. 131 860 523
Kemitraan antara :
Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang
dengan
Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
2
KATA PENGANTAR
Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karuniaNyalah seluruh proses penelitian sampai penulisana laporan
berjudul “ Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca dengan Menggunakan Metode
Klos siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Sidoarjo” dapat terselesaikan.
Tujuan penelitian tindakan kelas ini untuk meningkatkan Kecepatan Efektif
Membaca (KEM) siswa dengan menggunakan metode klos. Di samping itu juga
untuk meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan profesional bidang
pendidikan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Direktur Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd selaku Ketua Lembaga Penelitian
Universitas Negeri Malang.
3. Bapak M.G. Hadi Sutjipto, SH, MM, selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Sidoarjo.
4. Ibu Dra. Umi Dayati, M.Pd dan Ibu Dra. Harti Kartini, M.Pd selaku pendamping
penelitian tindakan kelas dan penulisan laporan maupun artikel.
5. Bapak Drs. H. Subagyo, M.Si., selaku Kepala SMA Negeri 3 Sidoarjo.
6. Para siswa kelas XI IPA 2, dan teman sejawat guru mata pelajaran sejenis yang
telah banyak berpartisipasi mengikuti proses pembelajaran sebagai pengamat.
Tak ada gading yang retak, keterbatasan penulis selalu ada. Oleh karena itu
saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penulisan
berikutnya.
Semoga karya tulis ini bermanfaat, khususnya bagi guru-guru mata pelajaran
bahasa dan sastra Indonesia.
7
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Menyetujui
Ketua Lemlit UM
ii
ABSTRAK
Iv
2
BAB I
PENDAHULUAN
sendiri maupun yang diketahui selama ini, model pembelajarannya selalu mengacu
pada apa yang ada pada buku paket. Teknik pengajaran membaca yang ada umumnya
membaca pemahaman. Banyak teknik pengajaran yang selama ini tidak dipergunakan
untuk melatih keterampilan membaca. Teknik-teknik itu antara lain teknik uji
kurang pada siswa, pengajaran membaca selalu mengacu pada teknik yang ada pada
tujuannya semata-mata menjawab pertanyaan, mencari kata istilah yang sulit dan
lain-lain. Hal ini dihadapi para siswa dengan proses yang amat lain.
Perihal lain yang selalu muncul pada pembelajaran membaca yaitu guru Bahasa
dalam mengerjakan soal-soal, walaupun hal ini tidak selalu benar sebab soal-soal
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah kurangnya guru Bahasa
3
memilih bahan bacaan yang seharusnya dalam pengajaran membaca guru dituntut
mampu memilih bahan bacaan yang sesuai dengan tujuan dan tingkat perkembangan
karena penulis sangat prihatin dengan KEM siswa di negara kita. Kalau di negara-
negara maju seperti Amerika, seorang setara SMA di negara kita (Senior High
School) dalam keadaan normal sudah memiliki kecepatan membaca minimal kurang
lebih 250 kata permenit, dengan pemahaman isi bacaan minimal 70 %. Jika dihitung
terendah ± 175 kpm, maka di Indonesia masih tidak sedikit siswa SMA KEM
tertinggi ± 175 kpm. Dari pengalaman peneliti membelajarkan siswa kelas XI IPA 2
SMA Negeri 3 Sidoarjo, ternyata hal tersebut di atas juga terjadi. Dengan KEM ± 175
kpm, lalu bagaimana bisa menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang
diharapkan melalui berbagai media cetak dalam waktu yang relatif singkat.
(KEM) karena metode klos dapat dipakai untuk mengukur tingkat keterbacaan sebuah
4
1.2 Perumusan dan Pemecahan Masalah
metode Klos bisa meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) siswa kelas XI
identifikasi metode klos dan Kecepatan Efektif Membaca (KEM), langkah kedua
pelaksanaan tindakan yang terdiri dari tiga siklus. Siklus I penerapan metode klos,
siklus II sebagai implementasi pelaksanaan metode klos, dan siklus III sebagai
pemantapan.
5
Lingkup yang menjadi batasan materi dalam penelitian ini adalah Kecepatan
Efektif Membaca (KEM) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan kompetensi
dasar membaca cepat. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas XI IPA 2, SMA
kemampuan membaca yang sesungguhnya yang dicapai oleh pembaca, karena KEM
Metode Klos berasal dari kata ”Clozure” yaitu suatu istilah dari ilmu jiwa
Gestalt, yang mempunyai pengertian bahwa pada dasarnya orang melihat bagian-
bagian itu sebagai suatu keseluruhan. Dalam teknik klos, pembaca diminta untuk
memahami wacana yang tidak lengkap, karena bagian tertentu telah dihilangkan,
6
a) Bagi siswa : hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan
golongan IV b
yang inovatif.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
Indonesia. Hal itu perlu diluruskan kalau ada anggapan demikian. Setiap guru dalam
mata pelajaran apa pun harus turut bertanggung jawab atas kemampuan para
belajar siswa adalah kemauan dan kemampuan membaca yang dimiliki oleh siswa itu
sendiri.
Setiap keterampilan yang dimiliki oleh siswa itu erat sekali hubungannya
keterampilan berbahasa, biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur, mulai
lingkungan keluarga sebelum masuk sekolah anak belajar menyimak dan berbicara,
peradaban manusia dan ilmu pengetahuan. Pada antara tahun 1950 an dan tahun
1960 an model membaca dipengaruhi definisi dan penjelasan membaca, pada tahun
1970 an timbul model-model dan teori membaca yang bertitik tolak dari pandangan
8
Membaca merupakan suatu keterampilan yang pemilikan keterampilannya
penting dalam dunia pendidikan karena kegiatan ini akan menentukan kualitas dan
keberhasilan seorang siswa sebagai peserta didik dalam studinya. Seorang guru di
sekolah hendaknya dapat memberi motivasi siswa dalam dua segi, yakni kemampuan
membaca. Hal ini seorang guru bahasa Indonesia perlu memilih suatu metode yang
tepat untuk mencapai tujuan seperti yang tercantum dalam kurikulum SMA.
menentukan metode yang dianggap lebih mudah pelaksanaannya dari metode atau
bahwa hanya seorang pembaca cepatlah seorang pembaca yang efektif dan efisien.
Dengan demikian seorang pelajar yang membaca dengan lambat tidak dapat
kemampuan membaca yang sesungguhnya yang dicapai oleh pembaca. Dua unsur
mata dalam melihat dan mengidentifikasi lambang-lambang grafis) dan unsur kognisi
terliput dalam rumus KEM. Oleh karena itu KEM dapat ditentukan dengan jalan
9
memperkalikan kecepatan rata-rata baca dengan prosentase pemahaman isi bacaan
(Harjasujana, 2000:109).
