Anda di halaman 1dari 34

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengna Rahmat

dan karunianya maka akhir dari praktek selama masa perbengkelan serta beberapa ilmu yang telah

didapatkan dari pembimbing dan pengalaman, yang juga diperoleh dari sumber – sumber yang lain

separti dalam buku panduan atau acuan yang tersaji dalam sebuah bentuk tulisan – tulisan yang belum

mendekati taham kesempurnaan.

Terbuatnya laporan ini merupakan perwujudan dari segala bentuk pengamatan, pengaplikasian

dan pelaksanaan job sesuai dengan deskripsi bentuk kerja yang merupakan kewajiban yang harus

dilaksanakan setiap mahasiswa.

Keberhasilan dan tecapainya tujuan pembuatan proposal ini, tentu tidak lepas dari dukungan

dan restu serta dorongan moril maupun materil dari keluarga dan teman – teman, sehingga dapat

terselesaikannya job praktikum dan laporan ini dengan baik.

Saran dan juga keritik yang anda berikan dan tambahkan dalam penulisan laporan ini akan

penulis tamping dengan senang hati, karena penulis sendiri menyadari bahwa laporan ini masih sangat

jauh dari tahap kesempurnaan, baik job ataupun pembuatan laporan. Dan akhirnya penulis berharap

agar laporan ini dapat berguna serta memberi pandangan yang berbeda dan mempunyai andil yang

besar bagi semua pihak yang menjadikannya acuan dan bahan perbandingan untuk pembuatan laporan

bengkel ke tahun depannya yang akan dating

07 Oktober 2009
Penyusun :

M. Tirta Bangun Sarheld


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Perkembangan teknologi dan peralatan yang sudah modern saat ini, segala perusahaan makin
juga berkembang dan besar sekali harapan perusahaan ingin membutuh kan tenaga kerja yang muda
dan mempunyai wawasan yang lebih jauh lagi tentang ilmu listrik dan segala macam tentang kelistrikan.
POLITEKNIK Negeri Samarinda, terutama pada prodi jurusan Teknik Elektro semakin giat
memberi pengajaran dan wawasan kepada setiap mahasiswanya, dari hal yang paling dasar sampai pada
pokok permasalahan yang akan di hadapkan pada setiap pelajarannya. Hal ini yang membuat setiap
mahasiswa semakin banyak belajar dan mempunyai wawasan tersendiri, dari yang kurang mengerti
mungkin sampai dengan memahami dari segi pandangan tentang Kelistrikan.
Mahasiswa dituntut untuk terus belajar dan memahami dari perkuliahan yang diberikan setiap
harinya, mahasiswa juga dituntut untuk terampil, disiplin juga bekerjasama. Yang akan menjadikan
mahasiswa tersebut menjadi salah satu sudut perhatian dari setiap perusahaan yang menginginkan
pekerja baru, enerjik, dan mempunyai wawasan yang sangat luas tentang pemahaman dari materi
materi apa saja yang sudah diberikan dari POLITEKNIK Negeri Samarinda.

Agar terselenggaranya segala bentuk instalasi yang baik dari berbagai seluk beluk yang
menyangkut keamanan instalasi, penempatan instalasi dan juga perlengkapam serta bahaya – bahaya
yang mungkin terjadi, maka sangat penting suatu acuan guna mendapat apa yang diinginkan dimana
acuan tersebut dapay berupa :
1. Gambar – gambar symbol instalasi listrik.
2. Cara penyambungan penghantar kedalam suatu peralatan instalasi listrik.
3. Pengenalan kode, tanda uji, warna dan segala bentuk penandaan suatu peralatan listrik.

Hal tersebut diatas tidak terlepas dari tujuan, standarisasi instalasi listrik yang berfungsi untuk
keseragaman dalam bentuk atau ukuran, menggambar, cara kerja dan juga mutu bahan. Bahkan dalam
peraturaninstalasi listrik yang baik dan benar mengenai peralatan, kesalahan manusia dan gedung
diaplikasikan pada tempat yang sebenarnya, disana juga dituntut bahwa instalasi penerangan harus
memenuhi prinsip – prinsip dasar, yaitu :
1. Keandalan.
2. Ketertiban.
3. Ketersediaan.
4. Keindahan.
5. Keamanan
6. Ekonomis.

Hal tersebut diatas telah terpenuhi dengan baik sesuai dengan praktek instalasi (Instalasi On Plester)
yang telah selesai dilakukan.

1.2. Permasalahan.
Pada praktek instalasi on plester ini, banyak menggunakan bahan – bahan atau juga alat – alat listrik
yang dikatakan asing bagi orang awam, alat bahan atau alat listrik tersebut diantaranya ialah :
1. Saklar Impluse.
2. Staircese.
3. Saklar Selektor.
4. Saklar waktu.
5. Relay saklar dimer.
6. MCB 3 phase.
7. MCB 1 phase.
8. Line Up terminal, dll
Sebelum memulai praktek bengkel bahan – bahan dan alat – alat tersebut diatas harus terlebih dahulu
diketahui prinsip kerjanya. Karena, teori dan praktek tidak selalu sama dengan yang ada dilapangan
sendiri, setiap produk yang berbeda sebenarnya prinsip kerjanya sama saja.

1.3. Tujuan.
1.3.1. Secara Umum.
1. Mengembangkan dan juga memantapkan sikap propesional juga disiplin bagi mahasiswa
untuk memasuki lapangan kerja sesuai dengan bidangnya masing – masing.
2. Mengenal peralatan – peralatan bengkel agar dapat menggunakan peralatan tersebut
sebagaimana fungsinya.
3. Dapat menjaga dan memelihara juga memperbaiki jika ada kerusakan pada peralatan –
peralatan inslatalasi listrik.
4. Dapat menerapkan informasi – informasi teknik.
5. Membantu mahasiswa dapat memahami prinsip – prinsip kerja peralatan, komponen yang
terletak pada instalasi on plester, karena beda pada saat teori.
6. Membantu mahasiswa agar dapat membaca dan memahami gambar teknik dengan baik dan
benar.
7. Membantu mahasiswa agar dapat merangkai sesuai dengan petunjuk dan gambar.

1..3.2. Secara Khusus.


Pada instalsi on plester ini, mempunyai tujuan agar mahasiswa mampu merencanakan suatu
pekerjaan yang didapatkannya suatu saat sebagai contoh pada instalasi penerangnan on plester ini,
tetapi harus diketahui terlebih dahulu prinsip kerjanya dan system penerangan yang akan digunakan.
Pada praktek instalasi on plester ini terdapat beberapa catatan penting, yaitu :
1. Penerangan kamar tamu, makan dan dapur dilayani oleh saklar seri dan saklar impulse.
2. Penerangan kamar mandi, tidur, slasar, dilayani oleh dua saluran dan satu saklar silang.
3. Penerangan jalan, parker didalam dan diluar rumah rumah menggunakan sistem pengaturan
sebagai berikut :
a. Manual
Pada bagian ini, saat lampu indicator akan menyala dan lampu penerangan jalan, parker
didalam dan diluar rumah dapat dihidupkan dengan menekan tombol (B) maka lampu
akan menyala dan lampu akan mati sesuai dengan setting waktu yang diatur sesuai
keinginan dengan saklar staircase.
b. Otomatis
Pada saat keadaan ini, lampu indicator akan mati dan lampu penerangan parker didalam
dan diluar ruangan (rumah) akan menyala apabila pada saklar dimer (LDR) tidak terkena
cahaya dan anak kontak saklar waktu pada posisi on (menutup). Untuk akan menghemat
energi maka saklar waktu dapat kita atur misal, lampu akan menyala pada jam 18.00
dan akan mati pada jam 06.00 sehingga pada jam selanjutnya sampai dengan setting
waktu maksimum walaupun saklar dimer tidak terkena cahaya (dalam keadaan
mendung) tetap tidak menyala karena sudah disetting antara jam kerja 18.00 – 06.00.
pada tiap posisi otomatis lampu juga dapat dinyalakan secara manual yaitu dengan cara
menekan tombol (B), apabila lampu penerangan dalam keadaan otomatis tidak menyala
atau diluar setting waktu yang telah ditentukan.

1.4. Pembatasan masalah.


Untuk membatasi masalah yang akan dibahas, maka perlu suatu landasan wawasan agar tidak
menimbulkan pemikiran yang terlalu luas maka penulis akan lebih menitikberatkan pada
permasalahan yang bersifat praktis dalam aplikasi dilapangan dengan dukungan penguasaan teori.
Oleh karena itu, penulis hanya memberi pembahasaan uang meliputi :
1. Pembahasan mengenai proses penginstalasian didalam listrik on plester.
2. Pembahasan tentang syarat – syarat instalasi yang baik dan benar dalam teknik penggunaan alat
dan bahan material sesuai standar.
3. Fungsi kerja serta system kerja beberapa alat dan bahan material serta rangkaian instalasi listrik
on plester.

1.5. Pemeliharaan tempat praktek.


Untuk meningkatkan mutu dan kualitas kerja dari prktek instalasi on plester ini, maka diwajibkan
bagi seluruh mahasiswa bersikap baik dan sopan serta mematuhi segala peraturan yang ada. Hal ini
juga ditunjang dari segi kebersihan tempat praktek dan kerapian nseragam mahasiswa, oleh sebab
itu selalu dibersihkan disekitar daerah itu. Karena, daerah yang kurang rapi akan bembuat
pekerjanya kurang nyaman pada saat bekerja, dan bahayanya terancam bagi keselamatan kerja
mahasiswa itu sendiri.

