Anda di halaman 1dari 5

Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Abstrak Buku
Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit Edisi 2

Disusun Oleh :

Nama : Dhini Rahayu Ningrum

NIM : 08 / 268043 / KU / 12801

PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2011
Judul : Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit, Ed.2.

Pengarang : dr. Andry Hartono, SpGK

Penerbit : Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Tahun : 2006

Jumlah halaman : 322 halaman

Ukuran : 14 x 21 cm

Bab 1 Pedoman diet

Pedoman diet diperlukan untuk memelihara status gizi yang baik. Jika target populasinya
masyarakat luas menggunakan pedoman diet umum. Sedangkan untuk pasien di rumah sakit
digunakan pedoman khusus/individual. Dalam bab ini dijelaskan beberapa definisi dalam bidang
kesehatan yang akan sering disebut dalam buku. Antara lain kata gizi, ilmu gizi, nutrient atau
zat-zat gizi, makronutrien dan mikronutrien, makanan, terapi diet dan perencanaan makanan.
Peranan makanan dan gizi juga disinggung dalam perspektif umum di masyarakat. Adanya
makna emosional dan simbolik bagi banyak orang dan keeratannya dengan budaya. Pedoman
diet rumah sakit memiliki tujuan yang lebih spesifik dalam penyediaannya. Piramida bahan
pangan dari USDA (the united states department of agriculture) tahun 1992 bertujuan
menyediakan sarana visual yang dapat digunakan untuk memilih bahan pangan yang baik
untuk kita. Angka kecukupan gizi atau RDA (recommended dietary allowences) merupakan
rekomendasi asupan atau pemenuhan kebutuhan berbagai zat gizi yang harus dipenuhi
seseorang dalam sehari. Terdapat tabel angka kecukupan gizi pada setiap rentang usia yang
merupakan hasil Widya Karya Pangan dan Gizi, LIPI, 1993. Suplementasi pangan juga menjadi
hal yang popular di masyarakat. Teliti dalam melihat kandungannya menjadi hal yang
direkomendasikan. Label makanan juga dianggap penting utnuk dicermati. Sayangnya di
Indonesia masih terbatas partisipasi produsen untuk mencantumkan kandungan giizi dalam
label produknya.

Bab 2 Nutrien: Jenis dan Fungsinya

Terdapat tiga nutrient yang dibahas pada bab ini antara lain adalah hidrat arang, protein dan
lemak. Pembahasan pada jenis dari tiap nutrient cukup mendalam hingga ke struktur kimianya.
Akan tetapi masih belum banyak penjelasan mengenai contoh tiap jenis bahan pangan yang
ada di dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pada fungsi juga cukup baik membahas hingga
ke interaksi dengan bagian tubuh lain. Tetapi dari tiap butir fungsi yang dipaparkan memerlukan
referensi lain untuk bisa benar-benar memahami. Meski pemaparan fungsi terlalu singkat
namun cukup jelas.

Bab 3 Nutrien dalam Makanan

Meliputi pembagian bahan pangan berdasarkan kelompok yang terbagi menjadi empat
kelompok yang memiliki warna berbeda. Ada kelompok hijau yang terdiri dari buah dan sayur,
kelompok kuning terdiri dari biji-bijian, umbi dan serealia. Kelompok jingga terdiri dari protein
hewani dan nabati. Kelompok terakhir yaitu merah terdiri dari produk gula, garam dan gajih
disingkat menjadi 3G. Dalam bab ini terdapat tabel bahan pangan dan kandungan nutriennya.
Satu jenis nutrient memiliki satu tabel yang memuat bahan pangan apa yang mengandung zat
gizi tersebut. Zat gizi tersebut antara lain protein, kolesterol dan lemak, lemak omega-3,
antioksidan, vitamin A, D, E, B kompleks dan vitamin C. zat gizi mineral yaitu Natrium, Kalium,
Kalsium, Zat Besi, Zink. Serat pangan juga memiliki tabel tersendiri. Tabel rangkuman
komposisi makronutrien dalam bahan makanan dan kandungan kalori pada lauk dan camilan
berada pada akhir bab ini.

