Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Merupakan Individu atau orang yang menyumbangkan darahnya, dengan tujuan untuk
membantu yang lain khususnya yang pada kondisi memerlukan suplai darah dari luar, karena
sampai saat ini darah belum bisa di sintesa sehingga ketika diperlukan harus diambil
seseorang/individu.
1. Umur 17 - 60 tahun
( Pada usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat ijin tertulis dari
orangtua. Sampai usia tahun donor masih dapat menyumbangkan darahnya dengan jarak
penyumbangan 3 bulan atas pertimbangan dokter )
2. Berat badan minimum 45 kg
3. Temperatur tubuh : 36,6 - 37,5o C (oral)
4. Tekanan darah baik ,yaitu:
Sistole = 110 - 160 mm Hg
Diastole = 70 - 100 mm Hg
5. Denyut nadi; Teratur 50 - 100 kali/ menit
6. Hemoglobin
Wanita minimal = 12 gr %
Pria minimal = 12,5 gr %
7. Jumlah penyumbangan pertahun paling banyak 5 kali, dengan jarak penyumbangan
sekurang-kurangnya 3 bulan. Keadaan ini harus sesuai dengan keadaan umum donor.
1. Dapat memeriksakan kesehatan secara berkala 3 bulan sekali seperti tensi, Lab Uji Saring
(HIV, Hepatitis B, C, Sifilis dan Malaria).
2. Mendapatkan piagam penghargaan sesuai dengan jumlah menyumbang darahnya antara
lain 10, 25, 50, 75, 100 kali.
3. Donor darah 100 kali mendapat penghargaan Satya Lencana Kebaktian Sosial dari
Pemerintah.
4. Merupakan bagian dari ibadah.
Manfaat Donor
Berdasarkan pada tujuan di atas, maka saat ini transfusi darah cenderung memakai komponen
darah disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya kebutuhan akan sel darah merah, granulosit,
trombosit, dan plasma darah yang mengandung protein dan faktor-faktor pembekuan. Diperlukan
pedoman dalam pemberian komponen-komponen darah untuk pasien yang memerlukannya,
sehingga efek samping transfusi dapat diturunkan seminimal mungkin.(1,3,12)
Lansteiner, perintis transfusi mengatakan : “Transfusi darah tidak boleh diberikan,kecuali
manfaatnya melebihi resikonya”. Pada anemia, transfusi baru layak diberikan jika pasien
menunjukkan tanda “Oxigen Need” yaitu rasa sesak, mata berkunang, berdebar (palpitasi),
pusing, gelisah atau Hb <6 gr/dl.(12) Pemberian sel darah merah, sering digunakan apabila kadar
Hb kurang dari 6 gr%, dan hampir tidak diperlukan bila Hb lebih dari 10 gr% dan kalau kadar
Hb antara 6-10gr%, maka transfusi sel darah merah atas indikasi keadaan oksigenasi pasien.
Perlu diingat bahwa kadar Hb bukanlah satu-satunya parameter, tetapi harus diperhatikan pula
faktor-faktor fisiologi dan resiko pembedahan yang mempengaruhi oksigenasi pasien tersebut.(2)
Kehilangan sampai 30% EBV umumnya dapat diatasi dengan cairan elektrolit saja.(3,5,12).
Kehilangan lebih daripada itu, setelah diberi cairan elektrolit perlu dilanjutkan dengan transfusi
jika Hb<8 gr/dl.(2,12)
Habibi dkk memberikan petunjuk bahwa dengan pemberian satu unit PRC akan meningkatkan
hematokrit 3-7%. Indikasinya adalah : (2)
1. Kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dari 1000 ml.
2. Hemoglobin < 8 gr/dl.
3. Hemoglobin <10 gr/dl dengan penyakit-penyakit utama : (misalnya empisema, atau penyakit
jantung iskemik)
4. Hemoglobin <10 gr/dl dengan darah autolog.
5. Hemoglobin <12 gr/dl dan tergantung pada ventilator.
2. 2 Definisi dan tujuan transfusi darah
Transfusi darah adalah suatu rangkaian proses pemindahan darah donor ke dalam sirkulasidarah
resipien sebagai upaya pengobatan. Bahkan sebagai upaya untuk menyelamatkankehidupan.
2,3,4,5,7
Berdasarkan asal darah yang diberikan transfusi dikenal: (1)
H
omologoustransfusi
;
berasal dari darah orang lain, (2)
Autologous transfusi
;
berasal dari darah sendiri.
