Anda di halaman 1dari 23

PENDEKATAN NORMATIF, MANAJEMEN

DAN SOSIAL DALAM SPP UNTUK MENDUKUNG


KESEREMPAKAN DAN KESELARASAN
BEKERJANYA SPP

KELOMPOK 2
RUANG LINGKUP
I. PENDAHULUAN
ATA R B E L A K A N G
ERMASALAHAN
II. LANDASAN TEORI
S I S T E M P E R A D I L A N P I D A N A T E R PA D U
KOMPONEN SPP
P E N D E K ATA N N O R M AT I F, M A N A J E M E N
DAN SOSIAL
III. PEMBAHASAN
S P P I N D O N E S I A PA D A M A S A S E K A R A N G
P E N D E K ATA N N O R M AT I F, M A N A J E M E N D A N
S O S I A L D L M W U J U D K A N K E S E R E M PA K A N
DAN KESELARASAN KERJA SPP
LATAR
LATARBELAKANG
BELAKANG
Terciptanya hukum yang baik dan terpadu tentu tidak akan
tercapai dengan sendirinya. Diperlukan suatu sistem hukum
yang dapat memberikan jawaban terhadap tantangan tsb.
Dimana salah satunya dalam penegakan hukum terdapat
mekanisme penanggulangan kejahatan melalui peradilan
pidana dengan pendekatan kesisteman, yang dikenal dengan
istilah sistem peradilan pidana (criminal justice system).
Adapun tujuan dari sistem peradilan pidana ini antara lain :
(a) mencegah masyarakat menjadi korban kejahatan; (b)
menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi sehingga
masyarakat puas bahwa keadilan telah ditegakkan dan yang
bersalah dipidana; dan (c) mengusahakan agar mereka yang
pernah melakukan kejahatan tidak mengulangi lagi
kejahatannya.1
PERMASALAHAN

BAGAIMANAK
BAGAIMANAKAH
AH KONDISI MEWUJUDKAN
KESEREMPAKAN
SISTEM DAN KESELARASAN
BEKERJANYA
SISTEM PERADILAN
PERADILAN PIDANA MELALUI
PENDEKATAN
PIDANA DI NORMATIF,
MANAJEMEN, DAN
INDONESIA SOSIAL?

SAAT INI?
LANDASAN
LANDASANTEORI
TEORI

SPP D
PA
TER
U

KOMPONEN
KOMPONEN
SPP
SPP

PENDEKATAN
PENDEKATAN
NORMATIF,
NORMATIF,
MANAJEMEN
MANAJEMEN
DAN SOSIAL
DAN SOSIAL
MARDJONO MULADI
• SPP=SISTEM DALAM SUATU • SPP DIPANDANG SBG REMINGTON DAN OHLIN
MASYARAKAT UNTUK JARINGAN DALAM ROMLI
MENANGGULANGI CJS=PEMAKAIAN
PERADILAN YG PENDEKATAN SISTEM
MASALAH KEJAHATAN. GUNAKAN
MENANGGULANGI TERHADAP MEKANISME
DIARTIKAN SBG HK.PIDANA SBG ADMINISTRASI PERADILAN
MENGENDALIKAN SARANA UTAMANYA, PIDANA DAN PERADILAN
KEJAHATAN DLM BATAS BAIK PIDANA MERUPAKAN HASIL
TOLERANSI MASY. HK.PID.MATERIIL, INTERAKSI ANTARA
• SPP=SISTEM PERATURAN PER-UU-AN ,
HK.PID.FORMIL DAN PRAKTIK ADMINISTRASI
PENGENDALIAN HK.PELAKSANA DAN SIKAP/TINGKAH LAKU
KEJAHATAN TERDIRI: PIDANA SOSIAL
KEPOLSIAN, KEJAKSAAN,
PENGADILAN DAN LP
TEORI SPP TERPADU
LANDASAN
KOMPONEN SPP
BARDA NAWAWI ARIF