1.6. P3K
Kotak P3K selalu ada disetiap tempat, ditempat praktek terutama. Karena, pada saat ada kecelakaan
yang tanpa disadari selalu terjadi setiap saat maka pertolongan pertama harus selalu siap setiap
saat. Misalkan ada yang terluka karena salah penggunaan alat dan bahan, atau saat salah satu
mahasiswa tersengat arus listrik, maka harus selalu siaga setiap saat dan juga kotak P3K harus
lengkap.
Cara pertama saat pembebasan korban yang terkena aliran listrik melalui pemutusan hubungan
antara si korban dan penghantar, harus dilakukan dengan memperhatikan segala macam hal
berikut:
a. Hantaran arus secepat mungkin dibuat bebas tegangna dengan menggunakan saklar – saklar
atau dengan menarik hantaran itu sampai putus dengan menggunakan benda yang kering bukan
sejenis logam ( seperti kayu atau tali yang dililitkan pada penghantar itu ).
b. Dengan cara menarik si korban dari tempat kecelakaan.
c. Menarik hantaran dari tubuh si korban dengan menggunakan pakaian kering yang dililitkan
seperti tali.
d. Dengan cara menghubung singkatkan dengan cara mentanahkan (Grounding) hantaran.
Untuk menghindari atau mengurangi pengaruh arus listrik pada penolong harus menempatkan diri
diatas papan yang kering, diatas kain kering, atau landasan – landasan kering yang bukan logam. Jadi
pada umumnya orang yang terkena aliran listrik akan berakibat fatal apabila kita terlambat saja
menanggulanginya, maka kita harus secepat mungkin memutuskan aliran listrik dimana orang
tersebut terkena aliran listrik dan membebaskannya.
BAB II
TEORI DASAR

2.1. Tinjauan Umum.

Permasalahan yang sering dihadapi oleh konsumen dari PLN ialah, cenderung menjadikan
mereka mengalami kerugian, karena sebagian konsumen tidak memperhatikan hal – hal yang pokok
dalam penginstalasian listrik. Dengan demikian, maka seorang instalatur diharapkan dapat mampu
mengatasi berbagai masalah terutama pada penginstalasian listrik khususnya instalasi on plester.

Salah satu cara untuk mengatasi hal – hal tersebut adalah dengan cara memahami prinsip kerja
rangkaian listrik on plester.

2.2. Dasar Teori.


2.2.1. Instalasi On Plester.
Untuk metode instalasi on plester penempatan pipa – pipa tidak ditanam didalam dinding, akan
tetapi dilangit – langit atau pada lorong – lorong diatas langit – langit (atap), pipa – pipa tersebut
(dengan penghantar NYA atau kabel – kabel untuk pengaman didalamnya) menyusuri tiap sudut dinding
atau langit – langit, metode on plester ini tidak menempatkan pipa – pipa pada arah diagonal walaupun
jaraknya mungkin terlalu pendek, karena dari segi kerapian dan keindahannya kurang memadai dimana
semua bagian – bagian dari penginstalasian terlihat nyata termasuk pada pengawataanya.

Metode ini juga sering sekali digunakan pada industri – industri yang seringkali instalasi
listriknya, selalu menggunakan system pengawatan luar (on plester) karena lebih efektif dan ekonomis
untuk instalasi yang berubah – ubah, juga untuk instalasi pada rumah – rumah yang terbuat dari kayu
atau bilik bambu tidak boleh memasang pipa –pipa dalam dinding lain halnya pada dinding tembok.
Pipa harus dipasang tegak lurus dan menempel rapat pada dinding dengan pengikat klem – klem yang
disekrup dan tidak boleh menggunakan paku, perlu diingatkan bahwa dalam pemasangan pipa – pipa,
agar kawat penghantar mudah diganti. Tanpa melepaskan pipanya, didalam pipa tidak boleh ada
penyambungan kabel, jika isolasi dari kawat penghantar tersebut telah rusak maka tidak boleh
dimasukkan dalam pipa. Klem – klem pertama dan kedua dipasang 10 cm dari ujung – ujung pipa dan
antara kedua klem ini juga jaraknya dibagi rata dengan jarak maksimum 1 meter dan setiap ujung
dimana kawat penghantar keluar dipasang toule agar isolasi karet dari kawat penghantar tidak rusak
oleh bagian pinggir dari lubang pipa yang tajam, jika pipa disambung dengan alat bantu misalnya bocht
maka alat bantu tersebut harus diklem. Untuk tempat tempat dimana kawat harus membelok maka
dipergunakan bocht atau knie, bahan ini kegunaannya sama tinggal menurut selera dan kesesuaiannya
saja pemasangan dan kondisi lapangan saat dipandang dari segi keindahan. Untuk pencabangan
penghantar dalam instalasi rumah harus dilakukan dalam kotak hubung juga untuk tempat
penyambungan hubung bagi, yang jenisnya bermacam – macam ada cabang 4, cabang 3, dan cabang 2.

2.2.2. Panel distribusi.


Disamping merancang dan menggambar perencanaan juga harus merancang pembagian kelompok
pemakai pada setiap ruangan, dimana setiap pemakai mempunyai peralatan pengatur dan
pengoperasian, juga sumber daya (PLN) yang masuk untuk dibagikan kesetiap pemakai dalam kelompok
yang berbeda, pembagian sumber daya ini memerlukan suatu tempat yang disebut dengan panel
distribusi. Diagram kerja merupakan suatu gambar rangkaian dari fungsi kerja, suatu system secara
menyeluruh sederhana dan mudah dimengerti dan digambarkan berdasarkan simbol – simbol instalasi
listrik. Bagian suatu intstalasi berikut penyambungan dan cara pengoperasian termasuk data teknik yang
lengkap dari semua komponen sebaik dan sesuai peralatan.
Berikut contoh pemasangan panel menurut jenisnya :
a. Komponen diletakkan langsung pada tembok atau papan kerja (mountead on the wall)
penempatan demikian seringkali dikerjakan karena dirasakan ekonomis, dudukan fuse dirancang
sedemikian rupa untuk memudahkan pengawatan.
b. Komponen – komponen pada panel, komponen diletakkan didepan, pengawatan dikerjakan
dibelakkang panel, kabel keluar disambung langsung dari rangkaian fuse. Box untuk kabel masuk
dengan kedudukan fuse utama.
c. Komponen pada atau didalam panel, sistem panel yang dioperasikan oleh industri, panel ini bias
dipasang untuk berbagai ukuran, sanagt beragam dan hanya membutuhkan ruangan yang kecil,
bias dipakai sebagai panel meter untuk gedung – gedung bertingkat.
d. Panel apartemen, panel jenis ini juga aa 2 macam yaitu pemasangan dalam dan semi
pemasangan dalam (dapat pula untuk pemasangan luar) seandainya dapat dipaki pada sentral,
panel selalu dipasang dalam apartemen itu sendiri.

Dari keempat panel tersebut diatas penggunaanya terutama dipakai terdapat dirumah – rumah tinggal,
sangat cocok untuk instalasi pada kondisi lingkungan normal. Satu hal yang sangat umum untuk setiap
pembuatan panel menentukan konstruksi panel yang terpilih, direncanakan harus ekonomis dan
dirancang sedemikian rupa sesuai prinsip kerjanya dibuat dengan cermat, kemudian menentukan
bagaimana penerapan komponennya untuk lebih dahulu harus mengetahui :
a. Dimensi ukuran panel.
b. Dimensi ruangan yang tersedia.
c. Pembuat panel.
Penempatan panel harus direncanakan dengan mempertimbangkan :
a. Tempat dan penempatan peralatan yang jelas.
b. Kemungkinan untuk melakukan pengawatan dan penyambungan didalam panel.
c. Tempat kosong yang menandai, harus disediakan untuk keperluan penambahann yang mungkin
terjadi.
Ini sangat penting didalam bangunan komersil dan industry dimana tempat peralatan dan mesin – mesin
sering berpindah – pindah.

2.2.3. Sistem pengaman (Fuse).


Fuse adalah jenis pengaman alat – alat pemakai listrik terhadap arus yang melebihi kapasitas bats, yaitu
arus yang masuk melebihi arus nominal yang dapat menyebabkan kerusakkan terhadap peralatan listrik,
bagian dari fuse ialah :
a. Rumah fuse.
b. Pengepas patron dengan kawat lebur didalamnya.
c. Tutupan fuse.
d. Dudukan fuse.
Contoh gbr. fuse :

Untuk instalasi – instalasi penerangan umumnya menggunakan fuse ini, yang bagian penghubung
arusnya dinamakan patron dimana didalamnya berisi kawat lebur, apabila dialiri listrik yang lebih besar
dari pada yang telah ditentukan maka akan terjadi lebur, dan hubungan listrik terputus. Bentuk fuse
harus sedemikian rupa sehingga fuse patron dalam keadaan tertutup dan tidak tersentuh dan bila mana
kawat lebur telah terputus maka dengan mudah mengganti fuse patronnya tanpa menyentuh bagian
rumahan fuse yang bertegangan.
Fuse selalu dihubungkan dengan penghantar fasa secara seri karena fungsi dari fuse ialah mengamankan
alat pemakai dari arus yang lebih yang mungkin mengalir masuk, dengan menghubungkan fuse ke
penghantar fasa kerusakan terhadap peralatan listrik dapat dihindarkan karena sebelum arus lebih
masuk kedalam peralatan maka kawat lebur dari fuse akan terputus labih dahulu.