4
Tujuan transfusi darah adalah: (1)mengembalikan dan mempertahankan volume yang
normal peredaran darah, (2)mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah,
(3)meningkatkan oksigenasi jaringan, (4)memperbaiki fungsi homeostasis, (5)tindakan
terapikhusus.
1. Whole blood
Whole blood (darah lengkap) biasanya disediakan hanya untuk transfusi pada perdarahan masif.
Whole blood biasa diberikan untuk perdarahan akut, shock hipovolemik serta bedah mayor
dengan perdarahan > 1500 ml. Whole blood akan meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen
dan peningkatan volume darah. Transfusi satu unit whole blood akan meningkatkan hemoglobin
1 g/dl
PRBC mengandung hemoglobin yang sama dengan whole blood, bedanya adalah pada jumlah
plasma, dimana PRBC lebih sedikit mengandung plasma. Hal ini menyebabkan kadar hematokrit
PRBC lebih tinggi dibanding dengan whole blood, yaitu 70% dibandingkan 40%. PRBC biasa
diberikan pada pasien dengan perdarahan lambat, pasien anemia atau pada kelainan jantung. Saat
hendak digunakan, PRBC perlu dihangatkan terlebih dahulu hingga sama dengan suhu tubuh
(37ºC). bila tidak dihangatkan, akan menyulitkan terjadinya perpindahan oksigen dari darah ke
organ tubuh.
Fresh frozen plasma (FFP) mengandung semua protein plasma (faktor pembekuan), terutama
faktor V dan VII. FFP biasa diberikan setelah transfusi darah masif, setelah terapi warfarin dan
koagulopati pada penyakit hati. Setiap unit FFP biasanya dapat menaikan masing-masing kadar
faktor pembekuan sebesar 2-3% pada orang dewasa. Sama dengan PRBC, saat hendak diberikan
pada pasien perlu dihangatkan terlebih dahulu sesuai suhu tubuh.
4. Trombosit
Transfusi trombosit diindikasikan pada pasien dengan trombositopenia berat (<20.000 sel/mm3)
disertai gejala klinis perdarahan. Akan tetapi, bila tidak dijumpai gejala klinis perdarahan,
transfusi trombosit tidak diperlukan. Satu unit trombosit dapat meningkatkan 7000-10.000
trombosit/mm3 setelah 1 jam transfusi pada pasien dengan berat badan 70 kg. banyak faktor
yang berperan dalam keberhasilan transfusi trombosit diantaranya splenomegali, sensitisasi
sebelumnya, demam, dan perdarahan aktif.
5. Kriopresipitat
Kriopresipitat mengandung faktor VIII dan fibrinogen dalam jumlah banyak. Kriopresipitat
diindikasikan pada pasien dengan penyakit hemofilia (kekurangan faktor VIII) dan juga pada
pasien dengan defisiensi fibrinogen.
TRANFUSI DARAH
A. Definisi
Penggantian darah atau tranfusi darah adalah suatu pemberian darah lengkap atau
komponen darah seperti plasma, sel darah merah kemasan atau trombosit melalui IV.
Meskipun tranfusi darah penting untuk mengembalikan homeostasis, tranfusi darah dapat
membahayakan. Banyak komplikasi dapat ditimbulkan oleh terapi komponen darah,
contohnya reaksi hemolitik akut yang kemungkinan mematikan, penularan penyakit
infeksi dan reaksi demam. Kebanyakan reaksi tranfusi yang mengancam hidup
diakibatkan oleh identifikasi pasien yang tidak benar atau pembuatan label darah atau
komponen darah yang tidak akurat, menyebabkan pemberian darah yang inkompatibel.
Pemantauan pasien yang menerima darah dan komponen darah dan pemberian produk-
produk ini adalah tanggung jawab keperawatan. Perawat bertanggung jawab untuk
mengkaji sebelum dan selama tranfusi yang dilakukan. Apabila klien sudah terpasang
selang IV, perawat harus mengkaji tempat insersi untuk melihat tanda infeksi atau
infilrasi. Perawat harus memastikan bahwa kateter yang dipakai klien menggunakan
kateter ukuran besar (18-19). Komponen darah harus diberikan oleh personel yang
kompeten, berpengalaman dan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
A. Tujuan
3. Memberikan komponen seluler yang terpilih sebagai terapi pengganti (misal : faktor
pembekuan plasma untuk membantu mengontrol perdarahan pada klien yang
menderita hemofilia)
Darah tersusun dari beberapa unsur yang mempunyai peran utama dalam terapi
tranfusi darah. Komponen ini meliputi antigen, antibody, tipe Rh, dan antigen HLA.
