Anda di halaman 1dari 22

THE BANK CREDIT ORGANIZATION

Umumnya para banker berpendapat bahwa fungsi utama yang dijalankan oleh
suatu bank adalah fungsi pemberian pinjaman. Mereka juga mengetahui bahwa
selama ini cara utama bagi para pegawai untuk mendapatkan promosi dan gaji
tinggi adalah melalui fungsi pemberian pinjaman tersebut, meskipun dewasa ini
semakin banyak fungsi – fungsi atau kegiatan – kegiatan lain yang berkembang
pesat, semakin krusial, dan kompleks.

Di masa depan, fungsi pemberian pinjaman oleh bank ini mungkin tidak akan
berkembang terlalu pesat seperti sebelumnya. Alasannya antara lain :
1. Berdasarkan aturan baru tentang ketentuan modal berbasis risiko,
pinjaman yang diberikan kepada individu maupun institusi membutuhkan
dukungan modal yang lebih besar.
2. Adanya prasangka bahwa standar kecukupan modal untuk bank menjadi
lebih tinggi. Hal ini membuat fungsi pemberian pinjaman menjadi tidak
menguntungkan karena akan meningkatkan biaya modal.
3. Bank semakin sering melakukan sekuritisasi.
4. Adanya lembaga – lembaga lain (non perbankan) yang menyediakan
fungsi pemberian pinjaman.
5. Klien bank mulai mencari alternatif pemberi pinjaman lain yang lebih
efisien.
6. Ada kemungkinan terjadi resesi di masa depan.

Setiap bank menanggung derajat risiko tertentu saat memberikan pinjaman


kepada individu atau institusi. Mereka juga pasti memiliki pengalaman
menghadapi piutang tak tertagih ketika ada peminjam yang gagal melunasi
pinjaman sesuai dengan persetujuan. Sebesar apapun derajat risiko yang
ditanggung oleh bank, piutang tak tertagih ini dapat diminimalisasi dengan
pengelolaan fungsi pemberian pinjaman secara professional.
Mengelola Risiko Kredit
Dalam suatu studi pada bank – bank nasional Amerika Serikat, Comptroller of
the Currency menemukan bahwa elemen penting yang membuat suatu bank gagal
dalam mengelola risiko kreditnya adalah sistem pengawasan kualitas pinjaman
yang tidak memadai. Kesalahan – kesalahan dasar yang biasa dilakukan bank
dalam menyusun prosedur pemberian pinjaman antara lain :
1. Kurang memperhatikan kebijakan pemberian pinjaman.
2. Syarat – syarat pinjaman yang terlalu mudah dan tidak ada standar yang
jelas.
3. Ketentuan kebijakan pemberian pinjaman mengesampingkan ketentuan
kebijakan lain yang telah ditetapkan bank.
4. Pemusatan kredit yang tidak aman.
5. Pengawasan lemah terhadap pegawai yang menangani urusan pemberian
pinjaman.
6. Pertumbuhan pemberian pinjaman melebihi kemampuan bank untuk
mengontrol kualitas pemberian pinjaman.
7. Sistem deteksi masalah – masalah pemberian pinjaman yang kurang
memadai.
8. Kurang memahami seberapa besar uang yang dibutuhkan pihak peminjam.
9. Pemberian pinjaman yang bersifat tidak fair atau di luar ketentuan yang
biasa terjadi di pasar.

Langkah – langkah yang dilakukan bank untuk mengelola risiko kredit antara
lain:
1. Menetapkan budaya kredit.
Untuk mengatasi kekurangan – kekurangan yang ada pada sistem dan
prosedur pemberian pinjaman yang memungkinkan timbulnya pinjaman
berisiko, bank harus mengembangkan budaya kredit yang didukung oleh
strategi pengawasan risiko kredit yang tersusun dengan baik. Untuk
menyusun budaya kredit yang tepat, bank harus menetapkan prioritas
untuk hal – hal yang berkenaan dengan dunia usaha. Prioritas – prioritas
tersebut mencakup penekanan pada kinerja portofolio pinjaman jangka
panjang yang konsisten dengan standar – standar penjaminan yang disusun
dengan sangat hati – hati hingga penekanan pada pangsa pasar dan
pertumbuhan pinjaman yang agresif dengan standar – standar yang sangat
fleksibel. Kumpulan prioritas pertama berisiko lebih rendah dan
menyarankan bank untuk menyetujui pinjaman berkualitas sangat baik
dengan pendapatan yang stabil, sedangkan kumpulan prioritas kedua
berisiko lebih tinggi dan menyarankan bank untuk menyetujui pinjaman
dengan kualitas yang masih dapat ditoleransi namun memberikan pendapat
yang sangat tinggi.

2. Menetapkan strategi manajemen risiko kredit.


Risiko kredit bank terbagi dalam 2 bagian dasar, yaitu :
a. Risiko transaksi, yang terkandung dalam hal – hal yang berkenaan
dengan :
 Pengaturan kredit oleh bank.
 Sistem analisis dan investigasi kredit oleh bank.
 Standar – standar penjaminan pinjaman yang ditentukan
oleh bank.

b. Risiko portofolio, terbagi atas :


 Risiko intrinsic, yaitu risiko yang sifatnya unik dan
berbeda – beda pada setiap peminjam.
 Risiko pemusatan, yaitu risiko yang timbul ketika
proporsi dana pinjaman yang dimiliki bank terlalu banyak
diberikan pada jenis industri, tipe pinjaman, atau lingkup
area geografis tertentu.