Untuk mencapai KEM yang tinggi diperlukan pelatihan dan pembiasaan. KEM
seseorang dapat dibina dan ditingkatkan melalui proses berlatih. Ada dua faktor
utama yang diduga sebagai faktor yang mempengaruhi KEM, yakni faktor dalam
(internal) dengan faktor luar (eksternal). Yang dimaksud dengan faktor dalam adalah
faktor yang berada di dalam diri pembaca itu sendiri, yaitu : intelegensi, minat, dan
motivasi, sikap baca, kompetensi kebahasaan, tujuan baca, dll. Yang dimaksud faktor
luar adalah faktor-faktor yang berada di luar pembaca. Faktor ini dapat dibedakan ke
dalam dua hal, yakni faktor-faktor yang berkenaan dengan bacaan (keterbacaan dan
Berdasarkan hasil studi para ahli di Amerika, kecepatan yang memadai untuk
siswa tingkat akhir Sekolah Dasar kurang lebih 200 kpm, siswa tingkat Lanjutan
Pertama antara 200-250 kpm, siswa tingkat Sekolah Lanjutan Atas antara 250-325
kpm, dan tingkat mahasiswa antara 325-400 kpm. Dengan pemahaman isi bacaan
Membaca (KEM) masing-masing jenjang yaitu tingkat SD = 200x 70% = 140 kpm,
tingkat SMTP/SMP = 200 x 70% sampai dengan 250 x 70% = 140-175 kpm, tingkat
SMTA/SMA = 250 x 70% sampai dengan 350 x 70% = 175-245 kpm, dan tingkat
Perguruan Tinggi 350 x 70% sampai dengan 400 x 70% = 245-280 kpm.
(Harjasujana,200:108-109).
10
2.2 Metode Klos
Klos berasal dari kata “CLOZURE” yaitu suatu istilah dari ilmu jiwa Gestalt.
Hal ini seperti yang dikemukakan Wilson Taylor yang dikutip oleh Kamidjan,
bahwa: Konsep teknik klos ini menjelaskan tentang kecenderungan orang untuk
menyempurnakan suatu pola yang tidak lengkap menjadi suatu kesatuan yang utuh.
( Kamidjan, 1996:66 ).
memahami wacana yang tidak lengkap, karena bagian tertentu telah dihilangkan akan
Bagian - bagian kata yang dihilangkan itu biasanya disebut kata ke – an. Kata
ke – an itu diganti dengan tanda garis mendatar atau tanda titik-titik, karena kata ke –
an bisa berupa kata benda, kata kerja, kata penghubung, dan kata lain yang dianggap
penting. Tugas pembaca ialah mengisi bagian-bagian yang kosong itu sama dengan
wacana aslinya.
11
keterpahaman pembacanya. Melalui teknik ini kita akan mengetahui perkembangan
konsep, pemahaman, pemahaman, dan pengetahuan linguistik siswa. Hal ini sangat
manfaat dari metode klos ini yaitu dapat mengetahui tingkat keterbacaan sebuah
wacana, tingkat keterbacaan siswa, dan latar belakang pengalaman yang berupa
berikut :
12
Berbagai penelitian telah memperlihatkan bukti bahwa teknik isian
rumpang/teknik klos merupakan alat ukur keterbacaan yang mapan. Validitas dan
reabilitas sebagai alat ukur bahasa Inggris terbukti cukup baik. Hal senada seperti
teknik ini yang diperbandingkan dengan beberapa skor dari tes baku/standar bahasa
Inggris. Bahkan Stump dalam Oller dan Perksm (dalam Sujana 1987:148) lewat
penelitiannya membuktikan bahwa tes isian rumpang dan dikte merupakan dua
bentuk pengetesan yang mampu memprediksi skor intelegensi dan prestasi belajar.
Kedua bentuk pengetesan tersebut (prosedur isian rumpang dan dikte) telah
dikorelasikan dengan sebuah tes standar yakni The Large Thorndike Intelligence Test
banyak menggunakan PAP (Penilaian Acuan Patokan), oleh karena itu lebih sesuai
Pembaca berada dalam tingkat independen, jika persentase skor tes uji
instruksional, jika prosentase skor tes uji rumpang yang diperolehnya berkisar antara
41 % - 60 %, dan pembaca berada dalam tingkat frustasi atau gagal, jika prosentase
skor tes uji rumpang yang diperolehnya sama dengan atau kurang dari 40 .
Menurut Kamidjan (1996:72) suatu alat ukur tentu memiliki keunggulan dan
13
dan penulis, menilai keterbacaan sekaligus keterampilan membaca, teknik klos
merupakan alat tes yang bersifat fleksibel dan singkat, tes klos dapat menjangkau
jumlah pembaca yang banyak, teknik klos dapat juga dipakai sebagai alat untuk
mengajar di kelas, tes ini juga bisa dipakai untuk latihan membaca pemahaman, dan
bacaan yang sesuai dengan kemampuan siswa. Peneliti tidak memberikan bacaan
14
BAB III
METODE PENELITIAN
berusaha untuk menerapkan suatu tindakan sebagai upaya perbaikan untuk mengatasi
masalah yang ditemukan. Karena penelitian dilaksanakan dengan setting kelas, maka
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, model Stephen Kemmis dan
diri yang dimulai dari rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, dan perencanaan
15
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Kemmis dan Mc Taggar (dalam
Rencana
Awal
Refleksi
Tindakan /
Observasi Rencana yang
Direvisi
Refleksi
Tindakan /
Observasi Rencana yang
Direvisi
Refleksi
Tindakan /
Observasi
Rencana yang
Direvisi
identifikasi metode klos dan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) kemudian baru
dilaksanakan tindakan yang terdiri dari 3 siklus. Setiap siklus tindakannya ada empat
16
(3) observasi dan evaluasi, dan (4) analisis dan refleksi. Secara rinci masing-masing
penyempurnaan kerumpangannya.
demikian setiap nomor absen ganjil berpasangan dengan nomor absen genap.
17
d) Siswa nomor absen ganjil membaca wacana yang sudah disediakan dan siswa
nomor absen genap sebagai pencatat waktu dan menghitung KEM responden.
responden (pasangan).
disediakan, yaitu :
18
2. Lembar Pengamatan Masalah yang dihadapi untuk meningkatkan
KEM
Instrumen ini digunakan untuk memantau masalah yang dihadapi oleh siswa
b. Kemampuan kognitif
c. Pengalaman membaca
4. Pada siklus akhir (ketiga) diberikan lembar angket untuk siswa tentang
3.3.4 Refleksi
Setiap akhir siklus selalu dilaksanakan refleksi untuk mengetahui sejauh mana
tingkat keterbacaan dan pemahaman siswa. Selalu diadakan diskusi dengan siswa
19
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa catatan-catatan, silabus
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3
Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua teknik analisis data
dengan memperhatikan jenis data yang dikumpulkan, yaitu analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif terhadap data kualitatif yang diperoleh dari
sebagai berikut :
K K B
x = Kpm
Wm Wm SI
K B
x = Kpm
Wd : 60 SI
K B
(60) x = Kpm
Wm SI
Keterangan :
20
K = Jumlah kata yang dibaca
minimal 250 kpm dan kemampuan memahami bacaan minimal 70%, itu berarti siswa
dikatakan berhasil membaca (tuntas) atau sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) yaitu jika kecepatan efektif membaca (KEM) minimal 175 kpm.