Jika kawat lebur putus harus diganti dengan ukuran dan kemampuan sama seperti yang semula sehingga
tidak menghilangkan fungsi fuse, untuk melakukan pencabangan penghantar fasa jaringan harus melalui
fuse, dari percabangan sampai ke instalasi dipergunakan tiga buah fuse, yaitu :
a. Fuse tiang (pal fuse).
b. Fuse utama.
c. Fuse kelompok instalasi.
Ketiga buah fuse tersebut diatas masing – masing mempunyai daya tahan arus yang berlainan, pabrik –
pabrik yang membuat fuse telah menggunakan tanda warne yang telah dinormalisasikan untuk
menyatakan kekuatan daya tahan arus dari kawat lebur sebagi berikut :
a. Merah muda :2A
b. Coklat :4A
c. Hijau :6A
d. Merah : 10 A
e. Abu – abu : 16 A
f. Biru : 20 A
g. Kuning : 25 A
h. Hitam : 35 A
i. Putih : 50 A
j. Merah tembaga : 65 A

Akan tetapi sekarang pengguna fuse beralih pada penggunaan MCB yang sangat nyaman di kontrol, MCB
sama saja fungsinya dengan fuse yang dapat mengamankan rangkaian dan peralatan yang ada dalam
panel kontrol. MCB sangat mudah digunakan karena, terdapat saklar yang selalu dapat memutuskan
arus hubung pada fasa (arus daya dari PLN), dan sangat mudah penggunaannya,
Main Circuit Breaker (MCB), pemutus hubungan listrik secara otomatis bilamana daya/tegangan
melampaui standar yang ditentukan .Gunanya untuk mencegah terjadinya korsleting/hubungan pendek
ataupun kerusakan peralatan listrik akibat melonjaknya tegangan listrik. Pada rumah model lama,
pemutus arus listrik ini berupa fuse (sekering) yang sudah tidak praktis lagi, karena bilamana putus,
harus mengganti sekering tersebut. Dengan adanya MCB maka setiap kali arus listrik over sehingga
circuit terputus, sesudah instalasi normal kembali maka untuk menghidupkan listrik cukup dengan
menekan tuas/saklar pada mcb.

MCB ada yang dipasang pada box meteran PLN (putih dengan tuas warna biru dan bersegel PLN) adalah
piranti untuk mengamankan arus yang masuk ke dalam gedung/rumah. Sedang MCB di dalam rumah
(instalasi sesudah box meteran PLN) biasanya tuasnya berwarna hitam, adalah pembagi arus listrik
menjadi beberapa zone sesuai kebutuhan masing-masing cabang. Untuk keamanan (terutama bagi
gedung bersifat publik) umumnya MCB ini dipasang dalam kotak panel yang terkunci.

Untuk mencegah penggunaan MCB yang kurang baik kualitasnya, peraturan kelistrikan mengatur agar
MCB yang digunakan memenuhi standar industri, di Indonesia digunakan standar SNI. MCB digunakan
dalam panel kontrol ini untuk menghubungkan arus daya kerangkaian kontrol dan peralatan yang ada
dalam box panel.

Gbr. MCB :

Jenis - jenisnya terdapat pada pinggir MCB ketahan Amperenya hampir sama dengan fuse. Dan
konsumen lebih banyak memilih MCB.

2.2.4. Rangkaian kontrol.


Dalam instalasi listrik untuk memudahkan suatu penginstalasian harus terlebih dahulu merencanakan
diagram kontrolnya, daya dan lay out, dalam praktek instalasi on plester ini, diagram kontrol diperlukan
dalam hal pemasangan pada panel dan mengetahui system kerja rangkaian. Untuk memudahkan dalam
hal menggambar dan membaca juga cepat untuk dipahami, dimengerti dan dipraktekkan cukup dengan
melihat diagram kontrol dengan lay out, dengan sistem penggambaran satu garis bertujuan untuk dapat
lebih dimengerti dan melatih membaca gambar langsung dalam praktek, untuk menganalisa dan
membaca gambar. Sehingga tidak selalu menggunakan gambar pengawatan yang biasanya hanya
melihat sama dengan gambar yang ada sehingga bila terjadi ketidak samaan terhadap gambar dengan
instalasi listrik khusus untuk kontrol pada listrik sedangkan dalam instalasi penerangan rangkaian kontrol
untuk digunakan pada panel.
BAB III
MATERIAL DAN KOMPONEN

3.1 Material Bengkel.


Dalam praktek maupun tidak praktek instalasi listrik ini memerlukan alat – alat atau perkakas
pokok yaitu yang mudah dibawa dan perawatannya. Material atau peralatan dan penggunaanya harus
sesuai dengan fungsi dan kegunaannya masing – masing agar tidak terjadi kerusakan yang berat pada
komponen maupun material itu sendiri, dibawah ini terdaftar material alat yang digunakan dalam
praktek instalasi on plester, ialah sebagai berikut :

1. Obeng.
Material tangan ini digunakan sebagai alat bantu untuk memutar bagian skrup yang dapat
mengencangkan atau juga mengendurkan (membuka atau melepas). Obeng terbuat dari baja
dengan pemegangnya berupa kayu ataupun plastic, obeng juga dibagi menjadi 2 bagian sesuai
dengan bentuk dari skrup tersebut, yaitu :
a. Obeng min ( - )
b. Obeng bintang ( + )

2. Tang.
Material tangan ini sama seperti halnya obeng, ada yang berupa pemotong, pembulat,
pengupas dll. Material ini dapat digunakan juga sebagai pemegang benda kerja, seperti
kawat/kabel dll. Tang terbagi beberapa macam, yaitu :
a. Tang kombinasi.
Tang jenis ini dapat dipakai untuk beberapa macam kegunaan dan keperluannya, yaitu
memegang benda kerja pemotongnya dapat menggunakan bagian sampingnya yang
nampak tajam.
b. Tang pembulat.
Tang jenis ini hanya dapai digunakan pada kabel tunggal atau pejal, yang berfungsi sebagai
pembuatan mata itik pada ujung kawat penghantarnya yang dihubungkan pada skrup atau
klem, dapat juga digunakan untuk menempatkan benda yang kecil pada tempat yang
sempit.
c. Tang potong.
Tang ini dapat memotong bagian apa saja terutama kabel, entah serabut atau pun tunggal
(pejal). Ujung dan sampingnya terlihat seperti gunting yang tajam.
d. Tang kremping.
Tang ini fungsinya untuk membuat sambungan pada kabel penghantar, dapat melekatkan
bagian ujung kabel pada sambungan - sambungan ke terminal atau line up. Dapat juga
sebagai pengupas kabel yang sudah ada ukurannya tersendiri.
e. Tang pengupas.
Tang ini hanya untuk pengupasan kabel saja, yang dapat mengupas ujungnya saja, seperti
halnya kremping dapat mengupas akan tetapi tang ini tidag mempunyai ukuran kabel yang
akan dikupas.
3. Matril.
Martil digunakan untuk memukul yang bersifatnya meratakan, memasukkan (paku klem, dll).
Martil tidak dibenarkan untuk memukul kearah lain, Karena kerja pengukuran itu
beranekaragam macam sifat dan bentuknya maka dibuat beberapa jenis martil sesuai fungsi dan
kegunaannya, yaitu sebagai berikut :
a. Martil karet.
Martil karet digunakan untuk memukul benda – benda yang bersifat lunak atau tidak keras,
seperti halnya kabel tunggal (pejal) sebagai pengrata, agar mudah diletakkan pada papan
kerja.
b. Martil paku.
Martil paku ini memiliki sisi kepalanya yang berbentuk tabung dan sisi lainnya yang
bercabang, bagian sisi lainnya dibunakan untuk mencabut paku atau yang lainnya. Terbuat
dari besi baja.

4. Pemotong pipa (gergaji).


Alat perkakas sederhana ini hanya untuk pemotong bagian – bagian yang tidak sama sekali
diperlukan, dan diganti matanya setelah rusak atau tidak lagi bergigi tajam. Pemotongan pada
pipa biasanya sering dilakukan, dan dapat juga untuk pemotongan kabel – kabel yang
berdiameter lebih dari 6mm.

5. Penitik.
Penitik merupakan alat bantu yang berguna untuk memudahkan pekerjaan dalam pemasangan
komponen yang berlekatkan dengan skrup, kadang juga dipakai sebagi penggores pada papan
untuk mengetahui ukuran. Menitik bagian yang telah ditandai, dititikkan (dilubangi) untuk
memasukkan skrup kedalamnya.

6. Test pen.
Test pen ini berfungsi sebagai alat bantu saja, apa bila kita telah menyambung semua material
kesumber fasa, yang dialiri arus listrik. Dan kita menetest apa ada arus yang telah masuk atau
tidak.

7. AVO meter.
AVO meter ini adalah merupakan peralatan yang sangat serbaguna dalam hal mengetahui
kondisi rangkaian pada saat dialiri arus dan pada saat tidak dilewati arus, dan akan menunjukan
besaran arus yang ada.
3.2. komponen.

1. Lampu tanda.
berfungsi sebagai pemudah bagi operator, agar menegathui apakah system rangkaian bekerja
maksimal atau ada kesalahan pemasangan rangkaian (penyambungan).

2. Profil (din C dan G).


Profil ini berfungsi sebagai penahan komponen – komponen yang menempel didalam panel
yang terpasang pada din C dan G ini. Dan tergantung bagaimana konstruksinya didalam panel
tersebut.

3. Wiring chanel.
Komponen ini berfungsi sebagai penempatan atau jalur bagi kabel – kabel yang fleksibel
(serabut) agar tepat pemasangan dan penyambungan diberi alur atau jaalan masuknya kebel –
kabel ini.

4. Bus bar.
Fungsi dari bus bar ini ialah sebagai penyambung atau penghantar, biasa sebagai penghantar
phasa, netral, grounding. Arus juga dipengaruhi oleh luasan dan bahan yang digunakan serta
jaraknya, sedangkan bus bar PE (Grounding) berfungsi untuk penempatan sambungan –
sambungan kabel BC yang langsung ketanah agar tidak terlalu besar terjadi kegagalan isolasi dari
penghantar phasa.

