Anda di halaman 1dari 11

A. J.

Toynbee adalah sejarawan modern yang mencoba membahas secara komparatif


kemunculan, pertumbuhan, kemunduran dan keruntuhan peradaban-peradaban dunia.
Karyanya, A Study of History, mencapai dua belas jilid. Peradaban, bukan negara yang
menjadi basis karya sejarahnya. Bagi Toynbee, peradaban adalah unit nyata dari sejarah.
Dia menganalisis, dua puluh satu peradaban, empat peradaban abortif (mati di tengah
jalan) dan lima peradaban terpenjara (tidak bergerak dari fase awal peradabannya)
.Patut juga dicatat, bahwa Toynbee dalam karyanya ini memberikan pujian yang tinggi
kepada Ibn Khaldun karena Muqaddimah-nya.

Problem pertama, bagaimana peradaban lahir ? Apa yang menyebabkan sebagian


masyarakat (seperti masyarakat primitif) menjadi statik sejak tahap awal keberadaannya,
sedangkan masyarakat lain mencapai taraf peradaban ? Jawaban Toynbee, kelahiran
sebuah peradaban tidak berakar pada faktor ras atau lingkungan geografis, tetapi
bergantung pada dua kombinasi kondisi, yaitu adanya minoritas kreatif dan lingkungan
yang sesuai. Lingkungan sesuai ini tidak sangat menguntungkan juga tidak sangat
tidak menguntungkan. Mekanisme kelahiran sebuah peradaban berdasarkan kondisi-
kondisi ini terformulasi dalam proses saling mempengaruhi dari tantangan dan
tanggapan (challenge-and-response). Lingkungan menantang masyarakat dan
masyarakat melalui minoritas kreatifnya menanggapi dengan sukses tantangan itu. Solusi
yang diberikan minoritas kreatif ini kemudian diikuti oleh mayoritas. Proses ini disebut
mimesis. Tantangan baru kemudian muncul, diikuti oleh tanggapan yang sukses kembali.
Proses ini terus berjalan. Masyarakat berada dalam proses bergerak terus dan gerak
tertentu membawanya kepada tingkat peradaban. Apa bentuk tantangan-tantangan atau
rangsangan lingkungan yang melahirkan peradaban ini ? Negeri yang ganas (hard
country), tanah baru (new ground, karena migrasi misalnya), serangan (blows, perang
misalnya), tekanan (pressures, kompetisi antar masyarakat), hukuman (penalization,
hukuman sosial).

Pertanyaanya kemudian, mengapa dan bagaimana beberapa masyarakat gugur


dalam proses peradabannya dan beberapa yang lain terperangkap pada taraf
permulaan saja, sedangkan yang lain tumbuh menjadi peradaban yang penuh
elan ? Menurut Toynbee untuk menjawab ini perlu ditegaskan dulu makna dari
pertumbuhan (growth) dan gejala-gejalanya. Dalam pemikiran Toynbee, pertumbuhan
peradaban tidak diukur dari ekspansi geografis masyarakatnya (kebalikannya malah
valid, kemunduran peradaban bisa diasosiasikan dengan ekspansi geografis).
Pertumbuhan peradaban juga tidak diukur dari kemajuan teknologinya. Pertumbuhan
terdiri dari determinasi diri atau artikulasi diri ke dalam yang progresif dan
kumulatif, dalam “etherialisasi” nilai-nilai masyarakat secara progresif dan
kumulatif, dan simplifikasi aparatus dan teknik peradabannya [etherialisasi,
mengarahkan aksi dari luar ke dalam]. Dari aspek hubungan intrasosial dan antar
individu, pertumbuhan adalah tanggapan tak kenal henti dari minoritas kreatif terhadap
tantangan-tantangan lingkungan yang ada. Peradaban yang berkembang membentangkan
potensi dominannya; estetika pada peradaban Hellenik, religius pada peradaban India dan
Hindu, saintifik mekanistik pada peradaban Barat, dsb.
Problem ketiga, bagaimana dan mengapa peradaban jatuh, terdisintegrasi dan
hancur ?. Peradaban yang jatuh kemudian hancur adalah kenyataan sejarah. Tetapi
kejatuhan atau kehancuran peradaban bukanlah keniscayaan kosmik atau karena faktor
geografis atau karena degenerasi rasial atau karena penyerbuan dari luar. Juga bukan
karena kemunduran teknik dan teknologi. Karena kemunduran peradaban adalah sebab,
sedang kemunduran teknik adalah konsekuensi atau gejala. Pembeda utama masa
pertumbuhan dan disintegrasi adalah pada masa pertumbuhan peradaban sukses
memberikan respon terhadap tantangan sedang pada masa disintegrasi peradaban gagal
memberi respon yang tepat. Toynbee menegaskan bahwa peradaban runtuh karena
bunuh diri (sosial), bukan karena pembunuhan (sosial). Civilizations die from
suicide, not by murder. Dalam formulasinya, keruntuhan peradaban berasal dari tiga hal;
kegagalan usaha kreatif para minoritas, penarikan mimesis dari mayoritas dan hilangnya
kesatuan sosial. Kemunduran peradaban melewati fase-fase berikut; kejatuhan (break-
down), distintegrasi dan hancur. Kejatuhan dan disintegrasi bisa berabad-abad, bakan
ribuan tahun. Toynbee memberi contoh, peradaban Mesir mulai jatuh pada abad ke-16
SM dan hancur pada abad ke-5 M. Selang dua ribu tahun antara awal jatuh dan
kehancurannya adalah masa kehidupan yang membatu.