Pengaturan Pemberian Pinjaman


Struktur organisasional dari fungsi pemberian pinjaman bervariasi tergantung
pada ukuran dan tipe bisnis yang dijalankan oleh suatu bank. Umumnya struktur
tersebut terdiri atas :
1. Loan Divisions
Loan divisions terdiri dari divisi – divisi yang melakukan fungsi – fungsi
dasar pemberian pinjaman bisnis dan pemberian dukungan pada nasabah.
Pada bank yang besar biasanya divisi – divisi ini dibedakan menurut area
geografis (skala nasional dan regional), jenis industri, dan lini produk. Hal
ini dilakukan agar masing – masing divisi dapat memberikan pelayanan
terbaik bagi kebutuhan khusus masing – masing nasabah yang berbeda –
beda.

2. Credit Department
Credit department bertugas mengevaluasi tingkat kepercayaan (yang
berkaitan dengan pemberian pinjaman) dan kapasitas pembayaran
pinjaman baik pada nasabah lama maupun pemohon pinjaman baru.

Departemen ini cocok menjadi tempat pelatihan bagi petugas – petugas


pemberian pinjaman baru karena mereka dapat melihat variasi kasus
pemberian pinjaman mulai dari yang baik hingga yang kurang baik dan
mereka dapat membantu petugas pemberian pinjaman senior dalam
pembuatan keputusan yang berkaitan dengan pemberian pinjaman.

3. Collateral and Note Department


Fungsi pemberian pinjaman yang krusial dan kompleks adalah
penyempurnaan hak bank untuk memiliki jaminan yang ditawarkan oleh
calon peminjam. Selain menangani masalah tersebut, collateral and note
department juga menjalankan fungsi “discount”, yaitu mencatat dan
memasukkan pembayaran yang diterima dari surat utang yang belum
lunas.

4. Loan Committees
Loan committees bertanggung jawab mempertimbangkan permohonan
pinjaman yang lebih besar. Bank membutuhkan komite – komite yang
efektif untuk memeriksa permohonan pinjaman yang besar dan tunggakan
pinjaman. Komite ini secara rinci bertanggung jawab tentang :
 Pemeriksaan pinjaman baru yang berjumlah besar.
 Pemeriksaan terhadap pembaruan pinjaman yang berjumlah besar
dan memastikan alasan pembaruan tersebut.
 Pemeriksaan terhadap pinjaman yang macet dan menemukan
penyebabnya.
 Kesesuaian terhadap kebijakan – kebijakan lain yang telah
ditetapkan oleh bank tersebut.
 Dokumentasi pemberian pinjaman secara keseluruhan.
 Pemberian perlakuan yang konsisten terhadap nasabah.

Proses persetujuan permohonan pinjaman pada setiap bank berbeda –


beda. Beberapa bank memberikan batasan pemberian pinjaman yang relatif besar
pada petugas pemberian pinjaman dan memperbolehkan petugas tersebut
mengkombinasikan batasan yang ia miliki dengan batasan yang dimiliki petugas
lain untuk menyetujui sebagian besar permohonan pinjaman yang kira – kira
jumlahnya dapat ditoleransi. Kelebihan dari sistem ini adalah fleksibilitas dan
efisiensi yang lebih tinggi. Beberapa bank lainnya memberi batasan pemberian
pinjaman yang lebih kecil, tidak memperbolehkan petugasnya mengkombinasikan
batasan tersebut dengan petugas lain, dan menyerahkan keputusan persetujuan
pemberian pinjaman pada loan committees. Kelebihan dari sistem ini adalah
keamanan dan adanya pengawasan yang lebih terjamin.

Perumusan Kebijakan Pemberian Pinjaman


Formulasi kebijakan pemberian pinjaman
Kebijakan pemberian pinjaman suatu bank seharusnya merefleksikan
komposisi dan kualitas pemberian pinjaman bank tersebut. Dengan demikian
kebijakan tersebut memberikan petunjuk dan kejelasan mengenai aktivitas
pemberian pinjaman suatu bank. Untuk memastikan petunjuk tersebut tidak
ambigu dan tersampaikan ke seluruh pihak yang berkepentingan, kebijakan
pemberian pinjaman harus dirumuskan secara tertulis.
Memang, pengawas keuangan menempatkan penekanan besar pada kebijakan
kredit tertulis yang berasal dari dewan direksi untuk manajemen.Dari sudut
pandang pengawas keuangan, kebijakan kredit secara tertulis harus berisi tiga hal:
1. Menghasilkan suara dan pinjaman tertagih
2. Menyediakan investasi yang menguntungkan dana Bank
3. Mendorong perluasan kredit untuk memenuhi kebutuhan yang sah dari
pasar Bank

