Anda di halaman 1dari 3

Fluidized bed system adalah sistem dimana udara ditiup dari bawah menggunakan blower sehingga

benda padat di atasnya berkelakuan mirip fluida. Teknik fluidisasi dalam pembakaran batubara adalah
teknik yang paling efisien dalam menghasilkan energi. Pasir atau corundum yang berlaku sebagai
medium pemanas dipanaskan terlebih dahulu. Pemanasan biasanya dilakukan dengan minyak bakar.
Setelah temperatur pasir mencapai temperature bakar batubara (300 oC) maka diumpankanlah batubara. 
Sistem ini menghasilkan abu terbang dan abu yang turun di bawah alat. Abu-abu tersebut disebut dengan
fly ash dan bottom ash. Teknologi fluidized bed biasanya digunakan di PLTU (Pembangkit Listruk
Tenaga Uap). Komposisi fly ash dan bottom ash yang terbentuk dalam perbandingan berat adalah : (80-
90%) berbanding (10-20%).

Fly ash/bottom ash yang dihasilkan oleh fluidized bed system berukuran 100-200 mesh (1
mesh = 1 lubang/inch2). Ukuran ini relative kecil dan ringan, sedangkan bottom ash
berukuran 20-50 mesh. Secara umum ukuran fly ash/bottom ash dapat langsung
dimanfaatkan di pabrik semen sebagai substitusi batuan trass dengan memasukkannya
pada cement mill menggunakan udara tekan (pneumatic system). Disamping dimanfaatkan
di industri semen, fly/bottom ash dapat juga dimanfaatkan menjadi campuran asphalt
(ready mix), campuran beton (concerete) dan dicetak menjadi paving block/batako. Dari
suatu penelitian empiric untuk campuran batako, komposisi yang baik adalah sbb :
 
Kapur          : 40%
Fly ash         : 10%
Pasir            : 40%
Semen         : 10%                   
 
Persoalan lingkungan muncul dari bottom ash yang menggunakan fixed bed atau grate
system. Bentuknya berupa bongkahan-bongkahan besar. Seperti yang telah disinggung di
atas bahwa bottom ash ini masih mengandung fixed carbon (catatan : fixed carbon dalam
batubara dengan nilai kalori 6500-6800 kkal/kg  sekitar 41-42%). Jika bottom ash ini
langsung dibuang ke lingkungan maka lambat laun akan terbentuk gas Metana (CH 4) yang
sewaktu-waktu dapat terbakar atau meledak dengan sendirinya ( self burning dan self
exploding). Di sisi yang lain, jika akan dimanfaatkan di pabrik semen maka akan merubah
desain feeder, sehingga pabrik semen tidak tertarik untuk memanfaatkan  bottom ash tsb.
 
 
Solusi Persoalan Fly ash dan Bottom ash
 
Dari situasi dan keadaan di atas maka dapat dikatakan bahwa solusi terhadap munculnya
fly/bottom ash serta pemanfaatan yang dikaitkan dengan keamanan terhadap lingkungan
adalah sbb :
 
1. Fly ash/bottom ash yang berasal dari sistem pembakaran fluidized bed dapat digunakan untuk :
a. Campuran semen tahan asam
b. Campuran asphalt (ready mix) dan beton
c. Campuran paving block/batako
 
2. Fly ash yang berasal dari fixed bed system dapat langsung digunakan seperti point 1.a, 1b dan
1c. Sedangkan untuk bottom ash yang masih dalam bentuk bongkahan maka harus mengalami
perlakukan pengecilan ukuran (size reduction treatment) sebelum dimanfaatkan lebih lanjut.
 
 
 
PEMANFAATAN  FLY ASH 
 
Batubara sebagai bahan bakar banyak digunakan di PLTU. Kecenderungan dewasa ini
akibat naiknya harga minyak diesel industri, maka banyak perusahaan yang beralih
menggunakan batubara sebagai bahan bakar dalam  menghasilkan steam (uap). Sisa hasil
pembakaran dengan batubara menghasilkan abu yang disebut dengan fly ash dan bottom
ash (5-10%). Persentase  abu (fly ash dan bottom ash) yang dihasilkan adalah fly ash (80-
90%) dan bottom ash (10-20% ) : Sumber PJB Paiton. Umumnya komposisi kimia fly ash
dapat ditunjukkan seperti di bawah ini :
                        SiO2     : 52,00%
                                    Al2O3   : 31,86%
                                    Fe2O3  :   4,89%
                                    CaO    :   2,68%
                                    MgO    :   4,66%
 