Bab 4 pencernaan dan metabolism

Terdapat definisi dari pencernaan, metabolisme dan katabolisme. Penjelasan mengenai


oksidasi juga sangat membantu untuk memahami bab ini. Pemaparan anatomi dan fisiologi dari
saluran gastroinstestinal memudahkan untuk dapat memahami proses di tiap bagiannya.
Meskipun perlu referensi lain untuk memahami jika terdapat kelainan atau penyakit yang lebih
rumit. Penjelasan mengenai energi bagi sel menjadi awal utnuk kita memahami proses jaringan
atau organ dalam metabolism tubuh. Sel menjadi komponen yang memgang peranan dasar
meski merupakan bentuk yang paling kecil. Mulai membahas starvasi dengan metabolism
normal untuk dapat membandingkan dengan metabolisme kondisi starvasi yang memiliki
perbedaan tertentu dari kondisi normal yang harus diperhatikan. Pembahasan juga mengenai
metabolinme pada kondisi trauma dan sakit berat.

Bab 5 Kriteria Rujukan Nutrisi dan Diet

Menjelaskan beberapa kondisi yang membuat konsultasi atau rujukan nutrisi menjadi hal yang
sangat dibutuhkan. Konsultasi untuk pasien rawat jalan diberikan jika menunjukan salah satu
tanda berikut : adanya penyakit kronis, adanya peningkatan kebutuhan metabolic terkait dengan
infeksi atau penyakitnya, adanya masalah yang menghambat dalam pemenuhan kebutuhan,
adanya obat-obat tertentu yang meiliki efek samping terkait dengan nutrien, adanya pemakaian
suplemen dalam dosis besar atau menghindari makanan tertentu dalam jangka waktu lama.
Adanya anemia terkait dengan asupan yang kurang bergizi, kecenderungan deplesi nutrient
tertentu tanpa ada etiologi medis yang jelas. Perlunya konsultasi untuk pasien rawat inap jika
terdapat indikasi berikut: adanya trauma atau sakit kritis, adanya penyakit kronis, adanya
kebutuhan nutrisi khusus seperti enteral atau parenteral, adanya anemia nutrisi, deplesi
simpanan protein dengan defisiensi nutrisi, penuurnan berat badan bermakna sebelum masuk
rumah sakit. Penggunaan dosis tinggi suplemen tertentu, menghindari sama sekali kelompok
makanan tertentu dalam waktu lama. Konsultasi untuk terapi nutrisi preventif jika ada riwayat
penyakit tertentu dalam keluarga, adanya kelebihan atau kekurangan terhadap batas normal
konsumsi makanan tertentu. Adanya abnormalitas dalam hasil laboratorium tertentu, haid yang
didak diimbangi dnegn konsumsi zat besi yang mencukupi. Wabita yang merencanakan
kehamilan dengan asupan folat yang rendah, wanita hamil dan menyusui, orang dengan lemak
tubuh berlebih atau kegemukan, orang yang jarang olahraga dan aktifitas fisik rendah,
kelompok geriatric, kelompok balita dengan berat badan yang tidak mengalami kenaikan
selama tiga kali penimbangan atau berat badannya berada dalam jalur kuning bahkan garis
merah.
Bab 6 pengkajian status gizi

Terdapat tabel yang menyebutkan tentang komponen penting dalam pengkajian status nutrisi,
terdiri dari anamnesis riwayat diet, pengukuran antropometrik, pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan jasmani. Selain itu ada contoh blangko untuk menggali status nutrisi seseorang
yang cukup lengkap dan efektif untuk pengisiannya. Juga terdapat anamnesis riwayat diet
menurut jenis penyakitnya, berisi daftar pertanyaan untuk tiap penyakitnya.