Kebijakan pinjaman dapat berubah dari waktu ke waktu. Misalnya, setelah


Perang Dunia Kedua, kebanyakan bank menganggap pinjaman untuk konsumsi
tidak pantas. Namun, seperti permintaan barang konsumen dan perumahan telah
meningkat, tingkat bunga yang menarik menyebar sehingga pembiayaan
konsumen dan bank hipotek didorong untuk pasar dana pinjaman. Selama sepuluh
tahun pada 1970-an dan awal 1980-an, beberapa bank-bank besar telah
mengadopsi kebijakan untuk mengajukan pinjaman secara agresif di negara-
negara dunia ketiga. Inti kebijakan itu tiba-tiba terputus ketika, pada tahun 1982,
negara-negara maju tidak memenuhi jadwal pembayaran pinjaman tersebut.
Banyak kebijakan kredit untuk pindah ke bank lain, pasar kredit juga trendi dalam
real estat komersial pada awal tahun 1980 dan pertengahan. Pasar ini didorong
artifisial oleh insentif pajak baru untuk investasi di real estate dan dengan
dorongan dari regulasi. Sebuah perubahan besar dalam kebijakan itu dipaksakan
kepada bank ketika awal 1980-an, akuisisi murah pemberi pinjaman bukan bank
meningkatkan pangsa pasar kredit korporasi tingkat tinggi. Sebagai hasil dari
kompetisi bukan bank, banyak bank diarahkan untuk peminjam lebih kecil dan
lebih tinggi.
Selain itu, kebijakan kredit bervariasi selama siklus kredit. Dalam periode
uang ketat, bank seringkali harus membatasi pertumbuhan kredit mereka.
Sebaliknya, ketika dana banyak dan ekonomi lemah, bank dapat meminta nasabah
mereka untuk menunjukkan keseimbangan yang lebih besar dari pendapatan dan
kekuatan. Untuk mencari pinjaman yang solid selama periode ini, beberapa bank
dapat memutuskan untuk meminjamkan diluar daerah pasar normal. Jelas,
kebijakan pinjaman harus beradaptasi dengan keadaan yang berubah dan siklus
sekuler. Bahkan, sangat penting bahwa kebijakan kredit diperbarui secara berkala
untuk mencerminkan kondisi saat ini dan mempertahankan relevansinya sebagai
alat kontrol. Sebuah bank yang dikelola dengan baik dapat meninjau kebijakan
pinjaman setiap tahun untuk memastikan bahwa kebijakan tersebut cukup
menjawab jenis risiko yang diambil bank untuk mengambil pasar yang dinamis di
kawasan itu.

Gambaran Kebijakan Pinjaman


Sebuah gambaran representatif untuk kebijakan pinjaman tertulis
ditunjukkan dalam tabel. Garis besar ini dibagi menjadi tiga bagian. Bagian
pertama berisi pernyataan kebijakan umum yang menentukan dalam arti luas misi
departemen pinjaman bank dan kualitas yang diinginkan portofolio kredit. Bagian
kedua menjelaskan prinsip-prinsip teknis dan prosedur yang harus diikuti dalam
menyiapkan dan mengelola portofolio kredit. Bagian ketiga memperkenalkan
prosedur rinci dan parameter yang berlaku untuk masing-masing dari berbagai
jenis pinjaman yang dibuat oleh bank.

Outline For A Written Loan Policy


I. General policy statements III. Parameters and procedures by
A. Objectives type of loan
B. Strategies A. Real estate mortgage loans
1. Loan mix 1. Loan description
2. Liquidity and maturity structure 2. Purpose of loan
3. Size of portfolio proceed
C. Trade area 3. Preferred maturities
D. Credit standards 4. Pricing: rates, fees,
1. Types of loan balances
2. Secured vs unsecured guidelines 5. Minimum and
3. Collateral maximum amounts
4. Terms 6. Insurance
E. Loan authorities and approval requirements
7. Perfection of collateral
II. Principles and procedures 8. Channels of approval
A. Insurance protection for policy
B. Documentation standart and B. Interim
security interest constructionfinancing
C. Problem loan collection and charges C. Accounts receiveable loans
off D. Inventory loans
D. Legal constraints and compliance E. Term loans
E. Loan pricing F. Securities purchase loans
F. Financial information requires from G. Agricultural loans
borrowers H. Small business loans
G. Ethical issues and conflicts of I. Consumer loans
interest J. Purchased loans
H. Loan review

Tujuan Dan Strategi Pinjaman


Tujuan kebijakan pinjaman adalah untuk menetapkan misi eksternal dan
internal bank. Termasuk pernyataan tentang peran persepsi usaha dalam bidang
perdagangan, persepsi ceruk pasar, profitabilitas yang diinginkan, pemeliharaan
kepercayaan masyarakat, dan tingkat daya saing dan agresivitas. Mungkin
menghitung pertumbuhan kredit dan tujuan produktif, termasuk ukuran yang
diinginkan dari portofolio pinjaman dalam kaitannya dengan total simpanan atau
total aset.
Suatu kebijakan pinjaman akan mengungkapkan strategi manajemen risiko
yang signifikan. Pinjaman bank merupakan portofolio jenis pinjaman, daerah
geografis dan resiko. Dalam kasus risiko portofolio, pinjaman kombinasi yang
diinginkan harus diukur, misalnya, kredit komersial untuk modal kerja 40%,
kredit konsumer sebesar 30%, pinjaman rumah 15%, pinjaman komersial
berjangka 15%.
Dalam prakteknya, berbagai persentase kredit menurut jenis akan lebih
fleksibel. Diversifikasi portofolio mengurangi risiko konsentrasi yang terkait
dengan konsentrasi kredit dalam satu kategori. Bank-bank di masyarakat industri
mungkin memiliki sedikit kesempatan untuk diversifikasi kredit mereka. Bagi
mereka, partisipasi dengan bank koresponden adalah cara yang baik untuk
mencapai diversifikasi geografis. Pernyataan kebijakan juga bisa menggambarkan
jumlah maksimum pinjaman Bank. Batas ini dapat diatur, katakanlah, 60 atau
80% dari batas hukum kredit Bank.
Strategi likuiditas bank harus disediakan, karena bertindak sebagai
pembatasan dalam pemberian kredit dan likuiditas sebagian bergantung pada
struktur jatuh tempo portofolio kredit. Ukuran yang diinginkan dari portofolio
kredit Bank menyatakan agresi merencanakan untuk memperluas portofolio
kredit. Kebijakan pinjaman agresif meliputi berita baik dan berita buruk. Kabar
baiknya adalah bahwa portofolio pinjaman yang lebih besar dapat meningkatkan
penghasilan Bank. Kabar buruknya adalah bahwa kebijakan yang agresif akan
mengurangi standar pinjaman, marjinal dan pinjaman besar yang tak tertagih.