Pada masa pertumbuhan minoritas kreatif memberi respon yang sukses terhadap
tantangan yang muncul, pada periode disintegrasi, mereka gagal. Pada masa kejatuhan,
minoritas kreatif mulai teracuni kemenangan, kemudian memberhalakan nilai-nilai relatif
atas nilai-nilai absolut, kehilangan karisma yang membuat mayoritas mengikuti mereka.
Pada masa disintegrasi, minoritas ini kemudian bergantung pada kekuatan (force) untuk
mengatur masyarakat. Mereka berubah dari minoritas kreatif menjadi minoritas
penguasa. Massa berubah menjadi proletariat. Untuk menjaga kelangsungan hidup
peradaban, dikembangkanlah negara universal, semisal Kekaisaran Roma. Sebagian
masyarakat, mereka yang ada dalam subordinasi minoritas dalam tubuh peradaban
(Toynbee menyebutnya internal proletariat) mulai meninggalkan minoritas ini, tidak
puas, kemudian membentuk gereja universal (misal kristianitas dan budhisme). Mereka
yang berada di luar peradaban pada kondisi kemiskinan, kekacauan (Toynbee
menyebutnya external proletariat) mengorganisasikan diri untuk menyerang peradaban
yang mulai runtuh. Perpecahan (schism) menimpa jiwa dan tubuh peradaban. Peperangan
kemudian berkobar. Pada jiwa peradaban, schism ini mengubah mentalitas dan prilaku
anggotanya.

Personalitas manusia pada fase keruntuhan ini terbagi menjadi empat golongan besar.
Mereka yang mengidealisasikan masa lalu (archaism), mereka yang mengidealisasikan
masa depan (futurism), mereka yang menjauhkan diri dari realitas dunia yang runtuh
(detachment) dan mereka yang menghadapi keruntuhan dengan wawasan baru
(transendence, transfiguration). Kecuali bagi transfigurator, usaha-usaha manusia
berdasarkan tipe personalitasnya tidak menghentikan proses disintegrasi peradaban,
paling banter hanya membuat peradaban menjadi fosil. Jalan tranfigurasi, mentransfer
tujuan dan nilai kepada spiritualitas baru, tidak menghentikan disintegrasi peradaban,
tetapi membuka jalan bagi kelahiran peradaban baru.
Pieter Catharinus Arie Geyl [1] (15 Desember 1887 - 31 Desember 1966) adalah
seorang Belanda sejarawan , terkenal untuk studi di Belanda sejarah modern awal dan
historiografi .

Contents Isi
[hide]

• 1 Background 1 Latar Belakang


• 2 Early career 2 Awal karir
• 3 Wartime experiences 3 pengalaman masa perang
• 4 Geyl's historical outlook 4 Geyl historis pandangan
• 5 Published works 5 Diterbitkan bekerja
• 6 Footnotes 6 Catatan kaki

• 7 References 7 Referensi

[ edit ] Background [ sunting ] Latar Belakang


Geyl was born in Dordrecht and graduated from the University of Leiden in 1913. Geyl
lahir di Dordrecht dan lulus dari Universitas Leiden pada tahun 1913. His thesis was on
Christofforo Suriano, the Venetian Ambassador in the Netherlands from 1616 to 1623.
Tesisnya pada Christofforo Suriano, Duta Besar Venesia di Belanda 1616-1623. He was
married twice, first to Maria Cornelia van Slooten in 1911 (who died in 1933) and
secondly to Garberlina Kremer in 1934. Ia menikah dua kali, pertama Maria Cornelia van
Slooten pada tahun 1911 (yang meninggal tahun 1933) dan kedua untuk Garberlina
Kremer pada tahun 1934.