Manfaat Fly ash
Pabrik semen memerlukan fly ash yang digunakan sebagai pengganti (substitusi) batuan
trass yang bersifat pozzolanic untuk pembuatan semen tahan asam (PPC). Penggunaan fly
ash di salah satu pabrik semen berkisar antara 4-6 % berat raw mill. Posisi pemasukan fly
ash di pabrik semen ditunjukkan pada skema berikut :
 
Semen sebagai bahan pengikat telah dikenal sejak zaman Mesir kuno yang merupakan
kalsinasi gypsum yang tidak murni. Sedangkan kalsinasi batu kapur baru dimulai oleh
bangsa Romawi. Mereka menggunakan material yang diambil dari lembah Napples (Italia)
tepatnya di daerah Pozzoalu yang merupakan asal-usul penamaan Pozzolano terhadap
bahan tersebut.
 
Semen Portland terbagi menjadi 5 jenis yaitu Semen Portland I s.d V. Setiap jenis semen
Portland berbeda-beda dalam racikannya (sesuai dengan standard ASTM dan SII, lihat
Lampiran). Maksud racikan disini adalah perbedaan komposisi kimia dan sifat fisika semen
yang akan terbentuk. Perbedaan kimia yaitu  berapa percent jumlah Kalsium, Silika,
Aluminium dan Ferrum (besi) sebagai unsur pembentuk utama semen  dan perbedaan
fisika misalnya loss of ignition, kuat tekan, panas hidrasi dsb.
 
Secara umum komposisi bahan pembentuk semen PPC adalah sbb :
�        Clinker                       : 86%
�        Gypsum          :  4%
�        Trass              :  6%
�        Fly ash            : 4%
 
Berdasarkan definisi SNI 15-0302-1994 :
PPC adalah semen hidrolis yang terdiri dari campuran homogen antara semen Portland
dengan pozzolan halus yang diproduksi dengan cara menggiling clinker semen Portland dan
pozzolan bersama-sama atau mencampur secara rata bubuk semen Portland dengan bubuk
pozzolan atau gabungan antara menggiling dan mencampur dimana kadar pozzolan 15 s.d
40% massa semen Portland pozzolan.
 
Berdasarkan definisi ASTM C 219 :
PPC adalah semen hidrolis yang terdiri dari campuran semen Portland, blast furnace slag
dan pozzolan yang dihasilkan dari penggilingan klinker semen Portland dan pozzolan dengan
mencampur semen Portland atau semen Portland blast furnace slag dan pozzolan yang
dihaluskan secara terpisah atau kombinasi penggilingan dan pencampuran dimana jumlah
pozzolan adalah sesuai batas yang dipersyaratkan.  
 
Berdasarkan 2 (dua) definisi di atas maka yang membedakan PPC  dengan semen Portland
biasa (I s.d V) adalah banyaknya trass atau fly ash yang ditambahkan pada proses akhir
(finish mill).
 
Dengan penambahan fly ash akan mengakibatkan pada struktur beton hal-hal sebagai
berikut :
�        Curing time (umur 90 hari) laju reaksi pozzolanic (pengikatan Ca)
meningkat sehingga jumlah Ca(OH) 2 yang akan berinteraksi dengan CO 2
berkurang karenanya karbonasi terhambat
�        Menurunkan alkalinitas beton yang merupakan penyebab terjadinya korosi
pada besi beton
 
Kriteria ini akan meningkatkan ketahanan concrete (beton) terhadap oksidasi akibat
lingkungan yang bersifat asam (utamanya daerah rawa).
 
 
 
Contoh Pemanfaatan Empiris fly ash/bottom ash di Ind. Textile
 
Jumlah Batubara (6300 kkal/kg) yg dibakar = 70 ton
Fly ash             = 0.5 ton
Bottom ash      = 10 -12 ton
Total ash          = 10, 5 -12  ton (15-17% dari total BB yang dibakar)
 
Bottom ash dapat digunakan kembali, nilai kalorinya = 3000 kkal/kg
 
Perbandingan  bottom ash dgn BB asli = 2 : 5

Anda mungkin juga menyukai