5. Terminal (Line up, strip conecttor).


Fungsi dari line up ini adalah sebagai penghubung arus phasa, netral, grounding dan terjaga dari
gesekkan atau guncangan dari luar.

6. End pieces.
Berfungsi sebagai pengunci atau mengencangkan line up agar tidak terpisah atau bergoyang jika
hendak merangkai atau memulai penyambungan.

7. Relay.
Untuk menghubungkan dan memutuskan arus listrik secara elektromagnetik, yang
menghubungkan rangkaian dan yang ada pada panel. Untuk memberi sumber haruslah sesuai
dengan data yang tertera pada komponen ini, agar komponen ini dapat berkerja dengan baik.

8. Impluse.
Alat ini berfungsi berdasarkan kemagnetan, lamanya pengoperasian dari tombol tidak
dipengaruhi oleh sistem kerjanya. saklar ini mempunyai dua posisi, yaitu :
a. kontak on
b. kontak off
prinsip kerjanya sendiri adalah apabila kumparan menjadi magnet, maka anak kontak akan
berunah posisi, yang tadinya NC menjadi NO. saklar yang sering digunakan adalah yang apabila
ditekan maka akan dapat beroperasi dan apabila dilepas maka akan kembali pada posisi semula
tanpa mengubah system kerjanya.

9. Staircase.
Saklar ini berfungsi sebagai saklar elektromagnetik yang bekerja nerdasarkan waktu yang si
seting. Prinsip kerjanya apabila kumparan menjadi magnet, maka anak kontaknya langsung
berubah posisi, tetapi begitu kumparan tidak menjadi magnet , maka anak kontaknya akan
kembali normal atau keposisi semula sesuai dengan setting waktu yang telah diatur. Dan waktu
yang telah diatur akan memutuskan beban secara otomatis, apabila saklar ditekan sekali lagi
sebelum yang pertama kembali normal maka waktu akan bertambah sebalum waktu yang
ditentukan.

10. Timer.
Pada saklar ini mempunyai anak kontak dengan posisi NO NC, pada magnetnya mendapat arus
terus menerus dan arusnya dihubungkan keanak kontak misalnya pada posisi 1 – 3 merupakan
NC dan posisi 1 – 2 merupakan NO, maka arusnya dihubungkan pada nomor 1. Untuk
menentukan pada jam berapa anak kontak menutup dan membuka dapat diatur strip – strip
yang berada pada sekaliling timer ini. Pada strip ini memeiliki 48 strip, jadi apabila menaikan
stripnya haruslah berhati – hati dan harus diperhatikan, karena setiap satu stripnya memiliki
lama waktu selama 30 menit.

11. Dimer (LDR).


Saklar ini berfungsi untuk menyalakan lampu tetapi apabila LDR ini tidak diberi cahaya
sedikitpun, prinsip kerjanya sendiri adalah jika diberi sumber maka anak kontak akan berubah
posisi tergantung dari gelap dan terangnya cahaya. Saklar ini banyak sekali digunakan pada
penerangan lampu jalan, jalan raya, lampu taman, tempat parker, dll.
Bekerja pada saat keadaan gelap tanpa ada sedikitpun cahaya yang meneranginya.

12. Saklar tunggal.


Saklar ini hanya untuk menghubungkan satu aliran ke satu beban saja (satu lampu).

13. Saklar seri.


Saklar ini untuk menghubungkan dengan 2 beban atau lebih, dengan 2 phasa yang masuk juga
ke penghantarnya.

14. Saklar tukar.


Saklar ini mempunyai dua arah, saklar ini juga hanya biasa menghidupakan salah satu lampu
yang bergantian.

15. Saklar silang.


Saklar ini digunakan untuk melayani satu pemakaian atau juga lebih dengan dibantu dengan
saklar tukar.

16. Saklar selector.


Saklar ini memiliki tiga posisi, yaitu :
a. Posisi (O)
b. Posisi (I)
c. Posisi (II)
pada posisi nol (0) semua hubungan diputuskan dan pada saat posisi (I) adalah system manual,
dan pada saat posisi (II) adalah system otomatis, saklar ini juga banya digunakan sebagai
pengaturan dalam rangkaian yang membutuhkan pengoperasian secara manual dan
Automatis.

17. Fuse. (MCB).


MCB adalah untuk mengamankan dari hubungan singkat maka digunakanlah fuse atau sekring.
Prinsip kerjanya sama halnya pada sekring, apabila ada arus lebih dari pengaman dari MCB coil
didalamnya akan membuka dengan sendirinya dan kontak akan terputus, biasanya terjadi panas
terlebih dahulu dibagian coil tersebut.

18. Pipa.
Pipa ini digunakan untuk memasukkan kabel – kabel pejal NYA dan sebagainya agar terlihat rapi
pemasangan juga teramankan dari gangguan dan jangkauan anak – akan dan siapa saja.

19. Kotak kontak.


Kotak kontak merupakan sebuah kotak atau dos yang dipergunakan untuk menempatkan kabel,
sehingga kotak kontak tersebut merupakan tempat sumber listrik. Bagian dalam kotak kontak,
terbuat dari porselin, atau bahan cetakan lainnya. Kaki ini dapat juga diletakkan dengan cara
menyekrup pada papan atau dinding.
Kotak kontak dapat dipasang dimana saja menurut kebutuhan saja, akantetapi mengikuti
peraturan penggunaan kotak kontak dalam ruangan, terdapat 2 atau 3 kabel didalamnya : phasa
dan phasa (2 phasa) phasa dan netral (1 phasa), phasa netral dan PE (1 phasa, 1 netral, dan 1
PE).

20. Penghantar.
Kabel – kabel yang sering digunakan dalam instalasi listrik banyak sekali ragamnya, Karena
bahan – bahan isolasinya masih terus berbeda sesuai dengan perkembangan jaman. Jenis kabel
yang dinyatakn dengan singkatan – singkatan yang merupakan tata nama yang terdiri dari
sejumlah huruf dan angka misalkan kabel NYA 1,5mm yang artinya :
N : Kabel dengan inti tembaga
Y : Isolasi PVC
A : Kawat dengan inti tunggal
1,5mm : Luas penampang nominal penghantar
Untuk warna penghantar sebaiknya disesuaikan dengan PUIL.

21. Fiting tempel.


Fiting berfungsi untuk penempatan lampu pijar yang berulir, fiting dapat dipasang pada papan
atau atap langit – langit rumah.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Analisa hasil praktek instalasi on plester

4.1.1. Pemasangan dalam pipa.


Pemasangan dalam pipa dimaksudkan agar :
1. Memberikan perlindungan terhadap penghantar dari pengaruh gangguan mekanis.
2. Menghindari bangunan atau rangkaian dari bahaya kebakaran akibat kabel yang terkelupas
atau arus hubung pendek.
3. Memudahkan dalam perbaikan atau penggantian penghantar apabila ada penghantar yang
kurang bagus atau tidak layak pakai.
Pipa instalasi harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap tekanan mekanis, tahan terhadap
panas, tidak menjalarkan nyala api, tahan terhadap cuaca dingin (baja, PVC, atau yang sesuai
dengan passal 730.C2.PUIL.87).
Permukaan bagian dalam dan luar pipa instalasi harus licin dan rata, tidak boleh terdapat
hambatan lubang atau tonjolan yang tajam atau cacat isi dalam pipa. Bagian dalam ataupun
luar pipa tersebut harus dilindungi secara baik terhadap karat (pasal 730.C3.2.PUIL.87).

Pembengkokan pipa instalasi harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
penggepengan. Jari – jari lengkung dari pembengkokan tersebut diukur dari bagian dalam pipa,
tidak boleh kurang dari :
1. 3D untuk pipa PVC.
2. 4D untuk pipa baja sampai 16mm (5/8”).
3. 6D untuk pipa baja lebih dari 16mm (5/8”).

Maka, untuk itu penggunaan kabel jenis NYA berlaku ketentuan – ketentuan sebagai berikut :
1. Untuk pemasangan tetap dalam jangkauan tangan, kabel jenis NYA harus dilindungi.
2. Diruang lembab, kabel jenis NYA harus dipasang dalam pipa PVC (pasal 742.A.9.PUIL.87).
3. Kabel jenis NYA tidak dapat dipasang langsung menempel pada plesteran atau kayu lalu
diklem, atau ditanam didalam plesteran atau kayu, akan tetapi haruslah terlebih dahulu
dilindungi oleh pipa – pipa yang sesuai dengan ukukan dan jenisnya tersendiri. (pasal
742.A.1.PUIL.87).
4. Kalau dipasang diluar jangkauan tangan, kabel jenis NYA boleh dipasang terbuka dengan
menggunakan rol isolator yang cara pemasangannya harus sedemikian rupa sehingga ada
jarak minimum 1cm terhadap bagian dinding dan bagian lain dari bangunan (pasal
742.A.2.PUIL.87).
5. Kabel jenis NYA boleh digunakan didalam peralatan listrik, lengkap hubung bagi dan
sebagainya.
6. Kabel jenis NYA tidak boleh digunakan diruang basah, didalam terbuka atau ditempat kerja
atau digudang dengan bahaya kebakaran atau ledakkan.
Untuk penggunaan kabel jenis NYM berlaku ketentuan – ketentuan sebagai berikut (pasal
743.B.1.PUIL.87) :
1. NYM boleh dipasang langsung menempel pada plesteran, kayu, atau ditanam langsung, juga
diruang lembab atau basah, ditempat kerja atau gudang dengan bahaya kebakaran atau
ledakkan.
2. NYM juga dipasang langsung pada bagian lain bangunan, konstruksi, rangka, dan sebagainya,
asalkan cara pemasangannya tidak merusak selubung luar kabelnya.
3. NYM tidak boleh dipasang didalam tanah.
Untuk pemasangan digunakan klem dengan jarak antara yang cukup rapat, sehingga kabelnya
terpasang rapi, lurus dan tidak melenceng. Kalau dipasang diruang lembab harus digunakan
kotak penyambung atau kotak sambung yang kedap air, kedap lembab (pasal 743.B.3.PUIL.87).