[ edit ] Early career [ sunting ] Awal karir


Geyl worked as a teacher at a gymnasium (grammar school) in Schiedam (1912–1913)
before going on to serve as the London correspondent for Nieuwe Rotterdamsche
Courant newspaper. Geyl bekerja sebagai seorang guru di sebuah gimnasium (sekolah
dasar) di Schiedam (1912-1913) sebelum pergi untuk melayani sebagai London
koresponden untuk Nieuwe Courant Rotterdamsche koran. During this time, Geyl
befriended many influential people in Britain . Selama waktu ini, Geyl berteman dengan
orang banyak berpengaruh di Inggris . In 1919 Geyl took up a professorship in Dutch
history at the University of London , where he taught until 1935. Pada tahun 1919 Geyl
mengambil jabatan guru besar dalam sejarah Belanda di Universitas London , tempat ia
mengajar sampai 1935. In 1935, Geyl returned home to become a professor at the
University of Utrecht . Pada tahun 1935, Geyl kembali ke rumah untuk menjadi seorang
profesor di Universitas Utrecht .
[ edit ] Wartime experiences [ sunting ] pengalaman
masa perang
In 1940, Geyl wrote an article on how historians view Napoleon . Pada tahun 1940, Geyl
menulis sebuah artikel tentang bagaimana pandangan sejarawan Napoleon . It was due to
be published in June 1940, but after the German occupation in May 1940, the publishers
declined to publish Geyl's article out of the fear that comparisons could be made between
Napoleon and Adolf Hitler . Hal ini karena akan diterbitkan pada bulan Juni 1940, namun
setelah pendudukan Jerman Mei 1940, penerbit menolak untuk menerbitkan artikel
keluar's Geyl takut yang bisa dibuat perbandingan antara Napoleon dan Adolf Hitler . In
September 1940, Geyl used his article for the basis of series of lectures at the Rotterdam
School of Economics . Pada bulan September 1940, Geyl digunakan artikelnya untuk
dasar serangkaian kuliah di Fakultas Ekonomi Rotterdam . In October 1940 the SD
(Security Service) of the SS took Geyl hostage in retaliation for what the Germans
alleged to be maltreatment of Germans interned in the Dutch East Indies . Pada bulan
Oktober 1940 SD (Security Service) dari SS Geyl mengambil sandera sebagai
pembalasan atas apa yang Jerman diduga menjadi penganiayaan dari Jerman ditahan di
Hindia Belanda . Geyl spent thirteen months at the Buchenwald concentration camp .
Geyl menghabiskan tiga belas bulan di Buchenwald kamp konsentrasi . Even after his
release from Buchenwald, Geyl continued to be held by the Germans at a Dutch prison
until he was finally released for medical reasons in February 1944. Bahkan setelah
dibebaskan dari Buchenwald, Geyl terus diadakan oleh Jerman di sebuah penjara Belanda
sampai akhirnya dia dibebaskan karena alasan medis pada bulan Februari 1944.

In 1945 Geyl became the chair of history at University of Utrecht. Pada tahun 1945 Geyl
menjadi kursi sejarah di University of Utrecht. In his opening address, he called for his
students to disprove political and cultural myths that could lead to movements like
National Socialism . Dalam sambutannya, ia meminta murid-muridnya untuk
menyangkal dan budaya mitos politik yang dapat menyebabkan gerakan seperti
Sosialisme Nasional . Geyl was a critic of the Sonderweg interpretation of German
history that argued that Nazi Germany was the inevitable result of the way German
history developed. Geyl adalah seorang kritikus dari Sonderweg interpretasi sejarah
Jerman yang berpendapat bahwa Nazi Jerman adalah hasil tak terelakkan dari cara
sejarah Jerman dikembangkan. In particular, Geyl defended the German historian
Leopold von Ranke against the charge of being a proto-Nazi. Secara khusus, Geyl
membela sejarawan Jerman Leopold von Ranke terhadap tuduhan menjadi proto-Nazi.