Hal itu didasarkan pada pendapat Harjasujana yang mangatakan bahwa, KEM
minimal untuk klasifikasi pembaca adalah : SD (140 kpm), SLTP (140-175 kpm),
Lokasi penelitian tindakan kelas ini yaitu SMA Negeri 3 Sidoarjo Tahun
Pelajaran 2006/2007. Ada 5 kelas XI IPA, dipilih secara acak kelas XI IPA 2 dengan
jumlah 40 siswa. Lokasi sekolah di jalan Dr. Wahidin no. 130 Sidoarjo. Penelitian
tindakan kelas ini menggunakan kompetensi dasar membaca cepat dalam mata
21
BAB IV
siswa bisa memahami Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan waktu yang cepat
apabila KEM mereka rendah. Berangkat dari masalah tersebut guru dalam hal ini
metode klos untuk meningkatkan KEM siswa dalam pelaksanaan penelitian tindakan
kelas. Deskripsi penelitian tindakan kelas yaitu : langkah awal diterapkan pra
tindakan berupa identifikasi metode klos dan Kemampuan Efektif Membaca (KEM),
kemudian dilaksanakan tindakan yang terdiri dari 3 siklus. Tiap siklus terdiri dari dua
meliputi (a) persiapan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi dan evaluasi,
dan (d) analisis dan refleksi. Secara rinci pelaksanaan tindakan sebagai berikut :
A. Pra Tindakan
22
Siswa mendengarkan penjelasan tentang metode klos dan Kecepatan Efektif
Membaca (KEM), kemudian siswa berdiskusi tentang penggunaan metode klos untuk
menjadi diskusi kelas. Ternyata siswa sangat tertarik dengan metode klos. Hal ini
terlihat banyaknya siswa yang bertanya dan juga memberikan tanggapan. Pertanyaan
maupun tanggapan berkisar tentang metode klos dan KEM. Dengan temuan-temuan
seperti itu merupakan jalan yang sangat baik untuk membelajarkan siswa dalam
B. Siklus I
1. Persiapan Tindakan
yaitu : menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang mengacu pada silabus yang
telah dibuat guru. Agar proses pembelajaran lancar perlu bahan ajar tentang metode
klos dan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) serta menyiapkan bacaan yang sesuai
dengan kriteria klos. Perolehan hasil penelitian dipersiapkan alat observasi baik untuk
siswa maupun guru. Alat observasi berupa instrumen metode klos, instrumen alat
aktivitas guru, dan angket siswa. Peneliti dibantu observer dari guru dan juga
2. Pelaksanaan Tindakan
23
Pelaksanaan tindakan pada siklus I memerlukan 2 (dua) kali tatap muka,
sebagai berikut :
absen ganjil sebagai kelompok responden (atau kelompok yang diteliti), dan
nomor absen genap sebagai kelompok pengamat atau pencatat waktu dan
yang sudah disediakan dan siswa kelompok B yaitu kelompok nomor absen genap
KEM responden, begitu juga kelompok yang semula sebagai pengamat berganti
24
Pembelajaran membaca cepat dengan menggunakan metode klos ini, siswa
sangat antusias. Pada awal siswa dengan senang membentuk kelompok dengan
setting yang sederhana tetapi menarik yaitu setiap siswa berpasangan yang saling
berhadapan yaitu antara siswa nomor absen ganjil dengan siswa nomor absen genap.
Sejumlah 40 siswa dari data aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca dan
individu dapat diperoleh rincian tingkat keterbacaan siswa dalam membaca cepat
dengan menggunakan metode klos sebagai berikut : jumlah kata dalam wacana ± 630
kata. Sebagai alat ukur permenit standarnya 250-350 kata. Setelah ditetapkan 2 menit
waktu baca, kenyataan di kelas belum mau berhenti, sehingga terjadi penambahan
waktu menjadi 3 menit. Dengan demikian fungsi alat ukur berubah menjadi alat ajar
siswa agar bisa meningkatkan KEM siswa. Ketika siswa membentuk kelompok baik
metode klos untuk meningkatkan KEM sangat kelihatan. Penilaian yang dilakukan
selalu dikondisikan mengacu pada kriteria klos maupun KEM. Diskusi untuk
berikutnya
25
Tingkat Frustasi 18 siswa = 45 %. Kecepatan Efektif Membaca (KEM) siswa yang
tuntas atau sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 175 kata per menit ke
atas adalah 0 siswa Siswa yang tidak tuntas atau kurang dari 175 kata permenit ke
atas adalah 40 siswa Siswa yang KEMnya tertinggi 170 kpm, KEM terendah = 30
Pada diskusi kelompok telah terekam masalah yang dihadapi siswa pada saat
meningkatkan daya nalar dan kepekaaan untuk mengerti dan memahami isi/pesan
membaca. Orang yang sering membaca jauh berbeda KEMnya dengan orang yang
jarang membaca.
26
membentuk dan mengkondisikan wacana aktual. Wacana dominan memberikan
arahan bagaimana suatu objek harus dibaca dan dipahami. Wacana yang dominan
memberikan daya tarik tersendiri bagi pembaca, sehingga siswa sangat senang
C. Siklus II
1. Persiapan Tindakan
Pada persiapan tindakan kelas di siklus II ini seperti juga pada persiapan
tindakan kelas di siklus I, namun di siklus ini persiapannya sebagai tindak lanjut.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat oleh peneliti/guru dibantu oleh dua
orang pengamat dari guru mata pelajaran sejenis. Bacaan dipersiapkan sebagai
wacana yang aktual (dominan) berjudul : “Tembak di Tempat Perusuh, Pejarah dan
pembelajaran dilengkapi bahan ajar. Pada tahap observasi peneliti dibantu dua orang
pengamat dari guru mata pelajaran sejenis dan pengamat dari siswa, terutama pada
penghitungan KEM.
2. Pelaksanaan Tindakan
27
a.Kegiatan awal siswa membentuk kelompok seperti pada siklus I dan siswa
b.Siswa nomor absen ganjil membaca teks non sastra berjudul “Tembak di
Tempat Perusuh, Pejarah dan Koruptor Bahasa Indonesia” yang panjang wacana
kurang lebih 400 kata dan waktu membaca yang disediakan 2 menit.
c.Setelah 2 menit bacaan diambil oleh guru, kemudian siswa tersebut diberi
teks lagi dengan teks yang sama tetapi dirumpangi sebanyak 15 rumpangan, dan
KEM responden, begitu juga kelompok yang semula sebagai pengamat berganti
kelas sangat bermakna dan menyenangkan. Sejalan dengan itu penilaian yang
diterapkan adalah penilaian proses yaitu ketika siswa menerapkan metode klos untuk
meningkatkan KEM.
