Kusta
Kusta
1
Morbus Hansen - Definisi
Definisi
Kusta merupakan penyakit infeksi yang
kronik, dan penyebabnya
adalahMycobacterium leprae yang bersifat
intraselular obligat. Saraf perifers ebagaia
finitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus
respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke
organ lain kecuali susunan saraf pusat
2
Morbus Hansen - Etiologi
Etiologi
M.leprae
Gram positif, obligat intraselular, berbentuk
Schwann.
Replikasi yang lambat di sel Schwann
Transmisi
Lewat udara yang tersebar dari sekresi nasal
yang terinfeksi ke mukosa nasal dan mulut.
Kusta secara umum tidak disebabkan oleh
4
Morbus Hansen - Predileksi
Predileksi
5
Morbus Hansen - Patogenesis
Patogenesis
Cell-mediated immunity kuat + respon
humoral yang lemah bentuk yang ringan
Respon humoral yang kuat + cell-mediated
immunity yang lemah/tidak ada bentuk
lepromatous dengan lesi yang luas, mengenai
kulit dan saraf secara ekstensif, dan kadar
bakteri yang banyak
6
Morbus Hansen - Klasifikasi
Klasifikasi
Ridley-Joping: TT, BT, BB, BL, LL.
Madrid: tuberkuloid, borderline, lepromatosa.
WHO: PB, MB.
Puskesmas: PB, MB.
7
Morbus Hansen - Multibasilar
MB
Sifat LL BL BB
Lesi Makula, infiltrat Makula, plakat, Plakat, dome-
Bentuk difus, papul, papul. shape, pounched
nodus. out.
8
Anestesia Biasanya tak jelas. Tak jelas. Lebih jelas.
Morbus Hansen - Paulibasilar
PB
Sifat TT BT I
Lesi
Bentuk Makula saja, Makula dibatasi Hanya infiltrat.
dibatasi infiltrat. infiltrat; infiltrat
saja
Jumlah Satu, dapat Beberapa/satu Satu/beberapa.
beberapa. dengan satelit.
Distribusi Asimetris. Masih asimetris. Variasi.
10
Morbus Hansen – Kelainan Kulit
11
Morbus Hansen – Kelainan Kulit
13
Morbus Hansen – Tuberculoid Leprosy
Tuberculoid leprosy
14
Morbus Hansen – Borderline Tuberculoid
Borderline tuberculoid
15
Morbus Hansen – Borderline Lepromatous
Borderline lepromatous
16
Morbus Hansen – Perbedaan PB dan MB
PB MB
Lesi kulit
1-5 lesi.
(makula datar, >5 lesi.
Hipopigmentasi/eritema.
papul yang Distribusi lebih simetris.
Ditribusi tak simetris.
meninggi, nodus)
Kerusakan saraf
(menyebabkan
dipersarafi oleh 17
Morbus Hansen – Penunjang Diagnosis
Penunjang Diagnosis
Pemeriksaan bakterioskopik
Sediaan dibuat dari kerokan jaringan kulit atau
usapan dan kerokan mukosa hidung yang diwarnai
dengan Ziehl-Neelsen.
Untuk rutin sebaiknya minimal 4-6 tempat, yaitu
kedua cuping telinga bagian bawah dan 2-4 lesi lain
yang paling aktif (paling eritematosa dan infiltratif)
18
Morbus Hansen – Penunjang Diagnosis
IB:
◦ 0 = tidakada BTA dalam 100 LP.
◦ 1+ = 1-10 BTA dalam 100 LP.
◦ 2+ = 1-10 BTA dalam 10 LP.
◦ 3+ = 1-10 BTA rata-rata dalam 1 LP.
◦ 4+ = 11-100 BTA rata-rata daam 1 LP.
◦ 5+ = 101-1000 BTA rata-rata dalam 1 LP.
◦ 6+ = > 1000 rata-rata dalam 1 LP
20
Morbus Hansen – Penunjang Diagnosis
Pemeriksaan histopatologik:
Dapat ditemukan gambaran makrofag yang berubah
bentuk menjadi sel epiteloid yang tidak dapat bergerak,
kemudian berubah menjadi sel datia Langhans.
Adanya massa epiteloid yang berlebihan dikelilingi
limfosit yang disebut tuberkel.
Histiosit tidak dapat mengahncurkan M.leprae yang
sudah ada didalamnyasel Virchow atau sel lepra atau
sel busa
21
Morbus Hansen – Penunjang Diagnosis
Pemeriksaanserologik:
Uji MLPA (Mycobacterium Leprae Particle
Aglutination).
Ujia ELISA.
ML dipstick
22
Morbus Hansen – Reaksi Kusta
Reaksi kusta
Reaksi kusta adalah interupsi dengan episode
akut pada perjalanan penyakit yang
sebenarnya sangat kronik.
2: ENL, reaksi reversal.
23
Morbus Hansen – Reaksi Kusta
ENL
Terutama timbul pada tipe lepromatosa polar dan dapat pula
pada BL, makin tinggi tingkat multibasilernya, makin besar
timbulnya ENL.
Antigen M.leprae + antibody (IgM, IgG) +
komplemenkompleksimun.
Kadar immunoglobulin penderita kusta lepromatosa lebih tinggi
dari pada tipe tuberkuloid, oleh karena pada tipe lepromatosa
jumlah basil jauh lebih banyak dari pada tipe tuberkuloid.
24
Morbus Hansen – Reaksi Kusta
25
Morbus Hansen – Reaksi Kusta
Reaksi reversal
Hanya terdapat pada tipe borderline
Diperkirakan ada hubungannya dengan reaksi
hipersensitivitas tipe lambat.
Gejala klinis: umumnya sebagian atau seluruh
lesi yang telah ada bertambah aktif dan atau
timbul lesi baru dalam waktu relatif singkat
26
Morbus Hansen - Definisi
27
Morbus Hansen - Pengobatan
Pengobatan
Penatalaksanaan ditujukan kepada infeksinya
sendiri dan, bila ada, pada reaksi kusta.
28
Morbus Hansen - Pengobatan
29
Morbus Hansen - Pengobatan
31
Morbus Hansen - Pencegahan
Pencegahan cacat
Melaksanakan diagnosis dini kusta,
Pemberian pengobatan yang cepat dan tepat.
Mengenali gejala dan tanda reaksi kusta yang disertai gangguan
saraf serta memulai pengobatan dengan kortikosteroid sedini
mungkin.
Gangguan sensibilitasmemakai sepatu untuk melindungi kaki
yang telah terkena, memakai sarung tangan bila bekerja dengan
benda tajam/panas, memakai kacamata untuk melindungi
matanya.
Diajarkan juga cara perawatan kulit sehari-hari. 32
Morbus Hansen - Pencegahan
yang terlihat
Tingkat 0: tidak ada gangguan pada mata akibat kusta, tidak ada
gangguan penglihatan.
Tingkat 1: ada gangguan pada mata akibat kusta, tidak ada gangguan
33
berat pada penglihatan. Visus 6/60 atau lebih baik.
THANK YOU
34