Anda di halaman 1dari 5

TIMBULNYA GERAKAN REFORMASI 1998

DI INDONESIA
Copyright © B. R. Pudya, Ganesha Study Club
http://pelitabaraapi.blogspot.com/
Abstrak

Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan kehidupan


bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik secara konstitusional. Artinya,
adanya perubahan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya yang
lebih baik, demokratis berdasarkan prinsip kebebasan, persamaan, dan persaudaraan.

Gerakan reformasi lahir sebagai jawaban atas krisis yang melanda berbagai segi
kehidupan. Krisis politik, ekonomi, hukum, dan krisis sosial merupakan faktorfaktor yang
mendorong lahirnya gerakan reformasi. Bahkan, krisis kepercayaan telah menjadi salah satu
indikator yang menentukan. Reformasi dipandang sebagai gerakan yang tidak boleh ditawar-
tawar lagi dan karena itu, hampir seluruh rakyat Indonesia mendukung sepenuhnya gerakan
reformasi tersebut.

Dengan semangat reformasi, rakyat Indonesia menghendaki adanya pergantian


kepemimpinan nasional sebagai langkah awal menuju terwujudnya masyarakat yang adil dan
makmur. Pergantian kepemimpinan nasional diharapkan dapat memperbaiki kehidupan politik,
ekonomi, hukum, sosial, dan budaya. Indoenesia harus dipimpin oleh orang yang memiliki
kepedulian terhadap kesulitan dan penderitaan rakyat.

Latar belakang

Reformasi merupakan suatu perubahan tatatan perikehidupan lama ketatanan


perikehidupan baru yang lebih baik. Gerakan reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun
1998 merupakan suatu gerakan yang bertujuan untuk melakukan perubahan dan pembaruan,
terutama perbaikan tatanan perikehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, dan sosial.
Dengan demikian, gerakan reformasi telah memiliki formulasi atau gagasan tentang tatanan
perikehidupan baru menuju terwujudnya Indonesia baru.
Persoalan pokok yang mendorong atau menyebabkan lahirnya gerakan reformasi adalah
kesulitan warga masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok. Harga-harga sembilan bahan
pokok (sembako), seperti beras, terigu, minyak goreng, minyak tanah, gula, susu, telur, ikan
kering, dan garam mengalami kenaikan yang tinggi. Bahkan, warga masyarakat harus antri untuk
membeli sembako itu.

Sementara, situasi politik dan kondisi ekonomi Indonesia semakin tidak menentu dan
tidak terkendali. Harapan masyarakat akan perbaikan politik dan ekonomi semakin jauh dari
kenyataan. Keadaan itu menyebabkan masyarakat Indonesia semakin kritis dan tidak percaya
terhadap pemerintahan Orde Baru.

Pemerintahan Orde Baru dinilai tidak mampu menciptakan kehidupan masyarakat yang
adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Oleh karena itu, tujuan lahirnya gerakan reformasi adalah untuk memperbaiki tatanan
perikehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Kesulitan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok merupakan faktor atau


penyebab utama lahirnya gerakan reformasi. Namun, persoalan itu tidak muncul secara tiba-tiba.
Banyak faktor yang mempengaruhinya, terutama ketidakadilan dalam kehidupan politik,
ekonomi, dan hukum.

Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Presiden Suharto selama 32 tahun, ternyata tidak
konsisten dan konsekuen dalam melaksanakan cita-cita Orde Baru. Pada awal kelahirannya tahun
1966, Orde Baru bertekad untuk menata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Namun dalam pelaksanaannya, pemerintahan Orde Baru banyak melakukan


penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam UUD
1945 yang sangat merugikan rakyat kecil. Bahkan, Pancasila dan UUD 1945 hanya dijadikan
legitimasi untuk mempertahankan kekuasaan. Penyimpangan-penyimpangan itu melahirkan
krisis multidimensional yang menjadi penyebab umum lahirnya gerakan reformasi, seperti
berikut ini:

a. Krisis politik

Krisis politik yang terjadi pada tahun 1998 merupakan puncak dari berbagai kebijakan
politik pemerintahan Orde Baru. Berbagai kebijakan politik yang dikeluarkan pemerintahan Orde
Baru selalu dengan alasan dalam kerangka pelaksanaan demokrasi Pancasila. Namun yang
sebenarnya terjadi adalah dalam rangka mempertahankan kekuasaan Presiden Suharto dan kroni-
kroninya. Artinya, demokrasi yang dilaksanakan pemerintahan Orde Baru bukan demokrasi yang
semestinya, melainkan demokrasi rekayasa.

Dengan demikian, yang terjadi bukan demokrasi yang berarti dari, oleh, dan untuk rakyat,
melainkan demokrasi yang berarti dari, oleh, dan untuk penguasa. Pada masa Orde Baru,
kehidupan politik sangat represif, yaitu adanya tekanan yang kuat dari pemerintah terhadap pihak
oposisi atau orang-orang yang berpikir kritis. Ciri-ciri kehidupan politik yang represif, di
antaranya:

1) Setiap orang atau kelompok yang mengkritik kebijakan pemerintah dituduh


sebagai tindakan subversif (menentang Negara Kesatuan Republik Indonesia).
2) Pelaksanaan Lima Paket UU Politik yang melahirkan demokrasi semu atau
demokrasi rekayasa.
3) Terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang merajalela dan masyarakat
tidak memiliki kebebasan untuk mengontrolnya.