orang atau 77,5 %, pada tingkat instrusional sebanyak 7 orang atau 17,5 % dan pada
28
tingkat frustasi/gagal sebanyak 2 orang atau 5 %. Hal ini banyak mengalami
(KEM) siswa pada penelitian ini terekam sebagai berikut : (1) KEM siswa yang
tuntas sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KEM=175 kpm ke atas) adalah 18
siswa atau 45 %, yang tidak tuntas 22 siswa atau 55 %. Hal ini pun mengalami
kenaikan apabila dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus II ini KEM tertinggi 217
kpm, terendah 70 kpm, dan rata-rata 150 kpm. (terdapat dalam lampiran 1)
menurun dengan jalan keluar yang sudah diterapkan. Pada tingkat pengetahuan
bahasa siswa yang mengalami kendala di bidang itu hanya 12 siswa atau 30 %, dan di
D. Siklus III
1. Persiapan tindakan
29
Berdasarkan temuan-temuan pada siklus II, siklus ke III ini merupakan bagian
ajar peneliti langsung menggunakan bacaan 250 kata dengan waktu membaca
angket untuk siswa juga dipersiapkan agar penelitian tindakan kelas ini bisa
maksimal.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus III ini merupakan siklus akhir. Guru/peneliti
sebelumnya.
c. Siswa yang nomor absen ganjil membaca teks non sastra berjudul
“Tertib Lalu Lintas”, yang panjang wacana kurang lebih 250 kata dan waktu
diberi teks lagi dengan teks yang sama tetapi ada rumpangan sebanyak 15
rumpangan
30
g. Selanjutnya kelompok yang semula sebagai responden berganti
Dari hasil observasi siswa teman sebaya, maupun dari pengamat (guru mata
pelajaran sejenis) bahwa hasil uji kemampuan isian rumpang yaitu : (1) tingkat
independen = 40 siswa atau 100 %, (2) tingkat instruksional = 0 siswa atau 0 %, dan
(3) tingkat frustasi/gagal = 0 siswa atau 0 %. Hasil observasi juga terekam Kecepatan
Efektif Membaca (KEM) siswa yang tuntas atau 175 kpm ke atas sebanyak 40 orang
atau 100 %, KEM tertinggi 250 kpm, KEM terendah 156 kpm, dan rata-rata 210
point mudah diterima ketika menjelaskan metode klos untuk meningkatkan KEM,
100 % menjawab ya pada point memberi kesempatan anda untuk bertanya tentang
metode klos dan KEM, 50 % menjawab ya pada pernyataan membantu anda ketika
31
membentuk kelompok responden dan kelompok pengamat, sebaliknya kelompok
pernyataan anda diajak berdiskusi tentang kelebihan dan kelemahan metode klos.
Pada penilaian 100 % siswa menjawab ya pada pernyataan anda diberi kesempatan
sebagai pengamat untuk menilai teman sendiri, dan 100 % menjawab ya pada
pernyataan bahawa penilaian didasarkan pada kriteria klos dan kriteria KEM. Hasil
model pembelajaran metode klos untuk meningkatkan KEM, dan 100% siswa
mengalami keberhasilan.
32
berbahasa. Ada 4 aspek keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, dan
Membaca banyak ragamnya termasuk membaca cepat. Tidak sedikit siswa Kecepatan
metode klos untuk meningkatkan KEM siswa. Pada penelitian tindakan kelas (PTK)
ini pada siklus ke III ternyata semua siswa KEMnya 175 kpm ke atas. Menurut
Kamidjan (1996:68) metode klos dapat dipakai untuk mengukur tingkat keterbacaan
sebuah wacana yaitu (a) dapat dipakai untuk menguji tingkat kesukaran dan tingkat
frustasi (gagal), (c) serta untuk mengetahui kelayakan wacana sesuai dengan
Sejalan dengan itu beliau juga mengatakan teknik klos juga dapat dipakai
melatih keterampilan dan kemampuan baca ialah : (a) dalam menggunakan isyarat
sintaksis, (b) dalam menggunakan isyarat semantik, (c) dalam menggunakan isyarat
skematis, (d) dalam menggunakan jumlah kosakata, (e) dalam melatih daya nalar
Kegiatan awal pembelajaran pada pra tindakan terlihat semua siswa tertarik
penjelasan guru tentang model/teknik klos dan penjelasan KEM (Kecepatan Efektif
Membaca) seseorang, bahkan pada saat berdiskusi tentang metode tersebut siswa
sangat antusias bertanya dan memberikan komentar maupun pendapat. Hal ini sangat
33
relevan apabila metode klos digunakan untuk meningkatkan KEM, karena siswa ada
terbentuk, dan sangat baik untuk memulai tindakan baik siklus I maupun siklus-siklus
berikutnya.
telah teruji bahwa kendala-kendala KEM harus segera diatasi agar KEM siswa
diharapkan sering membaca kamus bahasa Indonesia, dan untuk kemampuan kognitif,
memahami isi/pesan yang terkandung dan yang terakhir yaitu pada kendala
sering membaca KEMnya jauh berbeda dengan orang yang jarang membaca. Itu
berarti bahwa untuk mencapai tujuan perlu melihat sebab, kalau sudah tahu sebab,
34
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
berikut :
wacana yaitu dapat dipakai untuk menguji tingkat kesukaran dan tingkat
dan frustasi (gagal). Di samping itu metode klos juga bisa digunakan untuk
mengetahui kelayakan wacana sesuai dengan kemampuan siswa, dan dapat pula
35
c.Hasil analisis data menunjukkan bahwa aktivitas pembelajaran membaca
membaca kamus bahasa Indonesia dan teori kebahasaan sedangkan kendala pada
kepekaan untuk mengerti dan memahami isi/pesan yang terkandung dalam suatu
pemecahannya siswa harus sering membaca karena orang yang sering membaca
b.Melatih membaca tepat, benar dan cepat menjadi tanggung jawab semua
36
DAFTAR RUJUKAN
Kasmidjan, Drs. 1996. Teori Membaca. Surabaya : Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni.
Soedarso, 2000, Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
37
Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999. Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Jakarta:
Depdikbud Direktorat Pendidikan Tinggi, Pengembangan Guru Sekolah
Menengah
Lampiran 1
Tingkat KRITERIA
Jumlah
Si Keterbaca
No Nama Siswa Rumpang Skor Perse Inde Instru Frust KEM KET
klus an n Pend k
an tasi
per menit tase en sional
Aira 146
1 S1 200 15 6 73% Tdk Tuntas
Oklatihana P.
S2 240 15 12 80% 192 Tuntas
S3 250 15 13 87% 217,5 Tuntas
Chetie Rinda 84
3 S1 180 15 7 47% Tdk Tuntas
A.
S2 185 15 13 87% 217,5 Tuntas
S3 200 15 14 93% 232,5 Tuntas
4 Demita 72
S1 180 15 6 40% Tdk Tuntas
Widhiani
S2 185 15 10 67% 123.3 Tdk.Tuntas
S3 200 15 14 93% 186 Tuntas
38
6 Dian Rizky S1 175 15 6 40% 70
Tdk Tuntas
M.