[ edit ] Geyl's historical outlook [ sunting ] sejarah


pandangan's Geyl
Geyl was best known as a critic of the British historian Arnold J. Toynbee , who seemed
to maintain that he had discovered "laws" of history that proved how civilizations rise
and fall. Geyl paling dikenal sebagai kritikus dari sejarawan Inggris Arnold J. Toynbee ,
yang tampaknya untuk mempertahankan bahwa ia telah menemukan "hukum" sejarah
yang membuktikan bagaimana peradaban naik dan turun. Geyl often debated Toynbee
both on the radio and in print. Geyl sering diperdebatkan Toynbee baik di radio dan di
cetak. He accused Toynbee of selective use of evidence to support pre-conceived notions
and of ignoring evidence that did not support his thesis. Ia menuduh Toynbee
penggunaan selektif bukti untuk mendukung praduga-praduga dan mengabaikan bukti
yang tidak mendukung tesisnya. In addition, Geyl considered Toynbee's theory to be
simplistic, ignoring the full complexity of the past; he regarded Toynbee's theory of
"challenge and response" to explain historical change as too loose and a catch-all
definition. Selain itu, Geyl dianggap teori Toynbee untuk menjadi sederhana,
mengabaikan kompleksitas penuh dari masa lalu, ia dianggap teori Toynbee tentang
"tantangan dan tanggapan" untuk menjelaskan perubahan sejarah terlalu longgar dan
definisi-menangkap semua. Finally, Geyl was opposed to Toynbee's apparent claim that
Western civilization was in terminal decline. Akhirnya, Geyl menentang klaim jelas
Toynbee bahwa peradaban Barat berada dalam kemunduran terminal.

Geyl was noted for challenging the then-popular theory that the historical separation of
the Dutch and the Flemings was a result of "natural" causes. Geyl tercatat untuk
menantang-populer teori kemudian bahwa pemisahan historis dari Belanda dan Flemings
merupakan hasil dari "alam" menyebabkan. Geyl claimed that there was a "Greater
Netherlands" history and that the Dutch and Flemings only separated during the Eighty
Years' War (better known as the Dutch Revolt in the English-speaking world) against
Spain in the 16th century. Geyl mengklaim bahwa ada "Greater Belanda" sejarah dan
bahwa Belanda dan Flemings hanya dipisahkan selama Perang Delapan Puluh Tahun
(lebih dikenal sebagai Pemberontakan Belanda di dunia berbahasa Inggris) terhadap
Spanyol pada abad 16. Geyl argued that the revolt failed in the south not because of
political, cultural or religious differences, but only because the geography in the north
with its lakes, bogs and rivers favored the rebels and the geography in the south with its
flat plains favored the Spanish Army . Geyl berpendapat bahwa pemberontakan gagal di
selatan bukan karena, budaya atau agama perbedaan-perbedaan politik, tetapi hanya
karena geografi di utara dengan danau rawa, dan sungai disukai para pemberontak dan
geografi di selatan dengan dataran datar disukai Spanyol Angkatan Darat . Had it not
been for the accident of geography, Flanders would have been part of the Dutch Republic
. Kalau bukan karena kecelakaan geografi, Flanders akan menjadi bagian dari Republik
Belanda . Geyl expressed his ideas in a series of articles and in his main work, De
Geschiedenis van de Nederlandse Stam (1930–1959, unfinished). Geyl mengungkapkan
ide-idenya dalam serangkaian artikel dan dalam pekerjaan utamanya, De Geschiedenis
van de Nederlandse Stam (1930-1959, belum selesai). In concomitance with his historical
ideas, Geyl actively supported the Flemish movement , yet did not favour Dutch-Flemish
irredentism . [ 2 ] Dalam hal seiring dengan ide sejarah nya, Geyl aktif mendukung gerakan
Flemish , namun tidak menguntungkan Belanda-Flemish irredentism . [2]

Geyl's work has been criticized for not taking into account the unifying force of
administrative and economic developments after the separation and for sometimes
drawing artificial boundaries based on language alone; on the other hand, it has been
praised for its refreshing approach to the Dutch Revolt, which was in marked opposition
to the then-current nationally oriented, almost finalist view on Dutch and Belgian history
as represented by PJ Blok and Henri Pirenne . [ 3 ] pekerjaan Geyl telah dikritik karena
tidak memperhitungkan kekuatan pemersatu perkembangan administrasi dan ekonomi
setelah pemisahan dan untuk kadang-kadang menggambar batas buatan berdasarkan
bahasa sendiri; di sisi lain, telah dipuji karena pendekatan menyegarkan kepada
Pemberontakan Belanda, yang berada di oposisi ditandai dengan berorientasi nasional,-
saat ini hampir finalis melihat dan Belgia kemudian pada sejarah Belanda yang diwakili
oleh PJ Blok dan Henri Pirenne . [3]