KEKUASAAN KEKUASAAN
PENUNTUTAN MENGADILI

KEKUASAAN
KEKUASAAN PELAKSANA
PENYIDIKAN HUKUM
4 SUB PIDANA
SISTEM
SPP
KOMPONEN SPP
MARDJONO

KEPOLISIAN

LEMBAGA
PEMSYARA
SP KEJAKSAAN
KATAN
P

PENGADILAN
KOMPONENSPP
KOMPONEN SPP
ROMLI
ROMLI
KEPOLISIAN

PENASIHAT
KEJAKSAAN
HUKUM

LEMBAGA
PEMASYARAKATAN PENGADILAN
PENDEKATAN
PENDEKATANSPP
SPP

KETIGA
PENDEKATAN
NORMATIF MENENTUK
AN TOLAK
INI TIDAK UKUR
DAPAT
KEBERHASI
DIPISAHKAN
DAN SALING LAN DALAM
MEMPENGAR MENAGGUL
UHI ANGI
KEJAHATAN

SOSIAL MANAJEMEN
• memandang keempat unsur penegak hukum merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari suatu sistem sosial sehingga masyarakat secara keseluruhan ikut SOSIAL
bertanggung jawab atas keberhasilan atau ketidakberhasilan dari keempat
aparatur penegak hukum tersebut dalam melaksanakan tugasnya.
• memandang keempat aparatur penegak hukum sebagai suatu organisasi
manajemen yang memiliki mekanisme kerja, baik hubungan yang bersifat
N
horizontal maupun yang bersifat vertikal sesuai dengan struktur organisasi yang
MANAJEME
berlaku dalam organisasi tersebut.
• memandang keempat aparatur penegak hukum (kepolisian, kejaksaan,
pengadilan, dan lembaga pemasyarakatan) sebagai institusi pelaksana peraturan F
perundang-undangan yang berlaku sehingga keempat aparatur tersebut NORMATI
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem penegakan hukum semata-
mata.
PENDEKATAN SPP
SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA PADA
MASA SEKARANG
• Criminal justice system merupakan sebuah peradilan pidana
dengan menggunakan pendekatan sistem (system approach)
yang pertama kali diperkenalkan oleh Frank Remington pada
tahun 1958.
• Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 8 tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) telah memberikan
sebuah harapan baru tentang sistem peradilan pidana yang
lebih humanis dan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan yang
didambakan masyarakat Indonesia.
• Menurut Romli, nilai keadilan yang dimaksud adalah nilai
keadilan yang sesuai dengan Pancasila sebagai falsafah
bangsa Indonesia, yaitu nilai yang dapat memelihara dan
mempertahankan keseimbangan, keserasian dan keselarasan
antara kepentingan individu di satu pihak, dan kepentingan
masyarakat di lain pihak
PEMBAHARUAN SPP
secara substansi telah menganut nilai-nilai yang dianut
sistem akusator dan mengesampingkan (walaupun
belum sepenuhnya) nilai-nilai yang dianut sistem
inkuisitor

perlindungan hak asasi seorang tersangka


dalam mekanisme sistem peradilan pidana

KUHAP
perlindungan hak asasi seorang tersangka
dalam mekanisme sistem peradilan pidana

asas praduga tak bersalah


(presumption of innocent)
tersangka/terdakwa adalah subyek, bukan lagi
menjadi objek, sehingga tersangka/terdakwa
didudukkan dan diperlakukan sebagai manusia yang
memiliki harkat dan martabat
LANJUTAN
LANJUTAN
prinsip diferensiasi
JAMINAN BAGI fungsional KUHAP telah
TSK/TDW UNTUK memberikan penegasan
TERHINDAR DARI pembagian tugas dan
KESEWENANGAN wewenang antar instansi
APARAT GAKKUM penegak hukum secara
instansional

asas “penjernihan” Sistem cekking yang terbentuk


(clarification) dan melalui prinsip diferensiasi
fungsional merupakan sebuah
“modifikasi” (modification)
hubungan koordinasi fungsional
fungsi dan wewenang dan instansional, yang berarti
antara setiap instansi adanya kesejajaran pada
penegak hukum masing-masing instansi.