S2 185 15 11 73% 135.7 Tdk.Tuntas
S3 200 15 14 93% 186 Tuntas
39
S3 225 15 15 100% 225 Tuntas
40
25 Nanda S1 214 15 5 33% 70,62
Tdk Tuntas
Pradhana
S2 250 15 13 87% 208,8 Tuntas
S3 195 15 14 93% 232,5 Tuntas
41
35 Sita S1 160 15 6 40% 64
Tdk Tuntas
Andansari
S2 180 15 8 53% 96 Tdk.Tuntas
S3 200 15 14 93% 186 Tuntas
42
Lampiran 2
43
30 RATNA MEGAYATI
31 REZA OKTAVRIYANTO
32 RONNY PRASTYA ADITAMA
33 SABDO PANJASUNAN
34 SIGIT ARIADI
35 SITA ANDANSARI
36 TANTIKA WULAN SARI
37 WAHYUNITA NOER SHANDY
38 WIDYA PAWESTRI N.
39 AHMAD SALIM
40 RATIH SETYANINGRUM
JUMLAH 32 12 0 32 16 0 36 0
PERSENTASE (%) 80 0 80 0 0
Lampiran 3
44
1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 1 2 3 1 2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
45
39
40
Jumlah
40 40 40 40 40 40 20 40 40 40 40 40 40 36 40
Jawaban ya
Persentase 10 10 10 10 10 10
100 100 100 100 100 100 50 90 100
0 0 0 0 0 0
Keterangan :
: jawaban ya
: jawaban tidak
Lampiran 4
46
ANGKET SISWA
A. Isilah angket ini dengan jujur, sesuai dengan apa yang anda alami selama proses
pembelajaran
B. Tujuan angket ini adalah untuk perbaikan proses pembelajaran yang anda alami dan
akan dipergunakan untuk pembelajaran yang akan datang
C. Identitas anda tidak perlu dicantumkan.
AKTIVITAS GURU
PEMBUKAAN
1. Menyapa siswa Ya Tidak
2. Mengabsen siswa Ya Tidak
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran Ya Tidak
4. Memotivasi siswa Ya Tidak
PROSES PEMBELAJARAN
1. Mudah diterima ketika menjelaskan metode Klos Ya Tidak
untuk meningkatkan KEM
2. Memberi kesempatan anda untuk bertanya Ya Tidak
tentang metode Klos dan KEM
3. Membantu anda ketika membentuk kelompok Ya Tidak
responden dan kelompok pengamat
serta sebaliknya kelompok pengamat
menjadi kelompok responden
4. Mengkondisikan anda untuk melaksanakan Ya Tidak
pemodelan metode Klos untuk meningkatkan KEM
5. Anda diajak berdiskusi tentang kendala-kendala KEM Ya Tidak
PENILAIAN
1. Anda diberi kesempatan sebagai pengamat untuk Ya
Tidak
menilai teman anda sendiri
2. Melakukan penilaian individu dengan kriteria Klos Ya Tidak
3. Melakukan penilaian individu dengan kriteria KEM Ya Tidak
47
HASIL PEMBELAJARAN
1. Anda sangat senang dengan model pembelajaran tentang
Ya Tidak
metode Klos untuk meningkatkan KEM
2. KEM anda bertambah ketika menggunakan metode Klos Ya Tidak
Lampiran 5
48
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus I
1. Tujuan Pembelajaran
Sesudah kegiatan pembelajaran diharapkan :
1. Siswa dapat mengidentifikasi metode klos
2. Siswa dapat membaca cepat minimal 250 kata per menit
3. Siswa dapat menjawab secara benar 70 % dari seluruh kerumpangan bacaan
4. Siswa dapat mengungkapkan kendala-kendala Kecepatan Efektif Membaca
(KEM)yang dialaminya
49
2. Materi Pembelajaran
1. Metode Klos
2. Teks non sastra (terlampir)
3. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Kontekstual
2. Metode : Penugasan dan diskusi
4. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
1. Siswa membentuk kelompok. Dari 40 siswa setiap nomor absen ganjil sebagai
kelompok responden (atau kelompok yang diteliti), dan nomor absen genap
B. Kegiatan Inti
50
3. Siswa kelompok A yaitu kelompok nomor absen ganjil membaca
wacana yang sudah disediakan dan siswa kelompok B yaitu kelompok nomor
C. Kegiatan akhir
dengan menggunakan Metode Klos sebagai acuan refleksi dan kelompok yang
51
6. Penilaian
Penilaian dilaksanakan dengan cara penilaian proses yaitu ketika siswa
menerapkan metode klos untuk meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM).
7. Pedoman Penilaian
Rumus yang dipakai untuk mengetahui Kecepatan Efektif Membaca adalah
sebagai berikut :
K K B
x = Kpm
Wm Wm SI
K B
x = Kpm
Wd : 60 SI
K B
(60) x = Kpm
Wm SI
Keterangan :
minimal 250 kpm dan kemampuan memahami bacaan minimal 70%, itu berarti siswa
52
dikatakan berhasil membaca (tuntas) atau sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) yaitu jika kecepatan efektif membaca (KEM) minimal 175 kpm.
Lampiran 6
53
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus II
5. Tujuan Pembelajaran
Sesudah kegiatan pembelajaran diharapkan :
5. Siswa dapat mengidentifikasi metode klos
6. Siswa dapat membaca cepat minimal 250 kata per menit
7. Siswa dapat menjawab secara benar 70 % dari seluruh kerumpangan bacaan
8. Siswa dapat mengungkapkan kendala-kendala Kecepatan Efektif Membaca
(KEM)yang dialaminya
6. Materi Pembelajaran
54
Teks non sastra dengan jumlah kurang lebih 400 kata berjudul “Tembak di
Tempat Perusuh, Pejarah dan Koruptor Bahasa Indonesia”
7. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Kontekstual
2. Metode : Penugasan dan diskusi
8. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
1. Siswa membentuk kelompok seperti pada siklus I
B. Kegiatan Inti
panjang wacana kurang lebih 400 kata dan waktu membaca yang disediakan
2 menit.
diberi teks lagi dengan teks yang sama tetapi dirumpangi sebanyak 15
55
menghitung KEM responden, begitu juga kelompok yang semula sebagai
C. Kegiatan akhir
refleksi.
8. Penilaian
Penilaian dilaksanakan dengan cara : Penilaian proses yaitu ketika siswa
menerapkan metode Klos untuk meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM).
9. Pedoman Penilaian
Rumus yang dipakai untuk mengetahui Kecepatan Efektif Membaca adalah
sebagai berikut :
K K B
x = Kpm
Wm Wm SI
56
K B
x = Kpm
Wd : 60 SI
K B
(60) x = Kpm
Wm SI
Keterangan :
minimal 250 kpm dan kemampuan memahami bacaan minimal 70%, itu berarti siswa
dikatakan berhasil membaca (tuntas) atau sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) yaitu jika kecepatan efektif membaca (KEM) minimal 175 kpm.
Lampiran 7
57
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Siklus III
9. Tujuan Pembelajaran
Sesudah kegiatan pembelajaran diharapkan :
9. Siswa dapat mengidentifikasi metode klos
10. Siswa dapat membaca cepat minimal 250 kata per menit
11. Siswa dapat menjawab secara benar 70 % dari seluruh kerumpangan bacaan
12. Siswa dapat mengungkapkan kendala-kendala Kecepatan Efektif Membaca
(KEM)yang dialaminya
10. Materi Pembelajaran
Teks non sastra dengan jumlah kurang lebih 250 kata berjudul “ Tertib Lalu
Lintas”
58
11. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Kontekstual
2. Metode : Penugasan dan diskusi
sebelumnya.