Kawasan Perdagangan
Kedua kawasan perdagangan primer dan sekunder harus ditunjuk untuk
menginstruksikan petugas pinjaman di bank prioritas geografis. Bank memahami
daerah mereka sendiri dan lebih mungkin untuk salah menilai kualitas kredit yang
berasal dari luar daerah mereka. Sebagai contoh, petugas pinjaman akan kurang
waspada terhadap memburuknya ekonomi masyarakat luar daerah perdagangan
mereka. Bank harus mendefinisikan area yang akan dilayani secara teratur oleh
petugas masing-masing, batas yang ditentukan pada partisipasi kredit dengan
nasabah bank lain di luar daerah, dan proses setiap pinjaman lain sebagai
pengecualian terhadap kebijakan. Definisi perdagangan daerah harus sesuai
dengan tindakan komunitas reinvestasi.

Luasnya daerah perdagangan jelas tergantung pada karakteristik ukuran


dan karakteristik bank. Daerah pusat perdagangan uang bank besar tidak terbatas
secara geografis, tetapi dalam lingkup nasional dan internasional. Selain itu, batas-
batas geografis berarti pinjaman bank kurang banyak pada daerah dengan keahlian
di bidang yang sempit, seperti minyak dan gas, pengepakan daging, elektronik,
atau utilitas publik, atau untuk bank daerah yang memiliki hubungan utama
dengan perusahaan dengan lokasi nasional dan internasional.

Standar Kredit
Kebijakan pinjaman secara tertulis yang menyatakan jenis kredit bank
yang diinginkan. Kredit yang tidak diinginkan secara rutin meliputi fungsi kredit
utama untuk menyediakan pinjaman jangka pendek kepada pelanggan bisnis di
daerah perdagangan. Untuk tipe seperti kredit modal kerja, bank keluar periode
minimum, katakanlah 30 sampai 60 hari setiap tahun, harus ditentukan. Selain
kredit modal kerja jangka pendek harus menunjukkan sumber pembayaran.
Di sisi lain, pinjaman konvensional juga biasanya dibahas dalam
pernyataan kebijakan. Perhatian akan muncul dari pinjaman untuk bisnis baru
yang tidak didukung oleh penjamin.
Pinjaman untuk mendapatkan bisnis atau untuk membeli saham saat ini mungkin
dilarang. Dana dari modal pinjaman secara efektif mengganti bagian dari ekuitas
perusahaan dengan utang. Peminjam biasanya mengharapkan untuk membayar
kembali pinjaman dari pendapatan usaha, yang bisa menguras dana modal usaha
yang dibutuhkan. Selain itu, perolehan pinjaman baru, debitur biasanya kurang
akrab dengan bisnis daripada pemilik sebelumnya, sehingga keuntungan akan
datang mungkin akan merosot di bawah level mereka. Kebijakan ini dapat
membatasi pinjaman seperti dalam kasus di mana sumber daya lain peminjam
adalah cukup atau di mana mantan pemilik jaminan pinjaman.
Kebijakan perkreditan harus menunjukkan jenis yang diinginkan dan dapat
diterima agunan. Lebih jauh lagi, harus menunjukkan keadaan di mana kredit
tanpa agunan adalah dilarang. Kualitas dan likuiditas jaminan untuk diverifikasi,
dan pinjaman maksimum rasio nilai agunan harus diterapkan sebelum pinjaman
dijamin disetujui.
Tanggung jawab dan prosedur untuk penilaian akan ditentukan, termasuk
interval waktu antara reappraisals. Perhatian khusus harus diberikan untuk
undang-undang yang mencakup pengkajian di bawah FIRREA. Hukum ini berisi
parameter khusus yang mengatur frekuensi dan kualitas penilaian. FIRREA juga
memberlakukan persyaratan khusus pada kepercayaan dari penilai independen.