Antigen adalah zat yang mendatangkan respon imun spesifik bila terjadi kontak dengan
benda asing. Sistem imun tubuh berespon dengan memproduksi antibody untuk
memusnahkan penyerang. Reaksi Antigen (Ag) dan Antibodi (AB) ini diperlihatkan
dengan aglutinasi atau hemolisis. Antibodi dalam serum berespon terhadap antigen
penyerang dengan mengelompokkan sel-sel darah merah bersama-sama dan menjadikan
mereka tidak efektif atau memusnahkan sel darah merah. Sistem penggolongan darah
didasarkan pada reaksi Ag-AB yang menentukan kompabilitas darah.
Golongan darah yang paling penting untuk tranfusi darah ialah sistem ABO, yang
meliputi golongan berikut: A, B, O, AB. Penetapan penggolongan darah didasarkan pada
ada tidaknya antigen sel darah merah A dan B. Individu-individu dengan golongan darah
A mempunyai antigen A yang terdapat pada sel darah merah; individu dengan golongan
darah B mempunyai antigen B, dan individu dengan golongan darah O tidak mempunyai
kedua antigen tersebut.
Setelah system ABO, tipe Rh merupakan kelompok antigen sel darah merah
dengan kepentingan klinis besar. Tidak seperti anti-A dan anti-B, yang terjadi pada
individu normal dan tidak diimunisasi, antibody Rh tidak terbentuk tanpa stimulasi
imunisasi. Individu dengan antibodi D disebut Rh positif, sedangkan yang tidak memiliki
antibodi D disebut Rh negatif, tidak menjadi soal apakah ada antibodi Rh lainnya.
Antibody D dapat menyebabkan destruksi sel darah merah, seperti dalam kasus reaksi
tranfusi hemolitik lambat.
A. Indikasi
1. Pasien dengan kehilangan darah dalam jumlah besar (operasi besar, perdarahan
postpartum, kecelakaan, luka bakar hebat, penyakit kekurangan kadar Hb atau
penyakit kelainan darah)
Tranfusi darah lengkap hanya untuk mengatasi perdarahan akut dan masif, meningkatkan
dan mempertahankan proses pembekuan. Darah lengkap diberikan dengan golongan
ABO dan Rh yang diketahui. Infuskan selama 2 sampai 3 jam, maksimum 4 jam/unit.
Dosis pada pediatrik rata-rata 20 ml/kg, diikuti dengan volume yang diperlukan untuk
stabilisasi. Bisanya tersedia dalam volume 400-500 ml dengan masa hidup 21 hari.
Hindari memberikan tranfusi saat klien tidak dapat menoleransi masalah sirkulasi.
Hangatkan darah jika akan diberikan dalam jumlah besar.
Indikasi:
1. Penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau luka bakar
2. Klien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25 persen dari
volume darah total
Komponen ini mengandung sel darah merah, SDP, dan trombosit karena sebagian
plasma telah dihilangkan (80 %). Tersedia volume 250 ml. Diberikan selama 2 sampai
4 jam, dengan golongan darah ABO dan Rh yang diketahui. Hindari menggunakan
komponen ini untuk anemia yang mendapat terapi nutrisi dan obat. Masa hidup
komponen ini 21 hari.
Indikasi :
Komponen ini terdiri dari darah lengkap dengan isi seperti RBCs, plasma dihilangkan 80
% , biasanya tersedia dalam volume 150 ml. Dalam pemberian perlu diketahui
golongan darah ABO dan sistem Rh. Apabila diresepkan berikan dipenhidramin.
Berikan antipiretik, karena komponen ini bisa menyebabkan demam dan dingin. Untuk
pencegahan infeksi, berikan tranfusi dan disambung dengan antibiotik.
Indikasi :
1. Pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk pasien dengan
kultur darah positif, demam persisten /38,3° C dan granulositopenia)
Komponen ini sama dengan RBCs, tapi leukosit dihilangkan sampai 95 %, digunakan
bila kelebihan plasma dan antibody tidak dibutuhkan. Komponen ini tersedia dalam
volume 200 ml, waktu pemberian 1 ½ sampai 4 jam.