Untuk bus bar terbuat dari tembaga, ada yang dilapisi dengan pertinax da nada pula yang tidak.
Tidak digunakan pertinax dimaksudkan karena penghantar yang dijumperkan tidak bertegangan
sehingga aman, biasa bus bar tersebut digunakan untuk hantaran PE. Sedangkan yang dilapisi
pertinax dimaksudkan supaya tidak mengalir pada bodi panel, karena bus bar ini untuk
penghantar yang bertegangan, sehingga berbahaya.
Panel yang dilapisi PVC (plat), dimaksudkan untuk pengaman kalau terjadi hal – hal berbahaya,
seperti kebakaran akibat hubung pendek sehingga menjalar ke panel. Dipasangnya saklar waktu
dimaksudkan agar dapat menghemat dalam penggunaan arus listrik, tetapi dipengaruhi oleh
waktu yang telah diatur.
dipasangnya saklar dimer pun dimaksudkan agar lampu yang digunakan dapat mati dengan
sendirinya jika cuca terang dan akan hidup jika cuaca gelap.
Dipasang anak kontak NO K9A antara terminal 5 dan terminal 8 dimaksudkan agar pada posisi
otomatis lampu penerangan jalan, parker didalam dan luar rumah juga dapat dioperasikan
secara manual.
Dipasangnya lampu indikator dimaksudkan agar dapat dibedakan antara posisi otomatis dan
manual.
Pada group 1, 2, 3 dipasang fuse 10A, karena group ini melayani beban lampu penerangan yang
sewaktu – waktu dapat ditambah.
Pada group 4 dipasang fuse 6A, karena pada group ini hanya melayani beban kontrol yang
jumlahnya tidak mungkin bertambah
Dan, dipasangnya saklar staircase pada posisi manual, agar lampu penerangan yang digunakan
waktunya dapat ditambah dengan menekan tombol (B).

4.2. Cara kerja diagram kontrol.


A. Penerangan kamar tamu, makan, dan dapur dilayani oleh saklar seri dan saklar implus.
B. Penerangan kamar mandi, tidur, selasar, penerangan dilayani oleh saklar dua saluran dan satu
saklar silang.
C. Penerangan jalan, parker didalam dan diluar rumah menggunakan system pengaturan sebagai
berikut.

1) Manual.
Pada keadaan ini lampu indikator akan menyalakan lampu penerangan jalan, parker
didalam dan diluar rumah dapat dihidupkan dengan menekan tombol (B) maka lampu
akan menyala dan lampu akan sesuai dengan setting waktu yang terdapat pada saklar
staircase.
2) Otomatis.
pada keadaan ini lampu indikator akan mati dan lampu penerangan parker didalam dan
luar ruangan (rumah) akan menyala apabila saklar dimer (LDR) tidak terkena cahaya dan
anak kontak saklar waktu pada posisi on (menutup). untuk menghemat energy maka
saklar waktu dapat kita atur misal : lampu akan menyala pada jam 18.00 dan akan mati
pada jam 06.00, sehingga pada jam selanjutnya sampai dengan setting waktu
maksimum walaupun saklar dimer tidak dikenai cahaya (dalam keadaan mendugn atau
gelap) tetap tidak menyala karena sudah disetting antara jam kerja yaitu 18.00 – 06.00.
posisi otomatis lampu juga dapat dinyatakan secara manual yaitu dengan cara menekan
tombol (B), apabila lampu penerangan dalam keadaan otomatis tidak menyala atau
diluar setting waktu telah ditentukan.

4.3. Cara kerja diagram kerja (papan) dan pengawatannya.


a) Group 1.
Pada group ini kontrol penerangan menggunakan sebuah saklar seri dan satu buah tombol (D)
yang dihubungkan secara pararel yang berfungsi untuk menghubungkan secara pararel yang
berfungsi untuk menghubungkan arus kekumparaan saklar implus.
Apabila sumber telah ada dan salah satu tombol (D) ditekan, maka kumparan saklar implus akan
berubah menjadi magnet sehingga anak kontaknya berubah posisi dari terbuka menjadi tertutup
yang mengakibatkan lampu (D) menyala dan apabila salah satu tombol (D) ditekan kembali,
maka kumparan saklar implus akan berubah menjadi magnet lagi sehingga anak kontak yang
tadinya menutup menjadi membuka yang mengakibatkan lampu (D) mati. sedangkan saklar seri
adalah penggabungan dari dua buah saklar tunggal yang berfungsi untuk menghidupkan lampu
C1 dan lampu C.
b) Ggroup 2.
ini kontrol penerangannya menggunakan dua saklar tukar dan satu saklar silang, ketiga saklar ini
sangat erat hubungannya,. apabila sumber sudah ada, maka lampu (F) dapat dihidupkan dari
satu saklar tersebut. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa lampu (F) dapat
dihidupkan dan dimatikan dari tiga tempat yang berbeda.
c) Group 3.
pada group ini hanya penerangan lampu jalan saja, penerangan parker didalam dan diluar
rumah yang mana penerangan tersebut tergantung dari relay K7, karena arus yang akan
dialirkan kelampu penerangan harus melalui anak kontak NO dari relay K7. karena relay K7
terdapat pada group 4 yang dioperasikan dengan cara manual dan otomatis, maka apabila pada
group 3 lampu penerangannya tidak menyala (ada gangguan), maka gangguan tersebut bias saja
terjadi pada group 4.
d) Group 4.
Pada group ini menggunakan rangkaian yang istimewa karena menggunakan saklar selector
yang mana mempunyai 3 posisi, 0, I, II dengan fungsi yang berbeda. Untuk posisi 0, semua
rangkaian dalam keadaan tidak bekerja (off) dan posisi I rangkaian bekerja secara manual,
sedangkan posisi II rangkaian bekerja secara otomatis.
e) Manual Operasi.
Pada posisi manual lampu indikator akan menyala, bila salah satu tombol (B) ditekan, maka
staircase (K6T) akan menjadi magnet sehingga anak kontaknya akan menutup dan akan
membuka lagi setelah setting waktu yang telah diatur pada staircase tersebut habis, apabila
setting waktu belum belum habis dan tombol (B) kembali ditekan, maka waktunya akan
bertambah karena system saklar staircase tersebut system empat kawat. Dengan menutupnya
anak kontak staircase, maka relay K7 akan menjadi magnet yang menyebabkan anak kontak
yang dimilikinya anak berubah posisi dari posisi NO ke posisi NC dan begitu pula sebaliknya.
Dengan menjadikannya magnet kumparan pada relay K7 maka anak kontak NO relay K7 yang
ada digoup 3 akan menutup sehingga lampu penerangan jalan, penerangan parker didalam dan
diluar rumah akan menyala.
f) Automatis operasi. Pada posisi ini lampu akan mati karena kumparan relay K7 berubah menjadi
magnet sehingga anak kontaknya akan berubah posisi, walaupun arus yang menuju kelampu
indikator itu melewati anak kontak NO relay K7 itu menutup, tetapi anak kontak NC relay K7
yang dilewatinya juga membuka (antara anak kontak NO dan NC relay K7 dihubung seri). Inilah
salah satu penyebab mengapa lampu indikator pada posisi otomatis tidak menyala. Pada posisi
ini apabila anak kontak NO saklar waktu menutup, maka arus akan mengalir ke saklar dimer (S8),
jika saklar dimer terkena cahaya, maka anak kontak akan membuka dan apabila tidak terkena
cahaya maka anak kontaknya akan menutup, sehingga lampu menyala. Dengan menutupnya
anak kontak saklar dimer, maka kumparan relay K9A akan berubah menjadi magnet sehingga
anak kontak K9A yang terdapat pada group 3 akan meutup dan akhirnya lampu penerangan
jalan, penerangan parker didalam dan luar rumah akan menyala. Pada posisi otomatis ini lampu
penerangan jalan didalam rumah juga bias dioperasikan dengan cara manual, yaitu dengan
menekan salah satu tombol (B) sehingga saklar staircase pada kumparannya akan berubah
menjadi magnet dan anak kontaknya akan menutup dan akan membuka setelah setting waktu
yang telah diatur pada saklar staircase tersebut habis.
Dengan menutupnya anak kontak staircase, maka kumparan relay K7 akan berubah menjadi
magnet sehingga anak kontak NO yang ada pada group 3 akan berubah posisi menjadi menutup
sehingga lampu penerangan jalan, penerangan parker didalam dan diluar rumah akan menyala.
Fungsi dari saklar waktu K4T adalah agar menghemat dalam menggunakan arus listrik, pada
saklar waktu terdapat strip – strip yang dapat diatur sehingga kita dapat menghendaki sampai
jam berapa anak kontaknya akan bekerja menutup dan membuka.
BAB V
TROUBLE SHOOTING

5.1. Gangguan pada rangkaian.


Troubleshooting adalah pengujian atau pengecekkan titik kesalahan yang diberikan pada
pembimbing/penguji kepada para mahasiswa yang telah memenuhi syarat telah selesai praktek instalasi
on plester ini. Dengan diujinya rangkaian pada proyek instalasi on plester, hal ini menandakan bawa
selesainya prktek ini. Dari rangkaian yang telah diuji dan ternyata baik dan hasilnya seperti yang
diharapkan penguji dan teori (deskripsi kerja), maka langkah selanjutnya ialah dilakukannya trouble
shooting pada rangkaian proyek instalasi on plester tersebut.
Trouble shooting ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman mahasiswa dalam
menganalisa gangguan – ganguan atau permasalaahn dalam rangkaian instalasi on plester tersebut,
dengan harapan gangguan dalam proyek instalasi on plester dapat dideteksi dan selanjutnya rangkaian
yang telah di trouble shooting diperbaiki dan sehingga rangkaian instalasi on plester akan berfungsi
kembali dengan baik sesuai dengan diskripsi kerja rangkaian. Rangkaian instalasi on plester ini telah
ditrouble shooting oleh pengawas bengkel, kemungkinan besar terjadi disfungsi (rangkaian tidak
berkerja sesuai diskripsi) dan setelah dianalisa saat trouble shooting didapatkan antara lain :

1. - Gangguan : Seluruh rangkaian dan beban mendapat sumber, tetapi implus tidak berfungsi
maksimal (pada saat belum tehubung sumber/phasa, implus terhubung/baik
dengan AVOmeter).