Geyl was also noted for arguing that the House of Orange and the Dutch people were
often in conflict, especially during the 18th century. Geyl juga mencatat untuk berdebat
bahwa House of Orange dan orang-orang Belanda sering dalam konflik, khususnya
selama abad ke-18. Geyl accused William IV of Orange of using the uprising of the
Doelisten (a group of Amsterdam burgers) against the ruling elite to seize power for
himself in 1748. Geyl menuduh William IV Orange menggunakan pemberontakan dari
Doelisten (sekelompok burger Amsterdam) terhadap elit penguasa untuk merebut
kekuasaan untuk dirinya sendiri pada 1748. Another revisionist claim made by Geyl was
that the marriage of William of Orange (later stadtholder Willem II ) to Mary Stuart was
the main cause of the first Anglo-Dutch War in the 17th century. [ 4 ] Lain revisionis klaim
yang dibuat oleh Geyl adalah bahwa perkawinan William dari Orange (kemudian
stadtholder Willem II ) untuk Mary Stuart adalah penyebab utama pertama Perang Anglo-
Belanda pada abad ke-17. [4]

Napoleon For and Against was an account of how French historians of different ages and
views have regarded the French emperor. Napoleon Untuk dan Terhadap adalah account
dari bagaimana sejarawan Perancis dari berbagai usia dan pandangan telah menganggap
kaisar Prancis. From Napoleon's time to the present, French historians have presented
Napoleon as either a Corsican adventurer who brought death and destruction to France or
as a patriotic Frenchman who brought glory and prosperity. Dari saatnya Napoleon ke,
Prancis sejarawan disajikan Napoleon hadir baik sebagai Korsika petualang yang
membawa kematian dan kehancuran Perancis atau sebagai Prancis patriotik yang
membawa kemuliaan dan kemakmuran. Geyl used his book to advance his view that all
historians are influenced by the present when writing history and thus all historical
writing is transitory. Geyl menggunakan bukunya untuk memajukan pandangannya
bahwa semua sejarawan dipengaruhi oleh hadir ketika menulis sejarah dan dengan
demikian semua penulisan sejarah adalah fana. In Geyl's view, there never can be a
definitive account for all ages because every age has a different view of the past. Dalam
pandangan Geyl itu, tidak akan pernah ada account definitif untuk segala usia karena usia
setiap orang memiliki pandangan yang berbeda dari masa lalu. For Geyl the best that
historians could do was to critically examine their beliefs and urge their readers to do
likewise. Untuk Geyl sejarawan yang terbaik yang bisa dilakukan adalah kritis menguji
kepercayaan mereka dan mendesak pembaca mereka untuk melakukan hal yang sama.
Geyl felt that history was a progress of "argument without end", but did not feel that this
meant that an "anything goes" interpretation of history was acceptable. Geyl merasa
bahwa sejarah adalah kemajuan "argumen tanpa akhir", tapi tidak merasa bahwa ini
berarti bahwa "anything goes" interpretasi sejarah diterima.
Pieter Geyl
From Wikipedia, the free encyclopedia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Jump to: navigation , search Langsung ke: navigasi , cari

Pieter Catharinus Arie Geyl [ 1 ] (15 December 1887 – 31 December 1966) was a Dutch
historian , well-known for his studies in early modern Dutch history and in historiography
. Pieter Catharinus Arie Geyl [1] (15 Desember 1887 - 31 Desember 1966) adalah
seorang Belanda sejarawan , terkenal untuk studi di Belanda sejarah modern awal dan
historiografi .

Contents Isi
[hide]

• 1 Background 1 Latar Belakang


• 2 Early career 2 Awal karir
• 3 Wartime experiences 3 pengalaman masa perang
• 4 Geyl's historical outlook 4 Geyl historis pandangan
• 5 Published works 5 Diterbitkan bekerja
• 6 Footnotes 6 Catatan kaki

• 7 References 7 Referensi

[ edit ] Background [ sunting ] Latar Belakang


Geyl was born in Dordrecht and graduated from the University of Leiden in 1913. Geyl
lahir di Dordrecht dan lulus dari Universitas Leiden pada tahun 1913. His thesis was on
Christofforo Suriano, the Venetian Ambassador in the Netherlands from 1616 to 1623.
Tesisnya pada Christofforo Suriano, Duta Besar Venesia di Belanda 1616-1623. He was
married twice, first to Maria Cornelia van Slooten in 1911 (who died in 1933) and
secondly to Garberlina Kremer in 1934. Ia menikah dua kali, pertama Maria Cornelia van
Slooten pada tahun 1911 (yang meninggal tahun 1933) dan kedua untuk Garberlina
Kremer pada tahun 1934.