Indikasi:
Platelet/trombosit
Komponen ini biasanya digunakan untuk mengobati kelainan perdarahan atau jumlah
trombosit yang rendah. Volume bervariasi biasanya 35-50 ml/unit, untuk pemberian
biasanya memerlukan beberapa kantong. Komponen ini diberikan secara cepat. Hindari
pemberian trombosit jika klien sedang demam. Klien dengan riwayat reaksi tranfusi
trombosit, berikan premedikasi antipiretik dan antihistamin. Shelf life umumnya 6
sampai 72 jam tergantung pada kebijakan pusat di mana trombosit tersebut didapatkan.
Periksa hitung trombosit pada 1 dan 24 jam setelah pemberian.
Indikasi:
Indikasi:
Komponen ini terdiri dari plasma protein, digunakan sebagai ekspander darah dan
pengganti protein. Komponen ini dapat diberikan melalui piggybag. Volume yang
diberikan bervariasi tergantung kebutuhan pasien. Hindarkan untuk mencampur
albumin dengan protein hydrolysate dan larutan alkohol.
Indikasi :
1.Pasien yang mengalami syok karena luka bakar, trauma, pembedahan atau infeksi
2. Terapi hyponatremi
Pediatrik
1. Pada anak-anak, 50 ml darah pertama harus diinfuskan lebih dari 30 menit. Bila tidak
ada reaksi terjadi, kecepatan aliran ditingkatkan dengan sesuai untuk
menginfuskan sisa 275 ml lebih dari periode 2 jam
2. Darah untuk bayi baru lahir dicocok silangkan dengan serum ibu karena mungkin
mempunyai antibody lebih dari bayi tersebut dan memungkinkan identifikasi
yang lebih mudah tentang inkompabilitas
3. Dosis untuk anak-anak bervariasi menurut umur dan berat badan (hitung dosis dalam
milliliter per kilogram berat badan)
4. Tranfusi sel darah merah memerlukan waktu infus yang ketat (untuk mempermudah
deteksi dini reaksi hemolitik yang mungkin terjadi)
6. Gunakan pompa infus elektronik untuk memantau dan mengontrol akurasi kecepatan
tetesan
7. Gunakan vena umbilikalis pada bayi baru lahir sebagai tempat akses vena
8. Tranfusi pada bayi baru lahir hanya boleh dilakukan oleh perawat atau dokter yang
kompeten dan berpengalaman (prosedur ini memerlukan ketrampilan tingkat
tinggi)
Gerontik
2. Terdapat kemungkinan bahaya pada jantung, ginjal, dan sistem pernafasan (atur
kecepatan aliran jika klien tidak mampu menoleransi aliran yang telah ditetapkan),
sehingga waktu tranfusi lebih lambat
3. Defisit sensori dapat terjadi (konsultasikan dengan rekam medik atau anggota
keluarga terhadap reaksi tranfusi darah sebelumnya)
4. Premedikasi dapat menyebabkan mengantuk
5. Integritas vena mungkin melemah, pastikan kepatenan kateter atau jarum sebelum
melakukan tranfusi
A. Efek tranfusi
Alergi
Penyebab:
Gejala:
Intervensi:
Anafilaksis
Penyebab:
Pemberian protein IgA ke resipien penderita defisiensi IgA yang telah membentuk
antibodi IgA
Gejala:
Tidak ada demam, syok, distress pernafasan (mengi, sianosis), mual, hipotensi, kram
abdomen, terjadi dengan cepat setelah pemberian hanya beberapa milliliter darah atau
plasma.
Intervensi:
1. Hentikan tranfusi
Pencegahan:
Tranfusikan sel darah merah (SDM) yang sudah diproses dengan memisahkan plasma
dari SDM tersebut, gunakan darah dari donor yang menderita defesiensi IgA.