1. Menteri Dalam Negeri : Letjen. TNI Syarwan Hamid


2. Menteri Luar Negeri : Ali Alatas, SH
3. Menhankam/Pangab : Jenderal TNI Wiranto
4. Menteri Kehakiman : Prof. Dr. Muladi, SH
5. Menteri Penerangan : Letjen. TNI Yunus Yosfiah
6. Menteri Keuangan : Dr. Ir. Bambang Subianto
7. Menteri Perindustrian & Perdag : Prof. Dr. Ir. Rahardi Ramelan
8. Menteri Pertanian : Prof. Dr. Ir. Soleh Salahudin
9. Menteri Pertambangan & Energi : Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto
10. Menteri Kehutanan & Perkebunan : Dr. Ir. Muslimin Nasution
11. Menteri Pekerjaan Umum : Ir. Rachmadi Bambang Sumadhijo
12. Menteri Perhubungan : Ir. Giri Suseno Hadihardjono, MSc
13. Menteri Pariwisata/Seni Budaya : Drs. Marzuki Usman, MA
14. Menkop/Pengusaha Kecil & Menengah : Adi Sasono
15. Menteri Tenaga Kerja : Drs. Fahmi Idris
16. Menteri Transmigrasi/PPH : Drs. H AM Hendropriyono, SH, MBA
17. Menteri Kesehatan : Prof. Dr. dr. Farid A. Moeloek
18. Menteri Pendidikan & Kebudayaan : Prof. Dr.
19. abinet Persatuan Nasional
20.
21. Masa Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid
22. Tahun Dibentuk 1999
23. Tahun Demisioner 2001
24. Jumlah Pejabat 36
25. Susunan Pejabat
Menteri Pertambangan dan Energi : Susilo Bambang
Yudhoyono
Menteri Kordinator Politik dan Keamanan : Wiranto
Menteri Pertahanan : Juwono Sudarsono
Menteri Kordinator Ekonomi, Keuangan dan Industri : Kwik Kian Gie
Wakil Presiden RI : Megawati
Soekarnoputri
Menteri Negara Koordinator Bidang Politik dan Keamanan : Wiranto
(Menko Polkam)
Menteri Negara Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan : Kwik Kian Gie
Industri
Menteri Negara Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan : Hamzah Haz
Pengentasan Kemiskinan (Menko Kesra & Taskin)
Menteri Dalam Negeri : Surjadi Soedirdja
Menteri Luar Negeri : Alwi Abdurrahman
Shihab
Menteri Pertahanan : Juwono Sudarsono
Menteri Hukum dan Perundang-undangan : Yusril Ihza Mahendra
Menteri Pertambangan dan Energi : Susilo Bambang
Yudhoyono
Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI : Jusuf kalla
Menteri Pertanian RI : Mohamad Prakosa
Menteri Kehutanan dan Perkebunan : Nur Mahmudi Ismail
Menteri Perhubungan RI : Agum Gumelar
Menteri Eksplorasi Kelautan : Sarwono
Kusumaatmadja
Menteri Tenaga Kerja : Bomer Pasaribu
Menteri Kesehatan : Achmad Sujudi
Menteri Pendidikan Nasional : A. Yahya Muhaimin
Menteri Agama RI : Muhammad Tolchah
Hasan
Menteri Pemukiman dan Pengembangan Wilayah : Erna Witoelar
Menteri Negara Riset dan Teknologi : A.S. Hikam
Menteri Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah : Zakarsih Nur
Menteri Negara Lingkungan Hidup : Alexander Sonny
Keraf
Menteri Negara Otonomi Daerah : Ryaas Rasyid
Menteri Negara Pariwisata dan Kesenian : Djaelani Hidayat
Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN : Laksamana Sukardi
Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga : Mahadi Sinambella
Menteri Negara Pekerjaan Umum : Rozak Boediro
Soetjipto
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan : Khofifah Indar
Parawansa
Menteri Negara Urusan hak Asasi Manusia : Hasballah M. Saad
Menteri Negara Transmigrasi dan Kependudukan : Al Hilal Hamdi
Menteri Negara Masalah-masalah Kemasyarakatan : Anak Agung Gde
Agung
Jaksa Agung : Marzuki Darusman
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian : Rizal Ramli
Menteri Pertahanan : Mohammad Mahfud
Menteri Keuangan : Prijadi
Praptosuhardjo
Menteri Perindustrian dan Perdagangan : Luhut Binsar
Panjaitan
Menteri Muda Urusan Rekonstruksi Perekonomian Nasional : Cacuk Sudarijanto
26.
27. Keterangan Lain
28. Presiden Abdurrahman Wahid melakukan pergantian susunan Kabinet Persatuan
Nasional pada 23 Agustus 2000 berdasarkan Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 234/M Tahun 2000

Anda mungkin juga menyukai