B. Kegiatan Inti
c. Siswa yang nomor absen ganjil membaca teks non sastra berjudul
“Tertib Lalu Lintas”, yang panjang wacaa kurang lebih 250 kata da
diberi teks lagi denga nteks yang sama tetap iada rumpangan sebnayak
15 rumpangan
59
C. Kegiatan akhir
metode klos.
6. Penilaian
7. Pedoman Penilaian
Rumus yang dipakai untuk mengetahui Kecepatan Efektif Membaca adalah
sebagai berikut :
K K B
x = Kpm
Wm Wm SI
K B
x = Kpm
Wd : 60 SI
60
K B
(60) x = Kpm
Wm SI
Keterangan :
minimal 250 kpm dan kemampuan memahami bacaan minimal 70%, itu berarti siswa
dikatakan berhasil membaca (tuntas) atau sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) yaitu jika kecepatan efektif membaca (KEM) minimal 175 kpm.
61
Lampiran 8
62
mengembara ke samudra informasi yang sangat luas, terbuka, bebas, dan langsung.
Juga bisa diakses selama 24 jam.
Para pemakai internet yang dijuluki internet surfer dapat memperoleh berbagai
macam informasi. Yang bersifat ringan diantaranya lelucon, daftar lagu-lagu terbaru,
musisi terkenal, melihat koleksi berbagai macam museum dan butik yang ada di AS
dan Eropa, sampai memonitor turnamen tenis meja dan sepakbola. Yang serius
misalnya informasi pariwisata, rubrik majalah bisnis dan politik. Internet bisa
dimanfaatkan untuk berbelanja mudah dan cepat. Alat musik atau buku yang dipajang
oleh penjual di internet, setelah dipesan kurang dari satu minggu, barangnya sudah
datang dari Eropa.
Surat menyurat elektronik atau E-mail bisa dilakukan di internet. Kini tak perlu
lagi kita harap-harap cemas perihal surat yang ktia kirim untuk teman atau si dia.
Dalam hitungan detik, surat kita akan terpampang di layar penerima surat dimanapun
ia tinggal di bumi ini. Bagi remaja yang suka berdebat, di internet terdapat kelompok
diskusi yang bersifat global. Saat ini bergabung 8000 grup diskusi berdasarkan
kelompok minatnya dengan masalah yang beragam. Diskusi elektronika tentu
berbahasa Inggris. Namun demikian beberapa kelompok diskusi berbahasa Indonesia
dan berbahasa Melayu juga hadir di internet. Juga konferensi elektronika tersedia di
ineternet yang pesertanya terdiri dari beberapa orang berasal dari seluruh dunia.
Untuk bergabung ke jaraingan internet selain harus memiliki seperangkat
komputer juga dibutuhkan saluran telepon, modem dan kita harus menjadi pelanggan
provider internet. Provider ini menyediakan jasa untuk mengakses internet atau
saluran komunikasi lain. Jadi posisinya semacam gerbang. Di Indonesia dewasa ini
terdapat beberapa provider, diantaranya RADNE, IDOLA, TelkomnetInstan, Indosat,
D-Net dan lain-lain. Untuk menjadi pelanggan provider kita hanya mengisi formulir
berlangganan dan menyetor sejumlah uang. Setelah urusan administrasi beres,
provider akan memasang perangkat lunak dan tak lama kemudian kitapun bisa
memanfaatkan internet. Menjadi pelanggan internet secara pribadi biayanya relatif
mahal. Sebagai contoh pada tahun 1995 RADNE menetapkan biaya per bulan Rp.
95.000,00 untuk tambahan Rp. 3.000,00 per jam. Selain itu ongkos lain yang harus
63
dibayar ialah biaya telepon dari rumah ke provider. Untuk masyarakat di daerah
masih harus membayar pulsa telepon interlokal untuk menghubungi computer host di
Jakarta.
Internet telah menciptakan gaya komunikasi global ibarat pisau bermata dua.
Segi positifnya internet berfungsi Sebagai sarana bisnis, pendidikan, dan hiburan
yang mengajak kita menyentuh masa depan. Sisi negatifnya adalah hadirnya tayangan
pornografi. Banyak orang tua yang gundah karena gambar-gambar yang “seram” itu
dengan mudah diakses anak-anak. Tetapi alangkah baiknya kita justru melihat sisi
positifnya yang jauh lebih banyak.
Bagi sebagian masyarakat Indonesia, untuk bisa mengakses internet terbentur
pada masalah biaya yang masih terasa mahal. Sebagian siswa SMK kita berharap
akan uluran tangan dari PT Telkom agar dapat meringankan biaya untuk bisa
mengakses internet sebagai sarana untuk menjelajah informasi di jaringan komputer
dunia. Kalau sekarang menganggap tak punya telepon Sebagai hal yang ketinggalan
jaman, kelak sangat mungkin terjadi bahwa seseorang dianggap kuno bila tak
memanfaatkan internet. Bahkan yang tercantum di kartu namanya seperti halnya
nomor telepon atau faksimili sekarang.
Namun kita yakin pada saatnya kelak, masyarakat Indonesia akan dapat ke
samudra informasi di seluruh dunia lewat jaringan internet.
Lampiran 9
64
Petunjuk.
Isilah bacaan rumpang di bawah ini sesuai dengan pemahaman bacaan sebelumnya
selama 10 menit !
65
untuk mengembara ke ….…....(10)………. yang sangat luas, terbuka, bebas, dan
langsung. Juga bisa diakses selama 24 jam.
Para pemakai internet yang dijuluki ….…....(11)………. dapat memperoleh
berbagai macam informasi. Yang bersifat ringan diantaranya lelucon, daftar lagu-lagu
terbaru, musisi terkenal, melihat koleksi berbagai macam museum dan butik yang ada
di AS dan Eropa, sampai memonitor ….…....(12)……….. Yang serius misalnya
informasi pariwisata, rubrik majalah bisnis dan politik. Internet bisa dimanfaatkan
untuk berbelanja mudah dan cepat. Alat musik atau buku yang dipajang oleh penjual
di internet, setelah dipesan kurang dari satu minggu, barangnya sudah datang ….…....
(13)………..
Surat menyurat elektronik atau E-mail bisa dilakukan di internet. Kini tak perlu
lagi kita harap-harap cemas perihal surat yang ktia kirim untuk teman atau si dia.
Dalam hitungan detik, surat kita akan terpampang di layar penerima surat dimanapun
ia tinggal di bumi ini. Bagi remaja yang suka berdebat, di internet terdapat kelompok
diskusi yang ….…....(14)……….. Saat ini bergabung 8000 grup diskusi berdasarkan
kelompok minatnya dengan masalah yang beragam. Diskusi elektronika tentu
berbahasa Inggris. Namun demikian beberapa kelompok diskusi berbahasa Indonesia
dan berbahasa Melayu juga hadir di internet. Juga konferensi elektronika tersedia di
ineternet yang pesertanya terdiri dari beberapa orang berasal dari seluruh dunia.