[ edit ] Early career [ sunting ] Awal karir


Geyl worked as a teacher at a gymnasium (grammar school) in Schiedam (1912–1913)
before going on to serve as the London correspondent for Nieuwe Rotterdamsche
Courant newspaper. Geyl bekerja sebagai seorang guru di sebuah gimnasium (sekolah
dasar) di Schiedam (1912-1913) sebelum pergi untuk melayani sebagai London
koresponden untuk Nieuwe Courant Rotterdamsche koran. During this time, Geyl
befriended many influential people in Britain . Selama waktu ini, Geyl berteman dengan
orang banyak berpengaruh di Inggris . In 1919 Geyl took up a professorship in Dutch
history at the University of London , where he taught until 1935. Pada tahun 1919 Geyl
mengambil jabatan guru besar dalam sejarah Belanda di Universitas London , tempat ia
mengajar sampai 1935. In 1935, Geyl returned home to become a professor at the
University of Utrecht . Pada tahun 1935, Geyl kembali ke rumah untuk menjadi seorang
profesor di Universitas Utrecht .

[ edit ] Wartime experiences [ sunting ] pengalaman


masa perang
In 1940, Geyl wrote an article on how historians view Napoleon . Pada tahun 1940, Geyl
menulis sebuah artikel tentang bagaimana pandangan sejarawan Napoleon . It was due to
be published in June 1940, but after the German occupation in May 1940, the publishers
declined to publish Geyl's article out of the fear that comparisons could be made between
Napoleon and Adolf Hitler . Hal ini karena akan diterbitkan pada bulan Juni 1940, namun
setelah pendudukan Jerman Mei 1940, penerbit menolak untuk menerbitkan artikel
keluar's Geyl takut yang bisa dibuat perbandingan antara Napoleon dan Adolf Hitler . In
September 1940, Geyl used his article for the basis of series of lectures at the Rotterdam
School of Economics . Pada bulan September 1940, Geyl digunakan artikelnya untuk
dasar serangkaian kuliah di Fakultas Ekonomi Rotterdam . In October 1940 the SD
(Security Service) of the SS took Geyl hostage in retaliation for what the Germans
alleged to be maltreatment of Germans interned in the Dutch East Indies . Pada bulan
Oktober 1940 SD (Security Service) dari SS Geyl mengambil sandera sebagai
pembalasan atas apa yang Jerman diduga menjadi penganiayaan dari Jerman ditahan di
Hindia Belanda . Geyl spent thirteen months at the Buchenwald concentration camp .
Geyl menghabiskan tiga belas bulan di Buchenwald kamp konsentrasi . Even after his
release from Buchenwald, Geyl continued to be held by the Germans at a Dutch prison
until he was finally released for medical reasons in February 1944. Bahkan setelah
dibebaskan dari Buchenwald, Geyl terus diadakan oleh Jerman di sebuah penjara Belanda
sampai akhirnya dia dibebaskan karena alasan medis pada bulan Februari 1944.

In 1945 Geyl became the chair of history at University of Utrecht. Pada tahun 1945 Geyl
menjadi kursi sejarah di University of Utrecht. In his opening address, he called for his
students to disprove political and cultural myths that could lead to movements like
National Socialism . Dalam sambutannya, ia meminta murid-muridnya untuk
menyangkal dan budaya mitos politik yang dapat menyebabkan gerakan seperti
Sosialisme Nasional . Geyl was a critic of the Sonderweg interpretation of German
history that argued that Nazi Germany was the inevitable result of the way German
history developed. Geyl adalah seorang kritikus dari Sonderweg interpretasi sejarah
Jerman yang berpendapat bahwa Nazi Jerman adalah hasil tak terelakkan dari cara
sejarah Jerman dikembangkan. In particular, Geyl defended the German historian
Leopold von Ranke against the charge of being a proto-Nazi. Secara khusus, Geyl
membela sejarawan Jerman Leopold von Ranke terhadap tuduhan menjadi proto-Nazi.