Wewenang Dan Persetujuan Pinjaman


Kebijakan pemberian kredit harus menetapkan batas kredit untuk semua
petugas pinjaman dan kombinasi dari petugas dan komite kredit. Bankir melihat
peningkatan kewenangan pinjaman perorangan sebagai hak istimewa yang akan
diterima secara empiris. Batas bagi individu biasanya akan didasarkan pada
pengalaman mereka dan pelayanan, sebagai pihak pemberi pinjaman. Pinjaman
dijamin mencakup pembatasan lebih tinggi dari pinjaman tanpa jaminan yang
sebanding, dan musiman kredit modal kerja dapat melakukan batasan lebih tinggi
dari pinjaman berjangka. Pihak berwenang petugas pinjaman individu untuk
peminjam ditentukan oleh total seluruh pinjaman Peminjam yang ada, garis
aplikasi kredit dan pinjaman dalam pertimbangan. Bersama pemerintah dapat
digunakan untuk menyetujui kredit lebih besar dari petugas yang terlibat akan
diizinkan untuk menyetujui secara individu, meskipun dalam kasus tersebut harus
dibuat jelas bahwa setiap petugas yang bertanggung jawab untuk memantau
kinerja pinjaman. Divisi kepala atau kepala cabang harus bertanggung jawab
untuk pinjaman yang dibuat oleh pejabat bawahan mereka. Petugas membatasi
individu juga tergantung pada basis modal bank dan hukum batas kredit tertinggi.
Nilai nyata dari sebuah kebijakan pinjaman yang dirancang dengan baik
dan konsisten dengan budaya kredit dari bank, adalah perannya sebagai alat
komunikasi. Menetapkan strategi kebijakan pinjaman Bank Dunia untuk
pengelolaan risiko kredit dengan menentukan aturan dan tujuan organisasi kepada
staf dari pinjaman Bank.

Prinsip dan Prosedur


Perlindungan Asuransi
Kebanyakan peminjam menghadapi risiko yang mengancam kemampuan
mereka untuk membayar pinjaman bank mereka. Asuransi jiwa pada personil
kunci sangat penting untuk melindungi terhadap hilangnya kematian atau cacat
yang mempengaruhi peminjam atau salah satu karyawan yang diperlukan
peminjam. Sebuah bencana kebakaran atau banjir bisa mengganggu atau
menghancurkan bisnis jaminan kredit.
Kebijakan pinjaman harus menunjukkan jenis peminjam yang harus
diasuransikan. Kebijakan ini harus ditunjuk bank sebagai penerima pembayaran
kerugian, atau, jika nilai tunai polis asuransi jiwa yang ditawarkan adalah sebagai
perlindungan, hal ini harus dilakukan dengan benar ke bank dalam binder yang
diterbitkan oleh perusahaan asuransi. Bentuk perlindungan adalah kebijakan kredit
yang ditulis oleh bank. Asuransi jiwa adalah kebijakan yang ditulis pada nasabah
kredit.
Suatu bentuk perlindungan yang berbeda diperoleh melalui reasuransi.
Jika peminjam, reasuransi dan perusahaan asuransi senilai mengejar koleksi atas
namanya sendiri untuk catatan bank pembayaran. Premi reasuransi cukup mahal,
dan kebijakan Bank Dunia harus menunjukkan apa jenis peminjam, jika ada, harus
di bawah program reasuransi.

Standar Dokumentasi
Kebijakan pinjaman harus membuat file kredit seragam dan prosedur
dokumentasi. Kebutuhan rutin untuk bank yang lebih besar, Namun, terlalu
sering, dokumentasi prosedur di bank-bank kecil banyak ditentukan oleh
preferensi petugas pinjaman perorangan. File kredit Klien harus diatur sekitar
sistem dokumentasi yang efektif yang mempromosikan keseragaman dan hampir
pasti mengakibatkan kerugian kredit yang lebih rendah, terutama jika
dikombinasikan dengan program pinjaman yang dirancang dengan ulasan yang
baik. Kredit file dipelihara oleh departemen kredit.
Sebuah daftar dokumen standar pinjaman harus diwajibkan untuk setiap file
kredit. Dokumen terdaftar mencakup fileyang paling sering digunakan dalam
berbagai jenis transaksi pinjaman:
1. Dasar Perjanjian pinjaman
2. Aplikasi pinjaman
3. Laporan keuangan peminjam
4. Laporan kredit
5. Bukti kesempurnaan kepentingan keamanan
6. Pengalihan sewa atau penyewaan real estat atau properti produktif lainnya
7. Peminjam hidup atau polis asuransi kecelakaan (yang menunjukkan bank
sebagai penerima pembayaran kerugian)
8. Perusahaan pinjaman resolusi atau kemitraan
9. Perjanjian subordinasi
10. Jaminan berkelanjutan
11. Laporan keuangan penjamin
12. Kontak
13. Salinan catatan yang ada

Perjanjian pinjaman dasar merupakan dokumen penting , digunakan untuk


menentukan kondisi transaksi pinjaman. Hubungan dari seluruh dokumen
pinjaman perjanjian pinjaman bersama-sama. Disebut aturan dasar, prosedur, dan
mekanik, termasuk syarat pembayaran, dan persyaratan pinjaman.