- Trouble : Pada line up terminal tidak terhubung, terisolasi. tetapi pada saat dihubungkan
sumber impulse tidak bekerja maksimal (lampu tidak menyala, saklar
mendapat sumber). (terisolasi).

2. - Gangguan : Seluruh rangkaian dan beban mendapat sumber, tetapi LDR tidak bekerja
dengan baik.

- Trouble : Pada saat manual lampu menyala, tetapi saat diganti ke selector Automatis,
LDR tidak dapat menyalakan lampu, karena anak kontak tidak tersambung
dengan baik (terisolasi).

3. - Gangguan : Di S8

- Trouble : Pada penghubungnya, netral tidak terhubung dengan baik (terisolasi)

4. - Gangguan : Line up terminal.

- Trouble : Line up terminal tidak terhubung karena terlepas dari sambungan (line upnya).

5. - Gangguan : Line up terminal.

- Trouble : Line up terminal tidak terhubung karena terlepas dari sambungan (line upnya).
BAB VI
PENUTUP

demikianlah uraian yang telah penulis susun dengan pembahasaannya, walaupun sedikit banyak
masih terletak kekurangan dalam hal penulisan juga pembahasaanya tetapi telah bersyukur karena
laporan ini telah tersusun dengan baik. kekurangan – kekurangan dan kesalahan – kesalahan yang
penulis lakukan, baik kata maupun penulisan dan penyusunan yang kurang tepat, maka hal ini saya
mengharapkan saran – saran maupun keritikan yang bersifatnya membangun untuk kesempurnaannya
laporan ini. Semoga dengan adanya laporan ini dapat dipergunakan dengan baik dengan dibimbing ilmu
pengetahuan pada umumnya ada dipoliteknik negeri samarinda khususnya, walaupun ini hanya
sebagian kecil dari ilmu pengetahuan luas. Karena sebagian besar dosen – dosen pembimbing
berpengalaman dan terampil, sehingga mahasiswa mendapatkan berbagai wawasan luas.

6.1. Kesimpulan.

Pada praktek selama kurang lebih empat belas kali pertemuan, penulis telah melaksanakn
praktek instalasi on plester diatas papan dan selama itu pula saya dapat menerapkan dan
membandingkan pengalaman yang didapat dari praktek dengan pelajaran yang didapat pada saat teori
diperkuliahan. Di dalam melaksanakan praktek dituntut untuk melaksanakan tugas dan memecahkan
masalah – masalah yang harus diselesaikan dengan baik sehingga hasil kerjanya dapat dipertanggung
jawabkan dengan sebaik – baiknya. Maka ada beberapa hal yang benar – benar dan harus ditanamkan
pada seserorang mahasiswa, baik di masa perkuliahan maupun saat praktek.

6.2. Saran – saran.

Setelah penulis melakukan praktek ini, mencoba ingin memberikan saran – saran kepada semua
pihak yang berhubungan dengan pelaksanaan praktek instalasi listrik on plester. Saran – saran ini penulis
harapkan agar dalam pelaksanaan praktek selanjutnya dapat berjalan sesuai dengan tujuan dan sasaran
yang ingin dicapai dalam instalasi on plester, selain itu juga tidak membuat seseorang terganggu dalam
praktek. Adapun saran – saran tersebut dalam praktek, yaitu :

1. Kepada dosen pengajar (khususnya Tim dosen perbengkelan) agar lebih giat dalam
penyampaian teori maupun dalam perkuliahan, dan dikembangkan lagi, sehingga menjadi
keseimbangan antara pelajaran teori yang dibahas.

2. Didalam praktek hendaknya diterapkan tentang teori yang didapat, bagi dosen pembimbing
memberi penjelasan untuk trouble shotting yang sering dijumpai lapangan langsung (nyata),
juga memberi kan penyelesaiannya bagi yang belum bias dan dimengerti.

3. Disediakannya sebuah blower pada setiap ruangan praktek, agar udara didalam suasana praktek
tidak terlalu pengap dan dapat mengurangi debu juga berpengaruh pada mahasiswa yang
melaksanakan praktek, cepat lelah dan kepanasan, sehingga memungkinkan kesalahan dalam
merangkai juga mengurangi sikap emosional mahasiswa pada saat praktek.

4. Kekretifan kerja hendaknya ditingkatkan lagi pada seluruh mahasiswa agar tercipta Efesiensi
kerja yang lebih baik.
5. Selasa, 02 Februari 2010
6. Dasar-Dasar PLC
7. Programmable Logic Controller (PLC) adalah sebuah rangkaian elektronik yang dapat
mengerjakan berbagai fungsi-fungsi kontrol pada level-level yang kompleks. PLC dapat
diprogram, dikontrol, dan dioperasikan oleh operator yang tidak berpengalaman dalam
mengoperasikan komputer. PLC umumnya digambarkan dengan garis dan peralatan pada
suatu diagram ladder. Hasil gambar tersebut pada komputer menggambarkan hubungan
yang diperlukan untuk suatu proses. PLC akan mengoperasikan semua siatem yang
mempunyai output apakah harus ON atau OFF. Dapat juga dioperasikan suatu sistem
dengan output yang bervariasi.

PLC pada awalnya sebagai alat elektronik untuk mengganti panel relay. Pada saat itu
PLC hanya bekerja untuk kondisi ON-OFF untuk pengendalian motor, solenoid, dan
actuator. Alat ini mampu mengambil keputusan yang lebih baik dibandingkan relay biasa.
PLC pertama-tama banyak digunakan pada bagian otomotif. Sebelum adanya PLC, sudah
banyak peralatan kontrol sequence, ketika relay muncul, panel kontrol dengan relay
menjadi kontrol sequence yang utama. Ketika transistor muncul, solid state relay yang
diterapkan seperti untuk kontrol dengan kecepatan tinggi.

Pada tahun 1978, penemuan chip mikroprosessor menaikkan kemampuan komputer


untuk segala jenis sistem otomatisasi dengan harga yang terjangkau. Robotika, peralatan
otomatis dan komputer dari berbagai tipe, termasuk PLC berkembang dengan pesat.
Program PLC makin mudah untuk dimengerti oleh banyak orang.

Pada awal tahun 1980 PLC makin banyak digunakan. Beberapa perusahaan elektronik
dan komputer membuat PLC dalam volume yang besar. Meskipun industri peralatan
mesin CNC telah digunakan beberapa waktu yang lalu, PLC tetap digunakan. PLC juga
digunakan untuk sistem otomatisasi building dan juga security control system.
Sekarang sistem kontrol sudah meluas hingga keseluruh pabrik dan sistem kontrol total
dikombinasikan dengan kontrol feedback, pemrosesan data, dan sistem monitor terpusat.
Saat ini PLC sudah menjadi alat yang cerdas, yang merupakan kebutuhan utama di
industri modern. PLC modern juga sebagai alat yang dapat mengakuasi data dan
menyimpannya.

PLC sebenarnya adalah suatu sistem elektronika digital yang dirancang agar dapat
mengendalikan mesin dengan proses mengimplementasikan fungsi nalar kendali
sekuensial, operasi pewaktuan (timing), pencacahan (counting), dan aritmatika.
PLC tidak lain adalah komputer digital sehingga mempunyai processor, unit memori, unit
kontrol, dan unit I/O, PLC berbeda dengan komputer dalam beberapa hal, yaitu :
• PLC dirancang untuk berada di lingkungan industri yang mungkin banyak debu, panas,
guncangan, dan sebagainya.
• PLC harus dapat dioperasikan serta dirawat dengan mudah oleh teknisi pabrik.
• PLC sebagian besar tidak dilengkapi dengan monitor, tetapi dilengkapi dengan
peripheral port yang berfungsi untuk memasukkan program sekaligus memonitor data
atau program.

Sebagian besar PLC dapat melakukan operasi sebagai berikut :


1. Relay Logic
2. Penguncian ( Locking )
3. Pencacahan ( Counting )
4. Penambahan
5. Pengurangan
6. Pewaktuan ( Timing )
7. Kendali PID
8. Operasi BCD
9. Manipulasi Data
10. Pembandingan
11. Pergeseran

Kehandalan PLC (Programmable Logic Controller)

- Flexibility
Pada awalnya, setiap mesin produksi yang dikendalikan secara elektronik memerlukan
masing-masing kendali, misalnya 12 mesin memerlukan 12 kontroler. Sekarang dengan
menggunakan satu model dari PLC dapat mengendalikan salah satu dari 12 mesin
tersebut. Tiap mesin dikendalikan dengan masing-masing program sendiri.