tercipta koordinasi dalam pelaksanaan


fungsi penegakan hukum, serta
masing-masing instansi taat dan patuh
kepada ketentuan pelaksanaan tugas,
wewenang serta tanggung jawab yang
telah ditetapkan dalam KUHAP Page 14
ADVOKAT
• UU NO. 18 TAHUN 2003
• UU NO. 12 TAHUN 1995 LP
KEHAKIMAN
• UU NO. 4 TAHUN 2004
KEJAKSAAN
• UU NO. 16 TAHUN 2004
KEPOLISIAN
• UU NO. 2 TAHUN 2002
PERATURAN PER-UU-AN
HAMBATAN
HAMBATAN
• Subsistem-subsistem pada sistem peradilan pidana
masih menonjolkan peranan lembaga masing-masing
sehingga tercipta fragmentasi dalam pelaksanaan
tugas penegakan hukum.
• Ego sektoral yang muncul mengakibatkan sistem
peradilan pidana yang diciptakan KUHAP tidak
berjalan secara efektif
• tidak ada semangat kebersamaan dan kerja sama
yang tulus diantara para aparat penegak hukum
• Bolak-balik berkas perkara,Ketidakkonsistenan
Petunjuk Dari Penuntut Umum Dalam Bolak-baliknya
Berkas Perkara Ini.
Page 16
PENDEKATAN NORMATIF, MANAJEMEN DAN SOSIAL DLM
WUJUDKAN KESEREMPAKAN & KESELARASAN SPP

• Sub Sistem Dalam Spp Sbg Pelaksana Peraturan Per-uu-an Yg


Berlaku, Tidak Berdiri Sendiri Namun Merupakan Satu Kesatuan Yang
Tidak Terpisahkan
• Spp Mencita-citakan Peradilan Model Due Process Of Law Yaitu
Peradilan Merupakan Sebuah Proses Penegakan Hukum Yang Adil Dan
Layak serta
• Tindakan Para Aparat Penegak Hukum Bersumber Kepada Cita-cita
Negara Hukum Yang Menjunjung Tinggi Supremasi Hukum, Yang
Melaksanakan Tugas Dan Wewenangnya Hanya Atas Dasar Hukum
Yang Berlaku

Page 17
PROSES
GAKKUM
HORMATI
HAK-HAK
INDIVIDU

PASAL 50 sd DUE PERLAKUAN


68 KUHAP
HAK TSK & PROCESS YANG SAMA
DI MUKA
HUKUM
TDW
OF LAW

TSK/TDW DI
DAMPINGI
PENASIHAT
HUKUM
Page 18
• Sebagai suatu organisasi manajemen yang memiliki
mekanisme kerja, masing-masing subsistem dalam
sistem peradilan pidana memerlukan sebuah sistem
administrasi (hubungan horisontal dan vertikal)
yang baik sesuai dalam struktur organisasinya.
Setiap organisasi subsistem memiliki stuktur yang
terdiri dari bagian-bagian (sub-subsistem) yang
saling berhubungan atau berkaitan satu dengan yang
lain
• sebuah mekanisme kesisteman maka apabila salah
satu bagian tidak bekerja atau berfungsi dengan baik
maka akan mempengaruhi kinerja bagian lainnya.
Page 19
KEPOLISIAN

• Sebagai sebuah sistem, maka masing-masing


tingkatan organisasi kepolisian (mabes, polda,
polres, dan polsek) terhubung dalam sebuah garis
komando yang bersifat hirarkis berjenjang (vertikal)
• masing-masing tingkatan organisasi kepolisian
memiliki struktur yang terdiri dari bagian-bagian
yang melaksanakan tugas dan peranan masing-
masing.

Page 20
KEPOLISIAN

• pada tingkatan polres terdapat Satuan Reserse


(Sat Serse) yang memiliki beberapa bagian
secara terstruktur baik vertikal maupun
horisontal (misalnya unit identifikasi dan unit-
unit penyidikan). Pelaksanaan penyidikan akan
menjadi terhambat apabila unit identifikasi
tidak bekerja dengan baik, yang pada akhirnya
akan mempengaruhi kualitas penegakan
hukum polres
Page 21
KESIMPULAN
KESIMPULAN

BAGAIMANAK
BAGAIMANAKAH
AH KONDISI MEWUJUDKAN
KESEREMPAKAN
SISTEM DAN KESELARASAN
BEKERJANYA
SISTEM PERADILAN
PERADILAN PIDANA MELALUI
PENDEKATAN
PIDANA DI NORMATIF,
MANAJEMEN, DAN
INDONESIA SOSIAL?

SAAT INI?

Page 22
SEKIAN
&
TERIMA
KASIH
Page 23

Anda mungkin juga menyukai