Untuk bergabung ke jaraingan internet selain harus memiliki seperangkat
komputer juga dibutuhkan ….…....(15)………., modem dan kita harus menjadi
pelanggan provider internet. Provider ini menyediakan jasa untuk mengakses internet
atau saluran komunikasi lain. Jadi posisinya semacam gerbang. Di Indonesia dewasa
ini terdapat beberapa provider, diantaranya RADNE, IDOLA, TelkomnetInstan,
Indosat, D-Net dan lain-lain. Untuk menjadi pelanggan provider kita hanya mengisi
formulir berlangganan dan menyetor sejumlah uang. Setelah urusan administrasi
beres, provider akan memasang perangkat lunak dan tak lama kemudian kitapun bisa
memanfaatkan internet. Menjadi pelanggan internet secara pribadi biayanya relatif
mahal. Sebagai contoh pada tahun 1995 RADNE menetapkan biaya per bulan Rp.
95.000,00 untuk tambahan Rp. 3.000,00 per jam. Selain itu ongkos lain yang harus
66
dibayar ialah biaya telepon dari rumah ke provider. Untuk masyarakat di daerah
masih harus membayar pulsa telepon interlokal untuk menghubungi computer host di
Jakarta.
Internet telah menciptakan gaya komunikasi global ibarat pisau bermata dua.
Segi positifnya internet berfungsi Sebagai sarana bisnis, pendidikan, dan hiburan
yang mengajak kita menyentuh masa depan. Sisi negatifnya adalah hadirnya tayangan
pornografi. Banyak orang tua yang gundah karena gambar-gambar yang “seram” itu
dengan mudah diakses anak-anak. Tetapi alangkah baiknya kita justru melihat sisi
positifnya yang jauh lebih banyak.
Bagi sebagian masyarakat Indonesia, untuk bisa mengakses internet terbentur
pada masalah biaya yang masih terasa mahal. Sebagian siswa SMK kita berharap
akan uluran tangan dari PT Telkom agar dapat meringankan biaya untuk bisa
mengakses internet sebagai sarana untuk menjelajah informasi di jaringan komputer
dunia. Kalau sekarang menganggap tak punya telepon Sebagai hal yang ketinggalan
jaman, kelak sangat mungkin terjadi bahwa seseorang dianggap kuno bila tak
memanfaatkan internet. Bahkan yang tercantum di kartu namanya seperti halnya
nomor telepon atau faksimili sekarang.
Namun kita yakin pada saatnya kelak, masyarakat Indonesia akan dapat ke
samudra informasi di seluruh dunia lewat jaringan internet.
Lampiran 10
67
TEMBAK DI TEMPAT PERUSUH, PENJARAH DAN KORUPTOR
BAHASA INDONESIA
68
Kendala seperti ini tidak berlangsung lama. Secara bertahap potensi berbahasa
siswa akan berkembang secara alami dan sesuai mencapai sasaran. Situasi kegiatan
berbahasa senantiasa menuntut kecermatan. Demikian pula organ-organ saraf khsus
berbahasa pribadi siswa terangsang dengan pola-pola bahasa terarah dan sistematis.
Kendala lainnya ialah timbulnya kesenjangan kontiunitas para siswa terhadap suatu
masalah yang muncul. Hal ini sifatnya relatif, sebab sasaran primernya adalah bobot
kegiatan berbahasa sebagai suatu sistem. Dan bukan muatan masalahnya.
Kegiatan diskusi, berpidato, percakapan (dialog) merupakan kesempatan tepat
bagi guru mengadakan tindakan langsung (tilang) memperbaiki kesalahan berbahasa
para siswa. Para siswa merasa puas atas upaya guru menjadikannya sebagai penutur
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Upaya guru hasilnya akan jauh lebih baik
dibandingkan penjajalan teori dan latihan sepintas. Secara pragmatis tujuan
pengajaran tercapai. Yakni terwujudnya calon penutur bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Bukan sebaliknya ahli teori kebahasaan.
Lampiran 11
Petunjuk.
Isilah bacaan rumpang di bawah ini sesuai dengan pemahaman bacaan sebelumnya
selama 10 menit !
69
TEMBAK DI TEMPAT PERUSUH, PENJARAH DAN KORUPTOR
BAHASA INDONESIA
70
mengalami pembantaian mental, sebab langsung ditegur dan ….…....(12)……….
kesalahnnya pada saat itu juga.
Kendala seperti ini tidak berlangsung lama. Secara bertahap potensi berbahasa
siswa akan berkembang secara alami dan sesuai mencapai sasaran. Situasi kegiatan
berbahasa senantiasa menuntut kecermatan. Demikian pula organ-organ saraf khsus
berbahasa pribadi siswa terangsang dengan pola-pola bahasa terarah dan ….…....(13)
……….. Kendala lainnya ialah timbulnya kesenjangan kontiunitas para siswa
terhadap suatu masalah yang muncul. Hal ini sifatnya ….…....(14)………., sebab
sasaran primernya adalah bobot kegiatan berbahasa sebagai suatu sistem. Dan bukan
muatan masalahnya.
Kegiatan diskusi, berpidato, percakapan (dialog) merupakan kesempatan tepat
bagi guru mengadakan tindakan langsung (tilang) memperbaiki kesalahan berbahasa
para siswa. Para siswa merasa puas atas upaya guru menjadikannya sebagai ….…....
(15)………. bahasa Indonesia yang baik dan benar. Upaya guru hasilnya akan jauh
lebih baik dibandingkan penjajalan teori dan latihan sepintas. Secara pragmatis tujuan
pengajaran tercapai. Yakni terwujudnya calon penutur bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Bukan sebaliknya ahli teori kebahasaan.
Lampiran 12
Instrumen Kecepatan Efektif Membaca (Siklus III)
Bacalah teks berikut ini selama 1 menit !
Negara kita adalah negara hukum. Dalam Bab Pasal 27 ayat 1 dinyatakan
bahwa segala warga Indonesia bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan itu dan tidak ada kecualinya. Ayat ini mengemukakan hak dan
kewajiban setiap warga Indonesia dalam hukum dan pemerintahan. Mengenai hak
dari warga negara dalam hukum dengan tegas dinyatakan bahwa Negara sama haknya
71
di depan hukum. Demikian pula mengenai kewajiban warga negara terhadap hukum
dengan tegas dinyatakan, yakni bahwa setiap warga wajib menjunjung hukum. Dalam
kehidupan kita sebagai warga negara, hak dan kewajiban ini harus dilakukan secara
seimbang. Kita tidak boleh hanya menuntut hak saja tanpa melaksanakan kewajiban.
Demikian pula sebaliknya, kita tidak boleh hanya dituntut saja tanpa diimbangi oleh
pemenuhan hak-hak kita.
Kesadaran hukum dalam melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga
negara sangat penting bagi tercapainya tertib hukum. Salah satu wujud kesadaran
hukum dalam mewujudkan tertib hukum itu adalah kesadaran mematuhi peraturan
lalu lintas di jalan raya. Namun, setiap orang berkewajiban mematuhi peraturan lalu
lintas agar tertib di jalan raya sehingga terjamin keselamatan bagi semua pemakai
jalan raya.