- Perubahan implementasi dan koreksi error


Dengan menggunakan tipe relay yang terhubung pada panel, perubahan program akan
memerlukan waktu untuk menghubungkan kembali panel dan peralatan. Sedangkan
dengan menggunakan PLC untuk melakukan perubahan program, tidak memerlukan
waktu yang lama yaitu dengan cara merubahnya pada sebuah software. Dan jika
kesalahan program terjadi, maka kesalahan dapat langsung dideteksi keberadaannya
dengan memonitor secara langsung. Perubahannya sangat mudah, hanya mengubah
diagram laddernya.

- Harga yang rendah


PLC lebih sederhana dalam bentuk, ukuran dan peralatan lain yang mendukungnya,
sehingga harga dapat dijangkau. Saat ini dapat dibeli PLC berikut timer, counter, dan
input analog dalam satu kemasan CPU. PLC mudah di dapat dan kini sudah banyak
beredar di pasaran dengan bermacam-macam merk dan tipe.

- Jumlah kontak yang banyak


PLC memiliki jumlah kontak yang banyak untuk tiap koil yang tersedia. Misal panel
yang menghubungkan relay mempunyai 5 kontak dan semua digunakan sementara pada
perubahan desain diperlukan 4 kontak lagi yang berarti diperlukan penambahan satu buah
relay lagi. Ini berarti diperlukan waktu untuk melakukan instalasinya. Dengan
menggunakan PLC, hanya diperlukan pengetikan untuk membuat 4 buah kontak lagi.
Ratusan kontak dapat digunakan dari satu buah relay, jika memori pada komputer masih
memungkinkan.

- Memonitor hasil
Rangkaian program PLC dapat dicoba dahulu, ditest, diteliti dan dimodifikasi pada
kantor atau laboratorium, sehingga efisiensi waktu dapat dicapai. Untuk menguji program
PLC tidak harus diinstalasikan dahulu ke alat yang hendak dijalankan, tetapi dapat dilihat
langsung pada CPU PLC atau dilihat pada software pendukungnya.
- Observasi visual
Operasi dari rangkaian PLC dapat dilihat selama dioperasikan secara langsung melalui
layar CRT. Jika ada kesalahan operasi maupun kesalahan yang lain dapat langsung
diketahui. Jalur logika akan menyala pada layar sehingga perbaikan dapat lebih cepat
dilakukan melalui observasi visual. Bahkan beberapa PLC dapat memberikan pesan jika
terjadi kesalahan.

- Kecepatan operasi
Kecepatan operasi dari PLC melebihi kecepatan operasi daripada relay pada saat bekerja
yaitu dalam beberapa mikro detik. Sehingga dapat menentukan kecepatan output dari alat
yang digunakan.

- Metode bolean atau ladder


Program PLC dapat dilakukan dengan diagram ladder oleh para teknisi atau juga
menggunakan sistem bolean atau digital bagi para pemrogram PLC yang lebih mudah
dan dapat disimulasikan pada software pendukungnya.

- Reliability
Peralatan solid state umumnya lebih tahan dibandingkan dengan relay atau timer
mekanik. PLC mampu bekerja pada kondisi lingkungan yang berat, misalnya goncangan,
debu, suhu yang tinggi, dan sebagainya.

- Penyederhanaan pemesanan komponen


PLC adalah satu peralatan dengan satu waktu pengiriman. Jika satu PLC tiba, maka
semua relay, counter, dan komponen lainnya juga tiba. Jika mendesain panel relay
sebanyak 10 relay, maka diperlukan 10 penyalur yang berbeda pula waktu
pengirimannya, sehingga jika lupa memesan satu relay akan berakibat tertundanya
pengerjaan suatu panel.

- Dokumentasi
Mencetak rangkaian PLC dapat dilakukan segera secara nyata sebagian atau keseluruhan
rangkaian tanpa perlu melihat pada blueprint yang belum tentu up to date, dan juga tidak
perlu memeriksa jalur kabel dengan rangkaian.

-nKeamanan
Program PLC tidak dapat diubah oleh sembarang orang dan dapat dibuatkan password.
Sedangkan panel relay biasa memungkinkan terjadinya perubahan yang sulit untuk
dideteksi.

- Memudahkan perubahan dengan pemrograman ulang.


PLC dapat dengan cepat diprogram ulang, hal ini memungkinkan untuk mencampur
proses produksi, sementara produksi lainnya sedang berjalan.

Disamping beberapa kehandalan di atas, tidak bisa dipungkiri bahwa PLC juga
mempunyai beberapa kelemahan antara lain :
- Teknologi baru
Sulit untuk mengubah pola pikir beberapa personil yang telah lama menggunakan konsep
relay untuk berubah kekonsep PLC komputer.
- Aplikasi program yang tetap
Beberapa aplikasi dari proses produksi merupakan aplikasi yang tidak akan berubah
selamanya sehingga keunggulan dari pada PLC untuk mengubah program menjadi tidak
berguna.

- Kondisi lingkungan
Lingkungan proses tertentu seperti panas yang tinggi dan getaran ,interferensi dengan
peralatan listrik lain membuat keterbatasan pemakaian PLC.

- Pengoperasian yang aman


Pada penggunaan sistem relay, jika sumber daya padam akan langsung mematikan
seluruh rangkaian dan tidak secara otomatis bekerja kembali PLC akan langsung
menjalankan proses yang di program, namun hal ini tergantung dari program yang dibuat.

- Operasi pada rangkaian yang tetap


Jika suatu rangkaian operasi tidak pernah diubah, seperti misalnya drum mekanik , lebih
murah jika tetap menggunakan konsep relay dari pada menggunakan PLC.

Keunggulan PLC dibanding Sistem Konvensional


Salah satu keunggulan PLC dibanding sistem konvensional kontrol panel adalah sebagai
berikut :
• Pada Progammable Logic Controller :
1. Pengawatan lebih sedikit.
2. Perawatan relatif mudah .
3. Pelacakan sistem lebih sedarhana.
4. Konsumsi daya relatif rendah.
5. Dokumentasi gambar lebih sederhana dan lebih mudah dimengerti.
6. Modifikasi sistem lebih sederhana dan cepat.

• Pada Sistem Konvensional Kontrol Panel:


1. Pengawatan lebih kompleks.
2. Perawatan membutuhkan waktu yang lama.
3. Pelacakan kesalahan membutuhkan waktu yang lama.
4. Konsumsi daya yang relatif tinggi.
5. Dokumentasi gambar lebih banyak.
6. Modifikasi sistem membutuhkan waktu yang lama.

Hal-hal yang dapat dikerjakan oleh PLC


Sebagai kontrol urutan mempunyai fungsi:
1. Pengganti relay kontrol logika konvensional.
2. Pewaktu/pencacah (Timer / counter).
3. Pengganti pengontrol PCB card.
4. Mesin kontrol ( auto / semi auto/manual ).

Sebagai kontrol yang canggih mempunyai fungsi:


1. Operasi aritmatika.
2. Penanganan informasi.
3. Kontrol analog ( suhu, tekanan, dan lain-lain ).
4. PID ( Proporsional-Integral-Diferensial).
5. Kontrol motor servo.
6. Kontrol motor stepper.

Sebagai kontrol pengawasan mempunyai fungsi:


1. Proses monitor dan alarm.
2. Monitor dan diagnosa kesalahan.
3. Antarmuka dengan komputer (RS- 23C/ RS-422).
4. Antarmuka printer / ASCII.
5. Jaringan kerja otomatisasi pabrik.
6. Local Area Network.
7. Wibe Area Network.
8. FMS (Flexible Manufacturing System), CIM ( Computer Integrated Manufacturing ),
FA ( factory automation ).

Konfigurasi Programmable Logic Controller

PLC mempunyai konfigurasi yang terdiri dari 6 bagian utama yaitu:


- Unit Power Supply
Unit ini berfungsi untuk memberikan tegangan pada blok CPU PLC, biasanya berupa
switching power supply.

- CPU (Central Processing Unit) PLC


Unit merupakan otak dari PLC, disinilah program akan diolah sehingga sistem kontrol
yang telah kita desain bekerja seperti yang kita inginkan. CPU PLC sangat bervariasi
macamnya tergantung pada masing-masing merk dan tipe PLC-nya.

- Memori unit
RAM : Random Acces Memory
EPROM : Eraseable Progammable Read Only Memory
EEPROM : Electrical Eraseable Programmable Read Only Memory.

- Input unit ( sebagai contoh PLC Omron )


Input digital: Input Point Digital
o DC 24 V input
o DC 5 V input / TTL (Transistor Transistor Logic)
o AC/DC 24 V input
o AC 110 V input
o AC 220 V input

Input analog : Input Point Linear


• 0 – 10 V DC
• -10 V DC – 10 V DC
• 4 – 20 mA DC

- Output unit
Output digital : Output Point Digital 1.
o Relay Output
o AC 110 V output
o AC 220 V output
o DC 24 V output,tipe PNP dan tipe NPN.

Output analog : Output Point Linier


• 0 – 1 V DC
• -10 V DC – 10 V DC
• 4 – 20 mA DC

- Peripheral
Yang termasuk dalam peripheral adalah :
1. SSS (Sysmac Support Software)
2. PROM writer
3. GPC (Graphic Programming Console)
4. FIT (Factory Intelegent Terminal)

Perangkat Keras Programmable Logic Controller


Programmable Logic Controller dapat berarti sebagai alat pengendali logika yang dapat
diprogram. PLC ini merupakan perangkat kontrol yang menerima data input dari luar
yang ditransfer dalam bentuk keputusan yang bersifat logika dan disimpan dalam
memori. PLC mempunyai perangkat keras yang berupa CPU (Central Processing Unit),
modul input dan output, memori serta piranti program.
Ketika PLC bekerja , saat itu juga PLC mengakses data input dan output, menjalankan
program instruksi, serta menjalankan peralatan eksternal.