Sepsis
Penyebab:
Menggigil, demam, muntah, diare, penurunan tekanan darah yang mencolok, syok
Intervensi:
1. Hentikan tranfusi
Pencegahan:
Urtikaria
Penyebab:
Gejala:
Intervensi:
1. Hentikan tranfusi
4. Tranfusi bisa dimulai lagi jika demam dan gejala pulmonal tidak ada lagi
Pencegahan:
Kelebihan sirkulasi
Penyebab:
Volume darah atau komponen darah yang berlebihan atau diberikan terlalu cepat
Gejala:
Dyspnea, dada seperti tertekan, batuk kering, gelisah, sakit kepala hebat, nadi,
tekanan darah dan pernafasan meningkat, tekanan vena sentral dan vena jugularis
meningkat
Intervensi:
Pencegahan:
Kecepatan pemberian darah atau komponen darah disesuaikan dengan kondisi klien,
berikan komponen SDM bukan darah lengkap, apabila diprogramkan minimalkan
pemberian normal saline yang dipergunakan untuk menjaga kepatenan IV
Hemolitik
Penyebab:
Antibody dalam plasma resipien bereaksi dengan antigen dalam SDM donor, resipien
menjadi tersensitisasi terhadap antigen SDM asing yang bukan dalam system ABO
Gejala:
Cemas, nadi, pernafasan dan suhu meningkat, tekanan darah menurun, dyspnea, mual dan
muntah, menggigil, hemoglobinemia, hemoglobinuria, perdarahan abnormal, oliguria,
nyeri punggung, syok, ikterus ringan. Hemolitik akut terjadi bila sedikitnya 10-15 ml
darah yang tidak kompatibel telah diinfuskan, sedangkan reaksi hemolitik lambat
dapat terjadi 2 hari atau lebih setelah tranfusi.
Intervensi:
2. Hentikan tranfusi
6. Untuk hemolitik lambat, karena terjadi setelah tranfusi, pantau pemeriksaan darah
untuk anemia yang berlanjut
Pencegahan:
Identifikasi klien dengan teliti saat sample darah diambil untuk ditetapkan golongannya
dan saat darah diberikan untuk tranfusi (penyebab paling sering karena salah
mengidentifikasi).
Demam Non-Hemolitik
Penyebab:
Antibody anti-HLA resipien bereaksi dengan antigen leukosit dan trombosit yang
ditranfusikan.
Gejala:
Demam, flushing, menggigil, tidak ada hemolisis SDM, nyeri lumbal, malaise, sakit
kepala
Intervensi:
1. Hentikan tranfusi
Pencegahan:
Hiperkalemia
Penyebab:
Gejala:
Serangan dalam beberapa menit, EKG berubah, gelombang T meninggi dan QRS
melebar, kelemahan ekstremitas, nyeri abdominal
Hipokalemia
Penyebab:
Berhubungan dengan alkalosis metabolik yang diindikasi oleh sitrat tetapi dapat
dipengaruhi oleh alkalosis respiratorik
Gejala:
Hipotermia
Penyebab:
Pemberian komponen darah yang dingin dengan cepat atau bila darah dingin
diberikan melalui kateter vena sentral.
Gejala:
Intervensi:
1. Hentikan tranfusi
5. Periksa EKG
AIDS
Penyebab:
Darah donor HIV seropositif
Gejala:
Demam, keringat malam, letih, berat badan menurun, adenopati, lesi kulit seropositif
terhadap virus HIV
Kontaminasi bakteri
Penyebab:
Gejala:
Serangan dalam 2 jam tranfusi (menggigil, demam, nyeri abdomen, syok, hipotensi
yang nyata
Cytomegalovirus (CMV)
Virus CMV dapat berada pada orang dewasa yang sehat. Pasien-pasien dengan
imunosupresi berisiko tinggi tertular CMV
Gejala:
Hepatitis
Hepatitis A dan hepatitis B jarang, penyakit hati kronik lebih umum dengan Hepatitis C
daripada hepatitis B
Gejala:
Terjadi dalam dalam beberapa minggu sampai bulan setelah tranfusi, mual, muntah,
ikterus, malaise, kadar enzim hati tinggi
Penyebab:
Limfosit donor yang normal bereproduksi di dalam tubuh resipien yang mengalami
gangguan kekebalan, limfosit menyerang jaringan resipien karena dianggap sebagai
protein asing.
Gejala:
Demam, ruam kulit, diare, infeksi, gangguan fungsi hati (jaundice, supresi sumsum
tulang)
Intervensi:
Pencegahan;
Berikan darah yang tidak diradiasi jika diprogramkan, berikan darah yang telah dicuci
dengan saline jika diprogramkan
Pedoman untuk mengatasi reaksi tranfusi yang dibuat oleh American Assotiation of
Blood Banks adalah:
2. Beritahu dokter
5. Segera laporkan reaksi tranfusi yang dicurigai pada petugas bank darah
A. Persiapan Pasien
3. Jelaskan kemungkinan reaksi lambat yang mungkin terjadi, anjurkan untuk segera
melapor apabila reaksi terjadi
4. Apabila klien sudah dipasang infus, cek apakah set infusnya bisa digunakan untuk
pemberian tranfusi
5. Apabila klien belum dipasang infus, lakukan pemasangan dan berikan normal saline
terlebih dahulu