Sejauh manakah kesadaran hukum masyarakat kita dalam mematuhi peraturan
lalu lintas yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan kerugian material yang
tidak sedikit jumlahnya? Hal-hal apa sajakah yang berpengaruh terhadap kesadaran
hukum di kalangan masyarakat kita dalam mematuhi peraturan lalu lintas ?
Pertanyaan-pertanyaan itu memerlukan jawaban dari kita semua sebagai
anggota masyarakat yang menggunakan fasilitas jalan raya itu. Untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan di atas, adakanlah pengamatan dan wawancara mengenai
tertib hukum lalu lintas di jalan raya.
Lampiran 13
Petunjuk.
Isilah bacaan rumpang di bawah ini sesuai dengan pemahaman bacaan sebelumnya
selama 10 menit !
72
Negara kita adalah negara……..(1)……….Dalam Bab Pasal 27 ayat 1
dinyatakan bahwa segala warga Indonesia bersamaan….…..(2)………….di dalam
hukum dan ….…..(3)…………. itu dan tidak ada kecualinya. Ayat ini
mengemukakan hak dan kewajiban setiap warga Indonesia dalam hukum dan
pemerintahan. Mengenai hak dari warga negara dalam hukum dengan….…..(4)
…….dinyatakan bahwa Negara sama haknya di depan hukum. Demikian pula
mengenai….…....(5)……….warga negara terhadap hukum dengan tegas dinyatakan,
yakni bahwa setiap warga wajib ….…....(6)………. hukum. Dalam kehidupan kita
sebagai warga negara, hak dan kewajiban ini harus….…....(7)……….secara
seimbang. Kita tidak boleh hanya menuntut hak saja….…....(8)……….melaksanakan
kewajiban. Demikian pula sebaliknya, kita tidak boleh hanya….…....(9)……….saja
tanpa diimbangi oleh….…....(10)……….hak-hak kita.
Kesadaran hukum dalam melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga
negara sangat penting bagi tercapainya ….…....(11)………. hukum. Salah satu wujud
kesadaran hukum dalam mewujudkan tertib hukum itu adalah kesadaran mematuhi
peraturan lalu lintas di jalan raya. Namun, setiap orang berkewajiban mematuhi ….
…....(12)………. lalu lintas agar tertib di jalan raya sehingga terjamin ….…....(13)
……….bagi semua pemakai ….…....(14)………..
Sejauh manakah kesadaran hukum masyarakat kita dalam mematuhi peraturan
lalu lintas yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan kerugian material yang
tidak sedikit jumlahnya? Hal-hal apa sajakah yang….…....(15)……….terhadap
kesadaran hukum di kalangan masyarakat kita dalam mematuhi peraturan lalu lintas ?
Pertanyaan-pertanyaan itu memerlukan jawaban dari kita semua sebagai
anggota masyarakat yang menggunakan fasilitas jalan raya itu. Untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan di atas, adakanlah pengamatan dan wawancara mengenai
tertib hukum lalu lintas di jalan raya.
73
Lampiran 14
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PENELITI
SIKLUS 1
CHECK NOTE
NO. URAIAN AKTIVITAS
LIST FIELD
1 PEMBUKAAN
1. Menyapa siswa
2. Mengabsen siswa
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran
4. Memotivasi siswa
2 PROSES
1. Membantu siswa membentuk kelompok responden
dan kelompok pengamat
2. Mengkondisikan kelompok pengamat sebagai
pencatat waktu dan menghitung KEM responden
3. Memodelkan metode Kos untuk meningkatkan KEM
4. Melakukan penilaian individu dengan kriteria Klos
5. Melakukan penilaian individu dengan kriteria KEM
6. Mendiskusikan kendala-kendala KEM
7. Mendiskusikan kelebihan dan kelemahan metode
Klos
3 PENUTUP
1. Melakukan evaluasi pembelajaran
2. Merefleksikan hasil pembelajaran
74
Lampiran 15
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PENELITI
SIKLUS 2
CHECK NOTE
NO. URAIAN AKTIVITAS
LIST FIELD
1 PEMBUKAAN
1. Menyapa siswa
2. Mengabsen siswa
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran
4. Memotivasi siswa
2 PROSES
1. Membantu siswa membentuk kelompok responden
dan kelompok pengamat
2. Mengkondisikan kelompok pengamat sebagai
pencatat waktu dan menghitung KEM responden
3. Memodelkan metode Kos untuk meningkatkan KEM
4. Melakukan penilaian individu dengan kriteria Klos
5. Melakukan penilaian individu dengan kriteria KEM
6. Mendiskusikan kendala-kendala KEM
7. Mendiskusikan kelebihan dan kelemahan metode
Klos
3 PENUTUP
1. Melakukan evaluasi pembelajaran
2. Merefleksikan hasil pembelajaran
75
Lampiran 16
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PENELITI
SIKLUS 3
CHECK NOTE
NO. URAIAN AKTIVITAS
LIST FIELD
1 PEMBUKAAN
1. Menyapa siswa
2. Mengabsen siswa
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran
4. Memotivasi siswa
2 PROSES
1. Membantu siswa membentuk kelompok responden
dan kelompok pengamat
2. Mengkondisikan kelompok pengamat sebagai
pencatat waktu dan menghitung KEM responden
3. Memodelkan metode Kos untuk meningkatkan KEM
4. Melakukan penilaian individu dengan kriteria Klos
5. Melakukan penilaian individu dengan kriteria KEM
6. Mendiskusikan kendala-kendala KEM
7. Mendiskusikan kelebihan dan kelemahan metode
Klos
3 PENUTUP
1. Melakukan evaluasi pembelajaran
2. Merefleksikan hasil pembelajaran
76
Lampiran 17
77
28 RADIKA FAHMI SIDDIQ
29 RANI DEWI ISMAWATI
30 RATNA MEGAYATI
31 REZA OKTAVRIYANTO
32 RONNY PRASTYA ADITAMA
33 SABDO PANJASUNAN
34 SIGIT ARIADI
35 SITA ANDANSARI
36 TANTIKA WULAN SARI
37 WAHYUNITA NOER S.
38 WIDYA PAWESTRI N.
39 AHMAD SALIM
40 RATIH SETYANINGRUM
Sidoarjo,…………2006
Observer,
78
Lampiran 18
LEMBAR OBSERVASI KEM (KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA)
Drs. Sutrisno
79
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................1
1.2 Perumusan dan Pemecahan Masalah …………………………………………3
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................3
1.4 Lingkup Penelitian............................................................................................4
1.5 Definisi Operasional …....................................................................................4
1.6 Manfaat Hasil Penelitian …..............................................................................5
80
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ……………………………………………………………. 20
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………………………31
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan …………………………………………………………………..33
5.2 Saran-saran …………………………………………………………………34
DAFTAR RUJUKAN………….……………………………………………………35
LAMPIRAN ……………. ………………………………………………………… 36
81
DAFTAR TABEL
82
DAFTAR LAMPIRAN
83