Mencegah Kerugian Pinjaman


Fungsi Mereview Pinjaman
Kebanyakan Bank melakukan Review pinjaman untuk mengurangi kerugian
dan mengawasi kualitas pinjaman. Review pinjaman terdiri dari audit periodic
kinerja yang sedang berlangsung dari beberapa atau semua pinjaman aktif di
dalam portofolio pinjaman bank. Untuk memenuhi tujuan dasar dari mengurangi
kerugian pinjaman, beberapa hal berikut yang harus ditekankan dalam review
pinjaman :
1. Mendeteksi masalah pinjaman actual atau potensial secepat mungkin.
2. Menyediakan insentif kepada loan officer untuk mengawasi pinjaman dan
untuk melaporkan deteriorasi di dalam pinjaman mereka sendiri.
3. Menegakkan uniform documentation.
4. Memastikan bahwa kebijakan pinjaman, hokum perbankan, dan aturan
ditaati.
5. Memberikan informasi kepada manajemen dan dewan tentang condisi
keseluruhan dari portofolio pinjaman.

Controlling Loan Losses


Prosedur Mereview Pinjaman
Prosedur ini diformalkan dalam bentuk tertulis di dalam kebijakan pinjaman.
Pada umumnya semua material yang dibutuhkan untuk mereview pinjaman
sebenarnya di dalam pengaturan file-file kredit untuk setiap pinjaman, dan saat
ini kebanyakan bank telah memulai menyimpan data file kredit di computer. Yang
di gunakan untuk melakukan review pinjaman, antara lain :
1. Kemampuan kondisi financial dan pembayaran dari debitur.
2. Pelengkapan dokumentasi.
3. Konsistensi tehadap kebijakan kredit.
4. Kesempurnaan security interest pada jaminan.
5. Kepatuhan hokum dan peraturan.
6. Kejelasan profitabilitas.

Mengkoreksi Kredit Bermasalah


Pada umumnya kebijakan kredit sebenarnya memerlukan ketekunan pada
bagian personil kredit untuk mendeteksi dan mencoba untuk memperbaiki kredit
bermasalah. Sehingga dapat dilakukan perbaikan terhadap kredit-kredit
bermasalah oleh karyawan bagian kredit. Indicator-indikator yang termasuk
masalah, antara lain :
1. Tren pengganggu dalam laporan keuangan.
2. Turnover manajemen
3. Pembatalan asuransi
4. Security interest diajukan terhadap debitur oleh kreditur lain.
5. Melihat suatu gugatan, hak gadai pajak, atau tindakan hukum lainnya
terhadap peminjam.
6. Memburuknya hubungan dengan pemasok perdagangan.
7. Prinsip yang mati atau sakit.
8. Perkawinan kesulitan dari prinsip.
9. Kerugian dari sumber kunci dari pendapatan.
10. Memburuknya hubungan dengan pekerja.
11. Bencana alam.
12. Pertumbuhan yang cepat.

Laporan Finansial Debitur


Kredit sebenarnya selalu didukung oleh data financial yang kongkrit. Data
ini terdiri dari sebagian kecil laporan financial pribadi konsumen debitur dan
perusahaan multinasional. Biasanya, neraca dan laporan laba rugi secara langsung
paling sedikit tiga tahun terakhir diperlukan dari pemberi pinjaman komersial.

Kebijakan Tingkat Suku Bunga


Tingkat suku bunga mempengaruhi pinjaman tergantung dari beberapa faktor,
antara lain:
1. biaya pendanaan bank (biasanya termasuk biaya modal pendanaan)
2. resiko peminjam
3. kompensasi atas servis
4. tingkat suku bunga pesaing
5. riba (bunga yang sangat tinggi)
6. hubungan antara peminjam dengan pihak bank lain

dalam menentukan kebijakan pinjaman, pihak bank harus menginformasikan


mengenai pedoman umum yan terkait dengan prosedur yang ada. Misalnya
penetapan suku bunga dasar masing – masing bank (biasanya ditentukan
berdasarkan tingkat suku bunga yang dikeluarkan oleh bank sentral) harus
diinformasikan kepada konsumen. Di Indonesia sendiri tingkat bunga dasar
ditetapkan oleh Bank Indonesia yang disebut BI rate. Kebijakan mengenai hal
tersebut sudah ditetapkan per 1 Maret 2011, bahwa semua bank yang ada di
Indonesia wajib untuk mempublikasikan tingkat bunga dasar masing – masing
bank kepada konsumen mereka. Biasanya tingkat bunga dasar masing – masing
bank ini mengambil dasar dari tingkat suku bunga dasar bank sentral kemudian
dimodifikasi sesuai dengan situasi yang ada (pasar dan konsumen).

Sikap Tidak Beretika Dan Konflik Kepentingan


Kesuksesan sebuah bank juga ditentukan oleh kepercayaan konsumen
terhadap petugas bank. Tidak hanya karena petugas bank merupakan pihak yang
berurusan dengan uang konsumen, namun juga yang paling berinteraksi secara
intens dengan informasi penting dan sensitif yang berhubungan dengan
konsumen. Sebagai hasilnya, potensi munculnya konflik kepentingan bisa terjadi.
Kebijakan pinjaman yang baik akan menuntun petugas pinjaman untuk
menghindari aktivitas yang tidak seharusnya dilakukan, seperti menerima hadiah
dari konsumen atau aktivitas lain demi kepentingan pribadi, dan penyebaran
informasi mengenai kredit demi kepentingan konsumen. Biasanya sebuah bank
akan mengikuti suatu kode etik tertentu yang mengatur hubungan kreditur dengan
pelanggannya tanpa melanggar hak dan privasi konsumen.