Central Processing Unit


Central Processing Unit (CPU) merupakan pusat pengolah dan pengontrol data dari
seluruh sistem kerja PLC. Proses yang dilakukan oleh CPU ini antara lain adalah
mengontrol semua operasi, mengolah program yang ada dalam memori, serta mengatur
komunikasi antara input-output, memori dan CPU melalui sistem BUS. CPU juga
berfungsi menjalankan dan mengolah fungsi-fungsi yang diinginkan berdasarkan
program yang telah ditentukan.

Memori
Agar PLC dapat bekerja sesuai harapan maka dibutuhkan suatu program untuk
menjalankannya. Program tersebut harus disimpan dengan cara tertentu agar PLC dapat
mengakses perintah-perintah sesuai yang diinstruksikan. Disamping itu juga diperlukan
untuk menyimpan data sementara selama pelaksanaan program.

Model Input Output


Model input output merupakan piranti yang menghubungkan antara PLC dengan
peralatan yang dikendalikannya. Sebagai contoh pada PLC OMRON rata-rata
mempunyai 16 built-in input yang terpasang pada unit 0 CH ( zero channel ). Namun
demikian jumlah ini dapat ditambah dengan memasang unit ekspansi I/O. Model input
atau output tambahan ini dapat dipasang secara bebas sesuai dengan kebutuhan.

Programming Console
Perangkat ini merupakan panel pemrograman yang didalamnya terdapat RAM (Random
Access Memory) yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan semi permanen pada
sebuah program yang sedang dibuat atau dimodifikasi. Program yang dituliskan ke dalam
console harus dalam bentuk mnemonic. Perangkat ini dapat dihubungkan langsung ke
CPU dengan menggunakan kabel ekstention yang dapat dipasang dan dilepas setiap saat.
Apabila proses eksekusi program telah melewati satu putaran maka panel (Programming
Console) ini dapat dicabut dan dipindahkan ke CPU lain, sedangkan CPU yang pertama
tadi masih tetap bisa untuk menjalankan programnya, tetapi harus pada posisi RUN atau
MONITOR.
1. Relai arus lebih berarah, Directional Over Current Relay atau yang lebih dikenal dengan Relai
arus lebih yang mempunyai arah tertentu merupakan Relai Pengaman yang bekerja karena
adanya besaran arus dan tegangan yang dapat membedakan arah arus gangguan. Relai ini
mempunyai 2 buah parameter ukur yaitu tegangan dan arus yang masuk ke dalam relai untuk
membedakan arah arus ke depan atau arah arus ke belakang, pada pentanahan titik netral trafo
dengan menggunakan tahanan. Relai ini dipasang pada penyulang 20 KV.

Bekerjanya relai ini berdasarkan adanya sumber arus dari ZCT (Zero Current Transformer) dan
sumber tegangan dari PT (Potential Transformers). Sumber tegangan PT umumnya
menggunakan rangkaian Open-Delta, tetapi tidak menutup kemungkinan ada yang
menggunakan koneksi langsung 3 Phasa. Relai ini terpasang pada jaringan tegangan tinggi,
tegangan menengah, juga pada pengaman transformator tenaga, dan berfungsi untuk
mengamankan peralatan listrik akibat adanya gangguan phasa-phasa maupun Phasa ke tanah.
Untuk membedakan arah tersebut maka salah satu phasa dari arus harus dibandingakan dengan
Tegangan pada phasa yang lain.

Relay arus lebih adalah relay yang bekerja terhadap arus lebih, ia akan bekerja bila arus yang
mengalir melebihi nilai settingnya (I set)
Prinsip Kerja
Pada dasarnya relay arus lebih adalah suatu alat yang mendeteksi besaran arus yang melalui
suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau besaran yang boleh melewatinya disebut
dengan setting.

2. RELE ARUS LEBIH BERARAH (Fungsi)

RELE ini berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap gangguan antara fasa dan tiga
fasa dan bekerja pada arah tertentu. Atau dapat berfungsi untuk mengamankan peralatan listrik
akibat adanya gangguan phasa-phasa maupun Phasa ke tanah. Untuk membedakan arah
tersebut maka salah satu phasa dari arus harus dibandingakan dengan Tegangan pada phasa
yang lain.

3. Macam-macam karakteristik relay arus lebih berarah :


a. Relay waktu seketika (Instantaneous relay)
b. Relay arus lebih waktu tertentu (Definite time relay)
c. Relay arus lebih waktu terbalik (Inverse Relay)

Relay Waktu Seketika (Instantaneous relay)

Relay yang bekerja seketika (tanpa waktu tunda) ketika arus yang mengalir melebihi nilai settingnya,
relay akan bekerja dalam waktu beberapa mili detik (10 – 20 ms). Dapat kita lihat pada gambar dibawah
ini.
Gambar 1. Karakteristik Relay Waktu Seketika (Instantaneous Relay).

Relay ini jarang berdiri sendiri tetapi umumnya dikombinasikan dengan relay arus lebih dengan
karakteristik yang lain.

Relay arus lebih waktu tertentu (definite time relay)

Relay ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi gangguan hubung singkat dan besarnya
arus gangguan melampaui settingnya (Is), dan jangka waktu kerja relay mulai pick up sampai kerja relay
diperpanjang dengan waktu tertentu tidak tergantung besarnya arus yang mengerjakan relay, lihat
gambar dibawah ini.

Gambar 2. Karakteristik Relay Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite Time Relay).

Relay arus lebih waktu terbalik

Relay ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari besarnya arus secara terbalik (inverse
time), makin besar arus makin kecil waktu tundanya. Karakteristik ini bermacam-macam dan setiap
pabrik dapat membuat karakteristik yang berbeda-beda, karakteristik waktunya dibedakan dalam tiga
kelompok :
• Standar invers
• Very inverse
• Extreemely inverse
Gambar 3. Karakteistik Relay Arus Lebih Waktu Terbalik (Inverse Relay).

Pada relay arus lebih memiliki 2 jenis pengamanan yang berbeda antara lain:

Pengamanan• hubung singkat fasa. Relay mendeteksi arus fasa. Oleh karena itu, disebut pula “Relay
fasa”. Karena pada relay tersebut dialiri oleh arus fasa, maka settingnya (Is) harus lebih besar dari arus
beban maksimum. Ditetapkan Is = 1,2 x In (In = arus nominal peralatan terlemah).

Pengamanan• hubung tanah. Arus gangguan satu fasa tanah ada kemungkinan lebih kecil dari arus
beban, ini disebabkan karena salah satu atau dari kedua hal berikut:
Gangguan tanah ini melalui tahanan gangguan yang masih cukup tinggi. Pentanahan netral sistemnya
melalui impedansi/tahanan yang tinggi, atau bahkan tidak ditanahkan Dalam hal demikian, relay
pengaman hubung singkat (relay fasa) tidak dapat mendeteksi gangguan tanah tersebut. Supaya relay
sensitive terhadap gangguan tersebut dan tidak salah kerja oleh arus beban, maka relay dipasang tidak
pada kawat fasa melainkan kawat netral pada sekunder trafo arusnya. Dengan demikian relay ini dialiri
oleh arus netralnya, berdasarkan komponen simetrisnya arus netral adalah jumlah dari arus ketiga
fasanya. Arus urutan nol dirangkaian primernya baru dapat mengalir jika terdapat jalan kembali melalui
tanah (melalui kawat netral)

Gambar 4. Sambungan Relay GFR dan 2 OCR.


Pengertian Relay

Relay merupakan suatu komponen (rangkaian) elektronika yang


bersifat elektronis dan sederhana serta tersusun oleh saklar, lilitan, dan poros besi. Penggunaan
relay ini dalam perangkat-perangkat elektronika sangatlah banyak. Terutama di perangkat yang
bersifat elektronis atau otomatis. Contoh di Televisi, Radio, Lampu otomatis dan lain-lain.

Cara kerja komponen ini dimulai pada saat mengalirnya arus listrik melalui koil,lalu membuat medan
magnet sekitarnya sehingga dapat merubah posisi saklar yang ada di dalam relay terserbut, sehingga
menghasilkan arus listrik yang lebih besar. Disinilah keutamaan komponen sederhana ini yaitu dengan
bentuknya yang minimal bisa menghasilkan arus yang lebih besar.

Pemakaian relay dalam perangkat-perangkat elektronika mempunyai Keuntungan yaitu ;

 Dapat mengontrol sendiri arus serta tegangan listrik yang diinginkan


 Dapat memaksimalkan besarnya tegangan listrik hingga mencapai batas maksimalnya
 Dapat menggunakan baik saklar maupun koil lebih dari satu, disesuaikan dengan kebutuhan

Contohnya ;
Dalam praktek sederhana yang biasa dilakukan oleh elektronikawan pada awalnya adalah menggunakan
relay ini untuk menghidupkan KIPAS ANGIN saat suhu di suatu ruangan lebih dari 30 derajad misalnya.
Sistem kerja dari relay disini adalah, menerima instruksi dari IC atau transistor sensor suhu (LM 355
misalnya) dan secara otomatis, saklar akan dialiri oleh arus listrik, dan menggerakkan saklar yang ada di
relay tersebut.

Anda mungkin juga menyukai