[ edit ] Geyl's historical outlook [ sunting ] sejarah


pandangan's Geyl
Geyl was best known as a critic of the British historian Arnold J. Toynbee , who seemed
to maintain that he had discovered "laws" of history that proved how civilizations rise
and fall. Geyl paling dikenal sebagai kritikus dari sejarawan Inggris Arnold J. Toynbee ,
yang tampaknya untuk mempertahankan bahwa ia telah menemukan "hukum" sejarah
yang membuktikan bagaimana peradaban naik dan turun. Geyl often debated Toynbee
both on the radio and in print. Geyl sering diperdebatkan Toynbee baik di radio dan di
cetak. He accused Toynbee of selective use of evidence to support pre-conceived notions
and of ignoring evidence that did not support his thesis. Ia menuduh Toynbee
penggunaan selektif bukti untuk mendukung praduga-praduga dan mengabaikan bukti
yang tidak mendukung tesisnya. In addition, Geyl considered Toynbee's theory to be
simplistic, ignoring the full complexity of the past; he regarded Toynbee's theory of
"challenge and response" to explain historical change as too loose and a catch-all
definition. Selain itu, Geyl dianggap teori Toynbee untuk menjadi sederhana,
mengabaikan kompleksitas penuh dari masa lalu, ia dianggap teori Toynbee tentang
"tantangan dan tanggapan" untuk menjelaskan perubahan sejarah terlalu longgar dan
definisi-menangkap semua. Finally, Geyl was opposed to Toynbee's apparent claim that
Western civilization was in terminal decline. Akhirnya, Geyl menentang klaim jelas
Toynbee bahwa peradaban Barat berada dalam kemunduran terminal.

Geyl was noted for challenging the then-popular theory that the historical separation of
the Dutch and the Flemings was a result of "natural" causes. Geyl tercatat untuk
menantang-populer teori kemudian bahwa pemisahan historis dari Belanda dan Flemings
merupakan hasil dari "alam" menyebabkan. Geyl claimed that there was a "Greater
Netherlands" history and that the Dutch and Flemings only separated during the Eighty
Years' War (better known as the Dutch Revolt in the English-speaking world) against
Spain in the 16th century. Geyl mengklaim bahwa ada "Greater Belanda" sejarah dan
bahwa Belanda dan Flemings hanya dipisahkan selama Perang Delapan Puluh Tahun
(lebih dikenal sebagai Pemberontakan Belanda di dunia berbahasa Inggris) terhadap
Spanyol pada abad 16. Geyl argued that the revolt failed in the south not because of
political, cultural or religious differences, but only because the geography in the north
with its lakes, bogs and rivers favored the rebels and the geography in the south with its
flat plains favored the Spanish Army . Geyl berpendapat bahwa pemberontakan gagal di
selatan bukan karena, budaya atau agama perbedaan-perbedaan politik, tetapi hanya
karena geografi di utara dengan danau rawa, dan sungai disukai para pemberontak dan
geografi di selatan dengan dataran datar disukai Spanyol Angkatan Darat . Had it not
been for the accident of geography, Flanders would have been part of the Dutch Republic
. Kalau bukan karena kecelakaan geografi, Flanders akan menjadi bagian dari Republik
Belanda . Geyl expressed his ideas in a series of articles and in his main work, De
Geschiedenis van de Nederlandse Stam (1930–1959, unfinished). Geyl mengungkapkan
ide-idenya dalam serangkaian artikel dan dalam pekerjaan utamanya, De Geschiedenis
van de Nederlandse Stam (1930-1959, belum selesai). In concomitance with his historical
ideas, Geyl actively supported the Flemish movement , yet did not favour Dutch-Flemish
irredentism . [ 2 ] Dalam hal seiring dengan ide sejarah nya, Geyl aktif mendukung gerakan
Flemish , namun tidak menguntungkan Belanda-Flemish irredentism . [2]
Geyl's work has been criticized for not taking into account the unifying force of
administrative and economic developments after the separation and for sometimes
drawing artificial boundaries based on language alone; on the other hand, it has been
praised for its refreshing approach to the Dutch Revolt, which was in marked opposition
to the then-current nationally oriented, almost finalist view on Dutch and Belgian history
as represented by PJ Blok and Henri Pirenne . [ 3 ] pekerjaan Geyl telah dikritik karena
tidak memperhitungkan kekuatan pemersatu perkembangan administrasi dan ekonomi
setelah pemisahan dan untuk kadang-kadang menggambar batas buatan berdasarkan
bahasa sendiri; di sisi lain, telah dipuji karena pendekatan menyegarkan kepada
Pemberontakan Belanda, yang berada di oposisi ditandai dengan berorientasi nasional,-
saat ini hampir finalis melihat dan Belgia kemudian pada sejarah Belanda yang diwakili
oleh PJ Blok dan Henri Pirenne . [3]