Alasan Umum Pinjaman Tak Tertagih


Manajemen bank yang baik, akan melakukan ”otopsi” atas pinjaman yang tak
tertagih. Langkah ini akan menyediakan umpan balik yang akan menentukan
keefektifitasan dari fungsi – fungsi seperti kebijakan pinjaman, proses
dokumentasi, kinerja pegawai pinjaman, dan peninjauan pinjaman. Adanya
pinjaman yang tak tertagih mencerminkan adanya fungsi yang perlu di revisi. Ada
20 alasan umum pinjaman menjadi tak tertagih, antara lain :
1. kegagalan menilai jaminan sesuai dengan nilai yang sebenarnya
(overvalue)
2. menyerahkan dana sebelum proses dokumentasi selesai
3. adanya hubungan pribadi antara peminjam dengan petugas pinjaman atau
komite pinjaman
4. menyetujui pinjaman pada pengelola bisnis yang tidak berpengalaman
5. menambah pinjaman yang ada tanpa disertai penambahan jaminan
6. memperbarui kesepakatan pinjaman untuk menutupi pembayaran bunga
pinjaman yang sudah jatuh tempo
7. tidak menganalisis kondisi keuangan konsumen dan kemampuan
membayarnya
8. petugas yang gagal melakukan peninjauan atas status pinjaman secara
teratur
9. dana yang dipinjamkan untuk bisnis/keperluan yang tidak semestinya
(tidak sesuai kesepakatan)
10. dana yang dipinjamkan kepada nasabah diluar area operasi
11. kesepakatan pembayaran yang tidak jelas (tidak di naskahkan)
12. gagal mendapatkan lapoarn kondisi keuangan peminjam secara teratur
13. kesulitan penyitaan jaminan karena konsumen mendapat perlindungan
hukum tertentu
14. bank tidak mengikuti kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan
15. pemimpin bank terlalu ikut campur dalam proses persetujuan pinjaman
16. mengabaikan pertanda bahwa pembayaran cek kosong yang dilakuakan
oleh konsumen merupakan tanda adanya kesulitan keuangan.
17. gagal untuk menilai aset bisnis yang dimiliki peminjam
18. pemberian pinjaman pada bisnis fiktif (laporan keuangan yang tidak sesuai
dengan kenyataan)
19. tidak mendapatkan atau mengabaikan surat keterangan atau referensi
kredit yang negatif dari biro kredit
20. gagal untuk menagih pinjaman atau tidak bisa menyita jaminan dengan
cepat ketika ada indikasi pinjaman tak tertagih

UNDANG - UNDANG DAN PERATURAN UNTUK MENGONTROL


PEMINJAMAN

Perbankan merupakan industri yang paling terekspos oleh peraturan, hal ini
dikarenakan beberapa alasan, antara lain :
1. risiko pada bank haruslah diminimalkan karena bank merupakan poros
sistem pembayaran dan keadaan perbankkan merupakan indikator kondisi
moneter suatu negara.
2. bank merupakan bagian dari kebijakan moneter nasional, jadi dengan
memberikan pengaturan ketat pada bank akan memastikan kestabilan nilai
tukar.
3. memastikan tidak terjadinya krisis perbankkan yang dapat berdampak
sistemik
karena beberapa alasan tersebut, maka pemerintah sangat mengatur dunia
perbankkan dengan berbagai peraturan perundang – undangan agar kinerja bank
dapat sesuai dengan harapan.
Penetapan Undang – Undang
Pengaturan proses peminjaman dilakukan dengan pembuatan undang –
undang dan keputusan interpretatif dari badan pengawas bank. Di Amerika, badan
yang mengawasi perbankkan merupakan badan khusus yang terpisah dari bank
sentral yaitu FDIC, OOC, dan FRS yang membuat berbagai peraturan, termasuk
mengenai hal peminjaman seperti :
1. the 1982 Depository Institutions Act, mengatur pembatasanpemberian
pinjaman pada peminjam individual atau kombinasi peminjam pada
perusahaan umum yang masing – masing tidak berhubungan secara
finansial.
2. The Financial Institutions Regulatory Act of 1978, membatasi pemberian
pinjaman pada pihak internal bank (jajaran eksekutif, direktur, dan
pemegang saham)
3. the Federal Deposite Insurance Corporation Improvement Act of 1991,
mengatur pemberian pinjaman kepada jajaran eksekutif, direktur, dan
pemegang saham dengan kondisi yang tidak biasa, seperti tingkat bunga
rendah atau jaminan yang tidak sesuai.
Selain itu juga ada peraturan yang mengatur pinjaman yang berkaitan dengan real
estate, sekuritas, ataupun riba. Di Indonesia sendiri, pengawasan dan pengaturan
terhadap bank dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai lembaga otoritas.
Selanjutnya berbagai peraturan guna mengatur kinerja bank dituangkan dalam
bentuk Peraturan Bank Indonesia (PBI), termasuk mengenai hal pinjaman (kredit).