Bab 7 Penghitungan Kebutuhan Nutrien

Rumus perkiraan kebutuhan energy, protein, lemak, vitamin dan mineral, serta cairan. Rumus
yang digunakan merupakan rumus yang sesuai dengan yang sering kita gunakan. Mudah
dipahami dan tidak bertele-tele.

Bab 8 Implementasi Nutrisi Oral dan Diet

Terdapat pembahasan yang dibuat dalam bentuk poin-poin mengenai prinsip, syarat dan
preskripsi diet pada setiap kondisi penyakit tertentu. Terdapat berbagai penyakit antara lain,
AIDS/HIV, anemia, penyakit sendi, diabetes mellitus tipe 1 dan 2, dislipidemia, gagal ginjal akut,
gagal ginjal kronik, gagal jantung kongestif, gizi olahraga, hipertensi, imunonutrisi, kanker,
obesitas, osteoporosis, asam urat, penyakit hati, kandung empedu, penyakit jantung koroner,
lambung, paru-paru, pankreas, sindrom metabolik, stroke, dan trauma luka bakar. Pembahasan
cukup baik meski masih kurang lengkap dan terkadang urutan pembahasan kurang tepat
sehingga menimbulkan kerancuan.

Bab 9 Nutrisi enteral

Pembahasan mengenai indikasi dan kontraindikasi pada pemberian nutrisi enteral, susunan
nutrient atau komposisi bahan dan osmolalitas yang tepat untk bentuk makanan enteral. Tipe
formula enteral dan syarat pemberian formula enteral memberikan informasi cukup dalam
pelaksanaan pemeberian enteral ini. Cukup baik namun masih terlalu singkat dibandingkan
buku lain. Namun ini sudah cukup sebagai awal pengetahuan permbaca.

Bab 10 Nutrisi Parenteral

Informasi dalam bab ini hampir sama dengan bab sebelumnya yaitu bab nutrisi enteral. Hanya
terdapat perbedaan dalam jenis produk. Pada parenteral disebutkan jenis produk yang ada di
pasaran. Perbedaan ini dikarenakan bentuk parenteral tidak dapat dibuat sendiri oleh ahli gizi
karena perlu proses, bahan dan peralatan canggih yang tidak mungkin disiapkan sendiri oleh
pihak rumah sakit. Sehingga perlu produsen lain yang menyediakan. Kemudian juga ada
pembahasan komplikasi nutrisi parenteral sebab dibandingkan nutrisi enteral, parenteral lebih
besar resiko terjadinya komplikasi pada tubuh.

Bab 11 Presentasi kasus

Bab ini adalah bab terakhir, terdapat empat contoh kasus beserta prinsip terapinya. Kasus
tersebut antara lain kasus DM tipe 2 dengan gagal ginjal kronik, gagal jantung kongestif,
manula dengan permasalahan geriatrik, dan penyakit kanker paru. Informasi dalam bab ini
cukup memberikan gambaran aplikasi beberapa preskripsi diet yang telah disampaikan di bab
sebelumnya. Bahkan lebih bermanfaat karena contoh kasusnya merupakan penyakit komplikasi
yang terkadang preskripsi diet tiap penyakit bertentangan.

Terdapat tujuh lampiran yang disertakan. Antara lain lampiran daftar bahan makanan penukar,
rangkuman tentamng keseimbangan nutrien, pesan dasar gizi seimbang, glosari medik dan
nutrisi, makanan dan obat, alamat web yang dapat mengakses informasi terkait gizi dan
kesehatan, dan terakhir rangkuman rekomendasi nutrisi enteral.

Secara keseluruhan buku ini cukup baik untuk dijadikan bahan bacaan meski bukan pedoman
kita untuk bekerja. Karena buku ini ditulis oleh seorang dokter gizi klinik yang cukup kuat
menyentuh keterkaitan metabolism tubuh dengan makanan, maka akan lebih sempurna lagi jika
kita melengkapi wawasan dengan membaca sumber lain yang lebih aplikatif. Karena pada
aplikasinya terkadang banyak kebijakan yang berbeda dengan teori dasar.

Anda mungkin juga menyukai