Geyl was also noted for arguing that the House of Orange and the Dutch people were
often in conflict, especially during the 18th century. Geyl juga mencatat untuk berdebat
bahwa House of Orange dan orang-orang Belanda sering dalam konflik, khususnya
selama abad ke-18. Geyl accused William IV of Orange of using the uprising of the
Doelisten (a group of Amsterdam burgers) against the ruling elite to seize power for
himself in 1748. Geyl menuduh William IV Orange menggunakan pemberontakan dari
Doelisten (sekelompok burger Amsterdam) terhadap elit penguasa untuk merebut
kekuasaan untuk dirinya sendiri pada 1748. Another revisionist claim made by Geyl was
that the marriage of William of Orange (later stadtholder Willem II ) to Mary Stuart was
the main cause of the first Anglo-Dutch War in the 17th century. [ 4 ] Lain revisionis klaim
yang dibuat oleh Geyl adalah bahwa perkawinan William dari Orange (kemudian
stadtholder Willem II ) untuk Mary Stuart adalah penyebab utama pertama Perang Anglo-
Belanda pada abad ke-17. [4]

Napoleon For and Against was an account of how French historians of different ages and
views have regarded the French emperor. Napoleon Untuk dan Terhadap adalah account
dari bagaimana sejarawan Perancis dari berbagai usia dan pandangan telah menganggap
kaisar Prancis. From Napoleon's time to the present, French historians have presented
Napoleon as either a Corsican adventurer who brought death and destruction to France or
as a patriotic Frenchman who brought glory and prosperity. Dari saatnya Napoleon ke,
Prancis sejarawan disajikan Napoleon hadir baik sebagai Korsika petualang yang
membawa kematian dan kehancuran Perancis atau sebagai Prancis patriotik yang
membawa kemuliaan dan kemakmuran. Geyl used his book to advance his view that all
historians are influenced by the present when writing history and thus all historical
writing is transitory. Geyl menggunakan bukunya untuk memajukan pandangannya
bahwa semua sejarawan dipengaruhi oleh hadir ketika menulis sejarah dan dengan
demikian semua penulisan sejarah adalah fana. In Geyl's view, there never can be a
definitive account for all ages because every age has a different view of the past. Dalam
pandangan Geyl itu, tidak akan pernah ada account definitif untuk segala usia karena usia
setiap orang memiliki pandangan yang berbeda dari masa lalu. For Geyl the best that
historians could do was to critically examine their beliefs and urge their readers to do
likewise. Untuk Geyl sejarawan yang terbaik yang bisa dilakukan adalah kritis menguji
kepercayaan mereka dan mendesak pembaca mereka untuk melakukan hal yang sama.
Geyl felt that history was a progress of "argument without end", but did not feel that this
meant that an "anything goes" interpretation of history was acceptable. Geyl merasa
bahwa sejarah adalah kemajuan "argumen tanpa akhir", tapi tidak merasa bahwa ini
berarti bahwa "anything goes" interpretasi sejarah diterima.

Ide Toynbee dipromosikan menikmati beberapa mode (ia muncul di sampul Majalah
Time pada tahun 1947). Mereka mungkin telah korban awal dari Perang Dingin ‘s iklim
intelektual. Toynbee telah dikritik keras oleh sejarawan lain. Secara umum, kritik telah
ditujukan pada penggunaan-nya mitos dan metafora sebagai nilai sebanding data faktual,
dan pada tingkat kesehatan dari argumen umum tentang naik dan turunnya peradaban,
yang mungkin terlalu banyak mengandalkan pada pandangan agama sebagai kekuatan
regeneratifBanyak kritikus mengeluh bahwa kesimpulan yang ia mencapai orang-orang
moralis Kristen dan bukan seorang sejarawan. Hugh Trevor-Roper karya Toynbee
digambarkan sebagai “Filsafat mish-mash” – Peter Geyl menggambarkan pendekatan
ideologis Toynbee sebagai “spekulasi metafisik berpakaian sebagai sejarah.
Pekerjaannya, bagaimanapun, telah dipuji sebagai jawaban untuk merangsang
kecenderungan yang mengkhususkan penelitian sejarah modern.

Anda mungkin juga menyukai