Pengujian Dan Pengawasan Guna Menilai Kualitas Pinjaman


Di Amerika, penilaian kinerja perbankkan didasarkan pada beberapa aspek
antara lain :
1. likuiditas dan solvabilitas bank
2. pelaksanaan yang sesuai dengan undang – undang perbankkan dan
peraturan
3. kualitas dan likuiditas aset
4. ketersediaan perlindungan dan kontrol internal
5. kecukupan modal
6. kebijakan manajemen yang jelas
sedangkan di Indonesia sendiri, kinerja dan kesehatan bank di ukur melalui
metode yang dikenal dengan sebutan CAMELS yang terdiri dari :
1. Capital (Kecukupan Modal)
2. Asset (Kualitas Aktiva Produktif)
3. Management (Kualitas Manajemen)
4. Earning (Kemampuan Menghasilkan Laba)
5. Liquidity (Likuiditas)
6. Sensitifity (Sensitifitas Terhadap Resiko Pasar)
evaluasi dari aspek – aspek tersebut secara langsung ataupun tak langsung dapat
mempengaruhi kualitas portofolio pinjaman. Hasil evaluasi dari kondisi dan
maanjemen bank akan sangat bergantung dari hasil penilaian pinjaman – pinjaman
bank.

Pengujian pinjaman memerlukan evaluasi menyeluruh pada kebijakan


peminjaman masing – masing bank dan administrasi dari seluruh portofolio
pinjaman. Masalah – masalah yang sering terjadi pada portofolio pinjaman sering
kali disebabkan karena manajer level atas yang tidak berpengalaman ataupun
karena dibayar terlalu rendah sehingga tidak mampu menunjukkan kinerja
terbaiknya. Selain itu, masalah bisa muncul ketika sistem peninjauan pinjaman
dilakukan dengan tidak semestinya sehingga tidak bisa menjadi peringatan bila
suatu pinjaman bermasalah, kegagalan mengolah data pinjaman, kegagalan
membuat program pelunasan pinjaman yang jelas, kegagalan mendapatkan
informasi kredit yang cukup, ataupun terlalu bergantung pada jaminan.
Evaluasi penguji portofolio pinjaman sebaiknya juga memperhatikan
detail – detail seperti pembuktian catatan – catatan pada buku besar (dokumen
utama), memastikan keaslian jaminan yang tertera di catatan, pembuatan catatan –
catatan penting mengenai pinjaman, dan lain sebagainya. Seorang penguji wajib
mempunyai pengalaman, kemampuan memutuskan, pengamatan, dan analisis
dalam mengevaluasi risiko pinjaman. Pengukuran risiko pinjaman harus
didasarkan pada karakter, kapasitas, tanggung jawab financial, dan record dari
peminjam. Tes harus dilakukan untuk menilai pendapatan aktual dan likuiditas
aset yang akan digunakan untuk melunasi pinjaman plus bunga.
Setelah peninjauan secara detail dan diskusi mengenai pinjaman individual
dengan petugas pinjaman, selanjutnya penguji akan menyediakan data bagi bank
mengenai semua kritikan tentang pinjaman. Pinjaman yang mempunyai risiko
diatas rata – rata tidak akan ditanggung oleh pihak bank. Kategori dari kritikan
pinjaman terdiri dari:
1. aset – aset lain yang tidak disebutkan (OAEM) adalah aset – aset yang
dilindungi namun mempunyai potensi risiko yang lemah.
2. pinjaman substandar, tidak terlalu terlindungi oleh net worth dan kapsitas
pembayaran dari peminjam. Pihak bank akan memilih untuk menerima
kerugian jika kekurangan tidak dikoreksi.
3. pinjaman meragukan, mempunyai semua kelemahan dari pinjaman
substandar namun mempunyai namun juga mempunyai potensi kerugian
yang cukup tinggi.
4. pinjaman yang tak tertagih, dipertimbangkan untuk tidak diperhitungkan
dalam aset bank
setelah menentuka kritikan pinjaman, selanjutnya penguji akan menilai kecukupan
cadangankerugian pinjaman tak tertagih dengan menggunakan kritik pinjaman
sebagai dasarnya. Jika perkiraan kerugian yang ditentukan oleh penguji lebih kecil
atau sama dengan cadangan kerugian aktual, berarti bank masih mempunyai
cukup cadangan kerugian pinjaman. Namun jika perkiraan kerugian ditetapkan
melebihi cadangan kerugian aktual maka bank dikatakan dalam kondisi
kekurangan cadangan, unutk itu bank akan dipaksa untuk meningkatkan
cadangannya dengan cara mendebet pendapatannya dan mengkredit cadangan
kerugian pinjaman sebesar nilai yang telah ditetapkan oleh penguji. Untuk
menghindari hal seperti ini terjadi, biasanya banker akan diminta unutk menilai
pinjaman secara realistis dan wajar, serta berusaha mendeteksi permasalahan
pinjaman sedini mungkin.
Sangat penting bagi penguji untuk bisa mengklasifikasikan masing –
masing pinjaman kepada tiap – tiap kategorinya. Dari studi yang telah
dik=lakukan terbukti bahwa klasifikasi dan pembobotan yang buruk akan
menghasilkan hasil penilaian pinjaman yang buruk pula. Dalam penentuan
kesuksesan penilaian kategori masing – masing pinjaman (substandar, meragukan,
dan tak tertagih) harus disesuaikan dengan resiko pemenuhan kewajiban secara
relatif.

THE BANK CREDIT ORGANIZATION


Diasusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perbankan
Oleh :
Danang Harriets W. (0810220061)
Dian Meithasari (0810220068)
Didin Budi C. (0810220070)
Dimaz Yogi F. (0810220074)

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011

Anda mungkin juga menyukai